STRATEGI BERTINDAK TUTUR EKSPRESIF DI KALANGAN MASYARAKAT JAWA DALAM WACANA HAJATAN SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Analisis Tindak Tutur Bahasa Jawa di Pasar Sampang Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

TINDAK TUTUR LOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN DI KALANGAN MASYARAKAT BERBUDAYA JAWA DI SOLO DALAM KONTEKS NONRESMI NASKAH PUBLIKASI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

TINDAK TUTUR KOMISIF PADA WACANA KAMPANYE TERBUKA DI KALANGAN BAKAL CALON KEPALA DESA DI KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN KOMISIF DI KALANGAN ANAK TK BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA DI KECAMATAN POLANHARJO KLATEN NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB III METODE PENELITIAN

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

PEPINDHAN DAN SANEPA: CARA BERTUTUR YANG TIDAK BIASA. Aloysius Indratmo Prodi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya UNS

STRATEGI MENOLAK ANAK USIA SD DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN ORANG TUA DI RUMAH NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA WACANA HUMOR AH TENANE DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER 2012

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

Tindak Tutur Direktif dalam Novel Sala Lelimengan Karya Suparto Brata

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

TINDAK TUTUR PADA UNGKAPAN BAK TRUK DI SEPANJANG JALAN RINGROAD SOLO-SRAGEN TINJAUAN: PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

TINDAK TUTUR IMBAUAN DAN LARANGAN PADA WACANA PERSUASI DI TEMPAT-TEMPAT KOS DAERAH KAMPUS

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF PADA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 2 COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

TINDAK TUTUR PENOLAKAN PADA WACANA ARISAN KELUARGA DI KALANGAN MASYARAKAT BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh:

STRATEGI KESOPANAN BERTUTUR DALAM WAWANCARA DENGAN NARASUMBER GUNUNG PEGAT-PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA KARYA NOVIA SYAHIDAH ARTIKEL ILMIAH YULIANA PUTRI NPM

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF DALAM PELAYANAN MASYARAKAT UMUM: STUDI KASUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN POLSEK SERENGAN

REALISASI TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA TENAGA KEPENDIDIKAN FKIP TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Dalam komunikasikeberadaan bahasa pada dasarnya tidak dapat dipisahkan

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

SKRIPSI. Diajukan untuk. Oleh: AH A

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG NASKAH DRAMA NYARIS

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM REMBUK DESA DI KELURAHAN JATIROTO KABUPATEN WONOGIRI

TINDAK TUTUR LANGSUNG LITERAL DAN TIDAK LANGSUNG LITERAL PADA PROSES PEMBELAJARAN MICRO TEACHING

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

Tindak Tutur Ekspresif dalam Novel Emas Sumawur Ing Baluarti Karya Partini B

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM:

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

Transkripsi:

STRATEGI BERTINDAK TUTUR EKSPRESIF DI KALANGAN MASYARAKAT JAWA DALAM WACANA HAJATAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun oleh: ZENISA ZEINUDIN ANAS A 310 080 304 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

1 STRATEGI BERTINDAK TUTUR EKSPRESIF DI KALANGAN MASYARAKAT JAWA DALAM WACANA HAJATAN Zenisa Zeinudin Anas A 310 080 304 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Jln. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Telp. (0271) 717417-719483 E-mail: zen_0391@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan dan mendeskripsikan: (1) bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif di kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan, (2) strategi yang digunakan oleh kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah strategi bertindak tutur ekspresif di kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan. Data penelitian ini berupa tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif di kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan. Teknik dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik validitas data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kontekstual dan metode padan. Hasil penelitian ini adalah: (1) bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif yang dinyatakan oleh kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan, meliputi, tindak tutur ekspresif memuji, meminta maaf, mengungkapkan rasa simpati, berterima kasih, mengritik, mengucapkan selamat, menyindir, menuduh, dan mencurigai, (2) strategi yang digunakan oleh kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan, yaitu strategi tindak tutur ekspresif langsung dan strategi tindak tutur ekspresif tidak langsung. Kata Kunci : strategi, tindak tutur ekspresif, masyarakat Jawa. 1

