PEMANFAATAN INFUS KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) DALAM FORMULA SEDIAAN PEWARNA RAMBUT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang

BAB I PENDAHULUAN. dan Latifah, 2007; Bariqina dan Ideawati, 2001). Batang-batang rambut

Penggunaan Ekstrak Kering Kayu Merbau (Intsia Bakeri Prain.) Dalam Sediaan Pewarna Rambut

Pewarna Alami untuk Pangan KUNING MERAH SECANG

I. PENDAHULUAN. Saat ini kosmetik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan, terutama

THE USE OF DYE MANGOSTEEN RIND (Garcinia mangostanal.) IN FORMULA HAIR COLORING PREPARATIONS. Richa Yuswantina, Dian Oktianti, Deita Habikusuma

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) SEBAGAI PEWARNA RAMBUT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

LAMPIRAN. Lampiran 1. Bagan alir pembuatan ekstrak kulit batang jamblang

Titiek Pujilestari dan Irfa ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

PENGGUNAAN SERBUK ZAT WARNA BIJI KESUMBA KELING (Bixa orellana L.) DALAM FORMULA SEDIAAN PEWARNA RAMBUT BENTUK LARUTAN

I. PENDAHULUAN. menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat tampilan produk

PEMBUATAN SEDIAAN PEWARNA RAMBUT DALAM BENTUK GEL DARI INFUS PACAR KUKU

PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KEBEN (Barringtonia asiatica Kurz.) SEBAGAI PEWARNA RAMBUT

Warna pada makanan atau minuman memang kadang memberikan penampilan lain yang lebih menarik. Yuk kita bahas pewarna alami dan bagaimana membuatnya!

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat terbuka dan dapat ditemukan sampai ketinggian m di atas

Warna pada makanan atau minuman memang kadang memberikan penampilan lain yang lebih menarik. Yuk kita bahas pewarna alami dan bagaimana membuatnya!

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

PENGARUH PEWARNAAN TERHADAP KELUNTURAN WARNA RAMBUT MENGGUNAKAN PEWARNA ALAMI LIMBAH BIJI PEPAYA TERHADAP PENCUCIAN

PENGGUNAAN EKSTRAK DAUN KETAPANG (Terminalia catappa L.) SEBAGAI PEWARNA RAMBUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kosmetika dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, juga untuk kesehatan (Tranggono dan Latifah, 2007).

I. PENDAHULUAN. satunya adalah buah kersen atau biasa disebut talok. Menurut Verdayanti (2009),

PENGARUH SUHU TERHADAP MUTU FISIK DAN STABILITAS ZAT WARNA EKSTRAK KULIT KAYU SECANG (Caessalpinia sappan L) DALAM CAT KUKU

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

I. PENDAHULUAN. adalah pewarna bibir. Pewarna bibir termasuk dalam sediaan kosmetik. untuk menyembunyikan kekurangan pada kulit sehingga dapat

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN SARI TEBU DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

(Hair Coloring Development of Extract Gambier (Uncaria gambir Roxb.) in Viscous Liquid)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Shampoo Shampoo basah Shampoo kering Bentuk : Bentuk : Jenis :

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

BAB IV PROSEDUR KERJA

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

ANALISIS UKURAN PARTIKEL BAHAN PENYUSUN RAMUAN JAMU DAN VOLUME AIR PENYARI TERHADAP MUTU EKSTRAK YANG DIHASILKAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

METODELOGI PENELITIAN

MEKANISME KERJA WHITENING AGENT MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena saat ini menunjukkan bahwa penggunaan produk-produk alami

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

Penetapan Kadar Sari

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

Potensi Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara Linn) Sebagai Sumber Bahan Farmasi Potensial ABSTRAK

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk) DALAM FORMULA PEWARNA RAMBUT

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

Pewarna Alami untuk Pangan MERAH BIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

4. PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Penentuan Konsentrasi Mikroenkapsulan

Transkripsi:

