Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

dokumen-dokumen yang mirip
Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

TINGKAH LAKU HARIAN KUSKUS BERUANG (Ailurops ursinus) DI CAGAR ALAM TANGKOKO BATU ANGUS

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

JUMLAH INDIVIDU DAN KELOMPOK BEKANTAN (Nasalis larvatus, Wurmb) Di TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

JARAK JELAJAH HARIAN DAN AKTIVITAS PERGERAKAN BEKANTAN (Nasalis larvatus Wurmb) DI PULAU BAKUT, KABUPATEN BARITO KUALA

065 PERILAKU SEKSUAL MONYET EKOR PANJANG (Mncncn fascic~lnris) Di BUM1 PERUMAHAN PRAMUKA CIBUBUR, JAKARTA LILA MULYATI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

POLA AKTIVITAS ORANGUTAN (Pongo abelii) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KETAMBE ACEH TENGGARA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

Aktivitas Harian Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) yang telah divasektomi di Wenara Wana Ubud

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

PERILAKU HARIAN ANAK GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumateranus) DI PUSAT KONSERVASI GAJAH TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS LAMPUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

II. TINJAUAN PUSTAKA. frugivora lebih dominan memakan buah dan folivora lebih dominan memakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus)

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

PERILAKU MAKAN DAN JENIS PAKAN ORANGUTAN(Pongo pygmaeus) DI YAYASAN INTERNATIONAL ANIMAL RESCUE INDONESIA (YIARI) KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

2 c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 461/Kpts-II/1999 telah ditetapkan Penetapan Musim Berburu di Taman Buru dan Areal Buru; b. ba

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

SUATU CATATAN BARU HABITAT KERA HIDUNG PANJANG ( Nasalis larvatus) DAN PERMASALAHANNYA DI KALIMANTAN SELATAN INDONESIA. Oleh. M.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

Tingkah Laku Owa Jawa (Hylobates moloch) di Fasilitas Penangkaran Pusat Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor

PERILAKU HARIAN SIAMANG (Symphalangus syndactylus) di BALI ZOO PARK, DESA BATUAN, GIANYAR, BALI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. benua dan dua samudera mendorong terciptanya kekayaan alam yang luar biasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan satu dari sedikit tempat di dunia dimana penyu laut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Macaca endemik Sulawesi yang dapat dijumpai di Sulawesi Utara, antara lain di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: ISBN:

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumatera. Klasifikasi orangutan sumatera menurut Singleton dan Griffiths

STRUKTUR POPULASI BEKANTAN (Nasalis larvatus) DI PULAU CURIAK KABUPATEN BARITO KUALA KALIMANTAN SELATAN

POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

METODE PENELTIAN. Penelitian tentang keberadaan populasi kokah (Presbytis siamensis) dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

I. PENDAHULUAN. Kupu-kupu raja helena (Troides helena L.) merupakan kupu-kupu yang berukuran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi

Struktur Kelompok dan Penyebaran Bekantan (Nasalis larvatus Wrumb.) dikuala Samboja, Kalimantan Timur

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

Tingkah Laku Harian Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar

Raden Fini Rachmarafini Rachmat ( ) ABSTRAK

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

OWA JAWA SEBAGAI SATWA PRIMATA YANG DILINDUNGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

POPULASI DAN PERLLAKU BEKANTAN (Nasalis larvalus) DI SAMBOJA KOALA, KALIMANTAN TIMUR

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati dianggap sangat penting untuk kehidupan

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

Aktivitas Harian Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor

Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Mulawarman 2. PT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga 3

Perilaku Harian Owa Jawa (Hylobtes Moloch Audebert, 1798) Di Pusat Penyelamatan Dan Rehabilitasi Owa Jawa (Javan Gibbon Center), Bodogol, Sukabumi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan

I. PENDAHULUAN. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu kekayaan

PEMANFAATAN HABITAT OLEH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAMPUS IPB DARMAGA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

ABSTRACT ABSTRAK. Kata kunci : CITES, Perdagangan Hewan Langka, perdagangan ilegal

PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus Linnaeus) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG KASANG KULIM KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR RIAU

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

Analisis Populasi Kalawet (Hylobates agilis albibarbis) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Napier dan Napier (1967), klasifikasi ilmiah simpai sebagai berikut :

Transkripsi:

Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur (DAILY ACTIVITY OF BEKANTAN (Nasalis larvatus) IN MUARA KAMAN SEDULANG CONSERVATION AREA, EAST KALIMANTAN) Rian Winardi 1, Sri Kayati Widyastuti 2,4, I Ketut Suatha 3,4 1. Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan, 2. Laboratorium Penyakit Dalam Veteriner, 3. Laboratorium Anatomi Veteriner, 4. Pusat Penelitian Satwa Primata LPPM Unud, Bukit Jimbaran, Badung, Bali. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali; Tlp. (0361) 223791, 701808. E-mail: Rian.winardi@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas harian bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur. Pengamatan dilakukan dengan metode focal animal sampling pada kelompok bekantan. Aktivitas harian diamati pada pagi hari pukul 07.00 10.00 WITA dan pada sore hari pukul 15.00 18.00 WITA selama 12 hari. Data yang terkumpul dari berbagai jenis tingkah laku dianalisa secara statistik deskriptif. Bekantan di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk istirahat (51,17 %), diikuti makan (32,98%), berpindah tempat (15,57%), dan aktivitas lainnya (0,28%) yang meliputi bermain, mengawasi, dan berkutuan. Aktivitas istirahat cenderung lebih banyak dilakukan oleh bekantan betina dewasa dibanding bekantan lainnya. Pada pagi hari, aktivitas makan lebih banyak teramati dibanding aktivitas yang lain, sedangkan sore hari didominasi dengan aktivitas istirahat. Aktivitas lainnya yang teramati adalah aktivitas mengawasi, bermain, dan berkutuan yang dilakukan sesama bekantan. Kata kunci: Bekantan, Aktivitas Harian, Focal Animal Sampling, Cagar Alam Muara Kaman Sedulang ABSTRACT A study aims to assess daily activities of proboscis monkey (Nasalis larvatus) in Muara Kaman Sedulang Nature Reserve, East Kalimantan. Observations made with the focal animal sampling method on a group proboscis. Daily activity was observed in the morning at 7:00 to 10:00 pm and in the afternoon from 15:00 to 18:00 pm for 12 days. Data collected from various types of behavior analyzed by descriptive statistics. Proboscis monkeys in the Nature Muara Kaman Sedulang spent more time to rest (51.17%), followed by a meal (32.98%), migrate (15.57%), and other activities (0.28%), which includes playing, observe, and grooming. Rest activities tend to be done by the adult female proboscis monkey proboscis than others. In the mornings, the feeding activity observed more than any other activity, while the afternoon was dominated by activity break. Another activity that is observed is supervising activity, play, and grooming conducted among proboscis. Keywords: proboscis, daily activities, focal animal sampling, Nature Reserve Muara Kaman Sedulang 59

PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan keragaman jenis primata di dunia. Dari 195 jenis primata yang tersebar di seluruh dunia, 40 jenis ditemukan di Indonesia, dan 24 jenis merupakan satwa endemik yang hidup di Indonesia (Supriatna dan Wahyono, 2000). Salah satu jenis primata yang endemik adalah bekantan (Nasalis larvatus) yang ditemukan di Pulau Kalimantan. Di Indonesia, bekantan termasuk dalam satwa yang dilindungi oleh pemerintah. Tertuang dalam Peraturan Perlindungan Binatang Liar No. 266 Tahun 1931 dan Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Secara internasional, bekantan masuk dalam Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) dan IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) mengkategorikan bekantan dalam endangered atau terancam. Di alam, bekantan memiliki dua sistem sosial. Sistem sosial pertama disebut single male. Sistem sosial tersebut dipimpin satu jantan dominan, dengan beberapa betina dan anak-anaknya, serta jantan muda. Sistem sosial kedua disebut multi male. Sistem sosial ini terdiri dari jantan semua dan umumnya merupakan jantan-jantan muda. Bekantan merupakan satwa arboreal (hidup di pohon), namun sesekali dapat ditemui di tanah (Supriatna dan Wahyono, 2000). Bekantan memulai aktivitasnya pada pukul 05.30 dengan bergerak dari cabang tempat posisi tidur untuk memulai aktivitas hariannya dan berakhir pada pukul 18.30 (Bismark, 2009). Menurut laporan Rajanathan dan Bennet (1990), pergerakan harian bekantan dipimpin oleh betina dewasa, dikarenakan betina lebih membutuhkan sumber pakan yang baik untuk anaknya. Menurut Bismark (1994) dalam disertasinya perilaku bekantan di hutan bakau Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur, dalam satu hari terdapat tiga puncak aktivitas bekantan, yaitu sekitar pukul 08.30, 12.30, dan pukul 15.30. Aktivitas makan meningkat sekitar pukul 12.00-12.30. kemudian aktivitas menurun dengan diikuti aktivitas istirahat dan tidur hingga pukul 14.00. Menurut Alikodra (1997) bekantan yang terdapat di Samboja Koala, Kalimantan Timur memulai aktivitasnya pada pukul 05.30 dengan diawali berpindah tempat dan aktivitas makan pada pagi hari dimulai pukul 06.00 10.00. Kemudian dilanjutkan aktivitas istirahat pada pukul 11.00 13.00. Pada pukul 14.00 15.00 bekantan melakukan aktivtas makan dan pada pukul 17.30 18.45 aktivitas makan dilanjutkan kembali. Menurut Soendjoto (2005) dalam disertasinya yang dilakukan di Hutan Karet Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan aktivitas 60

