SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB II PELESTARIAN LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

TINJAUAN PUSTAKA. Kompos. sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

Pengaruh Variasi Bobot Bulking Agent Terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Makan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

DWI SETYO ASTUTI A

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

BAB XV LIMBAH TERNAK RIMINANSIA

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

Ilmu Tanah dan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

Limbah dan Pemanfaatannya. Telco 1000guru dengan SMA Batik 1 Solo 23 Februari 2012

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

BAB 6. BAHAN ORGANIK DAN ORGANISME TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

TINJAUAN PUSTAKA II.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

PENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

Edisi Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

Oleh: ANA KUSUMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah, mengandung unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembuatan Pupuk Organik. Samijan BPTP Jawa Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Transkripsi:

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB II PELESTARIAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017

BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN Kompetensi Inti : Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) : Menerapkan pelestarian lingkungan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) : 1. Memilah limbah pada kegiatan agribisnis perbenihan dan kultur jaringan tanaman 2. Membuat kompos dari limbah kegiatan agribisnis perbenihan dan kultur jaringan tanaman 3. Melakukan pelestarian lahan produksi benih Uraian Materi A. Jenis-jenis limbah pada kegiatan agribisnis perbenihan dan kultur jaringan tanaman Limbah dapat diartikan sebagai bahan yang dibuang dari suatu kegiatan tertentu. Sabut kelapa, jerami padi, dan kelobot jagung merupakan limbah dari sektor pertanian. Berdasarkan kejadiannya, limbah pertanian dapat dikelompokkan ke dalam limbah sebelum panen dan setelah panen. Limbah setelah panen dapat juga dikelompokkan ke dalam limbah sebelum diolah dan limbah setelah diolah (limbah industri pertanian). Secara umum limbah dikelompokkan ke dalam limbah organik dan an-organik. Limbah organik adalah limbah yang berasal dari makhluk hidup seperti bagian tumbuh-tumbuhan baik akar, batang, daun, dan sebagainya. Yang dikatakan limbah anorganik adalah limbah yang berasal dari benda mati seperti plastik, alumunium foil, pecahan kaca, dll. Pada kegiatan agribisnis perbenihan jenis limbah organik yang banyak ditemukan adalah berangkasan kacang-kacangan (legum), kelobot dan batang jagung, batang dari 1

hasil panen buah yang diambil bijinya untuk benih, dll. Di laboratorium pengujian mutu benih, limbah organik yang banyak ditemukan adalah kecambah hasil pengujian daya tumbuh benih. Kecambah-kecambah ini jika dibiarkan dapat mengeluarkan bau yang tidak sedap dan mengurangi keindahan lingkungan. Limbah organik ini dapat dimanfaatkan untuk dijadikan kompos. Limbah yang terdapat di Laboratorium Kultur Jaringan diantaranya limbah anorganik berupa plastik, alumunium foil, pecahan botol, dll. Limbah organik dapat berupa eksplan yang terkontaminasi, sisa bahan tanaman yang sudah diambil sebagai eksplan, dll. Berdasarkan wujudnya limbah pertanian dapat dikelompokkan ke dalam limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. a) Limbah Padat Bahan-bahan buangan baik dari limbah sebelum panen ataupun setelah panen yang wujudnya padat dikelompokkan pada limbah padat. Limbah-limbah tersebut di atas kalau dibiarkan menumpuk saja tanpa penanganan tertentu akan menyebabkan kondisi lingkungan tidak sehat. Limbah padat dapat diolah menjadi pupuk/kompos dan makanan ternak. b) Limbah cair Limbah cair pertanian dapat berasal dari air cucian hasil pertanian seperti produk sayuran (kangkung, caisin), bengkuang, ubi jalar, atau air cucian peralatan pertanian seperti peralatan tanam, pemupukan, pengendalian OPT. Limbah cair yang berbahaya adalah yang mengandung insektisida, fungisida, senyawa yang mengandung gas chlorin, dan herbisida. Sisa pestisida atau bekas sterilisasi eksplan menggunakan bayclin jika terbawa air irigasi atau air hujan dapat mematikan biota sungai atau hewan yang mengonsumsi air tersebut. Oleh karena itu limbah pestisida jangan dibuang sembarangan sehingga tidak mencemari air sungai. c) Limbah gas Limbah gas adalah limbah berupa gas yang dikeluarkan pada saat pengolahan hasil-hasil pertanian, misalnya gas yang timbul berupa uap air pada proses pengurangan kadar air 2

