II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri Definisi agroforestri

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

PENDAHULUAN Latar Belakang

KINERJA PENGELOLAAN REPONG DAMAR DITINJAU DARI ASPEK EKOLOGI, SOSIAL DAN EKONOMI DELFY LENSARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. Agroforestri: ilmu baru, teknik lama. Penanaman berbagai jenis. pohon dengan atau tanpa tanaman semusim (setahun) pada sebidang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

I. PENDAHULUAN. jenis salak yang terdapat di Indonesia, yakni : salak Jawa Salacca zalacca

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestri Istilah agroforestri mulai mendapat perhatian dunia internasional secara global sejak tahun 1970-an (van Maydel

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Repong dalam terminologi Krui adalah sebidang lahan kering yang ditanami

TINJAUAN PUSTAKA. komunitas biologi yang didominanasi oleh pohon-pohonan tanaman keras

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Rakyat dan Agroforestry. maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Bagian 1. Agroforestri Indonesia: beda sistem beda pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah

EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati

BAGIAN EMPAT KLASIFIKASI AGROFORESTRI. Panduan Praktis Agroforestri

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. hutan memiliki 3 fungsi utama yang saling terkait satu sama lain, yakni fungsi

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan agroforestri. Sistem agroforestri yang banyak berkembang pada

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara

TINJAUAN PUSTAKA Hutan Kemasyarakatan

PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR. Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

Fransina Latumahina dan Mersiana Sahureka Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon

I. PENDAHULUAN. terhadap sumber daya hutan. Eksploitasi hutan yang berlebihan juga mengakibatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara. keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia.

PENDAHULUAN. kadang-kadang tidak mencukupi (Ekstensia, 2003). Peran sektor pertanian di Indonesia terlebih di Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Agroforestry dalam Bahasa Indonesia, dikenal dengan istilah wanatani atau

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Lahan

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut

Apa itu Agroforestri?

KONSERVASI TANAH DAN AIR DI LAHAN TAMAN HUTAN RAYA: UPAYA PENCEGAHAN DAN PERBAIKAN KERUSAKAN. Syekhfani

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam (Anonim, 2007). Namun akhir-akhir ini

INOVASI SISTEM AGROFORESTRY DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KARET ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. 2.1 Tinjauan Pustaka Kebijakan Pemerintah dalam Hal Gender dalam Pembangunan

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia,

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG

Ekonomi Pertanian di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ekologi Padang Alang-alang

BAB I. PENDAHULUAN A.

TINJAUAN PUSTAKA. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri 2.1.1 Definisi agroforestri Dalam Bahasa Indonesia, kata agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Menurut de Foresta et al. (2000) menyatakan bahwa agroforestri menggabungkan ilmu kehutanan dan agronomi, serta memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan. Agroforestri merupakan ciptaan manusia yang dikembangkan dalam rangka pengembangan dan pelestarian sumber daya hutan, dan bukan merupakan upaya pengelolaan hutan alam. Menurut de Foresta et al. (2000) menyatakan bahwa agroforestri memiliki struktur yang serupa dengan hutan alam, umumnya agroforestri memiliki penampilan seperti hutan alam primer atau sekunder karena dominasi pepohonan dan keanekaragaman tetumbuhan yang pada tahap awalnya berasal dari hutan alam, agroforestri dapat secara keliru dianggap sebagai hutan alam. Agroforestri merupakan satu persekutuan hidup satuan-satuan biologi dan proses-proses yang dapat direproduksi dalam jangka panjang. Menurut Vergara (1982) agroforestri meskipun tidak selalu merupakan paket teknologi yang penting dalam program-program social forestry. Social forestry pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia di pedesaan dari hutan yaitu fuel, fodder, food, timber, income, environtment. Social forestry pada prinsipnya mempunyai tiga tujuan yaitu: a. Tujuan produksi yaitu berusaha memberikan hasil maksimal produk dan jasa hutan yang didefinisikan secara tradisional oleh masyarakat setempat b. Tujuan ekuiti yakni distribusi faedah produk dan jasa hutan c. Tujuan partisipasi yaitu menghubungkan alokasi hak dan tanggung jawab dalam pengelolaan hutan.

