GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Letak dan Luas

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN UMUM

KONDISI W I L A Y A H

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB II TINJAUAN UMUM

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

BAB II TINJAUAN UMUM

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

Tambang Terbuka (013)

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

Transkripsi:

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak dan Luas Letak geografis Perusahaan tambang PT Adaro Indonesia melakukan kegiatan penambangan di daerah Wara, Tutupan dan Paringin yang secara administrasi berada di Tabalong dan Balangan, Propinsi Kalimantan Selatan. Infrastruktur berupa jalan angkut batubara sepanjang ± 80 km, bengkel, perkantoran, perumahan, dan pelabuhan khusus batubara Kelanis tersebar di Balangan dan Tabalong Propinsi Kalimantan Selatan, serta Barito Timur dan Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Tabalong dengan luas wilayah 3.946 km 2 atau sebesar 10,61 % dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Secara geografis Tabalong terletak di antara 1,18 o LS - 2,25 o LS, dan 115,9 BT - 115,47 BT. Balangan dengan Luas wilayahnya 1.878,30 Km 2 atau sekitar 4,99 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, secara geografis berada pada koordinat 114 50' 24" sampai 115 50' 24" Bujur Timur serta 2 01' 37" hingga 2 35' 58" Lintang Selatan. Kondisi Biofisik Ketinggian tempat Secara fisiologis wilayah Tabalong merupakan bagian tinggian Meratus, sedangkan bagian selatannya merupakan batas timur cekungan Barito. Dari kenampakan topografi wilayah Tabalong dapat dipisahkan menjadi 3 satuan morfologi, yaitu satuan daratan, satuan medan bergelombang dan satuan medan perbukitan. Satuan dataran ketinggiannya antara 0-10 meter dari permukaan laut, tersusun oleh batuan sedimen berumur kwarter. Satuan Medan bergelombang menempati bagian selatan hingga bagian tengah wilayah dengan ketinggian antara 10-50 meter dari permukaan laut, tersusun oleh batuan sedimen tersier dan pra tersier. Satuan perbukitan menempati bagian utara hingga

54 bagian timur wilayah, ketinggiannya lebih dari 50 meter yang terdiri dari bukitbukit dan gunung-gunung dengan arah memanjang hampir utara-selatan. Satuan ini tersusun oleh batuan tersier dan kwartier. Mayoritas wilayah Tabalong berupa dataran tinggi dengan ketinggian berkisar antara 26-100 m (41,34 % atau 163.117) hingga >100 m dpl (53,45 % atau 201.931 Ha) dengan pola penyebaran sebagai berikut : 1) Dataran rendah terdapat di barat daya (0-7 mdpl) yaitu Kecamatan Banua Lawas, kemudian ke arah timur mulai meninggi (7-25 mdpl) tepatnya Kecamatan Banua Lawas, Kelua, Tanjung dan Murung Pudak. 2) Kearah timur dan utara semakin tinggi lagi (25-100 mdpl) terdapat dikecamatan Pugaan, Muara Harus dan Tanta. 3) Di wilayah utara, selatan serta barat laut ketinggiannya 1-1000 mdpl yaitu di Kecamatan Jaro, Muara Harus, Muara Uya, Haruai dan Upau. Ketinggian diatas 1000 mdpl hanya terdapat di Kecamatan Banua Lawas dan Muara Uya. Menurut ketinggiannya Balangan terbagi kedalam 5 kelas, yaitu antara 0 7 meter di atas permukaan laut.; 35,30 km 2 (1,88 %), 7 25 meter 363,82 km 2 (19,37 %), 25 100 meter 720,84 km 2 (38,38 %), 100 500 meter 588,82 km 2 (31,35 %) dan diatas 500 meter 160,52 km 2 (9,03 %). Topografi Menurut topografi desa/kelurahan di Tabalong dapat dibagi menjadi desa/kelurahan datar dan desa/kelurahan berbukit-bukit. Desa datar adalah desa/kelurahan yang wilayahnya sebagian besar merupakan daerah datar. Desa berbukit-bukit adalah desa/kelurahan yang sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit. Berdasarkan bentuk topografisnya wilayah Tabalong dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu: daerah datar sebanyak 117 desa/kelurahan (89%) dan daerah berbukit/bergunung-gunung sebanyak 14 desa/kelurahan (11 %). Balangan umumnya terdiri dari dataran/pegunungan dan sebagian kecil terdiri dari rawa dan sungai. Adapun luas daerah dataran/pegunungan adalah 179.269 ha serta luas areal perairan terdiri dari rawa 3.026 ha dan sungai 5.537 ha.

