BAB III STATUS DAN IMPLIKASI YURIDIS UANG PUBLIK DAN UANG PRIVAT BERDASARKAN TINDAK PEMERINTAHAN. A. Status Hukum Uang Negara Berdasarkan Tindak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KONSEP TENTANG KEUANGAN NEGARA YANG IDEAL BERDASARKAN TINDAK PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk.

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

7 Idem, Penjelasan umum alinea 9

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 91 TAHUN 2000 (91/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

2016, No Manusia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar sert

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 34 TAHUN 2000 (34/2000) TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG

PIAGAM DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT INDOSAT Tbk.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II BATASAN KRITERIA DIREKSI PERSEROAN TERBATAS DALAM MELAKSANAKAN DUTY OF LOYALTY DAN DUTY OF CARE BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PENGANGKUTAN PENUMPANG DJAKARTA

MANAJEMEN KEUANGAN BANDI. 11/26/2013 Bandi, 2013 MKN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) JAMINAN KREDIT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

Pedoman Direksi PT Austindo Nusantara Jaya Tbk.

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 133 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB III STATUS DAN IMPLIKASI YURIDIS UANG PUBLIK DAN UANG PRIVAT BERDASARKAN TINDAK PEMERINTAHAN A. Status Hukum Uang Negara Berdasarkan Tindak Pemerintahan Dalam sub-bab ini penulis hendak berargumen bahwa Status Hukum Uang Negara (Publik atau Privat) sangat bergantung pada Tindak Hukum Pemerintahan. Hal ini berkaitan erat dengan polemik keuangan negara dan kekayaan negara yang dipisahkan pada BUMN (Persero). Dalam praktiknya, BUMN yang aktivitas dan pengelolaannya didasarkan pada hukum privat menjadi objek pemeriksaan dari auditor negara (BPK). Seperti kasus yang melibatkan ECW Neloe selaku Mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) bersama I Wayan Pugeg (mantan direktur manajemen resiko) dan M. Sholeh Tasripan (mantan direktur kredit korporasi) dalam melakukan pemberian fasilitas kredit kepada PT Citra Graha Nusantara (PT CGN), 70

dimana di kemudian hari fasilitas kredit yang diberikan tersebut dinyatakan menjadi kredit macet, mengakibatkan terjadinya kerugian dalam PT Bank Mandiri (Persero). Dalam Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan 100 menyatakan bahwa para terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan kepada mereka. Namun pada tingkat tingkat kasasi akhirnya terdakwa dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut oleh Mahkamah Agung 101 dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : Meskipun Bank Mandiri merupakan PT. Terbuka, tetapi secara struktur, Bank Mandiri tetap sebagai sebuah Persero yang menjadi ciri bahwa Bank Mandiri adalah milik negara. Perubahan-perubahan kepemilikan saham, apalagi saham negara menduduki jumlah terbesar dibandingkan dengan pemegang saham lainnya (posisi dominan), sama sekali tindak mengurangi status hukum Bank Mandiri sebagai BUMN yang mengelola kekayaan negara. Dalam status yang demikian, direksi atau setiap orang yang bekerja pada Bank Mandiri demikian pula BUMN lainnya, tidak semata-mata melakukan fungsi keperdataan, tetapi juga fungsi publik yang menjalankan tugas pemerintahan pada Bank Mandiri sebagai BUMN. Lebih lanjut hal tersebut secara hukum mengandung arti bahwa direksi atau setiap orang yang bekerja pada BUMN seperti Bank Mandiri, berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan, sehingga kepada mereka dapat diperlakukan ketentuan-ketentuan mengenai penyelenggaran pemerintahan seperti ketentuan tentang pemberantasan korupsi. Seperti dikemukakan, sebagai BUMN, Bank Mandiri mengelola kekayaan negara, sebagai pengelola kekayaan negara, maka tindakan melawan hukum yang dilakukan direksi atau pegawai Bank Mandiri, 100 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 2068/Pen.Pid/2005. 101 Putusan Mahkamah Agung No. 1144 K/Pid/2006 di dalam Alfin Sulaiman, Keuangan Negara Pada Badan Usaha Milik Negara Dalam Perspektif Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 2011, h. 110. 71

