ANALISIS PENINGKATAN STATUS HAK DARI HAK PAKAI YANG TERIKAT JAMINAN DI ATAS HAK PENGELOLAAN MENJADI HAK MILIK MUHLIS FAHDIAR SEMBIRING ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai batiniah yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

ANALISIS PENINGKATAN STATUS HAK DARI HAK PAKAI YANG TERIKAT JAMINAN DI ATAS HAK PENGELOLAAN MENJADI HAK MILIK TESIS. Oleh

MELKI SUHERY SIMAMORA ABSTRACT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016. PROSES PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN Oleh : Naomi Meriam Walewangko 2

PROSES PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN PADA SERTIFIKAT HAK MILIK DALAM PERIKATAN JAMINAN KREDIT

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dan air dan ruang angkasa, serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. memberikan jaminan kepastian hukum kepada subyek hukum.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

IMPLEMENTATION OF DEVELOPMENT AND REGISTRATION AND ELIMINATION ACCEPTANCES OF RIGHTS BASED ON LAW NUMBER REGARDING RIGHTS OF RESPONSIBILITY YUNIMAR

BAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang yang tidak dapat menjalankan suatu urusan, maka alternatifnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

PENDAFTARAN HAK MILIK ATAS TANAH ADAT (KONVERSI) DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROGRAM LARASITA DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

BAB II. A. Tinjauan Umum Hak Tanggungan. 1. Pengertian Hak Tanggungan. Pengertian Hak Tanggungan secara yuridis yang diatur dalam ketentuan Pasal

SKRIPSI Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Program Reguler Mandiri Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional

DAFTAR PUSTAKA. Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi mempunyai makna sebagai suatu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bank, salah satunya dengan memberikan fasilitas kredit untuk

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) YANG BERSIFAT KHUSUS DAN UNDANG-

BAB I PENDAHULUAN. jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law).

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB II PERJANJIAN JAMINAN DALAM HUKUM POSITIF. Istilah jaminan dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Sebagai warga negara Indonesia di dalam sebuah negara hukum,

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

ANALISIS YURIDIS KEPASTIAN HUKUM PENDAFTARAN TANAH YANG DIBUAT ATAS NAMA ANAK DI BAWAH UMUR DAN PERTANGGUNGJAWABAN WALI CUT AHMAD RIYADI ABSTRACT

FUNGSI SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN DITINJAU DARI KETENTUAN PASAL 15 UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB III PENUTUP. A.Kesimpulan. Pelaksanaan perubahan hak guna bangunan menjadi hak milik untuk

EKSISTENSI HAK PENGELOLAAN DALAM HUKUM TANAH NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG

PERALIHAN DAN HAPUSNYA HAK DAN TANGGUNGAN ATAS TANAH

AULIA RACHMAN AMIRTIN. Keywords: Power of Attorney Imposing Collateral Right.

RESUME TESIS FUNGSI PENGECEKAN SERTIFIKAT SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BATASAN RUMAH SUSUN YANG DIJADIKAN AGUNAN PADA BANK. J. Andy Hartanto Universitas Narotama, Surabaya

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR ATAS JAMINAN SERTIFIKAT HAK GUNA BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS HAK PENGELOLAAN

PRAKTIK PELAKSANAAN ROYA HAK TANGGUNGAN PADA KANTOR PERTANAHAN KOTA SAMARINDA JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Hak atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional (HTN), memberikan ruang yang

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

JURNAL PELAKSANAAN PEMBERIAN HAK MILIK DARI TANAH NEGARA DAN PERLINDUNGAN HUKUMNYA DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Indonesia adalah negara hukum, artinya segala aspek kehidupan baik berbangsa dan

BAB III PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN DENGAN SURAT KUASA YANG DIBERIKAN OLEH ORANG YANG BELUM MERUPAKAN PEMILIK SAH OBJEK HAK TANGGUNGAN TERSEBUT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB II PENGATURAN HAK PENGELOLAAN ATAS TANAH NEGARA. Istilah hak pengelolaan pertama kali muncul pada saat diterbitkan

BAB 2 TINJAUAN UMUM MENGENAI LEMBAGA JAMINAN HAK TANGGUNGAN. A. Jaminan Kredit Dengan Menggunakan Hak Tanggungan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN HUKUM HAK TANGGUNGAN. Tanggungan diartikan sebagai barang yang dijadikan jaminan. 16 Hak

BAB II PENGATURAN TANAH TERLANTAR MENURUT HUKUM AGRARIA. tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak terurus.