Sasaran pokok dari ketiga prinsip di atas adalah untuk mencapai kemakmuran masyarakat atas kekayaan yang ada dilingkungan sekitar. Ada empat tujuan dari agroforestri yaitu: a. Untuk menciptakan keseimbangan yang harmonis antara konservasi sumberdaya alam dengan produksi b. Untuk mengurangi kesenjangan antara pasokan (supply) dan permintaan c. Untuk pelaksanaan program tata guna lahan yang berdasarkan pertimbangan ekologi, sosial, ekonomi, dan demografi d. Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut Agroforestri diharapkan berguna bagi daerah tropika, sebagai usaha mencegah perluasan tanah tandus, dan kerusakan kesuburan tanah, dan mendorong pelestarian sumberdaya hutan. Agroforestri juga diharapkan berguna bagi peningkatan mutu pertanian serta intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. 2.1.2 Keuntungan agroforestri Vergara (1982) mengatakan bahwa keuntungan-keuntungan dari sistem pertanaman agroforestri adalah: a. Aspek ekologi: 1. Berkurangnya tekanan terhadap hutan, sehingga akan lebih banyak pepohonan hutan yang dimanfatkan sebagai pelindung daerah perbukitan 2. Daur ulang unsur hara yang lebih efisien dengan terdapatnya perakaran pohon yang sangat dalam 3. Perlindungan terhadap lahan berlereng tinggi dengan adanya pengelolaan lahan yang stabil 4. Berkurangnya aliran permukaan, pencucian hara dan erosi tanah karena adanya akar dan batang pepohonan yang menghalangi proses-proses tersebut 5. Perbaikan mikroklimat seperti menurunnya suhu permukaan tanah dan berkurangnya evaporasi tanah karena adanya naungan dan humus 6. Meningkatkan jumlah unsur hara karena adanya penambahan dan dekomposisi bahan organik yang jatuh ke atas permukaan tanah

b. Aspek sosial 1. Perbaikan standar kehidupan masyarakat dengan adanya pekerjaan sepanjang waktu dan pendapatan yang berkesinambungan 2. Perbaikan nilai gizi dan kesehatan karena lebih banyaknya kuantitas dan keanekaragaman bahan pangan yang akan diperoleh 3. Stabilisasi dan perbaikan komunitas di daerah dataran tinggi melalui pengurangan kebutuhan lahan perpindahan untuk usaha tani. c. Aspek ekonomi 1. Hasil yang beragam berupa pangan, kayu bakar, makanan ternak pupuk dan bahan bangunan 2. Mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan panen yang bisa terjadi pada pertanaman monokultur 3. Menaikkan pendapatan petani karena ada penambahan hasil dari jenis tanaman yang berbeda 2.1.3 Klasifikasi sistem agroforestri Tipe sistem agroforestri sangat beragam dan kompleks dalam sifat dan fungsinya. Oleh karena itu, pengklasifikasian sistem-sistem agroforestri dalam berbagai kategori sangat diperlukan untuk mengevaluasi, memahami dan memperbaiki sistem-sistem yang telah ada. Menurut Nair (1993) menyatakan bahwa istilah sistem agroforestri berbeda dengan teknologi agroforestri. Sistem agroforestri mencakup bentuk-bentuk agroforestri yang banyak dilaksanakan di suatu daerah atau merupakan suatu pemanfaatan lahan yang sudah umum dilakukan di suatu daerah. Sedangkan istilah teknologi agroforestri digunakan untuk menunjukkan adanya perbaikan atau inovasi yang biasanya berasal dari hasil penelitian dan digunakan untuk mengembangkan hasil-hasil yang baik dalam mengelola sistem-sistem agroforestri yang telah ada. Dengan demikian, sistem agroforestri meliputi bentuk-bentuk asli praktek agroforestri (indigenous agroforestry). Sedangkan teknologi agroforestri menghasilkan bentuk agroforestri yang telah diperbaiki (improved agroforestry) misalnya: improved fallow, alley cropping, multi purpose trees on farm lands, dan sebagainya.