2 A. Pendahuluan Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan, dan dalam bahasa Inggris secara umum diberi label yang lebih khusus, misalnya, permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji atau permohonan. Searle (dalam Wijana, 1996: 17-20) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act). Tindak tutur ilokusi dalam komunikasi pada suatu penelitian penting untuk diperhatikan. Wijana (1996: 19) menyatakan bahwa tindak ilokusi memberikan tantangan dalam penelitian kebahasaan, sebab tindak ilokusi sulit diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya. Sehubungan dengan hal itu, Yule (2006: 92) membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima kategori, yaitu deklaratif, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Tindak ilokusi ekspresif merupakan fokus yang dipilih pada penelitian ini. Pemilihan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kalangan masyarakat Jawa di Desa Wonorejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar terdapat banyak tuturan yang berupa ungkapan perasaan para penutur yang terdapat di dalamnya. Tindak tutur ekspresif berisi ungkapan perasaan atau sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang sedang dialami mitra tutur. Hal ini dapat digambarkan pada contoh data (1) berikut ini. (1) Lokasi Percakapan : Acara Hajatan Pernikahan : Yoga Mitra Tutur : Pak Andriyas Yoga : Pak, kula wangsul rumiyin nggih. (Pak, saya pulang dulu ya.) Andriyas : Eh, Mas... Mas. (Eh, Mas... Mas.) Yoga : Emm... Pripun, Pak? (Emm... Bagaimana, Pak?) Andriyas : Niki dibeta mawon tasih kathah kok. (Ini dibawa saja masih banyak kok.) Yoga : Oh, matur nuwun nggih. (Oh, terima kasih ya.) (Data 1/ 13 November 2011)

3 Konteks : Percakapan ini terjadi di acara hajatan pernikahan. Setelah merasa cukup lama menghadiri acara tersebut, Yoga hendak pulang bersama teman-temannya. Sebelum pulang, ia dipanggil oleh Pak Andriyas karena akan diberi beberapa tambahan makanan lagi. Percakapan pada contoh data (1) di atas, Yoga menuturkan tindak tutur ekspresif berterima kasih. Tindak tutur ekspresif berterima kasih terdapat pada tuturan Yoga yang mengatakan oh, matur nuwun nggih. Melalui tuturan tersebut, Yoga bermaksud ingin membalas kebaikan hati dari Pak Andriyas karena sudah memberi makanan lagi untuknya. Wajah Yoga pun spontan terlihat sangat senang ketika diberi makanan lagi karena ia masih belum merasa kenyang sewaktu makan di acara tersebut. Merujuk pada contoh tuturan data (1) di atas dapat disimpulkan bahwa suatu tuturan dapat berisi ungkapan perasaan para penuturnya. Tuturan-tuturan yang mengandung ungkapan perasaan penuturnya banyak ditemukan di Desa Wonorejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Fenomena kebahasaan inilah yang mendorong peneliti untuk menjadikan Desa Wonorejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar sebagai objek penelitian ilmu pragmatik, khususnya tentang tindak tutur ekspresif. Sebuah penelitian agar mempunyai orisinalitas perlu adanya tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian dan analisis sebelumnya yang telah dilakukan. Oleh sebab itu, tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk orisinalitas penelitian ini. Indrawati (2000) meneliti Kesantunan Direktif dalam Berbahasa Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi kesantunan berbahasa mahasiswa FKIP Unsri cenderung menggunakan direktif tak langsung yaitu dalam bentuk saran, baik itu digunakan pada situasi formal maupun non formal. Ujaran direktif yang derajat ketransparannya paling rendah dianggap sopan, apalagi kalau tuturan tersebut digunakan kepada orang yang disegani. Ditinjau dari persepsi etnisitas, mahasiswa Jawa, Sunda, dan Sumatera berpendapat bahwa formula saran merupakan bentuk paling sopan, dan bentuk imperatif dianggap kurang sopan. Akan tetapi, terdapat perbedaan penilaian dalam bentuk performatif. Mahasiswa dari etnis Sumsel lebih menilai bentuk itu dari kewajaran bukan dari kesopanan. Persamaaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah meneliti tindak tutur dalam suatu komunikasi, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah penelitian ini mengkaji strategi bertindak tutur ekspresif di kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan, sedangkan penelitian tersebut mengkaji kesantunan direktif dalam berbahasa Indonesia.

