BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya hidup seperti diet tinggi kolesterol atau asam lemak jenuh tinggi dan kurangnya olahraga. Diet tinggi lipid menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan low density lipoprotein (LDL) darah sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis (penebalan pembuluh darah) dapat memicu jantung koroner (Borate dkk., 2011) American Heart Association (AHA) memperkirakan lebih dari 100 juta penduduk Amerika memiliki kadar kolesterol total dalam darah >200 mg/dl, yang termasuk kategori cukup tinggi, dan lebih dari 34 juta penduduk dewasa Amerika memiliki kadar kolesterol >240 mg/dl, yang termasuk tinggi dan membutuhkan terapi (Smith. 2007). Umumnya terapi hiperkolesterolemia menggunakan obat, seperti simvastatin, lovastatin, rosuvastatin dan pravastatin yang termasuk dalam golongan statin. Seperti obat sintetis lain, golongan statin juga mempunyai efek samping di antaranya miopati, rhabdomiolisis dan gangguan hati (Mikhailidis dkk.,2007; Darling dkk.,1997; Maron dkk.,2000; Shepherd dkk., 1995), sehingga alternatif terapi yang aman sangat dibutuhkan. Salah satu alternatif yang banyak digunakan adalah obat yang berasal dari ekstrak tanaman, karena obat yang berasal dari tanaman relatif aman ketika digunakan. Berbagai penelitian mengenai tanaman yang memiliki efek anti-hiperkolesterolemia telah banyak dilakukan diantaranya menggunakan ekstrak dari temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan sambung nyawa (Gynura procumbens (lour) Merr)). 1
Aktivitas biologi dari temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) yang mengandung kurkumin sangat luas cakupannya diantaranya adalah menurunkan kadar kolesterol dalam darah, mencegah oksidasi low density lipoprotein dan menghalangi agregasi platelet (Itokawa dkk., 2008), sedangkan sambung nyawa (Gynura procumbens (lour) Merr)) merupakan herbal tradisional yang secara empiris telah digunakan secara turun temurun untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Selain digunakan sebagai penurun kolesterol sambung nyawa juga berfungsi sebagai antitumor dan antikanker (Sari dkk., 2013) Menurut penelitian dari Yuniati dan Ikawati. (2009) diketahui bahwa kombinasi ekstrak temulawak dan sambung nyawa dengan perbandingan 75:25 dengan dosis 500 mg/kg BB tikus mampu menurunkan LDL sebesar 63,6% dan menaikkan kadar HDL sebesar 11,49% pada tikus dengan hiperkolesterolemia sehingga berpotensi dikembangkan sebagai alternatif terapi hipekolesterolemia Namun obat herbal memiliki beberapa kendala dalam perkembangannya, termasuk dalam bidang formulasi. Kelarutan merupakan masalah yang paling banyak ditemukan dalam formulasi sediaan oral, 4-10% kandidat obat baru memiliki bioavaibilitas yang rendah akibat kelarutannya yang rendah (Taha dkk., 2009). Kurkumin memiliki kelarutan yang rendah sehingga berakibat pada minimnya bioavaibilitas sistemik (Bisht dkk., 2007). Selain itu, dosis pemberian secara oralnya sangat tinggi yakni mencapai 8000 mg/hari sehingga menimbulkan ketidaknyaman pasien (Cheng dkk., 2001), Sedangkan kuersetin yang terkandung dalam sambung nyawa hanya dapat diabsorbsi 20-30% pada pemberian dosis oralnya (Hollman dkk., 1997). Menurut I dkk (1983) 20% kuersetin yang 2
diberikan secara oral akan diserap melalui saluran pencernaan, 30% akan didekomposisi menjadi senyawa lain dan 30% akan dibuang melalui feses. Formulasi ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) seperti pada formulasi tablet, pada beberapa kasus menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien karena dosis pemberian yang terlalu tinggi sehingga berakibat pada ukuran sediaan tablet yang besar atau perlu lebih dari satu tablet setiap pemberiannya (Pather dan Woldemariam, 2012), sedangkan untuk formulasi ekstrak sambung nyawa (Gynura procumbens (Lour) Merr) belum dilakukan formulasi secara khusus. Untuk mengatasi masalah ini maka ekstrak kombinasi Temulawak dan Sambung nyawa akan dibuat dalam bentuk sediaan Self-nanoemulsifying drug delivery system (SNEDDS) karena dengan ukurannya yang kecil (1-100 nm), nanoemulsi yang terbentuk ketika berada didalam cairan gastrointestinal memiliki luas permukaan yang lebih luas dibandingkan partikel yang lebih besar, sehingga bermanfaat pada aktivasi permukaan partikel (Hosokawa dkk., 2007). SNEDDS (Self-Nanoemulsifying Drug Delivery Systems) mampu membentuk emulsi spontan ketika berada di dalam saluran cerna. SNEDDS terbuat dari minyak, surfaktan dan ko-surfaktan dengan komposisi yang sesuai mampu menciptakan campuran isotropik yang stabil. Dalam pembuatan SNEDDS, minyak yang akan digunakan adalah VCO (Virgin coconut oil) karena merupakan asam lemak rantai medium yang didominasi oleh asam laurat. Asam lemak rantai medium bersifat lebih polar (lebih cepat melepas ion-ion H) dibandingkan dengan asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai medium lebih mudah masuk secara langsung 3