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpilkan bahwa :

Abstract. Kata Kunci: Roya, Hak Tanggungan, Aspek Hukum

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. satu perolehan dana yang dapat digunakan masyarakat adalah mengajukan

I. PENDAHULUAN. memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah, lebih dari itu tanah juga

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

PROBLEMATIKA PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DENGAN OBJEK TANAH YANG BELUM BERSERTIPIKAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN ATAS SERTIPIKAT YANG OBJEK DAN SUBJEKNYA SATU NAMUN KEMUDIAN DIKETAHUI SERTIPIKATNYA GANDA JULI ASTUTI

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG OBYEKNYA TANAH DENGAN STATUS HAK GUNA BANGUNAN DI. PT. BRI (PERSERO) Tbk CABANG TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dari Negara maka menjadi kewajiban bagi pemerintah. menurut Undang-Undang Pokok Agraria yang individualistic komunalistik

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun akan menimbulkan berbagai macam problema. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan tanah itu dapat memacu timbulnya berbagai persoalan.

UPAYA PEMEGANG HAK TANGGUNGAN MENGANTISIPASI HAPUSNYA HAK ATAS TANAH SEBAGAI OBYEK HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

Transkripsi:

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 1 ANALISIS PENINGKATAN STATUS HAK DARI HAK PAKAI YANG TERIKAT JAMINAN DI ATAS HAK PENGELOLAAN MENJADI HAK MILIK MUHLIS FAHDIAR SEMBIRING ABSTRACT Based on the result of the research, it can be concluded that with the registration of the land rights by individuals and by legal entity legally, and the publication of land certificates, the government will guarantee the security of the land ownership. In order to be used optimally and to fulfill the public need for land, the government has applied one of the philosophical elements of the Agrarian Law that says: the National Agrarian Law should provide the possibility for the realization of the functions of land, water, and air for the benefit of the Indonesian people and should be appropriate for the progress of time in the agrarian problems. This statement becomes the reason for the request for the land rights (escalation process). The legal problem of the escalation status of the right of use of the guarantee from the cultivating right to the property right is the lack of information about the benefit of the escalation of the rights, the lack of education and knowledge of the people, and the incompleteness of dossier to fulfill the administrative requirements in the process of the escalation of the rights. Keywords: Escalation the Right Status, Right of Use, Hypothecation, Right of Cultivation, Property Rights I. Pendahuluan Dalam rangka Pembangunan Nasional, tanah juga merupakan salah satu modal utama sebagai wadah pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Kebutuhan masyarakat akan tanah dari hari ke hari terus meningkat, searah dengan lajunya pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Peningkatan hak dalam hal ini adalah kebalikan dari penurunan hak, yakni perubahan hak dari hak yang statusnya lebih rendah (misalnya dengan melihat jangka waktunya) menjadi hak atas tanah yang lebih tinggi, misalnya Hak Pakai menjadi Hak Guna Bangunan atau Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik. Peningkatan hak atau yang masuk dalam kelompok perubahan hak ini adalah penetapan pemerintah mengenai penegasan bahwa sebidang tanah yang semula dipunyai dengan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai, atas permohonan

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 2 pemegang haknya menjadi tanah negara dan sekaligus memeriksa tanah tersebut kepadanya dengan Hak Milik. 1 Berdasarkan uraian dan gambaran latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah yang menjadi dasar dapat dikabulkannya peningkatan status hak dari hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik? 2. Kendala Hukum apakah yang timbul dalam proses peningkatan status hak dari hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik? 3. Bagaimana perlindungan kreditur terhadap peningkatan hak yang dilakukan dari hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik? Berdasarkan judul dan permasalahan maka dapat dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apa yang menjadi dasar dapat dikabulkannya peningkatan status hak dari hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik. 2. Untuk mengetahui kendala hukum apa yang timbul dalam proses peningkatan status hak dari hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik. 3. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan kreditur terhadap peningkatan hak yang dilakukan dari hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik. II. Metodologi Penelitian Spesifikasi penelitian dalam penulisan bersifat deskriptif analitis, yaitu data hasil penelitian baik yang berupa data hasil studi dokumen yang 1 hlm. 300. Muhammad Yamin, Hukum Pendaftaran Tanah, CV Mandar Maju, (Bandung:2008),