yang merugikan atau dapat merugikan Bank Mandiri, dapat dikategorikan sebagai perbuatan korupsi, karena telah menimbulkan kerugian atau dapat merugikan negara yaitu kekayaan negara yang dikelola Bank Mandiri. Berdasarkan kasus diatas, menjadi suatu keniscayaan untuk memahami dan mampu membedakan status yuridis terhadap uang negara dan uang privat, karena memiliki implikasi yuridis yang berbeda pula terhadap status yuridis uang tersebut. Sehingga diharapkan kasus hukum yang dialami oleh ECW Neloe dan rekan-rekannya tidak akan terjadi lagi di masa yang akan datang. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya bahwa Tindak Pemerintahan terdiri atas Tindak Pemerintahan Dalam Hukum Publik (jure imperii) dan Tindak Pemerintah Dalam Hukum Privat (jure gestionis). Tindak Pemerintahan dalam hukum publik yaitu tindakan hukum yang dilakukan oleh pejabat administrasi yang didasarkan pada wewenang publik (publiek bevoegdheid) dalam menjalankan fungsi pemerintahan, seperti pembuatan peraturan perundang-undangan (regeling) atau keputusan (beschikking), dan membuat kebijakan (beleidsregel). Sedangkan Tindak Pemerintahan dalam hukum privat yaitu tindak hukum pemerintahan (melalui badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah) untuk melaksanakan usaha sebagai implementasi kewajiban pemerintah guna menyediakan barang dan jasa tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti menjual dan membeli, menyewa dan menyewakan, menggadaikan, membuat perjanjian 72

dan mempunyai hak milik yang seluruh aktivitasnya diatur dan tunduk dalam hukum privat (perdata). Salah satu bentuk dari tindak pemerintah dalam bidang keperdataan ialah melalui BUMN (Persero). Berdasarkan konsep umum tindak pemerintah diatas khusunya dalam bidang keperdataan, ketika pemerintah bertindak tidak dalam kapasitasnya sebagai pemerintah melainkan sebagai pelaku hukum keperdataan (civil actor) maka hukum privatlah yang berlaku dan mengatur seluruh aktivitas dan tindakan tersebut. Kekayaan negara yang dipisahkan adalah satu satu contoh tindak pemerintah dalam lapangan keperdataan (jure gestionis), meskipun ketika mengambil tindakan untuk memisahkan kekayaannya pada BUMN masih dalam kedudukan yuridis sebagai pelaku hukum publik (public actor), karena tindakan tersebut sesuai dengan pasal 4 ayat (3) UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN yang menyatakan : Setiap penyertaan modal negara dalam rangka pendirian BUMN atau perseroan terbatas yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan pemerintah (PP) hanya dapat ditetapkan oleh negara dalam kapasitasnya sebagai penguasa yang tidak dimiliki oleh negara dalam kapasitasnya sebagai pelaku hukum keperdataan (civil actor). Namun setelah kekayaan negara yang dipisahkan sebagai penyertaan modal (inbreng) tersebut telah ditetapkan, maka modal tersebut tidak lagi berada pada 73

