PENYELIDIKAN BATUBARA DI DAERAH NUNUKAN TIMUR, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH UMUK DAN SEKITARNYA KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB II TINJAUAN UMUM

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI

INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BATUBARA DI DAERAH LONGIRAM DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROSPEKSI BATUBARA DAERAH TABAK, KABUPATEN BARITO SELATAN PROVINSI KALIMATAN TENGAH

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM CEKUNGAN TARAKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud & Tujuan Penelitian

FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM

By : Kohyar de Sonearth 2009

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

Robert L. Tobing, David P. Simatupang, M. A. Ibrahim, Dede I. Suhada Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi

BAB II TINJAUAN UMUM

KAJIAN POTENSI TAMBANG DALAM PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG DI DAERAH SUNGAI MERDEKA, KAB. KUTAI KARTANEGARA, PROV. KALIMANTAN TIMUR

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH BUNGAMAS, KABUPATEN LAHAT PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAB II TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN TARAKAN

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTEM DAERAH TANJUNG LANJUT KABUPATEN MUARO JAMBI PROVINSI JAMBI. Oleh : Wawang Sri Purnomo, Didi Kusnadi dan Asep Suryana

BAB II TINJAUAN UMUM

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DAERAH SENYIUR, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (LEMBAR PETA I816-24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DAERAH SRIJAYA MAKMUR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN SARI

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTIM DI DAERAH SUNGAI SANTAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

I.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan

EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH PAINAN, KABUPATEN PAINAN PROPINSI SUMATERA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

SURVEI TINJAU ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH TALANG KARANGAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUARA ENIM PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. BAB I PENDAHULUAN

Oleh. Untung Triono. Kelompok Energi Fosil. Pusat Sumberdaya Geologi. Badan Geologi

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya energi yang cukup besar seperti minyak bumi, gas, batubara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami kondisi geologi daerah penelitian.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab II Kondisi Umum Daerah Penelitian

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH SUNGAI BELINTANG DAN SUNGAI SAI, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DI DAERAH PASER, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

PENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR PENGEMBANGAN DI LAPANGAN RR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH

Bab II Geologi Regional

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BONEHAU DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH LUBUK JAMBI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROPINSI RIAU

BAB IV HASIL ANALISIS SAMPEL BATUBARA

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

Oleh: Sigit Arso W., David P. Simatupang dan Robert L. Tobing Pusat Sumber Daya Geologi Jalan Soekarno Hatta No. 444, Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENYELIDIKAN LANJUTAN BITUMEN PADAT DI DAERAH NANGASILAT DAN SEKITARNYA KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT. Soleh Basuki Rahmat 1

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

MAKALAH PEMETAAN ENDAPAN BITUMEN PADAT DI DAERAH TIGABINANGA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KARO, PROPINSI SUMATRA UTARA

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Zona penelitian ini meliputi Cekungan Kalimantan Timur Utara yang dikenal juga

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil penelitian ini digambarkan dalam bentuk:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

FASIES BATUBARA FORMASI WARUKIN ATAS DAERAH TAPIAN TIMUR, KP PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN BATUBARA DI KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB II KEADAAN UMUM DAN KONDISI GEOLOGI

BAB II TINJAUAN UMUM

INVENTARISASI ENDAPAN BATUBARA MARGINAL DI DAERAH LONG DALIQ, KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

PENGKAJIAN BATUBARA BERSISTEM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH LUBUKMAHANG, KEC. BAYUNGLINCIR, KAB. MUSIBANYUASIN, PROP.