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 3 menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum in concreto. Sebagai penelitian hukum normatif, penelitian ini menitikberatkan pasa studi kepustakaan. Dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini adalah : a. Bahan hukum primer, yaitu bahan yang mengikat yakni Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah, b. Bahan hukum skunder, yaitu berupa bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil penelitian para ahli, hasil karya ilmiah, buku-buku ilmiah, ceramah atau idato yang berhubungan dengan penelitian ini. c. Bahan hukum tertier, seperti kamus hukum, kamus bahasa asing, dan artikel lainnya yang bertujuan untuk mendukung bahan hukum primer dan skunder. III. Hasil Penelitian dan Pembahasan Masyarakat di dalam melakukan peningkatan hak atas tanah dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bahwa hak milik merupakan hak yang paling kuat dibandingkan dengan hak yang lain kemudian setelah ditingkatkan hak atas tanahnya, tanah tersebut mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Dalam pembangunan jangka panjang peranan tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha. Sehubungan dengan itu akan meningkat pula kebutuhan akan dukungan berupa jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan. 2 Pendaftaran tanah tidak sekedar perbutan administrasi biasa atau administrasi negara akan tetapi merupakan perbuatan yang memberi jaminan kepastian hukum dan 2 Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 4 kepastian hak atas tanah bagi setiap subyek hukum (orang dan badan hukum) yang mendaftarkan tanahnya apakah diperoleh melalui penetapan oleh pejabat yang berwewenang atau karena peralihan hak atas tanah. Pada saat dilakukan pendaftaran tanah maka hubungan pribadi antara seseorang dengan tanah diumumkan kepada pihak ketiga atau masyarakat umum. 3 Berkaitan dengan hal di atas dapat ditentukan yang menjadi faktor dilakukan peningkatan status hak dari hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik tersebut yakni : 1. Kepastian hak tanpa batas waktu berlaku. 2. Ketentraman (psikologis) rumah tangga. 3. Prosedurnya lebih sederhana (deregulatif). 4. Meningkatkan harga tanah atau nilai ekonomis. 5. Menambah jumlah pinjaman. Gustav Radbruch mengatakan bahwa hukum yang baik adalah ketika hukum tersebut memuat nilai keadilan, kepastian hukum dan kegunaan. Dikabulkannya peningkatan hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik merupakan impelementasi guna terpenuhinya teori dasar (ground theory) oleh Gustav Radbruch tersebut. Sebagaimana salah satu unsur filosofi dari Undang-Undang Pokok Agraria yakni Hukum Agraria Nasional harus memberikan kemungkinan akan tercapainya fungsi bumi, air, dan ruang angkasa sebagaimana harus sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia serta memenuhi pula keperluannya menurut permintaan zaman dalam segala soal agraria. 4 Salah satu tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, adalah untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Untuk 11 3 Bachtiar Efendie, Pendaftaran Tanah, (Bandung:Alumni), 1983, hlm. 30. 4 Affan Mukti, Pokok-Pokok Bahasan Hukum Agraria, (Medan: USU press,2006), hlm.

