WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

dokumen-dokumen yang mirip
Otda & Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM. Disampaikan pada acara WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan, yang diselenggarakan oleh Pusham UII

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto

GOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007

GOOD GOVERNANCE. Sedarnawati Yasni

REPOSISI REPRESENTASI BPD MENUJU PELEMBAGAAN PROSES DEMOKRATISASI DESA

TRANSFORMASI DESA PENGUATAN PARTISIPASI WARGA DALAM PEMBANGUNAN, PEMERINTAHAN DAN KELOLA DANA DESA. Arie Sujito

SEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP GOVERNANCE ASAL MUASAL

SEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP DAN PRAKTEK GOVERNANCE

AKUNTABILITAS DALAM SEKTOR PUBLIK. Kuliah 4 Akuntabilitas Publik & Pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

Reformasi Administrasi. Endah Setyowati FIA UB 2011

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH MENUJU PENCAPAIAN GOOD GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

Model-model Kebijakan Publik

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari

4. BAB IV: REKOMENDASI. Berikut adalah rekomendasi yang diberikan untuk evaluasi model kelembagaan Sekertariat Bersama Kartamantul:

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

Good Governance. Etika Bisnis

MATERI KETIGA MENUJU COMMUNITY BASSED DEVELOPMENT YANG DAPAT DIREALISASIKAN.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

POKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE

DESENTRALISASI. aris subagiyo

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

REFORMASI ADMINISTRASI

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. baik. Akibatnya timbul berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme

KEBIJAKAN KESEHATAN (Dimensi Makro) Dra. AYUN SRIATMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang

MAKALAH CIVIC EDUCATION. Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan

GOOD GOVERNANCE & TRANSPARANSI

OTONOMI DAERAH DAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

INDIKATOR KINERJA OTONOMI DAERAH D.I. JOGJAKARTA. Pengantar Diskusi

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

TEORI MODAL SOSIAL (2)

BAHAN PENUNJANG MATERI MATA DIKLAT SANKRI

PEMBINAAN ORGANISASI MITRA PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

Dr. Tri Sulistyaningsih, M. Si. Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP UMM Hp

KEBIJAKAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA OPD YANG MENANGANI BUMD, BLUD, DAN BARANG MILIK DAERAH DAN ARAH PERUBAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH

ORGANISASI BISNIS & ORGANISASI PUBLIK IKA RUHANA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANGGOTA DPRD. Pembekalan Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar MEP-UGM, 5 September Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA. Oleh

BAB I KEBIJAKAN KEPEGAWAIAN NEGARA SETELAH PEMERINTAHAN REFORMASI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara

KEPEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE) LATAR BELAKANG, KONSEP KEPEMERINTAHA, KONSEP GOOD GOVERNANCE

Halaman : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan Sistematika Penulisan...

SIMPOSIUM UNIVERSITAS JEMBER

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

PROGRAM HIBAH KOMPETISI 2004 INFORMASI UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman umum tentang good governance mulai mengemuka di

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

MENGEMBANGKAN DEMOKRATISASI DESA. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia

PERAN PERENCANAAN TATA RUANG

EKONOMI KELEMBAGAAN UNTUK SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN (ESL 327 ) Ko-Manajemen. Kolaborasi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan

I. PENDAHULUAN. dalam kegiatan belajar mengajar dan tersedianya sekolah sekolah hingga

BAB VI KESIMPULAN DAN REFLEKSI TEORI

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kuliah 2 Luas Lingkup dan Perkembangan Studi Implementasi

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan

Strategic Management of IS/IT. Aspek Manajemen IS / IT 11/23/2011. O rganization and R esources Chapter 8. Context of This Session

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. runtuhnya rezim orde baru yang sentralistik dan otoriter. Rakyat bertransformasi

Engineering Sustainability (Rekayasa Berkelanjutan) Joko Sedyono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

I. PENDAHULUAN. Keberadaan industri ekstraksi secara langsung maupun tidak. langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial-budaya dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dalam masyarakat saat itu. Pemimpin-pemimpin formal, bahkan

Relevansi dan Revitalisasi GBHN dalam Perencanaan Pembangunan di Indonesia 1. Tunjung Sulaksono 2

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

Dr. Mardiyono: Kualitas Otonomi Daerah dari Perspektif Autopoiesis

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

BAB V ANALISIS PERSPEKTIF JOHN RAWLS DAN UU NO. 1/PNPS/1965 BERDASARKAN IDE NALAR PUBLIK JOHN RAWLS

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

PRIORITAS PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS BPJS KESEHATAN Chairul Radjab Nasution Ketua Dewan Pengawas BPJS Kesehatan

Reformasi Sistem Tata Kelola Sektor Migas: Pertimbangan untuk Pemerintah Jokowi - JK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

Transkripsi:

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan Yogyakarta, 21-22 Juni 2010 MAKALAH Otda & Konflik Tata Ruang Publik Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

Otda & Konflik Tata Ruang Publik Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

Politik Pemerintahan Indonesia: Pergeseran Besar Otoritarian ke Demokratisasi: Ruang yang luas dan beragam masyarakat u partisipasi & kontrol kebijakan Sentralisasi ke Desentralisasi Daerah menjadi arena kebijakan publik dengan segala dinamikanya Government ke Governance Aktor politik dan pemerintahan beragam, berkurangnya relevansi pola hirarkis & menguatnya horisontalisme.

