BAB I PENDAHULUAN. Model regresi adalah persamaan matematik yang dapat meramalkan nilai-nilai

dokumen-dokumen yang mirip
SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN MATRIKS PEMBOBOT SPASIAL ROOK CONTIGUITY UNTUK PEMODELAN GINI RATIO DI INDONESIA TAHUN 2014.

BAB III PEMBAHASAN. Pada pembahasan kali ini akan diuraikan langkah-langkah dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Annisa Nurul Aini, 2013

SKRIPSI JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE (SAR)

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah sandang, pangan, dan papan. Setiap rumah tangga (RT) pasti menginginkan

PENERAPAN MODEL SPASIAL DURBIN PADA ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemodelan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kriminalitas di Jawa Timur dengan Analisis Regresi Spasial

PEMBENTUKAN MODEL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2

SKRIPSI PENGARUH ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA DAN LEMBAGA PELATIHAN KERJA TERHADAP PDRB KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN REGRESI SPASIAL

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

PENDEKATAN EKONOMETRIKA PANEL SPASIAL UNTUK PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI KALIMANTAN BARAT

PEMODELAN SPATIAL ERROR MODEL (SEM) UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI PROVINSI JAWA TENGAH

SKRIPSI PEMODELAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEKTOR INDUSTRI DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE REGRESI SPASIAL

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

2.11. Penduduk Yang Bekerja di Sektor Pertanian Pengangguran... 40

PEMODELAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN METODE SEEMINGLY UNRELATED REGRESSION (SUR) SPASIAL

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi

BAB II KAJIAN TEORI. Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan.

APLIKASI MODEL REGRESI SPASIAL UNTUK PEMODELAN ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG PENDIDIKAN SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH

SKRIPSI. Disusun oleh: NOVIAN TRIANGGARA

PENERAPAN MODEL SPASIAL DURBIN PADA ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan menurunnya kinerja perekonomian. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan negara berkembang.

APLIKASI MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE UNTUK PEMODELAN ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG PENDIDIKAN SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODEL REGRESI SPASIAL UNTUK ANAK TIDAK BERSEKOLAH USIA KURANG 15 TAHUN DI KOTA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN SPATIAL ERROR MODEL PADA PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 Menggunakan Regresi Spasial

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL GALAT SPASIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2015

Disusun: Maslim Rajab Syafrizal NRP Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Setiawan, M.Si Dr. Sutikno, S.Si, M.Si. 1/24/2012 Seminar Hasil

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

APLIKASI REGRESI DATA PANEL UNTUK PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

MODEL SPASIAL DURBIN EROR UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

ANALISIS DAN PERAMALAN PRODUKSI TANAMAN TEH DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS MUSIM

PEMODELAN KASUS TINDAK PIDANA DI KOTA SURABAYA DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL 1 Defi Mustika Sari, 2 Dwi Endah Kusrini dan 3 Suhartono

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB III METODE PENELITIAN. Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng.

PEMODELAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENGGUNAKAN SPATIAL PANEL FIXED EFFECT (Studi Kasus: Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Tengah )

BAB 7 KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 7.1. TINGKAT KEMISKINAN

2016 APLIKASI MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

PEMETAAN DAN MODEL REMAJA PUTUS SEKOLAH USIA SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA TAHUN 2009 DENGAN METODE GWR (GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION)

PERAMALAN TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI JAWA BARAT

Pemodelan Kasus Tindak Pidana di Kota Surabaya dengan Pendekatan Regresi Spasial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

PROSIDING ISSN: M-23 POLA KETERKAITAN SPASIAL BERDASARKAN PRODUKSI PAJALE (PADI JAGUNG KEDELAI) DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

Angka Kemiskinan Kabupaten Sekadau 2016

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBENTUKAN MODEL SPASIAL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB (Studi Kasus : Kemiskinan di Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia Wajib Belajar Menggunakan Metode Regresi Spasial di Jawa Timur

PENERAPAN REGRESI SPASIAL PADA PEMODELAN KASUS KETERGANTUNGAN SPASIAL (Studi Kasus: Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Tahun 2010)

APLIKASI REGRESI SPASIAL UNTUK PEMODELAN ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH) DI PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN MARET 2014

PEMODELAN KRIMINALITAS DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya bidang ekonomi. pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu

Maslim Rajab Syafrizal 1, Setiawan 2, Sutikno 3

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.