4 Yanti (2001) meneliti Tindak Tutur Maaf di dalam Bahasa Indonesia di Kalangan Minangkabau. Hasil penelitian ini adalah: 1) bentuk-bentuk tindak tutur maaf yang dilontarkan kalangan penutur Minangkabau ini bervariasi yaitu, a) TTM langsung yang dilontarkan tanpa basa-basi (bald on record); TTM seperti ini ada dua jenis, yaitu langsung dengan kesantunan positif [K+] dan langsung dengan kesantunan negatif [K-], b) TTM tidak dilontarkan, tapi secara tersirat, c) TTM tidak menyatakan maaf (diam); 2) gambaran perilaku sekelompok masyarakat Minang mengacu pada TTM langsung dengan menganut kesantunan positif. Ini membenarkan (sementara) asumsi bahwa masyarakat Minang memelihara konsep raso, pareso, sopan dan malu. Artinya, setiap pribadi mampu merasakan ke dalam dirinya apa yang dirasakan oleh orang lain. Persamaaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah meneliti tindak tutur dalam suatu komunikasi, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah penelitian ini mengkaji strategi bertindak tutur ekspresif di kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan, sedangkan penelitian tersebut mengkaji tindak tutur maaf di dalam bahasa Indonesia di kalangan penutur Minangkabau. Prayitno (2009) meneliti Perilaku Tindak Tutur Berbahasa Pemimpin dalam Wacana Rapat Dinas: Kajian Pragmatik Dengan Pendekatan Jender. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindak tutur yang digunakan oleh pimpinan perempuan dalam pertemuan-pertemuan rapat dinas cenderung bersifat ekspresif, komisif, dan rogatif, sedangkan tindak tutur yang digunakan oleh pimpinan laki-laki cenderung bersifat direktif. Tindak tutur yang digunakan oleh pimpinan perempuan dalam pertemuan-pertemuan rapat dinas dimaksudkan untuk menyenangkan orang lain dan kurang kompetitif, karena mereka tidak mengarah pada kebutuhan penutur melainkan pada kebutuhan pendengar. Tindak tutur direktif pimpinan laki-laki dalam pertemuan-pertemuan rapat dinas cenderung bersifat kompetitif dan konfrontatif sehingga kurang menyenangkan mitra tutur. Persamaaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah meneliti tindak tutur dalam suatu komunikasi, sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah penelitian ini mengkaji strategi bertindak tutur ekspresif di kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan, sedangkan penelitian tersebut mengkaji perilaku tindak tutur berbahasa pemimpin dalam wacana rapat dinas: kajian pragmatik dengan pendekatan jender. Berdasarkan uraian tentang hasil penelitian terdahulu, maka dapat dilihat bahwa orisinalitas penelitian dengan judul Strategi Bertindak Tutur Ekspresif di Kalangan Masyarakat Jawa dalam Wacana Hajatan dapat dipertanggungjawabkan.

5 B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena dilakukan semata-mata hanya didasarkan pada fakta atau fenomena yang ada di Desa Wonorejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, sehingga hasilnya adalah pemerian bahasa yang mempunyai sifat pemaparan yang apa adanya. Penelitian ini menggunakan strategi penelitian deskriptif tunggal terpancang. Objek penelitian ini adalah strategi bertindak tutur ekspresif di kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan. Data dalam penelitian ini berupa tuturan yang mengandung tindak tutur ekspresif di kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan. Teknik dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kontekstual dan metode padan. Metode kontekstual adalah cara-cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada (Rahardi, 2006: 16). Sudaryanto (1993: 13) menyatakan bahwa metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. C. Hasil dan Pembahasan Hajatan merupakan bentuk dari rasa syukur manusia atas apa yang sudah diberikan oleh Tuhan. Tradisi hajatan di desa identik dengan nuansa kebersamaan oleh para masyarakatnya. Budaya Jawa mengenal berbagai acara hajatan dan selamatan yang sampai sekarang ini masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Ada tujuh acara hajatan dan selamatan di kalangan masyarakat Jawa, seperti mitoni atau tujuh bulanan, selapan, meninggal dunia, mudun lemah, melamar, perkawinan, dan weton. Sampai sekarang ini sebagian masyarakat Jawa masih mempercayai adanya hari-hari pantangan dalam menentukan acara hajatan, seperti ketika akan membuat rumah, acara khitanan, pernikahan, dan lain sebagainya. Masyarakat Jawa menganggap jika ada yang melanggar hari-hari tersebut, maka mereka akan mendapatkan musibah. Keenam hari tersebut antara lain: senin kliwon, selasa legi, rebo pahing, kamis pon, jumat wage, dan sabtu kliwon. Berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan, ditemukan ada sembilan macam bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif di kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan. Tindak tutur ekspresif tersebut, meliputi, tindak tutur ekspresif memuji, meminta maaf, mengungkapkan rasa simpati, berterima kasih, mengritik, mengucapkan selamat, menyindir, menuduh, dan mencurigai.