55 Penutupan Lahan Penutupan lahan ialah faktor yang berpengaruh terhadap kondisi tata air suatu DAS atau sub-das yang diperoleh dari hasil interpretasi/penafsiran citra landsat, penutupan lahan Tabalong dan Balangan terdiri atas 20 jenis sebagaimana disajikan pada Tabel 4 berikut ini : Tabel 4 Penutupan Lahan Tabalong dan Balangan No Penutupan Lahan Tabalong (Ha) Balangan (Ha) 1 Bandara/Pelabuhan 99,625-2 Hutan Lahan Kering Primer - 16.736,837 3 Hutan Lahan Kering Sekunder 149.189,471 38.118,221 4 Hutan Mangrove Primer - - 5 Hutan Mangrove Sekunder - - 6 Hutan Tanaman 52.841,268 28.639,038 7 Kebun Campuran 13.167,858-8 Lahan Terbuka 2.965,620 578,645 9 Pemukiman 4.951,828 4.997,076 10 Perkebunan 4.987,762 9,570 11 Pertambangan 3.997,272 6.550,386 12 Pertanian Lahan Kering 13.314,939 36.786,629 13 Pertanian Lahan Kering Campuran Semak 37.048,011 32.892,025 14 Hutan Rawa Sekunder 4.381,987-15 Sawah 4.717,186 7.222,860 16 Semak Belukar 53.075,441 14.053,728 17 Semak Belukar Rawa 8.798,166 6.593,367 18 Rawa 1.116,503 199,195 19 Tambak - - 20 Tubuh Air 498.067 54.417 Total 355.151.005 193.431.99 Sumber: Masterplan banjir dan pengelolaannya di Kalimantan Selatan 2010 Curah Hujan Curah hujan maksimum terjadi pada bulan Juni dan November yaitu 105 mm, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus dimana hanya terjadi hujan sebanyak 1,0 mm pada periode bulan tersebut. Jumlah seluruh curah hujan selama tahun 2008 adalah 2.899,5 mm dan jumlah hari hujan adalah 144 hari. Curah hujan bulanannya sekitar 175 mm dengan kisaran antara 45 400 mm. Bulan-bulan basah terjadi sekitar Desember Januari, dan bulan-bulan kering sekitar Agustus - September. Menurut klasifikasi Schmidt & Ferguson iklim termasuk tipe B. Curah hujan tertinggi di daerah ini terjadi di Bulan Maret yaitu 426,0 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September yaitu 75,0 mm. Wilayah Kalimantan Selatan mendapat curah hujan tahunan antara 1500