DESAIN SAMPLING UNTUK PEMODELAN SPATIAL. Bertho Tantular Departemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja

Gambar 3.1 Bagan Hubungan Pengeluaran Publik Kesehatan Terhadap Angka Kematian Bayi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Wilayah dan pengumpulan data yang diambil adalah di Kabupaten Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BURUK BALITA DI JAWA TENGAH DENGAN METODE SPATIAL DURBIN MODEL SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. ini merupakan besarnya tingkat ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

Katalog BPS :

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

Dari waktu ke waktu jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan senantiasa bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan

1. PENDAHULUAN 2. KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEADAAN SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Model regresi adalah persamaan matematik yang dapat meramalkan nilai-nilai suatu variabel tak bebas dari nilai-nilai variabel bebas (Walpole, 1982: 340). Pada regresi harus ada variabel yang ditentukan dan variabel yang menentukan atau dengan kata lain adanya ketergantungan variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Untuk menentukan bentuk hubungan (model) diperlukan pemisahan yang tegas antara variabel bebas yang diberi simbol X dan variabel tak bebas yag diberi simbol Y. Hubungan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel tak bebas X dengan variabel bebas Y. Adapun persamaan regresi linear sederhana Y = a + bx + ε. Analisis regresi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan secara luas pada ilmu terapan untuk menyelesaikan masalah sebab akibat. Analisis regresi tersebut merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel yang dibentuk dalam suatu persamaan atau regresi. Regresi memiliki bermacam-macam bentuk seperti, regresi linear sederhana dan regresi linear berganda yang digunakan untuk mencari hubungan linear antara variabel bebas dan variabel terikat. Perbedaannya terletak pada jumlah variabel bebas, pada regresi linear sederhana hanya ada satu variabel bebas, sedangkan regresi linear berganda memiliki variabel bebas lebih dari satu. Kemudian, Regresi data panel yang merupakan regresi bagi data cross section ataupun runtun waktu. Adapula regresi spasial yang merupakan regresi bagi data yang memiliki efek spasial. 1

Regresi spasial merupakan hasil pengembangan dari metode regresi linier klasik. Pengembangan tersebut karena adanya pengaruh tempat atau spasial pada data yang dianalisis. Sehingga, jika terdapat data dengan efek spasial maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi spasial. Sebab, jika meggunakan regresi linear sederhana ataupun berganda maka model yang dihasilkan kurang akurat dan menyebabkan kesimpulan yang kurang tepat karena asumsi error saling bebas tidak terpenuhi. Analisis regresi spasial memiliki beberapa model utama yaitu Spatial Autoregressive Model (SAR), Spatial Error Model (SEM) dan Spatial Autoregressive Moving Average (SARMA). Spatial Autoregressive Model mengasumsikan bahwa terdapat pengaruh spasial pada variabel terikatnya. Spatial Error Model merupakan model spasial yang mengandung pengaruh spasial pada errornya. Sedangkan Spatial Autoregressive Moving Average (SARMA) merupakan gabungan antara Spatial Autoregressive Model serta Spatial Error Model yaitu model spasial yang mengandung pengaruh spasial pada variabel terikat maupun error nya. Pada pemodelan regresi dengan efek spasial, maka harus disusun sebuah matriks pembobot spasial untuk mengetahui interaksi spasial yang terjadi antar wilayah satu dengan wilayah lainnya. Jika interaksi antar wilayah berdasarkan pada persentuhan sisi wilayah maka matriks pembobot spasial yang terbentuk adalah rook contiguity. Jika interkasi antar wilayah berdasarkan persentuhan titik sudut maka matriks pembobot spasial yang terbentuk adalah bishop contiguity. Sedangkan apabila interaksi antar wilayah merupakan gabungan dari persentuhan sisi wilayah dan titik sudut, maka matriks pembobot spasial yang terbentuk adalah queen contiguity. Sedangkan beberapa permasalahan yang biasanya 2