6 1. Memuji Memuji adalah melahirkan kekaguman dan penghargaan kepada sesuatu (yang dianggap baik, indah, gagah berani, dan sebagainya) (Alwi, 2005: 904). Dengan demikian, tindak tutur memuji merupakan tindak tutur yang dilakukan penutur terhadap mitra tutur dengan tujuan untuk mengungkapkan kelebihan yang dimiliki oleh mitra tutur. Agar lebih jelasnya, maka dapat diperhatikan pada percakapan data (1) berikut ini. (1) Lokasi Percakapan : Acara Hajatan Khitanan : Andi Mitra Tutur : Agus Andi Agus Andi Agus : Saiki kowe wis kelas pira, Gus? (Sekarang kamu sudah kelas berapa, Gus?) : Wis kelas telu, Mas. (Sudah kelas tiga, Mas.) : Wah, kendele kowe, Gus. Isih cilik kok kowe wis wani sunat? (Wah, beraninya kamu, Gus. Masih kecil kok kamu sudah berani khitan?) : Pingin wae. (Kepingin saja.) (Data 1/ 19 November 2011) Konteks : Ketika acara hajatan khitanan belum dimulai, Mas Andi menghampiri Agus yang sedang duduk di samping ayahnya. Walaupun malu-malu, akhirnya Agus pun mau berbicara dengan Mas Andi mengenai kondisinya setelah melakukan khitan. Melalui tuturan wah, kendele kowe, Gus, Mas Andi bermaksud memuji Agus yang masih kelas tiga SD, tetapi sudah berani untuk melakukan khitan. Tindak tutur ekspresif memuji ini terjadi karena di Desa Wonorejo jarang sekali ada anak yang baru berusia sembilan tahun, tetapi sudah berani untuk meminta khitan pada orang tuanya, sehingga Mas Andi tidak sungkan-sungkan untuk memuji keberaniannya. 2. Meminta Maaf Minta maaf adalah mengharap agar diberi maaf (dimaafkan) (Alwi, 2005: 745). Dengan demikian, tindak tutur meminta maaf merupakan tindak tutur yang disampaikan penutur kepada mitra tutur melalui katakata maaf dengan tujuan untuk meminta maaf. Agar lebih jelasnya, maka dapat diperhatikan pada percakapan data (2) berikut ini. (2) Lokasi Percakapan : Acara Hajatan Peringatan Kematian : Bapak Bambang Mitra Tutur : Bapak Risko

7 Bambang : Monggo lho, Pak. (Silakan lho, Pak.) Risko : Loh sambele ngendi? Sambele entek, ya? (Loh sambalnya mana? Sambalnya habis, ya?) Bambang : Wah, ngapunten nggih, Pak. Iki sambele malah sampun telas. (Wah, maaf ya, Pak. Ini sambalnya malah sudah habis.) (Data 8/ 7 Desember 2011) Konteks : Percakapan ini terjadi pada acara hajatan di rumah Pak Bambang. Ketika Pak Risko memakan soto yang sudah dibagikan oleh tuan rumah, ia merasa kalau sotonya kurang pedas sehingga mencari sambal lagi. Melalui tuturan wah, ngapunten nggih, Pak, Pak Bambang bermaksud ingin meminta maaf kepada Pak Risko karena sambal yang disediakannya sudah habis. Hal ini disebabkan bapak-bapak yang menghadiri acara tersebut ternyata sangat menyukai sambal, sehingga sambal yang disediakan Pak Bambang cepat habis. Tindak tutur ekspresif meminta maaf ini terjadi karena ada perasaan tidak enak hati dari Pak Bambang yang merasa tidak bisa memuaskan pelayanan pada para tamunya. 3. Mengungkapkan Rasa Simpati Simpati adalah keikutsertaan merasakan perasaan (senang, susah, dan sebagainya) orang lain (Alwi, 2005: 1067). Dengan demikian, tindak tutur mengungkapkan rasa simpati merupakan tindak tutur yang disampaikan oleh penutur karena merasa ikut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh mitra tutur. Agar lebih jelasnya, maka dapat diperhatikan pada percakapan data (3) berikut ini. (3) Lokasi Percakapan : Acara Hajatan Peringatan Kematian : Rusdi Mitra Tutur : Joni Mamat Rusdi Mamat Rusdi : Ayo, Di, mulih wis wengi kok. (Ayo, Di, pulang sudah malam kok.) : Ya sediluk, aku arep ngomong karo Joni sik. (Ya sebentar, aku mau bicara dengan Joni dulu.) : OK. (OK.) : Jon, sing sabar, ya? Mugo-mugo almarhum diampuni dosane. (Jon, yang sabar, ya? Moga-moga almarhum diampuni dosanya.)