56 mm/tahun sampai dengan 3.000 mm/tahun. Bulan basah terjadi mulai dari bulan November sampai dengan bulan April, sedangkan bulan-bulan kering rata-rata mulai dari bulan Mei sampai bulan Oktober (menurut Schmidt-Ferguson). Kemiringan Lereng Parameter kemiringan lereng merupakan parameter fisik lahan yang relatif tetap atau dapat berubah dalam jangka waktu yang cukup lama dan kemungkinan perubahannya sangat kecil. Kondisi kemiringan lereng sangat berpengaruh terhadap terjadinya erosi dan sedimentasi, keduanya dianggap merupakan indikator kerusakan yang terjadi pada suatu DAS. Pada daerah dengan topografi berbukit atau bergunung umumnya termasuk pada kelerengan yang curam dan biasanya potensi kerusakan lahan sangat nyata, besarnya kecepatan aliran permukaan menyebabkan tingginya pengikisan permukaan tanah dan rendahnya kesempatan aliran air untuk masuk kedalam tanah (infiltrasi). Kondisi kemiringan lereng Tabalong dan Balangan disajikan pada Tabel 5 berikut ini : Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada kelerengan 0 2 % mempunyai luas yang terbesar yaitu 131.185,39 ha,kondisi tersebut memungkinkan aliran permukaan lambat dan jika penutupan lahan tidak berfungsi sebagai pengatur tata air yang baik dan rendahnya kapasitas infiltrasi memungkinkan terjadinya genanganan atau banjir. Tabel 5. Data kelerengan Tabalong dan Balangan (Ha) Lereng (%) 0-2 2-7 7-14 14-21 > 21 Tabalong 84.693,67 114.136,99 56.839,37 40.034,67 66.418,70 Balangan 46.491,72 66.366,43 25.188,96 17.016,51 38.862,76 Jumlah 131.185,39 180.503,42 82.028,33 57.051,18 105.281,46 Sumber: Masterplan banjir dan pengelolaannya di Kalimantan Selatan 2010 Jenis tanah Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian besar permukaan bumi yang menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat-sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jazad-jazad hidup yang bertindak terhadap bahan induk keadaan relatif tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Jenny,

1946 dalam Darmawijaya, 1980). Jenis tanah di Tabalong dan Balangan Tabel 6. Tabel 6. Jenis tanah di Tabalong dan Balangan (Ha) Aluvial Komp.Pods.Mr- KngLatoLio Jenis Tanah (Ha) Latosol Organosol Glei Humus Podsolik Merah Kuning Tabalong 22 509,863 22.451,721-16 889,406 299.183,996 Balangan 25.435,710 68.904,806 4.286,774 1.422,810 93.665,717 Sumber: Masterplan banjir dan pengelolaannya di Kalimantan Selatan 2010 Lahan Kritis Lahan kritis dihitung berdasarkan pengelompokkan kawasan pada penilaian lahan kritis yaitu Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Budidaya untuk usaha Pertanian dan Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan. Data lahan kritis kabupaten Tabalong dan Balangan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Lahan kritis berdasarkan administrasi Tabalong dan Balangan Luas (ha) Lahan Kritis (ha) Sangat Kritis (ha) Total Lahan kritis (ha) 57 Lahan Kritis (%) Tabalong 359.950 52.562,1 3.735,1 56.297,2 15,6 Balangan 181.975 38.114,5 5.233,2 43.347,7 23,8 Total 541.925,00 90.676,60 8.968,30 99.644,90 39,40 Sumber: BPDAS Barito 2010 Kondisi Sub-sub DAS Tabalong dan Sub-sub DAS Balangan Kondisi Sub-sub DAS Tabalong dan Balangan sub DAS Negara merupakan bagian dari DAS Barito dengan luas masing-masing seperti pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Luas dan cakupan Sub DAS Negara DAS Barito Nama DAS Sub DAS Sub Sub DAS Barito Negara Sumber BPDAS Barito 2009 Cakupan Wilayah Administrasi Luas (Ha) Tabalong Kab. Tabalong 300.829,8 Balangan Kab. Balangan 167.733,7 Total 467.562,5