mengandung efek spasial diantaranya ialah masalah kedokteran seperti penyebaran suatu penyakit, kriminalitas dan juga masalah yang berkaitan dengan ekonomi seperti kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan yang dihitung menggunakan Gini Ratio. Gini Ratio merupakan salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan antar penduduk yang terjadi di suatu wilayah ataupun negara. Nilai terendah Gini Ratio adalah nol yang mengartikan bahwa pendistribusian pendapatan di suatu wilayah sudah sangat merata dengan sempurna. Sedangkan nilai tertingginya adalah satu yang berarti jika ketimpangan distribusi pendapatan sudah sangat tinggi karena hanya salah satu pihak saja yang menerima seluruh pendapatan. Menurut data BPS tahun 2014, provinsi yang memiliki Gini Ratio tertinggi yaitu Papua Barat sebesar 0.44 kemudian DKI Jakarta mengikuti dengan Gini Ratio sebesar 0.43. Hal ini berarti jika distribusi pendapatan di provinsi tersebut belum merata dengan baik atau terjadi ketimpangan pada distribusi pendapatannya. Secara keseluruhan, Gini Ratio untuk Indonesia adalah sebesar 0.41 dan tergolong dalam ketimpangan pendapatan yang sedang dan berarti bahwa pendistribusian pendapatan di Indoneisa belum merata dengan baik dan hanya disumbang oleh kelompok-kelompok ekonomi tertentu saja. Ketimpangan ini tentulah menjadi masalah serius karena menjadikan masyarakat Indonesia memiliki pemisah yang sangat jelas antara yang kaya dan miskin. Terlebih lagi pada saat ini telah diberlakukan ekonomi bebas di ASEAN yang menyebabkan setiap penduduk di negara ASEAN bebas untuk mencari kerja dan melakukan usaha di semua wilayah negara ASEAN tanpa ada batassan apapun. Hal ini tentu sangat menguntungkan negara-negara yang telah memiliki 3

sumber daya dan potensi serta yang telah siap bersaing pada ekonomi terbuka saat ini. Sedangkan persaingan pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang memiliki keterbatasan kemampuan dalam hal skill ataupun yang memiliki kemampuan ekonomi lemah. Kondisi ini harus dicegah sehingga proses kesenjangan tidak semakin melebar, karena kesempatan yang muncul dari ekonomi terbuka seperti saat ini hanya dapat dimanfaatkan oleh wilayah, sektor dan golongan ekonomi yang lebih maju. Sedangkan di Indonesia masih sangat terlihat jika masyarakat masih banyak bergantung pada pencarian kerja sebagai buruh ataupun karyawan dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki usaha makro maupun kreatif. Oleh sebab itu, Perhatian dan keberpihakan harus diberikan kepada pemberdayaan ekonomi masyarakat agar masyarakat berekonomi rendah dapat berkembang. Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan Gini Ratio maupun metode regresi Spatial Autoregressive Model (SAR) diantaranya penelitian tentang Model Spatial Autoregressive untuk pemodelan angka partisipasi murni jenjang pendidikan SMA sederajat di Jawa Tengah oleh Restu dewi, Hasbi dan Sugito (2011). Ada pula penelitian oleh Sahar Mildino (2011) tentang studi kasus pemodelan indeks Gini Ratio provinsi di pulau Jawa. Kemudian penelitian oleh Ani Nurlaili (2016) tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan di Pulau Jawa tahun 2007-2013. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Spatial Autoregressive Model dan Matriks Pembobot Spasial Rook Contiguity untuk Pemodelan Gini Ratio di Indonesia Tahun 2014. 4

B. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian dilakukan di Indonesia 2. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat yang berkaitan dengan Gini Ratio diantaranya data tentang jumlah penduduk, Persentase rata-rata pengeluaran per kapita per bulan, persentase penduduk miskin, persentase penduduk lansia, pertumbuhan produksi industri mikro, indeks pembangunan manusia serta data Gini Ratio sediri. 3. Data yang digunakan yaitu data untuk tiap Provinsi di Indonesia pada tahun 2014 yang terdiri dari 33 provinsi di Indonesia. 4. Matiks pembobot spasial yang digunakan adalah Rook Contiguity karena hampir seluruh wilayah Indonesia hanya berbatasan sisi dan tidak ada yang berbatasan titik sudut. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan Masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pemodelan Gini Ratio di Indonesia tahun 2014 dengan Spatial Autoregressive Model dan matriks pembobot spasial Rook Contiguity? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pemodelan Gini Ratio di Indonesia tahun 2014 dengan Spatial Autoregressive Model dan matriks pembobot spasial Rook Contiguity. 5

E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Membantu mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap Gini Ratio di Indonesia tahun 2014. 2. Memberikan tambahan pengetahuan bagi pembaca yang ingin membuat penelitian yang serupa dengan penelitian ini. 3. Sebagai tambahan referensi dan sumber belajar di perpustakaan jurusan Pendidikan Matematika. 6