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN PASIR BESI DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN. PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB II TINJAUAN GEOLOGI

Transkripsi:

PENYELIDIKAN BATUBARA DI DAERAH NUNUKAN TIMUR, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA Sigit A. Wibisono dan Wawang S.P. Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Secara administratif daerah penyelidikan termasuk dalam wilayah Nunukan Timur, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Secara geografis dibatasi oleh koordinat 117 16 00 117 31 00 BT dan 04 03 00 04 18 00 LS. Secara regional, daerah Nunukan Timur merupakan bagian dari Cekungan Tarakan. Lapisan batubara di daerah penyelidikan seluruhnya terdapat pada Formasi Tabul (Tmt) dan Formasi Meliat (Tmm) dengan penampakan megaskopis berwarna hitam, kilap terang, keras, garis gores hitam dan berlapis dengan arah strike berkisar N100 E - N3450 E dan kemiringan (dip) berkisar 30-85. Di daerah penyelidikan ditemukan 13 singkapan batubara yang kemudian diinterpretasikan menjadi 8 seam dengan ketebalan berkisar antara 0,05 1,00 meter dan dibagi menjadi dua blok yaitu Blok Sekapal dan Sekaduyan Taka. Hasil analisis kimia batubara menunjukkan bahwa batubara daerah penyelidikan memiliki kisaran kalori antara 4.137 7.741 kal/gr. Sedangkan analisis petrografi organik menghasilkan nilai refllektansi vitrinit (%Rv max) dari setiap conto batubara berkisar 0,45% - 0,72%. Analisis kokas batubara menghasilkan nilai SI berkisar 3,5-4,5 yang hanya terdapat pada dua conto yaitu ST-03B dan ST-22. Analisis kandungan abu batubara menghasilkan nilai komposisi Fe 2O 3 yang lebih besar yaitu 2,40-64,65% dibandingkan dengan jumlah CaO dan MgO yaitu 0,16-6,73% dan 0,15-7,35%. Hasil analisis proksimat, ultimat, petrografi organik dan abu batubara menunjukkan bahwa batubara di daerah penyelidikan termasuk dalam peringkat subbituminous high volatile bituminous. Sumberdaya batubara hipotetik di daerah penyelidikan sebesar 3.910.324,29 ton. PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu tugas pokok dan fungsi Pusat Sumber Daya Geologi adalah menyelenggarakan penelitian, penyelidikan dan pelayanan bidang sumber daya geologi khususnya sumberdaya batubara (Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2010). Berdasarkan hal tersebut, Pusat Sumber Daya Geologi menyelenggarakan kegiatan Penyelidikan Batubara di Daerah Nunukan Timur, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Seluruh anggaran kegiatan penyelidikan ini dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2015. Maksud dan Tujuan Maksud kegiatan penyelidikan ini adalah untuk mengumpulkan data potensi batubara meliputi tebal, arah jurus, kemiringan dan kualitas batubara, serta unsur-unsur geologi lainnya. Selain itu diamati pula keadaan sosial, ekonomi, budaya dan keadaan alam setempat sehingga karakteristik daerah tersebut secara umum dapat diketahui. Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah mendelineasi wilayah prospek batubara berdasarkan data sebaran, kualitas dan sumberdaya batubara. Lokasi Kegiatan Lokasi penyelidikan terletak di daerah Nunukan Timur dan sekitarnya yang