58 Tabel 9. Kondisi Catchment Area pada wilayah konsesi PT Adaro Indonesia No Sungai Sub-Sub DAS Total Panjang sungai (m) Luas (ha) 1 Jaing Tabalong 108.256,70 21.498,22 2 Mangkusip Tabalong 3.021,21 1.709,94 Total Tabalong 111.277,91 23.208,16 3 Tutupan Balangan 28.061,63 2.809,74 4 Kuangan Balangan 38.810,83 761,29 5 Belerang Balangan 15.300,26 1.062,66 6 Kanio Balangan 16.396,88 888,26 7 Jungkal Balangan 75.491,20 6.695,96 8 Jingah Balangan 8.819,62 1.365,06 Total Balangan 182.880,42 13.582,97 Jumlah Total - 36.791,13 Sumber : BPDAS Barito, 2011 Tabalong Berdasarkan pada Tabel 10 dan 11 di atas terlihat bahwa luas sub sub DAS yang terletak secara adminitrasi di Tabalong ialah 300.829,8ha dan jika dibandingkan dengan luas Catchment area Jaing dan Mangkusip 23.208,2 di areal konsesi PT Adaro Indonesia hanya 0,077%, sedangkan luas sub sub DAS Balangan Balangan ialah yang terletak secara adminitrasi di 167.733,7 ha dan jika dibandingkan dengan luas Catchment area Tutupan, Kuangan, Belerang, Kanio, Jungkal dan Jingah dengan total luas 13.583,0 ha di areal konsesi PT Adaro Indonesia hanya 0,081%. Jumlah Penduduk Kondisi Sosial Ekonomi Jumlah penduduk pada Tabalong sebanyak 193.082 jiwa dan Balangan sebanyak 102.296 jiwa hingga tahun 2008 (Tabel 10). Tabel 10. Jumlah penduduk di Tabalong dan Balangan Jenis Kelamin Jumlah Rasio Jenis Laki-laki Perempuan Penduduk Kelamin Tabalong 94.204 98.878 193.082 95,27 Balangan 52.684 49.612 102.296 106,19 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2008 Rumah Tangga Jumlah penduduk berdasarkan jumlbanyaknya rumah tangga yang tingga di Tabalong sebanyak 48.112 KK pada tahun 2007 meningkat menjadi

59 48.827 KK. Demikian juga pada Balangan mengalami peningkatan dari 29.152 KK menjadi 29,172 KK pada tahun 2008 (Tabel 11). Tabel 11. Banyaknya rumah tangga di Tabalong dan Balangan Jumlah Rumah Tangga 2007 2008 Tabalong 48.112 48.827 Balangan 29.152 29.172 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2008 Rata-rata Jumlah Penduduk Tabel 12. Rata-rata penduduk per desa, per Km 2 dan rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Tabalong dan Balangan Rata-rata Penduduk per Desa Km 2 Tabalong 1.474 54 Balangan 673 56 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2008 Perkembangan Jumlah Penduduk Tabel 13. Perkembangan jumlah penduduk Tabalong dan Balangan Tahun 2005-2008 JumlahPenduduk 2005 2007 2008 Tabalong 185.889 191.000 193.082 Balangan 100.466 101.860 102.296 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2008 Pertumbuhan Penduduk Tabel 14. Laju pertumbuhan penduduk Tabalong dan Balangan Tahun 2003-2008 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 2003-2005 2005-2007 2005-2008 Tabalong 1,72 1,13 1,12 Balangan - 0,47 0,45 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan, 2008

60 Kegiatan Tambang PT Adaro Indonesia Perusahaan Tambang Batubara PT Adaro Indonesia dengan luas konsesi 35.800,80 ha berdasarkan SK. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum No. 1022.K/222/030000/1985 tentang Kuasa Pertambangan (KP) Eksplorasi DU- 182/Kalsel. Batubara yang dihasilkan oleh PT Adaro Indonesia saat ini merupakan batubara yang berkualitas tinggi dengan nilai kalori 5.800 6.000 kkal/kg, belerang 0,1 % dan kadar abu 1 % sehingga disebut batubara ramah lingkungan. Kapasitas produksi batubara hingga saat ini sebesar 45 juta ton pertahun yang mendapat persetujuan pada tahun 2009 dan saat ini sedang mengajukan peningkatan kapasitas produksi menjadi 80 juta ton/tahun pada tahun 2012. Selain menghasilkan batubara juga menghasilkan batuan penutup dan tanah pucuk yang sangat besar (Tabel 15). Tahun 2006 produksi batubara sebesar 34,37 juta ton dan tanah pucuk 124,09 bcm meningkat pada tahun 2011 yaitu batubara 54 juta ton sedangkan OB 226,91 bcm. Tabel 15. Kemajuan tambang batubara PT Adaro (1991-2012) dan rencana hingga tahun 2042 dalam memproduksi batubara (ton) dan OB (bcm) Produksi Produksi Tahun Batubara OB Tahun Batubara OB (juta ton) (juta bcm) (juta ton) (juta bcm) 1991 0,25-2008 38,5 160,05 1992 0,96-2009 40 160,05 1993 1,36-2010 45 199,32 1994 2,41-2011 54 226,91 1995 5,55-2012 65 296,28 1996 8,64-2013 75 294,27 1997 9,41-2014 77 323,62 1998 10,93-2015 80 263,08 1999 13,6-2016 80 353,36 2000 15,48-2017 80 335,86 2001 17,71-2018 80 340,06 2002 20,80-2019 80 360,55 2003 22,52-2020 80 251,32 2004 24,33-2021 80 403,24 2005 26,69-2022 80 418,82 2006 34,37 124,09 2032 785,98-2007 36,04 117,73 2042 545,03 - Total 1.332,79 4.628,61 Sumber : Adaro Indonesia PT, 2011 Aktivitas tambang batubara dengan cara tambang terbuka sehingga menyebabkan terjadinya perubahan bentang lahan yang akan berdampak pada penurunan komponen fungsi hidrologis DAS, seperti meningkatkan erosi dan aliran permukaan serta menurunkan laju infiltrasi. Kegiatan reklamasi yang