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 5 memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum, kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah. 5 Tugas untuk melakukan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia dibebankan kepada Pemerintah yang oleh Pasal 19 ayat (1) UUPA ditentukan bertujuan tunggal yaitu untuk menjamin kepastian hukum. Menurut penjelasan dari UUPA, pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah merupakan kewajiban dari Pemerintah bertujuan menjamin kepastian hukum yang bersifat rechtscadaster. Rechtscadaster artinya untuk kepentingan pendaftaran tanah saja dan hanya mempermasalahkan haknya apa dan siapa pemiliknya, bukan untuk kepentingan lain seperti perpajakan. 6 Pendaftaran tanah selain berfungsi untuk melindungi si pemilik, juga berfungsi untuk mengetahui status sebidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan dan sebagainya serta bagi Hak Tanggungan dengan terdaftarnya perikatan tersebut sebagai jaminan Hak Tanggungan akan diperoleh Hak preferen bagi si kreditur dan asas publisitas yang melindungi eksistensi jaminan dari adanya gugatan pihak ketiga. 7 Dalam praktek, perubahan hak khususnya peningkatan hak ini hanya dengan melakukan pencoretan nama hak lama dan ditulis menjadi nama Hak Milik dengan mencantumkan dasar hukum dimungkinkannya dilakukan peningkatan hak tersebut. 8 Agar tersedia data hak atas tanah yang benar dan masyarakat dapat memperolehnya dengan mudah maka pemerintah mengadakan suatu lembaga pengumuman. 9 Salah satu tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, adalah untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, 5 Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, (Jakarta:Kencana, 2010), hlm. 42. 6 AP. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hlm. 13. 7 Chadidjah Dalimunthe, Pelaksanaan Landreform di Indonesia dan Permasalahannya, (Medan:FH USU Press, 2000), hlm. 132. 8 Ibid. 9 Badan Pertanahan Nasional, Himpunan Karya Tulis Pendaftaran Tanah, (Jakarta, 1999), hlm.27.

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 6 satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum, kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah. 10 Dalam praktek, perubahan hak khususnya peningkatan hak ini hanya dengan melakukan pencoretan nama hak lama dan ditulis menjadi nama Hak Milik dengan mencantumkan dasar hukum dimungkinkannya dilakukan peningkatan hak tersebut. 11 Agar tersedia data hak atas tanah yang benar dan masyarakat dapat memperolehnya dengan mudah maka pemerintah mengadakan suatu lembaga pengumuman. 12 Salah satu tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, adalah untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum, kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah. 13 Keterbatasan pendidikan dan pengetahuan dari sebagian masyarakat yang belum mengerti mengenai status tanah yang dalam hal ini proses peningkatan yang hendak dilakukan. Ketika mereka (masyarakat) hendak menjual ataupun hendak mengagunkan tanah mereka, ketika itu mereka berusaha mencari informasi tentang status tanah yang mereka peroleh. Setelah memperoleh informasi yang diinginkan barulah mereka (masyarakat) mengetahui bahwsanya status hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan dapat dilakukan peningkatan menjadi hak milik dengan melalui proses serta memenuhi ketentuanketentuan dan persyaratan tertentu. hlm. 42. 10 Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, (Jakarta: Kencana, 2010), 11 Ibid. 12 Badan Pertanahan Nasional, Himpunan Karya Tulis Pendaftaran Tanah, (Jakarta, 1999), hlm.27. 13 Urip Santoso, Op.cit.

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 7 Selain itu kendala yang dialami oleh pemohon hak ialah kurangnya informasi yang berikan pada saat mendaftar terhadap persyaratan yang harus dilengkapi oleh pemohon hak dalam rangka melakukan proses peningkatan hak atas tanah tersebut. Ketika berkas yang diajukan oleh pemohon hak telah disampaikan kepada bagian peningkatan hak maka proses selanjutnya dilakukan proses pemeriksaan mengenai kelengkapan administrasi, bila berkas yang diajukan tersebut belum lengkap maka berkas tersebut tidak dapat diproses pada tahap selanjutnya, akan tetapi berkas tersebut akan dikembalikan kepada pemohon hak. Dengan demikian waktu yang dibutuhkan dalam proses peningkatan akan berjalan sangat lama. Dalam hal upaya guna mengatasi kendala-kendala yang timbul dalam proses peningkatakan status hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik yakni sebagai berikut : 1. Sosialisasi (Penyuluhan) Penyuluhan dilakukan guna memberikan informasi sehubungan dengan proses dan cara persyaratan dalam melakukan peningkatan status hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik. Penyuluhan tidak hanya dilakukan dengan interaksi secara langsung kepada masyarakat, akan tetapi juga dapat dilakukan dengan metode interaksi melalui berbagai media baik itu melalui media cetak ataupun media elektronik. Hal ini dilakukan guna memberikan informasi tentang cara dan proses peningkatan hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik. Informasi tersebut meliputi persyaratan, proses, tujuan, serta akibat hukum yang timbul. 2. Pendekatan ekonomi masyarakat Kemampuan ekonomi yang rendah adalah salah satu kendala yang timbul dalam proses peningkatan hak yang hendak dilakukan. Oleh karenanya diharapkan Pemerintah dapat mengambil kebijakan guna membantu lancarnya pengurusan dalam proses peningkatan hak atas tanah terutama bagi golongan masyarakat ekonomi lemah melalui subsidi biaya bahkan dengan memberikan pelayanan gratis pada golongan masyarakat ekonomi lemah.