Kriteria yang paling jelas dan mudah dipakai dalam pengklasifikasian sistem Agroforestri adalah sebagai berikut (Nair 1993): 1) Pengaturan komponen-komponennya menurut waktu dan tempat Þ struktur, 2) Kepentingan dan peran komponen Þ fungsi, 3) Tujuan produksi atau hasil sistem Þ output, 4) Karakter sosial ekonominya Þ dasar sosial ekonomi, 5) Basis ekologinya Þ dasar ekologi. Klasifikasi pokok sistem agroforestri disajikan pada Tabel 1. 2.1.4 Sistem agroforestri Menurut de Foresta et al. (2000) mengatakan bahwa agroforestri di Indonesia dapat digolongkan menjadi 2 sistem agroforestri yaitu: 2.1.4.1 Sistem agroforestri sederhana Sistem agroforestri sederhana adalah perpaduan-perpaduan konvensional yang terdiri atas sejumlah kecil unsur atau sering juga dikenal sebagai skema agroforestri klasik. Contoh tanaman yang bisa ditanam di sistem ini adalah tanaman yang memiliki peran ekonomi (kelapa, karet, jati, kopi, pisang, coklat dan lain sebagainya), peran ekologi (dadap dan petai cina) serta tanaman musiman (padi, jagung, sayur mayur, rerumputan). Bentuk agroforestri sederhana yang paling banyak dibahas adalah tumpang sari yang merupakan sistem taungnya. Sistem-sistem agroforestri sederhana juga menjadi ciri umum pada pertanian komersil misalnya kopi diselingi dengan tanaman dadap, yang menyediakan naungan bagi kopi dan kayu bakar bagi petani.

Tabel 1. Klasifikasi pokok sistem agroforestri. Pengelompokan berdasarkan struktur dan fungsi komponen agroforestri Struktur (asal dan susunan komponen kayu) Asal komponen Susunan komponen 1. Spasial/ruang - Campuran tanaman yang padat, misal: pekarangan. - Campuran terpisah, misal: pada kebanyakan tanaman HMT. - Strip - Lebar strip lebih dari satu pohon. - Tanaman batas - Pada sudut-sudut ladang. - Agrisilvikultur (tanaman pertanian dan tanaman kayu, termasuk shrub). - Silvopastoral (ternak dan tanaman kayu). - Agrosilvopastoral (tanaman pertanian, ternak dan tanaman kayu). - Lainnya (multipurpose tree lots, apiculture, aquaculture, dll.) Sumber: Nair 1993 2. Temporal/waktu - Coincident - Concomitant - Overlapping - Sequential (separate) - Interpolated Fungsi (output dari komponen kayu) Fungsi produksi - Pangan - HMT - Kayu bakar - Produksi lain Fungsi lindung - Windbreak - Sabuk hijau - Konservasi tanah - Konservasi air tanah - Kesuburan tanah - Peneduh (tanaman pertanian, ternak, manusia). Pengelompokan berdasarkan penyebaran dan pengelolaan agroforestri Kesesuaian Level sosialekonomi dan lingkungan agroekologis manajemen - Dataran rendah tropika. - Dataran tinggi tropika ( > 1.200 m dpl, Malaysia). - Dataran rendah subtropis (misal: daerah savana di Afrika, Cerrado di Amerika Selatan). - Dataran tinggi subtropis (misal: di Kenya dan Ethiopia). Berdasarkan tingkat input teknologi: - Input rendah (marginal) - Input sedang - Input tinggi Berdasarkan hubungan cost/benefit: - Komersial - Peralihan - Subsisten

2.1.4.2 Sistem agroforestri kompleks (agroforest) Sistem agroforestri kompleks atau agroforest adalah sistem-sistem yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, tanaman musiman dan atau rumput. Penampakan fisik dan dinamika di dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam primer maupun sekunder. Sistem agroforestri kompleks bukanlah hutan-hutan yang ditata lambat laun melalui transformasi ekosistem secara alami, melainkan kebun-kebun yang ditanam melalui proses perladangan. Berdasarkan sudut pandang pelestarian lingkungan kemiripan struktur dan penampilan fisik agroforest dengan hutan alam merupakan suatu keunggulan. Seperti halnya pada sistem-sistem agroforestri sederhana, sumberdaya air dan tanah dilindungi dan dimanfaatkan, tetapi lebih dari itu pada agroforest sejumlah besar keanekaragaman flora dan fauna asal hutan alam tetap berkembang. Contoh agroforest di Indonesia adalah di Provinsi Kalimantan Barat yang mana masyarakat Dayak membangun agroforest dengan pohon Dipterokarpa (Dipterocarpaceae) penghasil buah tengkawang sebagai jenis utama, desa-desa di Provinsi Maluku dikelilingi oleh kebun-kebun yang memadukan pohon-pohon rempah tradisional yang berasal dari hutan seperti pala dan cengkeh dengan pohon kenari yang juga asal hutan, penduduk Krui di Lampung Barat mendomestifikasi jenis pohon Dipetrocarpa penghasil damar. 2.2 Repong Damar 2.2.1 Deskripsi Repong Damar Menurut Lubis (1997) menyatakan bahwa Repong menurut orang Krui adalah sebidang lahan yang diatasnya tumbuh beranekaragam jenis tanaman produktif, umumnya tanaman tua (perennial crops), seperti damar, duku, durian, petai, jengkol, tangkil, manggis, kandis, dan lain sebagainya yang dipelihara karena memiliki nilai ekonomis. Disebut Repong Damar karena pohon damar merupakan tegakan yang dominan jumlahnya pada setiap bidang Repong.