8 Joni : Nggih, Mas. (Iya, Mas.) (Data 13/ 2 November 2011) Konteks : Rusdi dan Mamat sedang menghadiri acara tujuh hari meninggalnya Ayah Joni. Ketika acara sudah selesai, Rusdi menghampiri Joni untuk menyampaikan rasa simpati atas meninggalnya ayahnya. Tindak tutur ekspresif mengungkapkan rasa simpati terdapat pada tuturan Rusdi yang mengatakan Jon, sing sabar, ya?. Pada tuturan tersebut, Rusdi menginginkan agar Joni tetap bersabar dalam menghadapi cobaan setelah ayahnya meninggal beberapa hari yang lalu. Wajah Rusdi juga terlihat sangat sedih seperti Joni, karena dulu ayahnya merupakan pasangannya dalam bermain bulu tangkis sehingga rasa kehilangan nampak jelas dilihat dari raut mukanya. 4. Berterima Kasih Berterima kasih adalah melahirkan rasa syukur atau membalas budi setelah menerima kebaikan (Alwi, 2005: 1183). Dengan demikian, tindak tutur berterima kasih dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur karena penutur merasa mendapatkan sesuatu kebaikan dari mitra tutur. Agar lebih jelasnya, maka dapat diperhatikan pada percakapan data (4) berikut ini. (4) Lokasi Percakapan : Acara Hajatan Peringatan Kematian : Bapak Tejo Mitra Tutur : Warga RT 03 Tejo Warga : Matur nuwun atas kerawuhan bapak-bapak sampun nyempataken wekdal kangge acara setunggal tahun sedanipun Bapak Heru. Mugi-mugi almarhum diampuni dosanipun oleh Gusti Allah. (Terima kasih atas kedatangan bapak-bapak sudah menyempatkan waktu untuk acara setahun meninggalnya Bapak Heru. Moga-moga almarhum diampuni dosanya oleh Allah.) : Amin. (Amin.) (Data 16/ 24 November 2011) Konteks : Percakapan ini terjadi pada acara hajatan setahun meninggalnya Pak Heru. Ketika acara sudah mulai, Pak Tejo sebagai tuan rumah yang merupakan adik dari Pak Heru menyambut bapak-bapak yang sudah berkenan menghadiri acara tersebut.

9 Tindak tutur ekspresif berterima kasih terdapat pada tuturan Pak Tejo yang mengatakan matur nuwun atas kerawuhan bapak-bapak. Melalui tuturan ini, Pak Tejo bermaksud ingin membalas kebaikan hati dari bapak-bapak karena sudah memenuhi undangan darinya dan mau menyempatkan waktu untuk menghadiri acara hajatan setahun meninggalnya Pak Heru. 5. Mengritik Mengritik adalah mengemukakan kritik atau mengancam (Alwi, 2005: 601). Dengan demikian, tindak tutur mengritik merupakan tindak tutur yang disampaikan oleh penutur untuk mengemukakan kritiknya terhadap sesuatu hal yang telah dilakukan oleh mitra tutur. Agar lebih jelasnya, maka dapat diperhatikan pada percakapan data (5) berikut ini. (5) Lokasi Percakapan : Acara Hajatan Pernikahan : Reza Mitra Tutur : Fedri Reza Fedri Reza : Eh Dri, kowe mou nyumbang pira? (Eh Dri, kamu tadi menyumbang berapa?) : Sepuluh ewu. Lha kowe pira? (Sepuluh ribu. Lha kamu berapa?) : Nyumbang kok semono tok, Dri. (Menyumbang kok hanya segitu, Dri.) (Data 23/ 2 November 2011) Konteks : Reza dan Fedri berencana akan menghadiri acara pernikahan di dekat rumahnya. Setiba di sana, mereka langsung mencari tempat duduk yang kosong. Sambil jalan, Reza bertanya pada Fedri mengenai jumlah uang yang tadi sudah ia sumbang di acara tersebut. Melalui tuturan nyumbang kok semono tok, Dri, Reza bermaksud ingin mengritik sahabatnya yaitu Fedri atas sesuatu hal yang telah dilakukannya dan dinilai cukup memalukan. Tindak tutur ekspresif mengritik yang dituturkan oleh Reza itu terjadi karena dalam acara pernikahan yang besar, Fedri malah menyumbang uang yang jumlahnya cukup sedikit. Reza merasa hal tersebut merupakan suatu hal yang memalukan melihat yang sedang menikah adalah sahabat mereka sendiri. 6. Mengucapkan Selamat Selamat adalah doa (ucapan, pernyataan, dan sebagainya) yang mengandung harapan supaya sejahtera (beruntung, tidak kurang suatu apa, dan sebagainya) (Alwi, 2005: 1017). Dengan demikian, tindak tutur mengucapkan selamat merupakan tindak tutur yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur dengan berupa doa yang mengandung harapan.