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 8 Dengan dikabulkannya peningkatan hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik, maka dalam hal luas tanah dari sebagian hak pengelolaan yang terdapat hak pakai di atasnya menjadi hak milik akan menjadi berkurang dikarenakan peningkatan hak yang dilakukan. Hal positif tersebut salah satunya bertujuan untuk menghindari adanya status tanah terlantar sehingga lebih memenuhi unsur kemanfaatan guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam masalah agraria. Apabila di kemudian hari para pemegang HGB atau HP atas HPL ingin melakukan perubahan hak atas tanah menjadi Hak Milik ( HM ), maka harus mendapatkan persetujuan dari pemegang HPL tersebut. Dengan demikian, persetujuan itu wajib diberikan oleh Perum Perumnas sepanjang mengenai tanah yang dipergunakan untuk rumah tinggal, mengingat bidang tugas pemegang Hak Pengelolaan (HPL) ini adalah memang mengembangkan perumahan dan pemukiman. 14 Yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan perubahan hak yang masih dibebani hak tanggungan adalah : 15 1. Permohonan persetujuan kreditor pemegang hak tanggungan oleh pemegang Hak Pakai (HP) mengenai akan dimohonkannya perubahan Hak Pakai (HP) tersebut menjadi Hak Milik (HM). 2. Pembuatan SKMHT oleh pemegang Hak Pakai (HP) kepada kreditor/ Bank tersebut menjadi hak tanggungan untuk membebankan hak tanggungan hak milik yang akan diperoleh sebagai peningkatan Hak Pakai (HP) yang bersangkutan. 3. SKMHT oleh pemegang Hak Pakai (HP) diserahkan kepada kreditor pemegang hak tanggungan. 14 TRY\INDRIADI, Perubahan Status HGB Tanah Perumnas Menjadi HM, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f79753bc4e88/perubahan-status-hgb-tanahperumnas-menjadi-hm, diakses tanggal 26 Januari 2013. 15 Chandra_Triyogayuwana, Pelaksanaan Perubahan Hak Atas Tanah Yang Masih Dibebani Hak Tanggungan Dari Hak Guna Bangunan (Hgb) Menjadi Hak Milik (Hm) Pada Rumah Sederhana (Rs) Di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang, http: // eprints. undip.ac.id/16895/1/chandra_triyogayuwana.pdf, diakses tanggal 25 Juli 2012.

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 9 4. Pemberian persetujuan pemegang hak tanggungan mengenai dilepaskanya Hak Pakai (HP) disertai penyerahan sertipikat hak tanggungan oleh kreditor pemegang hak tanggungan kepada pemegang Hak Pakai (HP). 5. Penyerahan kembali sertipikat Hak Pakai (HP) oleh kreditor pemegang hak tanggungan kepada pemegang Hak Pakai (HP) yang bersangkutan. 6. Pengajuan permohonan perubahan Hak Pakai (HP) yang bersangkutan menjadi Hak Milik (HM) oleh pemegang Hak Pakai (HP) kepada Kantor Pertanahan. 7. Pemberian persetujuan pemohon, bahwa sertipikat Hak Milik (HM) akan diserahkan kepada kreditor untuk keperluan pemberian hak tanggungan baru. 8. Pendaftaran hapusnya Hak Pakai (HP) oleh Kantor Pertanahan. 9. Pendaftaran hapusnya hak tanggungan oleh Kantor Pertanahan. 10. Pendaftaran Hak Milik (HM) hasil perubahan Hak Pakai (HP) oleh Kantor Pertanahan. 11. Penyerahan sertipikat Hak Milik (HM) kepada kreditor oleh Kantor Pertanahan. 12. Pemberian persetujuan oleh pemegang Hak Milik (HM), bahwa sertipikat Hak Milik (HM) akan diserahkan kepada kreditor setelah dibebani hak tanggungan. 13. Pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) dihadapan Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) oleh kreditor yang bertindak selaku kuasa Hak Milik (HM) dan untuk diri sendiri. 14. Pendaftaran hak tanggungan dan pencatatannya pada buku tanah dan sertipikat Hak Milik (HM) oleh Kantor Pertanahan. 15. Penyerahan sertipikat Hak Milik (HM) kepada kreditor pemegang hak tanggungan oleh Kantor Pertanahan. 16. Pembuatan sertipikat hak tanggungan oleh Kantor Pertanahan. 17. Penyerahan sertipikat oleh Kantor Pertanahan kepada kreditor pemegang hak tanggungan.