dibatasi oleh koordinat geografis 117 16' 00 117 31' 00 Bujur Timur dan 04 03' 00 04 18' 00 Lintang Utara. Secara administratif daerah penyelidikan termasuk ke dalam Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara (Gambar 1). Keadaan Lingkungan Berdasarkan data pengamatan Stasiun Meteorologi Nunukan pada tahun 2006, Nunukan mengalami iklim panas dengan suhu udara rata-rata 27,5 C. Suhu udara terendah 22,0 C terjadi pada bulan September dan tertinggi 34,4 C pada bulan Desember. Suhu udara Nunukan yang cenderung panas dipengaruhi oleh topografi Pulau Nunukan yang dikelilingi laut. Walaupun mengalami suhu udara yang cukup panas, namun karena diimbangi oleh wilayah hutan yang cukup luas, Pulau Nunukan mempunyai kelembaban udara dan curah hujan yang relatif tinggi. Pada tahun 2006 kelembaban udara berkisar antara 62,0% - 86,0%. Sedangkan rata-rata curah hujan mencapai 168,7 mm, dengan curah hujan tertinggi 248,6 mm pada bulan Januari dan terendah 98,9 mm pada bulan April dan November. Penduduk yang menempati wilayah Kabupaten sebagian adalah penduduk asli setempat yaitu suku Dayak sedangkan penduduk mayoritas di Kabupaten Nunukan adalah suku Bugis pendatang dari daerah lain seperti suku Jawa, Sunda, Batak. Mata pencaharian penduduk setempat umumnya petani (perladangan berpindah), berkebun, pedagang, pegawai Pemerintah / Swasta. Sedangkan penduduk daerah sekitar penyelidikan mayoritas memeluk agama agama Islam. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan ini dimulai pertengahan Maret April 2015 selama 25 hari. Kegiatan dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari 4 orang dari Kelompok Penyelidikan (KP) Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi yang terdiri atas ahli geologi dan juru ukur. Penyelidik Terdahulu Daerah ini sebelumnya pernah di selidiki oleh beberapa instansi dengan keperluan yang berlainan, tetapi data yang didapat bisa di gunakan sebagai acuan dalam penyelidikan ini, penyelidikan pernah di lakukan oleh : Robertson Research (1984) yang membahas secara sekilas mengenai cekungan batubara di wilayah Kalimantan Timur serta potensinya secara garis besar. Hidayat, dkk. (1995), membahas kondisi geologi serta potensi berbagai formasi yang ada di daerah ini. Triono dan Djuanda (2005), melakukan inventarisasi batubara di daerah Simenggaris, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur. Metoda Penyelidikan Kegiatan penyelidikan didahului dengan melakukan pengumpulan data dan informasi terkait daerah yang akan diselidiki. Data dan informasi tersebut dapat berupa laporan hasil penyelidikan dari penyelidikan terdahulu maupun data spasial di sekitar daerah penyelidikan yang diperoleh dari perpustakaan yang berada di lingkungan Badan Geologi dan kemudian digunakan sebagai data awal untuk tahapan berikutnya yaitu penyelidikan lapangan. Selanjutnya dilakukan kegiatan penyelidikan lapangan yang merupakan rangkaian kegiatan pengumpulan data primer yaitu dengan melakukan pemetaan singkapan batuan pada formasi batuan di daerah penyelidikan, pemerian, pendokumentasian, pengambilan conto untuk analisis laboratorium, dan plotting data lapangan ke dalam peta. Evaluasi data dilakukan dengan mengkompilasi data primer, data sekunder dan hasil analisis laboratorium untuk kemudian dibuat dalam laporan.