PEMANFAATAN INFUS KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) DALAM FORMULA SEDIAAN PEWARNA RAMBUT Supomo 1), Dedi Setiawan 2), Sarifah Ayusia 1) Bidang Farmakognosi dan Fitokimia, Akademi Farmasi Samarinda e-mail: fahmipomo@yahoo.com 1) ABSTRAK Sediaan pewarna rambut adalah kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asli atau mengubah warna rambut asli menjadi warna baru. Salah satu bahan alam yang dicoba sebagai pewarna rambut adalah serbuk kayu secang (Caesalpinia sappan). Batang dan daun mengandung alkaloid, tanin, fitosterol dan zat warna brazilin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formula yang terbaik pada sediaan pewarna rambut infus kayu secang (Caesalpinia sappan L.) Sampel yang digunakan adalah serbuk kayu secang yang didapat dari pasar tradisional Yogyakarta. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan eksperimental dengan variasi konsentrasi infus kayu secang serta variasi konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat. Sediaan pewarna rambut dibuat dengan formula A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, dan formula C3, dimana konsentrasi masing-masing formula A, B, dan C terdiri dari pirogalol 0,5%, 1%, 1,5%, tembaga (II) sulfat 0,8%, 1,2%, 1,6%, dan infus kayu secang formula A1; A2; A3; B1; B2; B3; C1; C2; dan C3 dengan konsentrasi masing-masing 10%; 20%; 30% serta aquadest digunakan sebagai pelarut. Pewarnaan dilakukan dengan cara perendaman rambut uban selama 1-4 jam dan dicatat perubahan warna yang terjadi setiap 1 jam. Pewarnaan terbaik ditunjukkan dengan perubahan warna yang lebih jelas dari tiap jam perendaman. Evaluasi yang dilakukan meliputi pengamatan secara visual yaitu stabilitas warna terhadap pencucian dan stabilitas warna terhadap sinar matahari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan warna sudah terlihat jelas pada formula B3 yang terdiri dari infus serbuka kayu secang 30%, pirogalol 1%, dan tembaga (II) sulfat 1,2%. Sediaan ini menghasilkan warna rambut dari cokelat pirang sampai coklat gelap. Pada uji stabilitas terhadap sinar matahari, hasilnya menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap, sedangkan uji stabilitas terhadap pencucian, tidak terjadi perubahan warna setelah 3 kali pencucian. Penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi yang dapat menghasilkan warna terbaik yaitu fomula B3 (konsentrasi infus kayu secang 30%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1,2%), dan infus kayu secang dapat digunakan ke dalam sediaan pewarna rambut bentuk larutan dengan menghasilkan warna coklat gelap pada formula B selama 4 jam perendaman. Kata Kunci: Caesalpinia sappan L., Sediaan Pewarna Rambut, Larutan, Infus, Formula A. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu kefarmasian akhir-akhir ini menunjukkan adanya peningkatan penggunaan bahan alam sebagai dasar dari suatu sediaan. Masyarakat kini lebih memilih produk yang mengandung bahan alami untuk digunakan dengan tujuan pengobatan maupun perawatan tubuh karena faktor keamanan dan efek samping yang relatif lebih kecil dibanding zat kimiawi (Ratna, 2009). Salah satu bahan alam yang dijadikan alternatif sebagai pewarna rambut adalah tumbuhan kayu secang (Caesalpinia sappan L.). Proses isolasi yang dilakukan terhadap ekstrak pigmen kayu secang menunjukkan bahwa komponen utama yang terkandung didalamnya adalah brazilin (Sanusi, 1989; Kim, 1997). Penelitian tentang isolasi zat warna kayu secang dan sediaan pewarna rambut telah banyak dilakukan. Tetapi saat ini belum ada penelitian yang melaporkan mengenai formulasi sediaan pewarna rambut dalam bentuk larutan dari infus kayu secang. Kayu secang mengandung zat warna brazilin yang mudah larut dalam air panas (Puspaningrum, 2003), sehingga proses ekstraksi dapat dilakukan dengan cara infundasi. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian terhadap penggunaan infus kayu secang dalam formula sediaan pewarna rambut bentuk larutan. B. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang akan dilakukan merupakan eksperimental dengan variasi konsentrasi infus kayu secang dan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat. Konsentrasi infus kayu secang 59