statusnya sebagai keuangan negara dan kekayaan negara yang dipisahkan melainkan berubah dalam bentuk saham yang dimiliki oleh negara pada BUMN tersebut. Modal tersebut akan menjadi kekayaan BUMN sebagai badan hukum perdata dan bukan merupakan kekayaan negara. Seluruh pembinaan dan pengelolaannya yang dilakukan oleh BUMN, akan tunduk dalam Hukum privat. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya Fatwa Mahkamah Agung No. WKMA/Yud/20/VII/2006 khususnya pada angka (1) dan (2) yang menyatakan antara lain : 1) Bahwa Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara berbunyi : Badan usaha milik negara yang selanjutnya disebut BUMN adalah badan usaha negara yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang yang sama menyatakan bahwa Modal BUMN dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Dalam penjelasan Pasal 4 ayat (1) tersebut dikatakan bahwa Yang dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari anggaran pendapatan dan belanja negara untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem anggaran pendapatan dan belanja negara namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. 2) Bahwa dalam pasal-pasal tersebut di atas, yang merupakan Undang-Undang khusus tentang BUMN, jelas dikatakan bahwa modal BUMN berdasarkan dari kekayaan negara yang telah dipisahkan dari APBN dan selanjutnya pembinaan dan 74

pengelolaannya tidak didasarkan pada sistim APBN melainkan didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Fatwa Hukum Mahkamah Agung ini menunjukan bahwa pengertian kekayaan negara yang dipisahkan tidak lagi berstatus sebagai keuangan negara, akan tetapi berstatus hukum keuangan badan hukum lain yang berstatus hukum BUMN, sehingga pengelolaan dan pertanggungjawabannya dilakukan seperti halnya perusahaan pada umumnya. Hal ini menunjukan kekayaan negara yang sudah dipisahkan pada BUMN bukan lagi merupakan kekayaan negara karena telah terjadi transformasi hukum status yuridis kekayaan/keuangan dari status hukum uang negara menjadi uang privat. 102 Oleh karenanya negara dalam beraktivitas menjalankan kekuasaan memiliki dua wajah dimana negara pada suatu saat dapat bertindak sebagai pelaku hukum publik (bertindak dalam hukum publik), dan pada saat yang sama negara dapat bertindak sebagai pelaku hukum privat yang tunduk sepenuhnya pada ketentuan hukum perdata. Terhadap saham negara pada BUMN tersebut akan bertransformasi kembali menjadi uang negara dalam bentuk pajak dan laba dari BUMN. Dalam hal perseroan terbatas mendapat suatu keuntungan maka negara 102 Arifin Soeria Atmadja, Transformasi Status Hukum Uang Negara Sebagai Teori Keuangan Publik Yang Berdimensi Penghormatan Terhadap Badan Hukum, Paparan Ilmiah Disampaikan pada Acara Syukuran Pemberian Penghargaan Guru Besar Pengabdian Pendidikan Anugeraha Sewaka Winayaroha, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007, h. 2-4. 75

selaku salah satu pemegang saham, akan menerima keuntungan berdasarkan bersarnya saham yang dimiliki dan pastinya diwajibkan membayar pajak. Selain itu juga hasil dari likuidasi suatu perusahaan BUMN (windingup/vereffening), dalam artian bahwa pemberesan penyelesaian dan pengakhiran urusan Perseroan setelah adanya keputusan apakah itu berdasarkan keputusan RUPS atau berdasarkan penetapan pengadilan yang menghentikan atau membubarkan Perseroan. Likuidasi tersebut akan diselesaikan oleh seorang yang ditunduk atau diangkat menjadi penyelenggaran lukuidasi (likuidator). 103 Likuidator dalam melakukan pemberesan boedel Perseroan melakukan pekerjaan yang meliputi: a. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang perseroan. b. Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi. c. Pembayaran kepada para kreditor. d. Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham, dan e. Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan. 104 103 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan (Telaah Yuridis Terhadap Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas), Griya Media, Salatiga, 2011, h. 236. 104 Ibid., h. 237. 76