RUANG LINGKUP GEOLOGI Secara regional, daerah Nunukan Timur merupakan bagian dari Cekungan Tarakan. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian Sempurna di bagian utara, Pegunungan Mangkalihat di bagian selatan, dan Tinggian Kuching di bagian barat, sedangkan di bagian timur diperkirakan berkembang hingga Laut Sulawesi. Cekungan ini dibagi lagi menjadi empat subcekungan, yaitu Sub-cekungan Muara yang berada di lepas pantai bagian selatan, Subcekungan Berau yang berada di darat bagian selatan, Sub-cekungan Tarakan yang sebagian besar berada di lepas pantai termasuk Pulau Bunyu dan Tarakan, dan Sub-cekungan Tidung yang berada di darat bagian utara (Lentini dan Darman, 1996). Melihat dari pembagian sub-cekungan tersebut, daerah penyelidikan termasuk dalam Sub-cekungan Tidung (Gambar 2). Morfologi Daerah Penyelidikan Daerah penyelidikan secara umum dikelompokan menjadi dua satuan morfologi yaitu : Satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang - terjal yang menempati sebelah utara daerah penyelidikan menempati + 30 % daerah penyelidikan yang didominasi oleh batupasir. Sebagian besar daerah ini merupakan lahan perkebunan sawit milik masyarakat sekitar dan pihak swasta. Satuan morfologi bergelombang landai yang menempati + 70 % daerah penyelidikan yang terdapat di sebelah selatan. Daerah ini merupakan daerah pemukiman penduduk dan sebagian besar merupakan lahan perkebunan sawit dan hutan tanaman industri milik masyarakat maupun perusahaan milik swasta. Secara umum daerah penyelidikan memiliki pola aliran sungai trellis. Stratigrafi Daerah Penyelidikan Secara regional daerah penyelidikan berada dalam peta geologi lembar Tarakan dan Sebatik, Kalimantan Skala 1:250.000 (Hidayat, dkk., 1995). Stratigrafi daerah penyelidikan dari tua ke muda menurut Hidayat dkk (1995) adalah sebagai berikut (Gambar 3).: Formasi Meliat (Tmm) tersusun oleh perselingan batupasir, batulempung, dan serpih dengan sisipan batubara, berstruktur lapisan bersusun, bioturbasi dan mengandung bintal batugamping. Formasi ini berumur Miosen Tengah dan diduga diendapkan pada lingkungan laut dangkal sampai delta atau paralik, dengan tebal formasi 800-1000m. Di atas formasi ini secara selaras diendapkan Formasi Tabul Formasi Tabul (Tmt) tersusun oleh perselingan batulempung, batulumpur, batupasir dan batugamping. Diperkirakan umur formasi ini adalah Miosen Akhir dan diendapkan di lingkungan delta sampai laut dangkal dengan ketebalan diperkirakan 600 m. Formasi ini tertindih tidak selaras oleh endapan gunung api Formasi Sinjin. Formasi Sajau (Tqps) tersusun oleh batupasir kuarsa, batulempung, batulanau batubara, lignit dan konglomerat; struktur sedimen perlapisan silang siur, planar dan mangkok, bioturbasi, perarian sejajar, nodul besi dan fosil kayu. Formasi ini berumur Plio Plistosen dan diendapkan pada lingkungan fluviatil dengan ketebalan 600 2000 m. Alluvium (Qa) tersusun oleh lumpur, lanau, pasir, kerikil dan koral yang merupakan endapan pantai, sungai dan rawa. Indikasi Endapan Batubara Mengacu pada Hidayat, dkk. (1995), kemungkinan formasi pembawa batubara di daerah penyelidikan adalah Formasi Sajau (Plio Plistosen), Formasi Tabul (Miosen Akhir) dan Formasi Meliat (Miosen Tengah). Ketiga formasi ini tersebar cukup luas di daerah penyelidikan.