Supomo dkk Akademi Farmasi Samarinda yang digunakan terdiri dari 3 taraf, yaitu: 10%, 20%,30%, serta konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat masing - masing terdiri dari 3 taraf yaitu 0,5%, 1%, 1,5% dan 0,8%, 1,2%, 1,6%. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan meliputi : pembuatan infus kayu secang, pembuatan formula pewarna rambut, serta pengujian terhadap rambut. Pemanfaatan Infus Kayu Secang Evaluasi Sediaan Formula Pewarna Rambut terdiri-dari; Pengamatan secara visual, Uji Stabilitas Warna terhadap Pencucian dan Stabilitas Warna terhadap Cahaya Matahari. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan analisis deskriptif yang dibandingkan dengan persyaratan literatur. Tabel 1. Komposisi (bagian) Formula pewarna yang dibuat Formula (%) A B C 1 2 3 1 2 3 1 2 3 (+) (-) Infus kayu secang 10 20 30 10 20 30 10 20 30 20 - Pirogalol 0,5 1 1,5-1 Tembaga (II) sulfat 0,8 1,2 1,6-1,2 Aquadest ad (ml) 100 100 100 100 100 Formula A : Formula B : Formula C : Konsentrasi pirogalol 0,5%, tembaga (II) sulfat 0,8% dan infus kayu secang masing-masing untuk formula A1, A2, A3 adalah 10%, 20%, 30% Konsentrasi pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1,2%, dan Infus kayu secang masing-masing untuk formula B1, B2, B3 adalah 10%, 20%, 30% Konsentrasi pirogalol 1,5%, tembaga (II) sulfat 1,6%, dan Infus kayu secang masing- masing untuk formula C1, C2, C3 adalah 10%, 20%, 30% Kontrol (+) : Konsentrasi infus kayu secang 20% Kontrol (-) : Konsentrasi pirogalol 1% dan tembaga (II) sulfat 1,2% C. HASIL PENELITIAN 3.1. Hasil Infundasi Zat Warna Tabel 2. Hasil infundasi zat warna serbuk kayu secang Formula Hasil infundasi Bentuk Warna Bau A1 Ce J kh A2 Ce J kh A3 Ce Jt Kh B1 Ce J Kh B2 Ce J Kh B3 Ce Jt Kh C1 Ce J Kh C2 Ce J Kh C3 Ce Jt Kh A1 = infus serbuk kayu secang 10%, pirogalol 0,5%, CuSO4 0,8%; A2 = infus serbuk kayu secang 20%, pirogalol 0,5%, CuSO4 0,8%; A3 = infus serbuk kayu secang 30%, pirogalol 0,5%, CuSO4 0,8%; B1 = infus serbuk kayu secang 10%, pirogalol 1%, CuSO4 1,2%; B2 = infus serbuk kayu secang 20%, pirogalol 1%, CuSO4 1,2%; B3 = infus serbuk kayu secang 30%, pirogalol 1%, CuSO4 1,2%; C1 = infus serbuk kayu secang 10%, pirogalol 1,5%, CuSO4 1,6%; C2 = infus serbuk kayu secang 20%, pirogalol 1,5%, CuSO4 1,6%; C3 = infus serbuk kayu secang 30%, pirogalol 1,5%, CuSO4 1,6% ce = cairan dengan endapan j = jingga jt = jingga terang kh = khas 3.2. Pengaruh Konsentrasi Serbuk Kayu Secang Dalam Pemberian Warna Rambut Uban Berdasarkan tabel 3 menunjukkan semakin besar konsentrasi dan semakin lamanya waktu perendaman maka hasil pewarnaannya semakin terang. Namun rambut uban yang digunakan pada penelitian 60