61 dilakukan masih bersifat sementara karena adanya perubahan luasan tambang yang masih aktif. Untuk mengurangi erosi dan aliran permukaan dari batuan/tanah timbunan maka perlu dilakukan reklamasi sehingga tidak merusak lingkungan sekitar. Dalam penanganan erosi dan aliran permukaan pada areal tambang PT Adaro Indonesia dilakukan pembuatan kolam penampungan dengan berbagai besaran kapasitas tampung. Besarannya tergantung luasan wilayah dan aktivitas tambang yang termasuk untuk satu kolam penampungan. Kolam tersebut akan berfungsi sebagai penangkap sedimen dan berbagai polusi dari tambang. Air yang keluar dari areal tambang akan diolah terlebih dahulu sampai mencapai ambang batas kualitas air yang diijinkan masuk ke perairan bebas. Luas lahan yang dibersihkan untuk keperluan bukaan tambang (pit) hingga akhir triwulan IV 2011 seluas 2.150,33 ha yaitu tambang Tutupan (1.985,1 ha), tambang Paringin (37,35 ha), dan tambang Wara (127,88 ha) (Tabel 16). Tabel 16. Luas kemajuan tambang PT Adaro Indonesia sampai dengan 2011 Keperluan Lahan Luas lahan yang dibuka Selesai ditambang Sedang dikerjakan Areal penimbunan tanah buangan Bekas tambang Di luar tambang Reklamasi Penghijauan Areal bekas tambang Areal penumbunan tanah buangan Sumber : Adaro Indonesia PT, 2011 Tutupan (ha) Luas Kemajuan Tambang hingga 2011 235 1.985,1 223,43 4.260,44 98,48 884,6 Paringin (ha) 161,21 37,35 93,31 104,90 74,88 121,52 Wara (ha) 0 127,88 0 177,87 0,93 20,96 Luas Total (ha) 396,21 2.150,33 316,21 4.543,21 174,29 1.027,08 Aliran permukaan dari kegiatan pada stockpile dan air yang ada dalam tambang (sump) disalurkan melalui drainase ke kolam-kolam pengendap (settling pond) untuk treatment masuk menuju ke kolam pengendap (mud trap) kemudian dialirkan masuk ke settling pond kemudian dilakukan pengolahan secara gravitasi dan dengan penambahan alumunium sulfat dan kuriflock. Air hasil pengolahan tersebut dipantau secara harian sebelum disalurkan ke badan air penerima melalui Sungai Balang ke Sungai Balangan. Kapasitas kolam pengendap pada areal Tambang Tutupan, Paringin dan Wara disajikan pada Tabel 17.