HASIL PENYELIDIKAN Endapan Batubara Pada kegiatan pemetaan geologi ditemukan 17 lokasi singkapan batubara dan 23 lokasi singkapan batuan lainnya. Lapisan batubara pada singkapan memiliki ketebalan antara 0,05 1,00 meter. Interpretasi data lapangan menunjukkan bahwa singkapan batubara hanya ditemukan pada Formasi Meliat (Tmm) dan Formasi Tabul (Tmt) sedangkan pada Formasi Sajau (TQps) hampir sebagian singkapan yang ditemukan berupa batupasir. Batubara yang ditemukan pada Formasi Meliat (Tmm) umumnya berwarna hitam, kilap terang, agak keras dan garis gores hitam. Sedangkan batubara yang ditemukan di Formasi Tabul (Tmt) berwarna hitam, kilap terang, keras dan garis gores hitam. Berdasarkan keberadaannya, batubara di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi dua blok yaitu Blok Sekapal dan Blok Sekaduyan Taka. Blok Sekapal terletak di bagian timur daerah penyelidikan, sedangkan Blok Sekaduyan Taka terletak di bagian tengah sampai barat dari daerah penyelidikan (Gambar 4). Blok Sekapal Pada Blok Sekapal terdapat 1 lapisan batubara dengan ciri megaskopis berwarna hitam, kilap terang, keras dan garis gores hitam. Arah jurus berkisar N130 E sampai N140 E dengan kemiringan 55-85 dan ketebalan 0,05 0,60 meter. Lapisan batubara yang ditemukan pada blok ini termasuk ke dalam Formasi Tabul (Tmt). Blok Sekaduyan Taka Batubara yang terdapat pada Blok Sekaduyan Taka terdiri dari 7 lapisan batubara dengan ciri megaskopis hampir mirip dengan batubara yang terdapat di Blok Sekapal yaitu berwarna hitam, kilap terang, agak keras, garis gores hitam dan berlapis. Arah jurus berkisar antara N10 E sampai N345 E dengan kemiringan berkisar antara 5 sampai 82 dan ketebalan 0,05 1,00 meter. Lapisan batubara yang ditemukan pada blok ini terdapat pada 2 formasi pembawa batubara yaitu Formasi Tabul (Tmt) dan Formasi Meliat (Tmm). Kualitas Batubara Kualitas batubara di daerah penyelidikan ditentukan berdasarkan analisis di laboratorium yang meliputi analisis kimia dan fisik, petrografi organik, analisis kokas serta analisis abu. Analisis kimia dan fisik batubara dilakukan terhadap 13 conto yang diperkirakan batubara. Hasil analisis (Tabel 2) memperlihatkan bahwa hampir sebagian besar conto yang dianalisis merupakan batubara kecuali untuk conto batubara ST- 25. Conto ini memiliki nilai kalori 771 kal/gr dengan kandungan abu (ash) yang cukup besar mencapai 81,36% sehingga dapat disimpulkan bahwa conto ST-25 bukan merupakan conto batubara, melainkan serpih karbonan (Carbonaceous shale). Secara umum batubara di daerah penyelidikan mempunyai kisaran nilai kalori 4.137 7.741 kal/gr (). Nilai Swelling Index batubara di daerah penyelidikan berkisar antara 0,00 4,50. Terdapat 2 conto batubara yang memiliki nilai SI yang lebih besar dibandingkan conto lainnya yaitu ST- 03B sebesar 3,5% dan ST-22 sebesar 4,5%. Hasil analisis petrografi organik menunjukkan bahwa secara umum maseral yang terdapat pada setiap conto batubara di dominasi oleh maseral vitrinit (73,60-88,10%) dan sebagian kecil merupakan liptinit (1,50-7,80%) dan inertinit (1,20-8,10%). Nilai reflektansi vitrinit (%Rv max) berkisar antara 0,45-0,72% dengan nilai rata-rata 0,59% (Tabel 3). Hasil analisis abu batubara disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa batubara di daerah penyelidikan mempunyai komposisi Fe 2O 3 sebesar 2,40-64,65% sedangkan CaO sebesar 0,16-6,73% dan MgO sebesar 0,15-7,35%. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi Fe 2O 3 > CaO + MgO. Interpretasi hasil analisis kimia, fisik, petrografi organik dan abu batubara

menunjukkan bahwa batubara di daerah penyelidikan termasuk dalam peringkat subbituminous High Volatile Bituminous (Gambar 5). Sumberdaya Batubara Perhitungan sumberdaya batubara di daerah penyelidikan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Sumber daya = Panjang (m) x Lebar (m) x Tebal (m) x BJ (ton/m 3 ) Hasil perhitungan total sumberdaya batubara di daerah penyelidikan mencapai 3.910.324,29 ton dengan perhitungan sampai kedalaman 100 meter. Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan Batubara Ditinjau dari dimensi lapisannya, batubara yang terdapat di daerah penyelidikan kurang memiliki prospek pemanfaatan dan pengembangan yang kurang baik. Hal ini dikarenakan ketebalan batubara yang relatif tipis atau tidak terlalu tebal yaitu hanya berkisar antara 0,05 1,00 meter. Namun, hasil analisis laboratorium dapat dijadikan bahan pertimbangan lain mengingat kualitas batubara di daerah penyelidikan yang cukup baik, selain itu juga sudah terdapat infrastruktur yang cukup memadai diantaranya akses jalan yang cukup luas, dan dapat dilalui oleh kendaraan besar. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah kondisi saat ini di lapangan yang memperlihatkan bahwa hampir sebagian wilayah yang memiliki potensi batubara di daerah penyelidikan sudah ditempati oleh lahan sawit. Apabila dalam hal pengembangan dan pemanfaatan batubara menemui kendala dalam hal pembebasan lahan sawit, maka tentunya potensi batubara yang ada di daerah penyelidikan dapat dijadikan sebagai salah satu usulan Wilayah Pencadangan Negara (WPN). KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Batubara di daerah penyelidikan ditemukan pada Formasi Tabul (Tmt) dan Formasi Meliat (Tmm). 2. Secara megaskopis batubara memperlihatkan warna hitam, kilap terang, keras dan garis gores hitam. 3. Rekonstruksi data lapangan menghasilkan 8 seam atau lapisan batubara dengan ketebalan berkisar 0,05 1,00 m, strike berkisar N10 E - N345 E dan kemiringan (dip) berkisar 3-85. 4. Keterdapatan batubara dibagi menjadi dua blok yaitu Blok Sekapal dan Blok Sekaduyan Taka, Diperkirakan pada Blok Sekapal terdapat satu seam sedangkan di Blok Sekaduyan Taka terdapat tujuh seam batubara. 5. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa batubara di daerah penyelidikan termasuk dalam peringkat subbituminous High Volatile Bituminous A. 6. Sumberdaya hipotetik batubara di daerah penyelidikan adalah sebesar 3.910.324,29 ton. Ucapan Terima Kasih Ucapan terimakasih yang sebesarbesarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan penyelidikan ini. Secara khusus, ucapan terimakasih disampaikan kepada yang terhormat: Kepala Badan Geologi beserta staf, Kepala Pusat Sumber Daya Geologi, Pejabat Pembuat Komitmen / P2K beserta staf, Bupati Kabupaten Nunukan beserta staf, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Nunukan beserta staf, Camat dan Kepala Desa serta masyarakat setempat, Koordinator Kelompok Penyelidikan Batubara beserta staf, Koordinator Tim Kegiatan Lapangan Batubara, Staf Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi, serta Rekan-rekan di Kelompok Penyelidikan Batubara.