selama proses pelayuan teh dan proses pengeringannya. Limbah gas ini supaya tidak menimbulkan bahaya harus disalurkan lewat cerobong. Dalam kegiatan pertanian, penggunaan pupuk buatan, zat kimia pemberantas hama (pestisida), dan pemberantas tumbuhan pengganggu (herbisida) dapat mencemari tanah, dan air. Herbisida merupakan pestisida yang 40% produknya sudah digunakan di dunia. Para petani menggunakan herbisida untuk mengontrol atau mematikan sehingga tanaman pertanian dapat tumbuh dengan baik. Fungisida merupakan pestisida yang digunakan untuk mengontrol atau memberantas cendawan (fungi) yang dianggap sebagai wabah atau penyakit. Penyemprotan fungisida dapat melindungi tanaman pertanian dari serangan cendawan parasit dan mencegah biji (benih) menjadi busuk di dalam tanah sebelum berkecambah. Akan tetapi, sejak metal merkuri sangat beracun terhadap manusia, biji-bijian yang telah mendapat perlakuan fungisida yang mengandung metal merkuri tidak pernah dimanfaatkan untuk bahan makanan. Fungisida dapat memberi dampak buruk terhadap lingkungan. Dampak Limbah Pertanian Gangguan terhadap Kehidupan Biotik Senyawa-senyawa yang terkandung di dalam air limbah dapat menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air tersebut. Hal ini menyebabkan mikroorganisme di dalam air limbah mati karena kurangnya oksigen. Selain kekurangan oksigen, kematian biotik dapat juga disebabkan karena adanya zat beracun yang terkandung di dalam air limbah tersebut. Air limbah yang panas juga dapat mematikan semua organisme yang terkandung di dalam penampungan limbah. Oleh karena itu air limbah yang panas perlu dilakukan pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam saluran air limbah. Gangguan terhadap Keindahan dan Folusi Udara Ampas yang berasal dari limbah pabrik perlu diendapkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah. Pengendapan yang terlalu lama mengakibatkan timbulnya bau yang tidak sedap karena proses penguraian zat organik. Gangguan terhadap Kesehatan 3

Limbah cair sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Limbah cair ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis, diare. Cara Penanganan Limbah Pertanian Limbah pertanian, pengelelolaannya perlu mendapat perhatian karena dapat menjadi sumber bencana bagi manusia. Jika tidak dikelola dengan baik maka limbah pertanian sering menjadi tempat bersarang/berkembang biak hama dan penyakit, terjadinya pencemaran (polusi) udara berupa gas Metan (CH4), CO2, dan N2O. Tanaman penyumbang terbesar biomassa (limbah) antara lain: Tebu (92%), Padi (80%), Jagung (70%), kakao (92%), Kelapa sawit (96,5%) dan sayur-sayuran (60%). Limbah jika dikelola dengan tepat, akan menjadi sumber pendapatan baru bagi petani. Limbah dapat dibuat berbagai macam produk seperti biofull, biogas, briket, asap cair, biopestisida, dan kompos. Biofull adalah jenis bahan bakar terbaru, biasanya ditemukan dalam bentuk cair yang telah disuling dan diproduksi dari berbagai bentuk biji-bijian dan lemak nabati, biasanya jagung yang digunakan. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik seperti kotoran manusia dan hewan atau sisa-sisa limbah pertanian. Briket adalah sumber energi alternatif pengganti minyak tanah dan LPG dari bahan-bahan bekas atau bahan yang sudah tidak terpakai lagi. Asap cair adalah campuran larutan dari disperse asap kayu dalam air yang dibuat dengan mengondensasi asap cair hasil pirolisis. Biopestisida adalah agen biologi atau produk-produk alam yang digunakan untuk mengontrol hama pada tanaman. Kompos merupakan pupuk organik, kaya akan keanekaragaman mikroorganisme dengan komposisi bakteri 10 6-10 10 cfu, aktinomycetes 10 4-10 8 dan cendawan 10 4-10 6 cfu/gram. Kompos berfungsi sebagai soil conditioner yang dapat memperbaiki struktur, sifat kimia, fisik, dan biologi tanah, serta sebagai soil ameliorator yang dapat meningkatkan kemampuan pertukaran kation baik di ladang maupun di tanah sawah. Teknik Pembuatan Kompos dari Limbah Organik 4