62 Perawatan kolam-kolam pengendap secara rutin dilakukan dengan pengerukan/pengangkatan lumpur yang ada dalam kolam pengendap akibat sedimentasi agar kapasitas kolam menjadi optimal. Upaya pengelolaan air limbah dari tambang telah dibangun beberapa sarana kolam pengendap pada areal Tambang PT Adaro Indonesia (Paringin, Tutupan dan Wara) (Gambar 7). Gambar 7. Pengelolaan kualitas air limbah Sumber : Adaro Indonesia PT, 2011 Aktivitas tambang batubara di Indonesia umumnya menggunakan metoda tambang terbuka. Tambang terbuka (Open pit) yaitu metode penambangan dengan segala aktivitasnya dilakukan diatas atau relatif dekat dengan permukaan tanah. Sedangkan tambang dalam (Underground mine) yaitu penggalian atau ekstraksi batubara atau bahan galian lainnya dibawah permukaan, yaitu dari lapisan-lapisan endapan yang berada diantara lapisan-lapisan batuan dengan sistem penambangan antara lain seperti room dan pillar, lubang buka, ambrukan atau dengan gasifikasi in-situ. Jalan masuk ketempat ekstraksi bahan galian berharga adalah sumuran tegak, sumuran miring atau terowongan dari sisi bukit yang diperlengkapi dengan lift tambang, rel atau gerobak katrol. Keuntungan tambang terbuka 1. Ongkos penambangan per ton atau BCM lebih murah karena tidak membutuhkan penyangga, ventilasi dan pencahayaan. 2. Aktivitas penambangan lebih mudah karena berada pada daerah terbuka 3. Penggunaan alat berat lebih leluasa sehingga mendukung peningkatan produksi yang lebih besar 4. Pengambilan bahan tambang lebih mudah dan lebih jelas besaran deposit bahan tambang pada suatu areal 5. Pengangkutan batuan/tanah penutup lebih mudah

63 6. Relatif lebih aman terutama akibat longsor dan keracunan serta kebakaran 7. Penggunaan bahan peledak dan zat kimia lainnya lebih baik karena langsung terbawah oleh angin dan air. Kerugian tambang terbuka 1. Kerusakan lingkungan semakin besar dengan membuka lubang tambang yang luas tergantung deposit yang ada. 2. Pekerjaan sangat tergantung dengan cuaca, pada musim hujan aktivitas tambang dapat berhenti. 3. Penampungan batuan/tanah timbunan diluar lubang tambang sangat luas 4. Mudah terjadi erosi dan potensi banjir sangat besar. Tabel 17. Kapasitas kolam pengendap pada areal Tambang PT Adaro Indonesia (Tutupan, Paringin dan Wara) No Nama SP Luas catchment area (ha) Kapasitas safety pond (m3) Keterangan Tambang Tutupan 1 SP-20 LW 54 88,47 kondisi baik 2 SP-21 LW 381 142,12 kondisi baik 3 SP-9B LW 176 297,54 kondisi baik 4 SP-6A LW 141 99,52 kondisi baik 5 SP-13 HW1 313 379,40 kondisi baik 6 SP-1 HW 138 79,47 kondisi baik 7 SP-1A HW 84 106,34 kondisi baik 8 SP 2 HW1 440 177,00 kondisi baik 9 SP 6B LW 594 1.156,16 kondisi baik 10 SP 3-4 HW2 390 1.009,11 kondisi baik 11 SP 6B HW3 481 1.036,00 kondisi baik 12 SP 9B HW4 532 794,80 kondisi baik 13 SP 10 HW5 470 251,36 kondisi baik 14 SP C2B LW 153 184,13 kondisi baik 15 SP C2C LW 171 82,44 kondisi baik 16 SP C8A 455 598,82 kondisi baik 17 SP C8B 443 473,49 kondisi baik 20 SP C8C 436 380,46 kondisi baik Tambang Paringin 21 SP-MP 2 82 510,00 kondisi baik 22 SP-TP 2 76 126,80 kondisi baik 23 SP-Gampa 19.27 9,96 kondisi baik 24 SP-1 Paringin 39 32,00 kondisi baik Tambang Wara 25 SP 1 Wara 355 251,35 kondisi baik 26 SP 2A Wara 1.590 2.339,51 kondisi baik 7.994,00 10.606,25 Sumber : Adaro Indonesia PT, 2011