10 Agar lebih jelasnya, maka dapat diperhatikan pada percakapan data (6) berikut ini. (6) Lokasi Percakapan : Acara Hajatan Pernikahan : Fajar Mitra Tutur : Zakaria Fajar Zakaria Fajar Zakaria : Zak, selamat, ya? Sing rukun karo bojomu. (Zak, selamat, ya? Yang rukun sama istrimu.) : Nggih, Mas. Kapan arep nyusul? (Ya, Mas. Kapan mau menyusul?) : Insya Allah pertengahan April. Dongakake wae, ya? (Insya Allah pertengahan April. Doakan saja, ya?) : Iya, Mas. (Iya, Mas.) (Data 26/ 15 Januari 2012) Konteks : Percakapan ini terjadi pada acara hajatan pernikahan di rumah Zakaria. Ketika acara sudah selesai, Fajar menghampiri Zakaria yang sedang berada di dekat pintu untuk mengucapkan selamat kepadanya, sekaligus meminta izin untuk pulang. Tuturan Zak, selamat, ya?, dituturkan oleh Fajar untuk mengucapkan selamat atas pernikahan yang telah dilakukan oleh Zakaria beberapa hari yang lalu. Wajah Fajar juga terlihat senang melihat Zakaria bahagia, karena ia sudah menganggap temannya itu seperti saudaranya sendiri sehingga ia juga ikut bahagia atas pernikahannya. 7. Menyindir Menyindir adalah mengritik (mencela, mengejek, dan sebagainya) seseorang secara tidak langsung atau tidak terus terang (Alwi, 2005: 1069). Dengan demikian, tindak tutur menyindir merupakan tindak tutur yang dilakukan oleh penutur untuk mengritik atau mencela mitra tutur secara tidak langsung atau tidak terus terang. Agar lebih jelasnya, maka dapat diperhatikan pada percakapan data (7) berikut ini. (7) Lokasi Percakapan : Acara Hajatan Pernikahan : Widodo Mitra Tutur : Dudi Rino Dudi Widodo : Eh iku Dudi wis teka. (Eh itu Dudi sudah datang.) : Telatku iki suwe, ya? (Terlambatku ini lama, ya?) : Lagi limang menit kok. (Lagi lima menit kok.)

11 Dudi Widodo : Hehe... (Hehe...) : Janjiane jam loro malah tekane jam telu. Pie to? (Janjiannya jam dua malah datangnya jam tiga. Gimana sih?) (Data 28/ 7 November 2011) Konteks : Widodo, Rino, dan Dudi diundang untuk menghadiri acara hajatan pernikahan di rumah Pak Joko. Mereka sepakat untuk pergi ke Gramedia setelah menghadiri acara tersebut, namun ternyata Dudi datang terlambat sehingga Widodo dan Rino terpaksa harus menunggunya. Tindak tutur ekspresif menyindir terdapat pada tuturan Widodo yang mengatakan lagi limang menit kok. Pada tuturan tersebut, Widodo bermaksud ingin menyindir Dudi yang terlambat lama menghadiri acara hajatan pernikahan di rumah Pak Joko. Tindak tutur ekspresif ini terjadi karena Widodo sudah melanggar janji dengan teman-temannya untuk hadir di acara tersebut jam dua siang, namun ternyata akhirnya ia datang jam tiga. 8. Menuduh Menuduh adalah menunjuk dan mengatakan bahwa seseorang berbuat kurang baik (Alwi, 2005: 1215). Dengan demikian, tindak tutur menuduh merupakan tindak tutur yang disampaikan oleh penutur untuk memastikan mitra tutur telah berbuat kurang baik. Agar lebih jelasnya, maka dapat diperhatikan pada percakapan data (8) berikut ini. (8) Lokasi Percakapan : Acara Hajatan Pernikahan : Agung Mitra Tutur : Fajar Agung Fajar : Huuuh... Ambune kok kayak ana sing ngentut. Kowe sing ngentut ya, Jar? (Huuuh... Baunya kok seperti ada yang kentut. Kamu yang kentut ya, Jar? : Enak wae. Aku ora ngentut kok. (Enak saja. Aku tidak kentut kok.) (Data 34/ 15 Januari 2012) Konteks : Percakapan ini terjadi pada tengah acara hajatan pernikahan di rumah Zakaria. Agung yang pada waktu itu sedang minum, kemudian mencium bau tidak enak ketika Fajar melintas di depannya. Tindak tutur ekspresif menuduh terdapat pada tuturan Agung yang mengatakan kowe sing ngentut ya, Jar?. Melalui tuturan itu, Agung