DAFTAR PUSTAKA Achmad, Z., Samuel, 1984. Stratigraphy And Depositional Cyles in The N.E. Kalimantan Basin. Proceeding of Indonesian Petroleum Association 13th Convention, Jakarta, Vol.1. 109-120. ASTM, 1986. Annual Book of ASTM Standards, Vol. 388, American Society for Testing and Materials, Philadelphia, PA. Lentini, M,R., dan Darman, H., 1996, Aspects Of The Neogen Tectonic History And Hydrocarbon Geology Of The Tarakan Basin, Proceedings Indonesian Petroleum Association, 25 th Annual Convention. 241-251. Robertson Research, 1984. Recent Coal Developments in East Kalimantan, Indonesia and Potential Markets in The West Pacific. Robertson Research (Australia) PTY.Limited, 1984, Report No.1175 Hidayat, S., Amirudin, dan Satrianas, D., 1995. Geologi Lembar Tarakan dan Sebatik, Kalimantan Timur. Puslitbang Geologi, Bandung. Triono, U. dan Djuanda, D., 2005. Inventarisasi Batubara Marginal di Daerah Simenggaris, Kabupaten Nunukan provinsi Kalimantan Timur. Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral, Bandung. Daerah Penyelidikan Gambar 1. Peta Lokasi Kegiatan Penyelidikan

Gambar 2. Cekungan Tarakan Dibagi Menjadi Empat Sub-cekungan Yaitu Sub-Cekungan Tidung, Tarakan, Berau dan Muara (Acmad dan Samuel, 1984). Gambar 3. Stratigrafi Daerah Penyelidikan (Modifikasi dari Hidayat, dkk., 1995)