ini warnanya tidak semuanya putih, ada beberapa uban yang bercampur dengan warna lain seperti warna hitam pada rambut asli, sehingga hasil yang di dapat berbeda-beda. Tabel 3. Data hasil pengamatan secara visual pengaruh konsentrasi serbuk kayu secang terhadap perubahan warna rambut uban Formula Hasil pewarnaan pada lama perendaman (jam) I II III IV A1 Coklat pirang Coklat pirang Coklat Coklat A2 Coklat pirang Coklat Coklat gelap Coklat gelap A3 Coklat pirang Coklat pirang Coklat Coklat gelap B1 Coklat pirang Coklat Coklat Coklat B2 Coklat pirang Coklat pirang Coklat coklat gelap B3 Coklat pirang Coklat Coklat gelap Coklat gelap C1 Coklat Coklat Coklat Coklat C2 Coklat Coklat Coklat Coklat C3 Coklat Coklat Coklat gelap Coklat gelap Kontrol(+) Kuning lemah Merah kekuningan Merah lemah Merah lemah Kontrol (-) Coklat lemah Coklat lemah Coklat lemah Coklat A1 = infus serbuk kayu secang 10% + pirogalol 0,5% + CuSO4 0,8%; A2 = infus serbuk kayu secang 20% + pirogalol 0,5% + CuSO4 0,8%; A3 = infus serbuk kayu secang 30% + pirogalol 0,5% + CuSO4 0,8%; B1= infus serbuk kayu secang 10% + pirogalol 1% + CuSO4 1,2%; B2 = infus serbuk kayu secang 20% + pirogalol 1% + CuSO4 1,2%; B3 = infus serbuk kayu secang 30% + pirogalol 1% + CuSO4 1,2%; C1 = infus serbuk kayu secang 10% + pirogalol 1,5% + CuSO4 1,6%; C2 = infus serbuk kayu secang 20% + pirogalol 1,5% + CuSO4 1,6%; C3 = infus serbuk kayu secang 30% + pirogalol 1,5% + CuSO4 1,6%; (+) = infus kayu secang 20%; (-) = pirogalol 1% + tembaga (II) sulfat 1,2% I = Hasil pewarnaan pada perendaman selama 1 jam II = Hasil pewarnaan pada perendaman selama 2 jam III = Hasil pewarnaan pada perendaman selama 3 jam IV = Hasil pewarnaan pada perendaman selama 4 jam Gambar 1. Pengaruh perendaman terhadap hasil pewarnaan rambut uban 3.3. Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Warna Rambut Uban Dari hasil pengamatan terhadap percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa lamanya waktu perendaman mempengaruhi hasil pewarnaan rambut uban seperti terlihat pada gambar dibawah ini yang di ambil formula B3. Berdasarkan gambar 1 terlihat bahwa pewarnaan rambut ini terjadi secara bertahap, sedikit demi sedikit mengubah rambut putih (uban) menjadi warna coklat. Pada perendaman selama 1 jam mengubah warna putih menjadi coklat pirang, kemudian pada perendaman selama 2 dan 3 jam mengubah warna menjadi coklat, dan pada perendaman selama 4 jam menjadi coklat tua yang optimal. Ternyata lama perendaman yang dilakukan selama 4 jam diperoleh hasil pewarnaan rambut yang optimal. Sehingga waktu perendaman dapat ditentukan selama 4 jam Dari pengamatan visual terhadap hasil percobaan yang dilakukan peroleh formula yang menghasilkan perubahan warna yang paling jelas yang mengarah kepada warna coklat tua, yaitu formula B3 yang terdiri dari infus serbuk kayu secang 30%, pirogalol 1%, dan tembaga (II) sulfat 1,2%. Kemudian formula inilah yang digunakan untuk uji evaluasi. Formula B merupakan formula terbaik karena memberikan hasil yang paling optimal, selain itu rambut uban pada semua formula B tidak bercampur dengan rambut asli yang berwarna hitam dan agak pirang sehingga dapat melihat hasil perubahan warna yang signifikan. Pada formula A dan formula B mempunyai warna yang baik dibandingkan dengan formula C, karena pengerjaan formula pada formula A dan formula B dilakukan terlebih dahulu. Rambut hasil perendaman tidak dicuci melainkan didiamkan hingga 1 atau 2 hari sehingga warna rambut pada kedua formula tersebut lebih lama melekat dibandingkan dengan formula C yang tidak didiamkan beberapa hari. 3.4. Hasil Evaluasi Formula Pewarna Rambut 61

Supomo dkk Akademi Farmasi Samarinda 3.4.1. Stabilitas terhadap warna pencucian Dari hasil pencucian terlihat bahwa hasil rambut sebelum dan sesudah pencucian tidak sama, seperti yang terlihat pada gambar 2. Pada gambar 2 terlihat jelas warna rambut sebelum pencucian berwarna coklat kehitaman. Sedangkan pencucian 1 kali, pencucian 2 kali dan pencucian 3 kali berwarna coklat. Pada penelitian Zahniar (2011), menggunakan sampel biji kesumba keling, pencucian dilakukan sebanyak 15 kali selama 1 bulan. Namun pada penelitian kali pencucian dilakukan sebanyak 3 kali selama 3 hari dikarenakan waktu penelitian yang singkat sehingga hasil yang didapat kurang optimal, dan ketahanan warna dapat melekat dirambut dengan beberapa kali pencucian belum diketahui. Menurut Rahmatillah (2008), Rambut berwarna yang bersifat sementara atau permanen pada dasarnya disebabkan simpanan asam yang tercelup ke tangkai rambut bagian luar, atau bisa juga disebabkan karena molekul-molekul pigmen yang terdapat dalam tangkai rambut. Dalam beberapa kasus, pigmen warna buatan Pemanfaatan Infus Kayu Secang masuk kedalam tangkai rambut dan membentuk kompleks yang lebih besar di dalam tangkai-nya. Namun sifat kesementaraan ini akan mudah hilang jika rambut sering dibasahi atau dikeramas dengan shampo yang tidak dikhususkan untuk rambut yang berwarna. Hal ini terjadi karena pewarna rambut tidak banyak mengandung ammonia yang menyebabkan tangkai rambut bagian atas tidak terbuka selama proses pewarnaan rambut sehingga sebenarnya pewarna rambut yang alami lebih mampu menahan produk pencuci atau shampo jauh lebih baik. Oleh karena itu, dalam beberapa kali pencucian warna tidak hilang. 3.4.2. Stabilitas warna terhadap sinar matahari Warna ditentukan kestabilannya dengan memaparkan rambut selama 5 jam dibawah sinar matahari. Dapat dilihat pada gambar 3. Dari gambar terlihat bahwa sesudah rambut terkena sinar matahari langsung warnanya sedikit berubah, hal ini disebabkan sifat dari pirogalol yang apabila terkena cahaya ataupun udara akan teroksidasi sehingga warna rambut lebih gelap dari warna sebelumnya. Gambar 2. Sebelum Sesudah 1 kali Sesudah 2 kali Sesudah 3 kali Warna rambut sebelum dan sesudah pencucian Gambar 3. Sebelum Stabilitas warna terhadap sinar matahari Sesudah D. KESIMPULAN Infus kayu secang dapat digunakan ke dalam sediaan pewarna rambut bentuk larutan dengan menghasilkan warna coklat gelap pada formula B selama 4 jam perendaman (konsentrasi infus serbuk kayu secang 30%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1,2%).dan Konsentrasi yang dapat menghasilkan warna terbaik yaitu fomula B3(konsentrasi infus kayu secang 30%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1,2%). Pada rendaman 1 jam menghasilkan warna coklat pirang, pada rendaman 2 jam menghasilkan warna coklat, pada rendaman 3 jam dan 4 jam menghasilkan warna coklat gelap. Penambahan pirogalol dan tembaga (II) sulfat dapat membuat warna lebih stabil serta memberikan daya lekat yang lebih baik sehingga rambut lebih bercahaya dan alami. 62