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 10 Beranjak dari ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan, khusus untuk Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai untuk rumah tempat tinggal yang sedang dibebani Hak Tanggungan dan pemiliknya bermaksud untuk meningkatkan statusnya menjadi Hak Milik. Hal ini diatur dalamperaturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 1996 tentang Perubahan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas Tanah Untuk Rumah Tinggal yang dibebani Hak Tanggungan menjadi Hak Milik. Sehubungan dengan ketentuan ini, berlaku ketentuan sebagaimana disebut di bawah ini: 16 1. Perubahan hak tersebut dimohonkan oleh pemegang hak atas tanah dengan persetujuan dari pemegang Hak Tanggungan. 2. Perubahan hak tersebut mengakibatkan Hak Tanggungan hapus. 3. Kepala Kantor Pertahanan karena jabatannya mendaftar hapusnya Hak Tanggungan yang membebani Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai yang diubah menjadi Hak Milik, bersamaan dengan pendaftaran Hak Milik yang bersangkutan. 4. Untuk melindungi kepentingan kreditur/bank yang semula dijamin dengan Hak Tanggungan atas Hak Guna Bangunanatau Hak Pakai yang menjadi hapus, sebelum perubahan hak didaftar, pemegang hak atas tanah dapat memberikan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dengan objek Hak Milik yang diperolehnya sebagai perubahan dari Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai tersebut. 5. Setelah perubahan hak dilakukan, pemegang hak atas tanah dapat membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) atashak Milik yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan yangberlaku dengan hadir sendiri atau melalui SKMHT. Dalam hal untuk mengantisipasi suatu peristiwa hukum dalam kaitannya dengan objek jaminan dalam peningkatan status hak yang dilakukan, maka didalam Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dan Akta Pembebanan Hak Tangngungan ditambahkan janji : Apabila diterbitkan sertifikat baru dengan 16 Lihat St. Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan, Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah yang Dihadapi oleh Perbankan (Suatu Kajian Mengenai Undang-Undang Hak Tanggungan),(Bandung: Alumni, 1999), hlm. 155-156.