makan lebih banyak dilakukan pada pagi hari (pukul 06.00 09.00) dan sore hari (pukul 15.00 18.00). kemudian aktivitas berpindah tempat lebih sering dilakukan pada pukul 06.00 08.00 dan pukul 15.00 17.00 serta jarang dilakukan pada pukul 11.00 14.00. sedangkan aktivitas istirahat lebih banyak dilakukan pada tengah hari (pukul 09.00 15.00). Penelitian mengenai aktivitas bekantan di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur belum pernah dilaporkan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Cagar Alam Muara Kaman Sedulang terletak di Kabupaten Kutai Kertanegara (Kecamatan Muara Kaman), Kabupaten Kutai Timur (Kecamatan Muara Ancalong dan Kecamatan Muara Bengkal) Kalimantan Timur. Secara geografis terletak pada 0 25 50 LU - 0 10 00 LS dan 116 38 00-116 50 00 BT. Kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan Cagar Alam melalui SK penunjukan Gubernur Kalimantan Timur No. D.8-130/W-EK/1975 tanggal 11 Maret 1975 dan SK Mentan No. 290/Kpts/Um/5/1976 tanggal 10 Mei 1976. Kemudian ditetapkan melalui SK Menhut Nomor: 598/Kpts-II/1995 tanggal 2 Nopember 1995. Kawasan ini memiliki keragaman flora dan fauna yang dilindungi maupun tidak dilindungi, salah satunya adalah bekantan. METODE PENELITIAN Obyek dalam penelitian ini adalah bekantan di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur. Variabel dalam penelitian aktivitas harian terdiri dari umur (dewasa, remaja), dan jenis kelamin (jantan, betina), serta waktu (pagi, sore). Variasi kategori aktivitas harian diambil berdasarkan dari pengamatan sebelumnya mengenai aktivitas harian bekantan di Hutan Karet, Desa Simpang Layung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan (Suradijono, 2004), yaitu meliputi: makan (feeding), yaitu aktivitas memasukan makanan ke dalam mulut, menyimpan makanan ke dalam pipi, memakan, mengunyah, sampai berhenti makan. Berpindah tempat, yaitu aktivitas bekantan berpindah dari tempatnya semula ke tempat lainnya, baik dengan meloncat, jalan, maupun berayun di pohon. Istirahat, yaitu aktivitas meliputi berdiri, duduk, dan tidur. Aktivitas lainnya, yaitu aktivitas meliputi grooming, bermain, mengawasi diri dari ancaman, dan kawin. Umur dan jenis kelamin; jantan dewasa, yaitu bekantan dewasa memiliki hidung yang relatif besar, terdapat warna putih berbentuk segitiga pada punggung; betina dewasa, yaitu bekantan dewasa memiliki hidung yang lebih kecil dan runcing, puting susu yang terlihat jelas; 61