Terkhususnya untuk huruf (d) yaitu pembagian sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham, maka kekayaan tersebut yang akan kembali menjadi uang negara. Dengan demikian ketika perseroan terbatas tersebut menyetor uangnya berupa pajak dan/atau keuntungan, saat uang tersebut masuk ke kas negara dan diterima sebagai penerimaan negara, maka pada saat itu terjadi transformasi status hukum dari status hukum uang privat menjadi uang negara. Transformasi hukum ini dipengaruhi oleh tindak pemerintah dalam bidang publik kepada bidang keperdataan yang berakibat berubahnya lingkungan kuasa hukum (rechtsgebied) yang berlaku dari publik ke privat. 105 Menjadi sebuah ironi dan antinomi ketika UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa kekayaan negara yang dipisahkan pada BUMN termasuk sebagai Keuangan Negara. 106 Keberlakuan pasal 1 angka (1) jo. Pasal 2 huruf (g) UU Keuangan Negara jelas mengakibatkan antinomi dengan peraturan perundang-undangan lainnya seperti Undang-Undang tentang BUMN dan Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang Keuangan Negara tetap memposisikan kekayaan yang dipisahkan dari APBN sebagai keuangan negara. 105 Lihat pendapat Arifin Soeria Atmadja yang dipaparkan dalam Rapat Komite IV DPD RI, Jakarta 12 Oktober 2010 tentang Teori Dasar Hukum Keuangan Publik dan Konsepsi Badan Hukum. 106 Lihat pasal 1 ayat (1) jo. pasal 2 huruf (g) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 77

Keberlakuan pasal 1 angka (1) jo. Pasal 2 huruf (g) UU Keuangan Negara, dan inilah yang menjadi pintu masuk bagi Badan Pemeriksa Keuangan untuk mengaudit keuangan BUMN. Sehingga munculah kasus hukum seperti yang dialami oleh ECW Neloe dan rekan-rekannya. Padahal PT Bank Mandiri (Persero) sebagai Badan Hukum Privat, terhadapnya pengelolaan BUMN tersebut, tunduk dan patuh dalam rezim hukum privat. Sehingga tidak tepat jika Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan audit terhadap keuangan PT Bank Mandiri dan menyatakan adanya kerugian keuangan negara akibat tindakan yang diambil dengan pemberian fasilitas kredit kepada PT Citra Graha Nusantara (PT CGN). Tindakan BPK tersebut didasarkan pada Pasal 6 ayat (1) Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan yang menyatakan bahwa : BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara Pakar Hukum Keuangan Negara, Arifin Soeria Atmadja mengatakan, kekeliruan logika hukum pembuat Pasal 2 Huruf (g) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 didasarkan pada pendekatan disiplin ilmu akuntansi yang cenderung menggunakan nilai sejarah (historiesche waarde) yang diametral 78

berbeda dengan disiplin ilmu hukum. Sebagai contoh umpamanya angsuran premi asuransi suatu perusahaan bagi seorang akuntan dianggap sebagai prepayment yang harus dibayar setiap tahun, tetapi bagi seorang yuris pembayaran premi asuransi sudah merupakan payment, karena uang yang sudah dikeluarkan dari kas telah merupakan perbuatan hukum yang nyata. 107 Dengan adanya Perbedaan Status Hukum Uang Negara dan Uang Privat (BUMN) sebagai akibat Tindak Pemerintahan Dalam Hukum Publik dan Privat, maka jika terjadi kerugian keuangan pada BUMN tidak mengakibatkan terjadinya kerugian keuangan negara, tetapi yang terjadi adalah kerugian BUMN itu sendiri. Mungkin dapat dikemukakan sebagai bukti terpisahkan negara sebagai badan hukum publik dengan keuangannya dalam bentuk saham dalam Persero, akan jelas terlihat bilama Persero tersebut mengalami kerugian dan dinyatakan pailit. Keadaan pailit tersebut tidak mengakibatkan negara menjadi pailit juga. Disamping itu, pencampuradukan posisi dan status hukum keuangan negara dalam hukum pidana korupsi juga mengesampingkan pemisahan negara berdasarkan peranan dan statusnya sebagai pelaku hukum publik dan pelaku hukum perdata. 108 107 Arifin Soeria Atmadja, Pola Pikir Hukum (Legal Mindscapes) Definisi Keuangan Negara Yang Membangun Praktik Bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Yang Mengakar (Deep Rooted Business Practices) di dalam Yuli Indrawati, Aktualisasi Hukum Keuangan Publik, Mujadih Press, Bandung, 2014, h. 37-38. 108 Arifin Soeria Atmadja, Transformasi Status Hukum... Op. Cit., h. 24-25. 79