12 bermaksud menuduh Fajar sudah buang angin karena pada waktu itu ia sedang bersebelahan dengannya. Tindak tutur ekspresif ini terjadi karena tadi Fajar mengatakan pada Agung kalau ia sedang masuk angin. 9. Mencurigai Mencurigai adalah menyangsikan atau kurang percaya kepada (Alwi, 2005: 225). Dengan demikian, tindak tutur mencurigai merupakan ungkapan perasaan penutur yang merasa kurang percaya dengan perbuatan mitra tuturnya. Agar lebih jelasnya, maka dapat diperhatikan pada percakapan data (9) berikut ini. (9) Lokasi Percakapan : Acara Hajatan Akikahan : Bapak Buntoro Mitra Tutur : Bayu Buntoro : Niki, Mas? (Ini, Mas?) Bayu : Sampun kok, Pak. (Sudah kok, Pak.) Buntoro : Bener sampun dicicipi, Mas? (Benar sudah dicicipi, Mas?) Bayu : Sampun. (Sudah.) (Data 35/ 16 Februari 2012) Konteks : Percakapan ini terjadi pada acara akikahan anaknya Pak Buntoro yang pertama. Pada waktu itu Pak Buntoro hanya melihat Bayu minum sirup, sehingga ia menawarinya untuk memakan jajanan yang telah ia sediakan. Tindak tutur ekspresif mencurigai terdapat pada tuturan Pak Buntoro yang mengatakan bener sampun dicicipi, Mas?. Tuturan tersebut dituturkan Pak Buntoro karena hidangan makanan di depan Bayu masih terlihat banyak sehingga ia mencurigai kalau Bayu belum memakannya. Tindak tutur ekspresif mencurigai tersebut terjadi karena Pak Buntoro dari tadi hanya melihat Bayu minum sirup. Tindak tutur langsung (direct speech act) merupakan tindak tutur yang dilakukan penutur kepada lawan tutur secara langsung tentang apa yang diinginkan penutur. Agar lebih jelasnya, maka dapat diperhatikan pada percakapan data (1) berikut ini. (1) Lokasi Percakapan : Acara Hajatan Khitanan : Andi Mitra Tutur : Agus

13 Andi Agus Andi Agus : Saiki kowe wis kelas pira, Gus? (Sekarang kamu sudah kelas berapa, Gus?) : Wis kelas telu, Mas. (Sudah kelas tiga, Mas.) : Wah, kendele kowe, Gus. Isih cilik kok kowe wis wani sunat? (Wah, beraninya kamu, Gus. Masih kecil kok kamu sudah berani khitan?) : Pingin wae. (Kepingin saja.) (Data 1/ 19 November 2011) Konteks : Ketika acara hajatan khitanan belum dimulai, Mas Andi menghampiri Agus yang sedang duduk di samping ayahnya. Walaupun malu-malu, akhirnya Agus pun mau berbicara dengan Mas Andi mengenai kondisinya setelah melakukan khitan. Tuturan Mas Andi di atas menggunakan strategi tindak tutur langsung. Tuturan itu secara langsung bermaksud untuk memuji Agus yang masih kecil, namun sudah berani meminta khitan pada orang tuanya. Tindak tutur tidak langsung (indirect speech act) merupakan tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung. Tindak tutur ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya tidak diperintah. Agar lebih jelasnya, maka dapat diperhatikan pada percakapan data (1) berikut ini. (1) Lokasi Percakapan : Acara Hajatan Pindahan Rumah : Roni Mitra Tutur : Bapak Purboyo Roni : Ngapunten nggih, Pak. Wou wonten urusan teng kampus. (Maaf ya, Pak. Tadi ada urusan di kampus.) Purboyo : Mboten napa-napa, Mas. (Tidak apa-apa, Mas.) (Data 9/ 29 Desember 2011) Konteks : Roni diundang untuk menghadiri acara hajatan syukuran tetangganya yang baru tiga hari pindah di sana. Namun, akhirnya ia datang terlambat karena sebelumnya ada urusan penting di kampus. Tuturan Roni di atas menggunakan strategi tindak tutur tidak langsung. Tuturan itu bukan sekedar untuk menginformasikan bahwa Roni meminta maaf karena ada urusan di kampus, tetapi juga digunakan untuk