remaja, yaitu bekantan yang memiliki ukuran tubuh setengah atau dua pertiga dari ukuran tubuh dewasa, sudah dapat berdiri sendiri, tetapi masih tidur bersama induknya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode focal animal sampling (Fragaszy et al., 1992). Pengamatan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, dilakukan selama 7 hari dengan waktu pengamatan pagi hari dan sore hari. Tahap pertama ini merupakan tahap pengenalan daerah habitat bekantan. Pengamatan dilakukan untuk memperkirakan keberadaan bekantan. Bila pada daerah tersebut terdapat bekantan dalam jumlah banyak, maka daerah tersebut merupakan daerah jelajah bekantan dan akan dijadikan tempat pengamatan bekantan. Tahap kedua adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung. Pada tahap kedua ini, aktivitas bekantan yang teramati akan dimasukan ke dalam formulir pengamatan focal animal sampling. Pengamatan ini dilakukan pada pagi hari dan sore hari selama 12 hari. Waktu pengamatan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari pukul 07.00-10.00 WITA dan sore hari pukul 15.00-18.00 WITA. Data pengamatan aktivitas harian dengan metode focal animal sampling yang diperoleh akan dikelompokan berdasarkan jantan dewasa, betina dewasa, dan remaja, serta waktu pagi hari dan sore hari. Kemudian data dianalisis dengan metode statistik deskriptif. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel, grafik, maupun diagram. Pengamatan akivitas harian bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur dilaksanakan dari tanggal 28 Maret sampai 15 April 2015. 62

HASIL DAN PEMBAHASAN Selama 12 hari pengamatan diperoleh 67 data focal animal sampling dengan total 1407 kejadian aktivitas harian, yang telah diamati terdiri dari aktivitas istirahat 51,17%. Aktivitas berikutnya adalah makan 32,98%, kemudian aktivitas berpindah tempat 15,57%. Aktivitas bermain, mengawasi, berkutuan dan lainnya, teramati dengan persentase yang sangat kecil, yaitu 0,28%. Hasil diatas merupakan hasil pengamatan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan waktu. 100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 51.17% 32.98% 15.57% 0.28% Makan Berpindah Tempat Istirahat Lainnya Diagram 1. Distribusi (%) Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur. Dari hasil pengamatan berdasarkan jenis kelamin dan umum, aktivitas istirahat memiliki persentase tertinggi dibanding aktivitas lainnya dan aktivitas istirahat tertinggi dimiliki oleh bekantan betina dewasa (54,46%), disusul bekantan jantan dewasa (53,81%), dan bekantan remaja (47,00%). Selain aktivitas istirahat, aktivitas makan juga memiliki hasil persentase yang tinggi, yaitu 38,40% (bekantan remaja), 30,71% (bekantan jantan dewasa), dan 25,30% (bekantan betina dewasa). 63

100% 90% Makan Berpindah Tempat Istirahat Lainnya 80% 70% 60% 53.81% 54.46% 50% 47.00% 40% 38.40% 30% 30.71% 25.30% 20% 15.24% 19.64% 14.44% 10% 0% 0.24% 0.60% 0.15% Jantan Dewasa Betina Dewasa Remaja Diagram 2. Distribusi (%) Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Bekantan lebih banyak menghabiskan waktu pagi hari dengan aktivitas makan. Dari hasil pengamatan, aktivitas makan pada pagi hari memiliki persentase yang tinggi dibanding aktivitas lainnya, yaitu 52,38%. Pada sore hari, bekantan cenderung melakukan aktivitas istirahat dengan persentase yang mencapai 69,31%. 64

100% 90% Makan Berpindah Tempat Istirahat Lainnya 80% 70% 69.31% 60% 50% 52.38% 40% 30% 30.11% 20% 17.20% 16.27% 14.15% 10% 0% 0.31% 0.26% Pagi Sore Diagram 3. Distribusi (%) Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur Berdasarkan Waktu Dari hasil pengamatan mengenai aktivitas harian bekantan di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, aktivitas istirahat memiliki persentase yang cukup tinggi, yaitu 51,17%. Aktivitas istirahat ini merupakan aktivitas sementara yang dilakukan di sela-sela aktivitas lainnya. Posisi istirahat bekantan yang teramati, antara lain: Posisi tiduran telungkup pada dahan pohon. Dan posisi duduk diatas pohon dengan atau tanpa bersenderan pada dahan lain atau batang pohon. Aktivitas istirahat lebih banyak teramati pada sore hari (69,31%) dan persentase tertinggi dilakukan oleh bekantan betina dewasa (54,46%). Aktivitas tertinggi berikutnya yang teramati adalah aktivitas makan. Aktivitas makan ini memiliki persentase 32,98%. Aktivitas makan cenderung dilakukan pada pagi hari, persentasenya mencapai 52,38% dan bekantan remaja memiliki persentase yang tinggi (38,40%). 65