utang. 17 Dengan dikabulkannya peningkatan hak pakai yang terikat jaminan di atas M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 11 nomor, luas berapapun dan hak apapun tetap terikat sebagai dokumen jaminan perjanjian kredit yang bersangkutan pada bank Janji tersebut dicantumkan pada pasal tambahan, jadi pihak bank tidak perlu khawatir apabila Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungannya tidak berlaku karena tetap ada jaminan hak pengelolaan menjadi hak milik, maka dalam hal luas tanah dari sebagian hak pengelolaan yang terdapat hak pakai di atasnya menjadi hak milik akan menjadi berkurang dikarenakan peningkatan hak yang dilakukan. Hal positif tersebut salah satunya bertujuan untuk menghindari adanya status tanah terlantar sehingga lebih memenuhi unsur kemanfaatan guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam masalah agraria. Menurut ketentuan Pasal 2 Peraturan Menteri Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1996 menentukan bahwa Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yang diberikan untuk menjamin pelunasan jenisjenis kredit Usaha Kecil dengan obyek Hak Tanggungan berupa hak atas tanah yang persertifikatannya sedang dalam pengurusan adalah berlaku 3 bulan sejak tanggal dikeluarkannya sertipikat hak atas tanah, dirasakan lebih akomodatif daripada ketentuan Pasal 15 ayat (4) Undang-Undang Hak Tanggungan. 18 Berbicara perlindungan hukum terhadap kreditur dalam rangka Hak Tanggungan tentu saja tidak terlepas dari perlindungan hukum terhadap debitor atau pemilik jaminan serta pihak-pihak terkait lainnya. 19 Hukum bukan hanya memperhatikan kepentingan kreditor. Perlindungan juga diberikan kepada debitor atau pemberi Hak Tanggungan. Bahkan juga kepada pihak ketiga yang berkepentingan bisa terpengaruh oleh cara penyelesaian utang piutang kreditor 17 Lihat Tesis EKA WIDYA RETNO SARI, Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Yang Obyeknya Tanah Dengan Status Hak Guna Bangunan Di Pt. Bri (Persero) Tbk Cabang Tegal, UNIVERSITAS DIPONEGORO, hlm. 67. 18 Ibid, hlm. 68. 19 Ibid, hlm. 93.

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 12 dan debitor, dalam hal debitor cidera janji. Pihak ketiga itu khususnya para kreditor yang lain dan pihak yang membeli obyek Hak Tanggungan. 20 IV. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan 1. Hak sebagai warga negara Indonesia untuk memperoleh atau memiliki tanah di seluruh wilayah negara Republik Indonesia merupakan unsur dari prinsip nasionalitas dalam Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, sehubungan dengan itu kebijakan pemerintah guna memenuhi kebutuhan masyarakat atas tanah dalam hal peningkatan status hak atas tanah dari hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik adalah penerapan dari salah satu unsur filosofi dari Undang-Undang Pokok Agraria yakni Hukum Agraria Nasional harus memberikan kemungkinan akan tercapainya fungsi bumi, air, dan ruang angkasa sebagaimana harus sesuai dengan kepentingan rakyat Indonesia serta memenuhi pula keperluannya menurut permintaan zaman dalam segala soal agraria. Dimana pada waktu itu (masa Undang-Undang Pokok Agraria 1960) hak pakai tidak ditunjuk sebagai objek hak tanggungan, namun dalam perkembangannya (setelah istilah hipotik tidak berlaku lagi dengan keluarnya Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996) hak pakai pun dapat dijadikan sebagai objek hak tanggungan dengan didaftarkannya hak pakai tersebut. Hal ini yang menjadi landasan dikabulkannya permohonan hak atas tanah (proses peningkatan). 2. Yang menjadi kendala hukum yang timbul dalam proses peningkatan status hak dari hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik adalah kurangnya informasi mengenai manfaat peningkatan hak, keterbatasan pendidikan dan pengetahuan dari sebagian masyarakat. Ketidaktahuan masyarakat tentang tata cara peningkatan status haknya menjadi hak milik, karena rendahnya pendidikan, minimnya penghasilan, serta cara kerja dari pihak Kantor Pertanahan yang dianggap lama sehingga tidak 20 Boedi Harsono, HUKUM AGRARIA INDONESIA ( Sejarah Pembentukan Undang Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya ), (Jakarta: Djembatan, 1999), hlm. 405.