14 meminta maaf Pada Pak Purboyo atas keterlambatannya menghadiri acara hajatan di rumahnya. Hasil temuan data menunjukkan bahwa tindak tutur ekspresif yang paling banyak muncul adalah tindak tutur ekspresif memuji dan berterima kasih yang masing-masing berjumlah 7 data. Adapun tindak tutur ekspresif yang lain seperti, ekspresif meminta maaf ditemukan 5 data; ekspresif mengungkapkan rasa simpati ditemukan 3 data; ekspresif mengritik ditemukan 3 data; ekspresif mengucapkan selamat ditemukan 2 data; ekspresif menyindir ditemukan 6 data; ekspresif menuduh ditemukan 1 data; dan ekspresif mencurigai ditemukan 1 data. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur ekspresif di kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan didominasi oleh tindak tutur ekspresif memuji dan berterima kasih yang masing-masing sebanyak 7 data. Strategi tindak tutur ekspresif yang paling banyak muncul adalah strategi tindak tutur ekspresif langsung yang ditemukan sebanyak 24 data, sedangkan strategi tindak tutur ekspresif tidak langsung hanya ditemukan 11 data. Budaya Jawa mengenal berbagai acara hajatan dan selamatan yang sampai sekarang ini masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Hasil temuan data menunjukkan bahwa ada sembilan macam acara hajatan yang di dalamnya mengandung bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif. Acara hajatan tersebut antara lain: hajatan khitanan ditemukan 3 data; hajatan pernikahan ditemukan 12 data; hajatan peringatan kematian ditemukan 9 data; hajatan kelahiran ditemukan 4 data; hajatan syukuran akikahan ditemukan 2 data; hajatan syukuran ulang tahun ditemukan 2 data; hajatan syukuran renovasi rumah ditemukan 1 data; hajatan syukuran pindahan rumah ditemukan 1 data; dan hajatan syukuran diangkat PNS ditemukan 1 data. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kalangan masyarakat Jawa sering bertindak tutur ekspresif pada acara hajatan pernikahan. Temuan tersebut menggambarkan bahwa kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan sudah mempertimbangkan segi kesopanan dalam berbahasa dengan menghindari tindakan-tindakan yang melukai perasaan lawan tutur dalam suatu interaksi. D. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis Strategi Bertindak Tutur Ekspresif di Kalangan Masyarakat Jawa dalam Wacana Hajatan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Ada sembilan macam bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif yang dinyatakan oleh kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan. Tindak tutur ekspresif tersebut, meliputi, tindak tutur ekspresif memuji, meminta maaf, mengungkapkan rasa simpati, berterima kasih, mengritik, mengucapkan selamat, menyindir, menuduh, dan mencurigai.

15 2. Ada dua strategi yang digunakan oleh kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan, yaitu strategi tindak tutur ekspresif langsung dan strategi tindak tutur ekspresif tidak langsung. Saran penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan antara lain: a) bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia, penelitian ini dapat memberikan khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan gambaran tentang tindak tutur ekspresif yang bisa dijadikan materi ajar; b) bagi peneliti lain, khususnya dalam bidang analisis tindak tutur, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam memberikan gambaran mengenai strategi bertindak tutur ekspresif di kalangan masyarakat Jawa dalam wacana hajatan dan peneliti lain diharapkan melakukan penelitian dengan kajian bahasa yang berbeda dan mengkajinya lebih dalam. DAFTAR PUSTAKA Alwi Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka. Indrawati, Sri. 2000. Kesantunan Direktif dalam Berbahasa Indonesia. Dalam Lingua: Jurnal Bahasa dan Sastra, p. 160-172, Volume 1, No. 2, Juni 2000, Unsri, Palembang. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik (Terjemahan M.D.D.Oka). Jakarta: Universitas Indonesia Press. Prayitno, Harun Joko. 2009. Perilaku Tindak Tutur Berbahasa Pemimpin dalam Wacana Rapat Dinas: Kajian Pragmatik Dengan Pendekatan Jender. Dalam Kajian Linguistik dan Sastra, p. 132-146, Volume 21, No. 2, Desember 2009, Unmuh, Surakarta. Rahardi, Kunjana. 2006. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis: Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. Yanti, Yusrita. 2001. Tindak Tutur Maaf di dalam Bahasa Indonesia di Kalangan Minangkabau. Dalam Linguistik Indonesia: Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia, p. 93-103, No. 1, Februari 2001, Universitas Bung Hatta, Padang. Yule, George. 2006. Pragmatik (Terjemahan Indah Fajar Wahyuni). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.