DAFTAR PUSTAKA 1. Adawiyah DR dan Indriati. 2003. Color stability of natural pigment from secang woods (Caesalpinia sappan L.). Proceeding of the 8th Asean Food Conference, Hanoi 8-11 October 2003. 2. Ansel, C. H.1989. Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah: Farida Ibrahim. Cetakan pertama. Edisi IV. UI Press : Jakarta Hal. 112-115. 3. Astuti, Y.N., Dzulkarnain, B., Sundari, S., 1995. Penelitian Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) terhadap Motilitas Spermatozoa dan Laju Fertilitas Mus musculus L., Seminar Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia IX, Yogyakarta. 4. Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2001). Handbook of cosmetic science andtechnology. New York. Basel.. Page: 581 5. Bariqina, E., dan Ideawati. 2001. Perawatan & Penataan Rambut. Yogyakarta: AdiCita Karya Nusa. Hal.1-4, 26-27 6. Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Depkes RI : Jakarta. 7. Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta. Depkes RI. 12. 8. Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta. Depkes RI. Hal. 86,206-219 9. Maharani, K. 2003. Stabilitas Pigmen Brazilin pada Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.). skripsi. IPB : Bogor 10. Morota, T., Takeda, H., Sasaki, H., Sato, S., 1996. Aldose Reductase nhibitors Containing Phenols of Caesalpinia sappan L., American Chemical 11. Nasution, Aynul Qolby. 2010. Penggunaan Abu Kulit Buah Tanaman Durian (Durio zibethinus L.) Dalam Formula Pewarna Rmbut. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara: Medan. 12. Oliviera LFC, HGM Edwards, ES velozo and M Nesbitt. 2002. Vibrational spectroscopic study of brazilin and quality of milk and dairy products : a review. Int Dairy J 11 : 103 120. 13. Puspaningrum, R.2003. Pengaruh Bubuk Pewarna Makanan Alami Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Dengan Metode Spray Drying. Skripsi. IPB: Bogor. 14. Rahmatillah. 2008. Reaksi Pewarna Rambut. UII : Yogyakarta. 15. Ratna, A. 2009. Pembuatan Sediaan Pewarna Rambut Dalam Bentuk Gel dari (Lawsonia inermis, L). Skripsi. Universitas Padjajaran : Bandung 16. Saati, E.A. (2006). Membuat warna alami. Cetakan I. Trubus grisarana: Surabaya. 17. Sanusi, M. 1989. Isolasi dan Identifikasi zat warna kayu sappang. Balai Industri: Ujung Pandang. Hal.30-33 18. Suhartati, T. 1983. Isolasi Zat Warna dari Tumbuhan Caesalpinia Sappan L. Skripsi. ITB : Bandung. 19. Tranggono, R.I.S. Latifah.(2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Gramedia Pustaka Umum: Jakarta. Hal. 33-37 20. Wasitaatmadja, S. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medika. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 58-60 21. Zahniar. 2011. Penggunaan Serbuk Zat Warna Biji Kesumba Keling (Bixaorellana L.) Dalam Formula Sediaan Pewarna Rambut Bentuk Larutan Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara : Medan. 63