Pengomposan adalah suatu proses pengelolaan limbah padat secara bertahap. Komponen bahan padat diuraikan secara biologis di bawah keadaan terkendali sehingga menjadi bentuk yang dapat ditangani, disimpan, atau digunakan untuk lahan pertanian tanpa pengaruh yang merugikan. Pengomposan bahan-bahan organik terutama pada sisasisa tanaman dan kotoran hewan sering dilakukan oleh para petani dengan tujuan untuk menambah tingkat kesuburan lahan pertanian yang dikelolanya. Tujuan dan sasaran pengomposan pada dasarnya untuk memanfaatkan bahan-bahan organik yang berasal dari bahan-bahan limbah, mengurangi bau, membunuh organisme patogen dan biji-biji gulma, pada akhirnya menghasilkan pupuk organik yang dapat memperbaiki kesuburan tanah. Proses pengomposan dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Pada proses dekomposisi secara aerobik, mikroorganisme menggunakan oksigen untuk menguraikan bahan organik dan mengasimilasi Karbon, Nitrogen, Fosfor, Sulfur, dan unsur-unsur lainnya untuk sintesis protoplasma. Pada kondisi kekurangan oksigen, proses pengomposan berjalan secara anaerobik. Pada proses dekomposisi secara anaerobik, reaksi biokimia berlangsung melalui proses reduksi. Kecepatan penguraian bahan organik menjadi kompos bergantung pada beberapa faktor yaitu: ukuran partikel bahan, nilai C/N bahan, kandungan air, aerasi, keasaman (ph) dan suhu. 1) Ukuran Partikel Ukuran partikel berpengaruh pada keberhasilan proses pengomposan. Ukuran yang baik antara 10 sampai 50 mm, apabila terlalu kecil ruang-ruang antara partikel menjadi sempit sehingga dapat menghambat gerakan udara ke dalam tumpukan dan sirkulasi gas karbon dioksida keluar tumpukan. Apabila ukuran partikel sangat besar, luas permukaan kurang sehingga reaksi pengomposan akan berjalan lambat atau bahkan akan berhenti sama sekali. 2) Nilai C/N bahan Semakin rendah nilai C/N bahan, waktu yang diperlukan untuk pengomposan semakin singkat. 3) Kandungan Air Kandungan air pada bahan organik sebaiknya antara 30 40%, hal ini ditandai dengan tidak menetesnya air apabila bahan digenggam dan akan mekar apabila genggaman 5

dilepaskan. Kandungan air bahan terlalu tinggi, ruang antar partikel dari bahan menjadi sempit karena terisi air, sehingga sirkulasi udara dalam tumpukan akan terhambat. Kondisi tersebut berakibat pada tumpukan bahan akan didominasi oleh mikroorganisme anaerob yang menghasilkan bau busuk tidak sedap. 4) Aerasi Dalam proses pengomposan, mikroorganisme dalam bahan organik sangat memerlukan jumlah udara yang cukup, karena prosesnya berlangsung secara aerob. Aerasi dapat diperoleh melalui gerakan udara dari alam masuk ke dalam tumpukan dengan membulak-balik bahan secara berkala. 5) Keasaman (ph) Keasaman atau ph dalam tumpukan kompos juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Kisaran ph yang baik untuk pengomposan sekitar 6,5 7,5 (netral). Oleh karena itu, dalam proses pengomposan sering diberi tambahan kapur atau abu dapur untuk menaikkan ph. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan bantuan aktivator. Beberapa aktivator yang tersedia di pasaran antara lain OrgaDec, Stardec, EM4, dan Fix Up Plus. Semua aktivator tersebut sudah dikemas dalam berbagai ukuran yang siap dipasarkan Dalam proses pengomposan dapat juga melibatkan hewan lain (organisme makro), seperti cacing tanah yang bekerja sama dengan mikroba dalam proses penguraian. Dalam hal ini, cacing memakan bahan organik yang tidak terurai, mencampur bahan organik, dan membuat rongga-rongga udara sebagai aerasi. Kehadiran cacing tanah dapat mempercepat penghancuran bahan organik oleh mikroorganisme. Penguraian oleh mikroorganisme disebut pengomposan atau composting, sedangkan keterlibatan cacing (vermes) dalam proses pengomposan disebut vermicomposting dan hasilnya disebut casting atau kascing. 6) Suhu Suhu ideal dalam pengomposan antara 30 0 C sampai 45 0 C. Apabila suhunya terlalu tinggi maka mikroorganisme akan mati, sebaliknya apabila suhu pengomposan terlalu rendah, mikroorganisme belum dapat bekerja secara optimal. Adapun teknik pembuatan kompos adalah sebagai berikut : 6