2.2.2 Sejarah Pembentukan Orang Krui menyebut hutan alam dengan istilah Pulan dan wanatani damar dengan istilah Repong. Struktur vertikal dan ekosistem Pulan dan Repong tidak jauh berbeda. Keduanya ditandai oleh tingginya keanekaragaman biota alam yang menjadi komponennya. Komposisi mosaik Pulan dan Repong yang menghampar hijau kini telah menutupi gugusan perbukitan di sepanjang pantai barat Provinsi Lampung hingga ke batas Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di sebelah utara dan timur laut (Lubis 1997). Dari aspek teknis budidaya, tahap-tahap penanaman tanaman produktif (mulai dari tanaman subsisten sampai tanaman tua) berikut perawatannya, di sengaja atau tidak disengaja oleh petani, ternyata berlangsung dalam kondisi ekologis yang sesuai dan saling mendukung satu sama lain. Sehingga proses-proses produksi yang terkait dalam seluruh tahapan pengembangan Repong bisa membuahkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Pada gilirannya, kegiatan produktif yang berlangsung secara bertahap itu akan memberikan kontribusi ekonomi bagi petani secara terus-menerus dalam jangka panjang. Getah damar yang dipanen secara berkala memberi pendapatan tunai secara rutin untuk nafkah keluarga. Dari tanaman Repong juga bisa diperoleh hasil lainnya seperti kayu bakar, bahan bangunan dan juga beragam jenis tumbuhan obat (Lubis 1997). Menurut Michon et al. (1998) menjelaskan bahwa secara ekologis fase perkembangan Repong Damar menyerupai tahapan suksesi hutan alam dengan segala keuntungan ekologisnya, seperti perlindungan tanah, evolusi iklim mikro, dan lain sebagainya. Dari segi teknis budidaya, tahap-tahap penanaman tanaman produktif, mulai dari tanaman subsisten sampai tanaman tua yang mana perawatannya disengaja atau tidak oleh petani yang berlangsung dalam kondisi ekologis yang sesuai dan saling mendukung satu sama lain. Sehingga proses-proses produksi yang terkait dalam seluruh tahapan pengembangan Repong Damar bisa membuahkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Menurut Lubis (1997) menyatakan bahwa tradisi pembukaan lahan hutan yang dilakukan oleh masyarakat Krui secara garis besar dapat dibedakan atas tiga fase produktif yang ketiganya berlangsung di ruang fisik yang sama, namun berada

pada ruang yang berbeda dalam perspektif kognitif masyarakat Krui. Ketiga fase tersebut adalah: 1. Fase Dakhak (ladang) adalah fase ketika lahan siap tanam mulai ditanami dengan tanaman-tanaman subsistensi, seperti padi dan palawija. 2. Fase Kebun adalah fase bagi tanaman muda (annual crop) yang mana berkebun merupakan alasan utama dalam pengambilan keputusan untuk membuka lahan hutan. 3. Fase Repong dimana masyarakat Krui mulai menanamkan lahan pertaniannya dengan Repong apabila keragaman jenis tanaman yang tumbuh di dalamnya sudah terpenuhi, yang pada umumnya mulai didominasi oleh tanaman keras. Proses penanaman tersebut berlangsung secara simultan semasa pemeliharaan tanaman kebun.