Jika terjadi kerugian pada BUMN yang mengakibatkan negara selaku pemegang saham mengalami kerugian yang tidak seharusnya, maka negara dapat menggugat perseroan. Pranata yang digunakan adalah hukum privat, bukanlah pranata hukum publik yang akan bermuara pada Tindak Pidana Korupsi karena menggunakan konsep kerugian keuangan negara. Negara sebagai pemegang saham tetap dapat menggugat karena kerugian tersebut, sebagaimana disebutkan oleh Pasal 61 ayat (1) dan Pasal 97 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 61 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan : 1) Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris. Sedangkan, Pasal 97 ayat (6) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan : Atas nama Perseroan, Pemegang Saham yang mewakili paling sedikit 10% dari jumlah seluruh sahamnya dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan. Berdasarkan pranata hukum privat tersebut, maka Badan Pemeriksa Keuangan tidak berhak mengaudit keuangan BUMN itu sendiri bahkan 80

menyatakan adanya kerugian negara dan dilimpahkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Berdasarkan logika hukum, bagaimana mungkin dapat dikatakan adanya kerugian negara pada sebuah perusahaan (BUMN), padahal status hukumnya sebagai badan hukum privat yang memiliki kekayaan sendiri yang berbeda dengan kekayaan negara. 109 Dengan demikian, jelas bahwa kebijakan pemeriksaan keuangan negara dan kebijakan pemberantasan korupsi yang didesain di Indonesia tidak sejalan dengan Konsep Tindak Pemerintahan. B. Implikasi Yuridis Terhadap Status Hukum Uang Privat dan Uang Negara Terhadap status yuridis uang privat dan uang negara, akan memiliki implikasi yuridis yang mengikuti status hukum uang tersebut. Penulis berargumen bahwa Peraturan perundang-undangan yang mengatur implikasi yuridis dari status hukum uang privat atau negara tersebut haruslah konsisten dengan tindak pemerintahan. Jika pemerintah bertindak dalam bidang publik maka peraturan perundang-undangan dalam hukum publik yang berlaku. Sebaliknya, jika pemerintah bertindak di dalam hukum privat, maka 109 Arifin Soeria Atmadja, Transformasi Hukum... Op. Cit., h. 6. 81

peraturan perundang-undangan dalam hukum privatlah yang berlaku. Implikasi yuridis tersebut dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain terhadap Tata cara pengelolaan dan pertanggungjawaban serta Institusi yang berhak melakukan pemeriksaan dan pengawasan. Implikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Tata Cara Pengelolaan & Pertanggungjawaban Status hukum uang negara berdasarkan tindak pemerintah dalam hukum publik membawa implikasi terhadap tata cara pengelolaan dan pertanggungjawaban uang negara tersebut yang tunduk dalam domain hukum publik. Dengan keluarnya tiga paket perundang-undangan di bidang keuangan negara yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara akan mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan negara yang dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Selain itu kekuasaan pengelolaan keuangan negara dipegang oleh Presiden selaku kepala pemerintahan, dan dikuasakan kepada Menteri Keuangan dan Menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna 82

anggaran/pengguna barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, serta diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah. Pengelolaannya tunduk kepada ketentuan APBN dan dipertanggungjawabkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Namun, terhadap status hukum uang privat berdasarkan tindak pemerintah dalam hukum privat membawa implikasi yuridis yang berbeda dari status hukum uang negara. Tata cara pengelolaan dan pertanggungjawaban uang privat tersebut akan tunduk dalam aturan main hukum privat. Badan Usaha Milik Negara yang sebagian yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan dalam pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang termuat di dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Hal ini sejalan dengan Pasal 4 Ayat (1) dikatakan bahwa: Yang dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. 83