a) Bahan organik yang akan dikomposkan (berupa sisa tanaman yang ukurannya masih panjang) dikecilkan ukurannya dengan dipotong-potong menjadi sekitar 3-5 cm. Bahan yang sudah seragam tersebut dicampurkan dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:3. Bahan diaduk sampai homogen/merata sambil disiram air sehingga pada saat campuran dikepal mengeluarkan tetesan air. b) Komposkan campuran bahan dengan cara menumpukkan pada tanah/lantai setinggi kira-kira 1 m, selanjutnya ditutup karung goni/plastik pada seluruh permukaannya. Proses pengomposan dapat berlangsung 2 sampai 3 minggu, tergantung dari jenis bahan. Amati dan catat setiap hari kenaikan suhu dan perubahan warna tumpukan bahan. Kegiatan ini untuk mengetahui apakah proses pengomposan dapat berlangsung baik atau tidak. c) Tumpukan bahan diaduk setiap tiga hari sekali secara merata dan ditutup kembali. Kegiatan ini untuk menghindari kelebihan suhu dan diharapkan proses penguraian dapat berlangsung pada seluruh permukaan bahan. d) Apabila pengomposan telah memenuhi kreteria: suhu telah turun dan stabil, warna bahan coklat kehitaman, sebagian besar bahan telah lapuk, dan timbul bau khas kompos, maka kompos telah jadi. Akan tetapi kompos yang dihasilkan perlu diuraikan lebih lanjut dengan menambah waktu pengomposan secara alami. C. Pelestarian Lahan Produksi Benih Untuk memperoleh benih bermutu dan hasil yang maksimal diperlukan kondisi tanah yang subur. Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam, strukturnya gembur, remah, ph 6-6,5, mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum). Kandungan unsur hara yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat pembatas-pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor yang dapat mengurangi kesuburan tanah diantaranya pengolahan tanah yang intensif apalagi menggunakan alat-alat berat seperti traktor. Kegiatan ini dapat menyebabkan tanah menjadi keras dan padat sehingga oksigen di dalam tanah terbatas, di samping rawan terjadinya erosi. Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah, hal ini juga dapat menurunkan kesuburan tanah. Fauna tanah berperan dalam proses mineralisasi bahan organik tanah dan proses pembentukan agregasi tanah. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan unsur hara dan 7

percegahan erosi oleh air. Reaksi bahan organik tanah dengan bahan kimia fitotoksik dapat mengurangi tingkat keracunan dalam tanah. Selain itu proses transformasi dan dekomposisi pestisida dalam tanah oleh organisme tanah dapat juga mencegah akumulasi keracunan tanah. Penggunaan pupuk kimia yang terus menerus dapat mengakibatkan tanah menjadi asam sehingga produktivitas tanah menurun. Untuk menjaga kesuburan tanah di lahan produksi benih dapat dilakukan pengolahan tanah dengan sistem olah tanah konservasi, penambahan bahan organik ke dalam tanah, serta penggunaan pupuk kimia secara bijaksana. 8