Gambar 4. Peta Geologi dan Pembagian Blok Batubara Daerah Penyelidikan (Modifikasi dari Hidayat, dkk., 1995) Kode Conto Tabel 1. Hasil Analisis Kimia dan Fisik Batubara di Daerah Penyelidikan. FM TM M VM FC Ash TS ar ar Parameter Analisis HGI RD CV (kal/gr) ST-03A 13,55 15,42 2,15 28,23 29,15 40,47 2,97 90,36 1,64 4.137 64,78 5,85 1,27 5,18 22,92 0,00 ST-03B 2,87 4,49 1,67 44,95 49,81 3,57 2,76 59,27 1,25 7.741 80,76 5,98 1,49 2,91 8,86 3,50 ST-04 4,25 6,69 2,55 40,67 53,86 2,92 0,55 55,12 1,26 7.576 81,54 5,77 1,82 0,58 10,29 1,00 ST-05 5,79 9,37 3,80 40,55 53,43 2,22 0,53 53,74 1,31 7.026 77,39 5,20 1,62 0,56 15,23 0,00 ST-06 4,00 6,82 2,94 41,21 52,86 3,08 0,62 51,67 1,29 7.235 78,88 5,50 1,72 0,66 13,24 1,00 ST-08 5,68 8,37 2,85 42,28 50,41 4,46 1,06 55,81 1,29 7.176 78,62 5,64 1,74 1,14 12,86 1,00 ST-10 10,46 14,35 4,35 44,96 44,43 6,26 2,04 63,41 1,34 6.580 74,67 5,63 1,43 2,28 15,98 0,00 ST-22 2,40 3,86 1,50 38,59 47,78 12,13 5,67 70,32 1,34 7.114 78,89 5,77 1,83 6,56 6,94 4,50 ST-24 11,44 15,42 4,49 44,93 36,33 14,25 1,02 51,67 1,37 5.834 71,63 5,85 1,22 1,26 20,04 0,00 ST-25 7,08 8,38 1,40 10,44 6,80 81,36 0,85 90,36 2,27 771 29,23 6,52 0,35 4,93 58,97 0,00 ST-26 2,99 6,24 3,35 42,86 41,93 11,86 5,77 57,19 1,40 6.543 72,72 5,64 1,53 6,81 13,30 0,50 ST-27 6,94 10,32 3,63 43,53 40,62 12,22 6,61 59,96 1,41 6.336 71,71 5,54 1,28 7,86 13,61 0,50 ST-28 4,54 7,43 3,03 30,19 35,75 31,03 0,33 53,05 1,52 4.937 72,99 5,82 1,74 0,50 18,94 0,00 ST-31 7,29 10,26 3,20 38,74 41,08 16,98 3,60 75,16 1,43 5.959 68,58 5,49 1,19 4,15 20,23 1,00 C H N S O SI

Tabel 2. Hasil Analisis Petrografi Organik Batubara di Daerah Penyelidikann. Mean Maseral Mineral Kode Reflektan Kisaran Litologi Ox Contoh Vitrinit V I L Clay B (%Rvmax) Py ST-03A Batubara 0,58 0,55-0,62 87,00 1,20 1,50 7,20 0,50 2,60 ST-03B Batubara 0,58 0,55-0,62 83,60 5,20 7,40 0,50 1,20 2,10 ST-04 Batubara 0,62 0,56-0,68 85,00 7,50 5,70 0,60 0,40 0,80 ST-05 Batubara 0,66 0,59-0,73 84,60 8,10 3,80 1,00 1,40 1,10 ST-06 Batubara 0,72 0,64-0,79 85,40 7,20 2,90 2,40 1,60 0,50 ST-08 Batubara 0,65 0,60-0,73 81,60 5,60 7,60 3,00 1,00 1,20 ST-10 Batubara 0,53 0,50-0,61 79,10 4,30 7,80 2,20 1,00 5,60 ST-22 Batubara 0,71 0,65-0,79 77,40 2,50 2,30 5,70 4,60 7,50 ST-24 Batubara 0,45 0,41-0,48 73,60 6,30 6,10 7,40 5,00 1,60 ST-25 Carb. Shale 0,52 0,47-0,59 9,60 1,40 1,50 85,20 1,00 1,30 ST-26 Batubara 0,50 0,46-0,57 81,70 1,60 4,50 7,20 1,30 3,70 ST-27 Batubara 0,49 0,46-0,53 79,50 2,40 6,80 7,80 1,10 2,40 ST-28 Batubara 0,64 0,60-0,68 88,10 1,30 3,70 5,10 1,00 0,80 ST-31 Batubara 0,52 0,49-0,59 83,20 1,20 3,80 7,40 1,70 2,70 Tabel 3. Hasil Analisis Abu Batubara di Daerah Penyelidikan.

CV Rata-rata : 13.747,24 btu/lb, daf Keterangan : Hasil kesimpulan analisis petrografi Hasil analisis proksimat (kalori) Gambar 5. Kualitas Batubara Daerah Penyelidikan (ASTM, 1986)