Pembinaan dan pengelolaan BUMN didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat (Good Corporate Governance) 110 yaitu berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas. Selain itu ketentuan mengenai BUMN itu sendiri, entah itu persero maupun perum berpedoman pada Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Keuangan BUMN (Persero) dipertanggungjawabkan kepada pemegang saham melalui Dewan Komisaris. Selain itu Bangunan arsitektur keuangan negara pada dasarnya menunjukkan pola keuangan berjenjang dan membentuk suatu jaringan kerja pengelolaan dan pengawasan yang jelas dan pasti sehingga membedakan pula aturan pengelolaan dan pertanggungjawabannya. Dalam bangunan arsitektur keuangan negara, keuangan badan usaha milik negara memiliki kapasitas hukum sendiri yang berbeda, dimana tata kelola dan tata tanggung jawab badan usaha milik negara memiliki kapasitas hukum perdata di mana ketentuan yang mengaturnya adalah peraturan perundang-undangan yang bersifat perdata. Negara, dalam kedudukannya pada badan usaha milik negara (BUMN), adalah sebagai pelaku hukum perdata yang tindakan hukumnya semula dalam bentuk tugas dan kewenangan (taak en bevoegdheid) telah berubah menjadi hak 110 Prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat seperti prinsip keadilan, prinsip transparansi, prinsip tanggung jawab, dan prinsip akuntabilitas. 84

dan kewajiban (bekwaamheid) sebagai akibat sebuah transaksi horizontal yang tunduk sepenuhnya pada rezim hukum perdata. 111 Instansi Yang Berhak Melakukan Pengawasan dan Pemeriksaan Sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara pemerintah memiliki aparat pengawas Lembaga/badan/unit yang ada di dalam tubuh pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan yaitu Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), yang terdiri atas (1) Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), (2) Inspektorat Jenderal. Sedangkan lembaga pemeriksa keuangan negara ialah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 112, sebagaimana diatur dalam UUD NRI 1945 dalam Pasal 23 E yang mengatakan : Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri Sebaliknya, lembaga yang sudah disebutkan diatas, tidak memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan bahkan pemeriksaan terhadap keuangan BUMN (Persero), dimana keuangan tersebut adalah keuangan perusahaan. Oleh sebab itu, kasus yang menimpa ECW Neloe dan rekanrekannya, seharusnya tidak terjadi. BPK tidak memiliki kewenangan 111 Yuli Indrawati, Op. Cit., h. 33. 112 Alfin Sulaiman, Op. Cit., h. 68. 85

untuk melakukan pemeriksaan terhadap PT Bank Mandiri selaku Badan Usaha Milik Negara, yang pengelolaan dan pengurusannya tunduk di dalam hukum privat. Terhadap BUMN, Dewan Komisaris (Persero) dan Dewan Pengawas (Perum) 113 adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. Dalam melakukan pengawasan, Komisaris dan Dewan Pengawas BUMN wajib membentuk komite audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris dan Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya. 114 Komite audit tersebut dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggung jawab kepada Komisaris atau Dewan Pengawas. 115 Selain Komisaris dan Dewan Pengawas yang melaksanakan fungsi pengawasan, pada setiap BUMN dibentuk juga satuan pengawasan intern yang merupakan aparat pengawas intern perusahaan. Dan dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada direktur utama. 116 Sedangkan Pemeriksaan laporan keuangan perusahaan dilakukan oleh auditor eksternal yang ditetapkan oleh RUPS untuk Persero dan oleh Menteri untuk Perum. Terhadap BUMN yang telah go public, maka 113 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 114 Ibid., Pasal 70 ayat (1). 115 Ibid., Pasal 70 ayat (2). 116 Ibid., Pasal 67 ayat (1) dan (2). 86

pemeriksaan laporan keuangan dan perhitungan tahunan Perseroan Terbatas dilakukan oleh akuntan publik (auditor eksternal). 87