Mengapa Perubahan Terjadi Sejarah Menunjukkan Penyakit kronis pemerintahan absolut: PENYIMPANGAN Pembagian Kekuasaan Internal Negara Eksternal Negara Check & balances Kontestasi pol Horisontal Vertikal Sinergi kolusi

Memahami Kembali Otda Otonomi daerah adalah konsekuensi langsung dari kebijakan desentralisasi: Pengalihan sejumlah kewenangan penyelenggaraan kewenangan pemerintah ke daerah Pengalihan sejumlah tanggungjawab penyelenggaraan pemerintahan ke daerah Pengelolaan isu isu publik dasar berada dalam kendali pemerintah daerah Otda: Penguatan Fungsi Pemerintahan di Daerah untuk kepentingan publik

Mandat Utama Pemerintahan Menjamin kepentingan umum melalui: 1) Regulasi (regulation): Law enforcement 2) Pelayanan (services): Pemenuhan kebutuhan publik dasar 3) Pembangunan (development): Pengembangan ekonomi dan infrastruktur kesejahteraan

Logika Bekerjanya Pemerintahan Mengkonversi rasionalitas individu menjadi rasionalitas publik. Intrumen utama: kekuasaan negara (monopoli kekuatan pemaksa secara sah). Kebijakan publik sebagai instrumen: mempertemukan kepentingan yg beragam, mengedepankan karakter win win solution.

Otda: Tata Ruang Publik sbg Isu Karakter ruang publik: Dikendalikan negara melalui aparaturnya Akses yang setara bagi masyarakat Dikelola tidak dalam kerangka keuntungan, tapi kemanfaatan terbesar bagi publik Pemanfaatan tidak bisa dikonversi menjadi penguasaan individual Menggunakan basis legal (mis. Peraturan Daerah)

Governance: Prinsip Dasar Pengelolaan Ruang Publik dari Government Tampilan negara: rule & regulation Negara cenderung kuat & dominan Kesalahan negara/ pemerintah, kehancuran masyarakat Kebutuhan mengimbangi negara 8

ke Governance Tekankan sinergi antar pelaku: public & privat (negara, bisnis & civil society) Individu & institusi Karakter dasar: kesetaraan/ keadilan Kooperasi akomodasi. 9

Good Governance (versi UNDP) 10

Konsekuensi thd Pemerintah Governance mendorong pemerintah untuk memperhatikan dan melibatkan: 1. Civil society (demokrasi) 2. Bisnis (privatisasi) 3. Masy lokal (desentralisasi) 4. Aktor multi nasional (globalisasi) multi level of governance Kapasitas negara memudar 11

Relevansi Pemerintah Kapasitas dominatif pemerintah otomatis memudar, namun: Negara tetap pemain kunci dlm Mekanisme Formal Governance: Penjamin kesetaraan (levelisasi kompetisi) Penjamin ketaatan Negara memfasilitasi mekanisme Informal: Rujukan nilai Negosiasi 12

Satpol PP dlm Alur Kebijakan Publik

Implementasi: Titik Panas Proses Kebijakan Proses yg tidak demokratis akan menyimpan bom waktu. Tidak tuntasnya proses konsensus akan melahirkan kontroversi Eksekusi kebijakan berpotensi konfliktual Tidak adanya pemahaman yg setara diantara pihak pihak yg terkait dg kebijakan Inkonsistensi: antar kebijakan, antara rencana dg aksi, dll. SATPOL PP: Pengawal Implementasi Kebijakan!!!!!

Skill Penting Pengawal Implementasi: Dialogis & Konsensus Issue Visi

Fase Consensus making Start Up Kesadaran bahwa masalah tdk bs diselesaikan dg satu otoritas atau aktor. Memutuskan alternatif untuk bringing together people dlm penyelesaian masalah. Process Design Menentukan apakah konsensus memiliki kemungkinan sukses? Siapa yg akan dilibatkan? Bagaimana melakukannya? Consensus Building Sejumlah pertemuan, konsensus step by step: mulai dr membangun kesepahaman atas masalah s.d. membangun kesepakatan solusi. Implementation Phase Kesepakatan yg diperoleh dlm konsensus dirumuskan dlm strategi aksi yang diikuti semua pihak.

Membangun Pertemuan Efektif (1) Menegaskan tujuan Memastikan bahwa pertemuan memiliki tujuan yg jelas. Menentukan siapa terlibat Konsensus hanya mungkin jk aktor aktor kunci dilibatkan, karenanya identifikasi yg akan terlibat menjadi kunci. Merumuskan outcome yg diinginkan Target pertemuan harus jelas: list masalah, alternatif jalan keluar, kesepakatan, sharing informasi, dll.

Membangun Pertemuan Efektif (2) Merumuskan agenda Agenda yg disiapkan matang akan menjadi elemen esensial bg pertemuan yg efektif. Menentukan peran & tanggungjawab Ada pembagian tugas & peran yg jelas dlm organisasi pertemuan. Menetapkan langkah membuat keputusan Kesepakatan atas alur/mekanisme untuk mencapai keputusan. Mendisain ruang Politik ruang menjadi esensial untuk memastikan masing masing aktor menjadi bagian penting dlm proses membangun konsensus.

Kunci Sukses Implementasi

Terima Kasih