tanpa enzim lipase pankreatik ke dalam hati melalui vena portal setelah diabsorbsi oleh usus dan dengan cepat dimetabolisme menjadi energi. Asam lemak rantai medium tidak masuk dalam siklus kolesterol dan tidak mengakumulasi jumlah lemak dalam jaringan (Dayrit, 2003). Sehingga, diharapkan VCO yang digunakan dalam formulasi ini tidak mengakumulasi kadar lemak dalam darah. 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka timbul permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah SNEDDS kombinasi ekstrak temulawak dan sambung nyawa dengan rasio 75:25 dapat dibuat dengan VCO sebagai fase minyaknya? 2. Bagaimanakah hasil formulasi optimal SNEDDS dari kombinasi ekstrak temulawak dan daun sambung nyawa menggunakan VCO sebagai fase minyak, dengan surfaktan dan ko-surfaktan? 3. Bagaimanakah aktivitas anti-hiperkolesterolemia kombinasi ekstrak temulawak dan daun sambung nyawa dalam SNEDDS menggunakan VCO dibandingkan dengan bentuk konvensionalnya? 2. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai kedua ekstrak ini antara lain: a. Menurut Wang dkk. (2014) nanopartikel dengan metode biokompatibel dan biodegradable yang meliputi lipososm, emulsi, nanopartikel solid lipid dan nanostructured lipid carriers, micelles serta poly(lactic-co-glycolic acid) nanoparticles dapat meningkatkan kelarutan, stabilitas dan bioavaibilitas 4
sediaan fitokimia seperti kurkumin, kuersetin, epigallocatechin gallate dan resveratrol dengan cara meningkatkan absopsi dan menghindari degradasi dini dan memperlama waktu sirkulasi didalam tubuh. b. Arafa (2005) kurkumin menunjukkan efek hipokolesterimia yang dipicu oleh adanya degradasi dan eliminasi dari penyerapan kolesterol. Sivabalan dkk. (2010) Kurkuminoid menghambat proliferasi dari sel otot polos pembuluh darah pada sapi yang distimulasi oleh oksidasi dari low-density lipoproteins (LDL). SMEDDS (self-microemulsifying drug delivery system) kurkumin yang merupakan obat dengan kelarutan rendah dalam air dan bioavaibilitas oralnya sangat rendah sukses ditingkatkan kelarutan dan biovaibilitasnya (Cui dkk., 2009). Menurut penelitian dari Sudyajai. (2006) Sediaan nanopartikel mampu meningkatkan kemampuan dari kurkumin untuk menembus sawar darah otak c. Sambung nyawa memiliki fungsi antihiperlipidemia terkait dengan sifat antioksidannya yang dapat mencegah oksidasi LDL (low-density Lipoproteins) dan mengekspresikan metalloprotein yang berfungsi menghancurkan plak aterosklerosis dan bertanggung jawab atas stabilisasi plak. (Bakova dan Kolesárová, 2012). Berdasarkan penelitian dari Sun dkk. (2010) bioavaibilitas dari nanosuspensi kuersetin dengan metode tandem of nano-precipitation (NP) dan high pressure homogenization (HPH) method menunjukkan peningkatan kelarutan tujuh puluh kali lebih tinggi dibandingkan kuersetin konvensional sehingga berakibat pada meningkatnya kelarutan dari kuersetin. Menurut Gao dkk. (2012) Nano formulasi kuersetin 5
menggunakan metode enkapsulasi merupakan formulasi potensial dalam terapi kanker ovarium karena mampu meningkatkan bioavaibilitas kuersetin yang rendah akibat rendahnya bioavaibilitasnya. Tantangan preparasi ekstrak temulawak dan sambung nyawa dapat diatasi dengan SNEDDS. Penelitian mengenai pembuatan sediaan SNEDDS kombinasi ekstrak temulawak dan sambung nyawa menggunakan VCO untuk terapi hiperkolesterolemia selama pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan sebelumnya. 3. Manfaat Penelitian a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama untuk peneliti di bidang teknologi farmasi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam hal formulasi sediaan SNEDDS ekstrak kombinasi temulawak dan sambung nyawa. b. Bagi industri farmasi di Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan produk baru berupa sediaan SNEDDS kombinasi ekstrak temulawak dan sambung nyawa transdermal dengan VCO sebagai fase minyak. B. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula SNEDDS kombinasi ekstrak temulawak dan Sambung nyawa, kemudian 6
dilakukan uji aktivitas sebagai obat anti-hiperkolesterol. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Membuat SNEDDS kombinasi ekstrak temulawak dan sambung nyawa dengan rasio 75:25 dapat dibuat dengan VCO sebagai fase minyaknya 2. Mengetahui hasil formulasi optimal SNEDDS dari kombinasi ekstrak temulawak dan daun sambung nyawa menggunakan VCO sebagai fase minyak, dengan surfaktan dan ko-surfaktan. 3. Mengetahui pengaruh formulasi kombinasi ekstrak temulawak dan daun sambung nyawa dibandingkan dengan bentuk konvensionalnya terhadap aktivitas anti-hiperkolesterolemia. 7