Selama pengamatan, ada beberapa cara makan yang teramati, antara lain memetik satu atau beberapa daun kemudian menggigitnya. menarik ranting kemudian menggigit daun yang berada di ranting, dan menarik ranting kemudian daun dipetik dan dimakan. Selama aktivitas makan, bekantan tidak selalu menghabiskan daun yang dipetik. Bekantan cenderung hanya menggigit beberapa kali dan membuang sisa daunnya yang tidak dimakan. Aktivitas berikutnya yang teramati adalah aktivitas berpindah tempat. Aktivitas ini cenderung dilakukan oleh bekantan betina (19,64%) dibanding bekantan lainnya. Pada pagi hari aktivitas ini memiliki persentase 17,20% dan sore hari aktivitas ini mengalami penurunan dengan persentase 14,15%. Aktivitas berpindah tempat teramati dengan beberapa cara, yaitu meloncat dengan melakukan ancang-ancang pada awal gerakan, jalan dengan keempat anggota badan saat berada di tanah, berpindah dari dahan ke dahan dengan keempat anggota badannya, dan berpindah dengan cara berayun dari satu pohon ke pohon lain. Selain ketiga aktivitas diatas, ada beberapa aktivitas lain yang teramati selama penelitian. Aktivitas tersebut seperti: mengawasi, bermain, dan grooming. Aktivitas mengawasi teramati saat bekantan merasa ada sebuah ancaman yang datang mendekat. Ancaman tersebut berasal dari bekantan lain atau peneliti sendiri. Saat merasakan ada ancaman, bekantan mengeluarkan suara onk dan mengarahkan tubuhnya kearah ancaman sambil melotot dengan/tanpa mulut terbuka. Aktivitas bermain cenderung dilakukan oleh sesama bekantan remaja. Bekantan remaja terlihat saling kejar-kejaran yang dilakukan di atas pohon maupun di tanah. Aktivitas ini dapat teramati saat pagi hari. Betina dewasa cenderung lebih banyak melakukan aktivitas grooming. Biasanya aktivitas ini dilakukan kepada anaknya yang sedang berada dalam gendongan. Selain itu, aktivitas ini juga terlihat dilakukan sesama betina dewasa atau bekantan remaja. SIMPULAN Aktivitas istirahat memiliki persentase tertinggi (51,17%), diikuti aktivitas makan (32,98%), berpindah tempat (15,57%), dan aktivitas lainnya (0,28%). Aktivitas istirahat cenderung lebih banyak dilakukan oleh bekantan betina dewasa dibanding bekantan lainnya. Pada pagi hari, aktivitas makan lebih banyak teramati dibanding aktivitas yang lain, sedangkan 66

sore hari didominasi dengan aktivitas istirahat. Aktivitas lainnya yang teramati adalah aktivitas mengawasi, bermain, dan berkutuan yang dilakukan sesama bekantan. SARAN Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas seksual bekantan di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih utamanya kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, serta Centre for Orangutan Protection yang telah memberikan informasi mengenai kondisi hutan Kalimantan. DAFTAR PUSTAKA Alikodra HS. 1997. Populasi dan Perilaku Bekantan (Nasalis larvatus) Di Samboja Koala, Kalimantan Timur. Media Konservasi 2: 67 72. Bismark M. 1994. Ekologi Makan dan Perilaku Bekantan (Nasalis larvatus wurmb) di Hutan Bakau Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. (Disertasi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Bismark M. 2009. Biologi Konservasi Bekantan (Nasalis larvatus). Pustaka Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Fragaszy DM, Boinski S, Whipple J. 1992. Behaviour sampling in the field: Comparison of individual and Group sampling methods. American journal of Primatology 26: 259-275. Menteri Kehutanan. 1995. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 598/Kpts-II/1995 Tentang Penetapan Kawasan Cagar Alam Muara Kaman Sedulang. Jakarta. Rajanathan R, Bennett EL. 1990. Notes on the sosial behaviour of wild proboscis monkeys (Nasalis larvatus). Malayan Nature Journal 44: 35-44. Soendjoto MA. 2005. Adaptasi Bekantan (Nasalis larvatus) Terhadap Hutan Karet: Studi Kasus di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. (Disertasi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Suradijono RD. 2004. Perilaku dan Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) Di Hutan Karet, Desa Simpung Layung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Supriatna J, Wahyono EH. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. 67