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 13 sesuai dengan waktu yang ditentukan. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya seperti sosialisasi kepada masyarakat, diberikannya subsidi biaya dalam proses peningkatan yang hendak dilakukan khususnya untuk golongan masyarakat ekonomi lemah. 3. Perlindungan kreditur terhadap peningkatan hak yang dilakukan dari hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik adalah dengan mengantisipasi suatu peristiwa hukum dalam kaitannya dengan objek jaminan dalam peningkatan status hak yang dilakukan, maka didalam Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dan Akta Pembebanan Hak Tangngungan (APHT) ditambahkan janji : Apabila diterbitkan sertifikat baru dengan nomor, luas berapapun dan hak apapun tetap terikat sebagai dokumen jaminan perjanjian kredit yang bersangkutan pada bank Janji tersebut dicantumkan pada pasal tambahan, jadi pihak bank tidak perlu khawatir apabila Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungannya tidak berlaku karena tetap ada jaminan utang. Perubahan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan menjadi Hak Milik selain memberi kepastian hukum kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan juga menguntungkan pemegang Hak Tanggungan. B. Saran 1. Diharapkan pada pemerintah selaku lembaga eksekutif yang dalam hal ini ialah Badan Pertanahan Nasional agar memberikan informasi kepada masyarakat berkenaan terhadap status hak atas tanah yang diperoleh, baik ketika dilakukan proses peningkatan hak, penurunan hak, dan lain sebagainya, melalui metode pendekatan kepada masyarakat tersebut akan mengubah cara pandang masyarakat selaku pemohon hak atas tanah menjadi lebih paham, sehingga mereka mengetahui apa yang menjadi akibat hukumnya dikemudian hari. 2. Terhadap proses peningkatan yang dilakukan pemerintah juga diharapkan agar memperhatikan kemampuan ekonomi dari golongan masyarakat ekonomi lemah ketika mereka hendak melakukan proses peningkatan

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 14 tersebut, subsidi biaya dapat dijadikan salah bentuk perhatian pemerintah kepada golongan masyarakat ekonomi lemah, sehingga salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam Undang-Undang Pokok Agraria terpenuhi yakni untuk membangun masyarakat adil dan makmur. 3. Guna mencapai tujuan dalam proses peningkatan status hak pakai yang terikat jaminan di atas hak pengelolaan menjadi hak milik ialah dengan tidak adanya batas waktu berlakunya Hak Milik pelunasan kredit akan lebih terjamin. Disamping itu perubahan hak tersebut memberi peluang kepada pemberi kredit untuk menyesuaikan jangka waktu pelunasan kredit dengan kemampuan debitornya tanpa khawatir Hak Tanggungannya hapus karena jangka waktu hak atas tanah yang dibebaninya terbatas. Oleh karena itu diharapkan dalam proses perubahan hak ini semua pihak dapat saling membantu, baik pemerintah, kreditur, debitur, dan pihak-pihak yang berkaitan dengan peningkatan yang hendak dilakukan. V. Daftar Pustaka Badan Pertanahan Nasional, Himpunan Karya Tulis Pendaftaran Tanah, Jakarta, 1999 Dalimunthe, Chadidjah. Pelaksanaan Landreform di Indonesia dan Permasalahannya, Medan, FH USU Press, 2000. Efendie, Bachtiar. Pendaftaran Tanah, Alumni, Bandung, 1983. Harsono,Boedi. HUKUM AGRARIA INDONESIA ( Sejarah Pembentukan Undang Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya ), Penerbit Djembatan, Jakarta, 1999. Mukti, Affan. Pokok-Pokok Bahasan Hukum Agraria, USU press, Medan, 2006. Parlindungan, A.P. Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung, Mandar Maju, 1994. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Remy, St. Sjahdeini. Hak Tanggungan, Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan Masalah yang Dihadapi oleh Perbankan (Suatu Kajian Mengenai Undang- Undang Hak Tanggungan), Alumni, Bandung, 1999.

M u h l i s F a h d i a r S e m b i r i n g 15 Santoso, Urip Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta, 2008. Widya, Eka Retno Sari. Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Yang Obyeknya Tanah Dengan Status Hak Guna Bangunan Di Pt. Bri (Persero) Tbk Cabang Tegal, Tesis Pasca Sarjana Ilmu Hukum, UNIVERSITAS DIPONEGORO. Yamin, Muhammad. Hukum Pendaftaran Tanah, CV Mandar Maju, Bandung, 2008. Indriadi Try, Perubahan Status HGB Tanah Perumnas Menjadi HM http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f79753bc4e88/perubahanstatus-hgb-tanah-perumnas-menjadi-hm, diakses tanggal 26 Januari 2013. Triyogayuwana, Chandra. Pelaksanaan Perubahan Hak Atas Tanah Yang Masih Dibebani Hak Tanggungan Dari Hak Guna Bangunan (Hgb) Menjadi Hak Milik (Hm) Pada Rumah Sederhana (Rs) Di Kecamatan Banyumanik KotaSemarang, http: // eprints. undip.ac.id/16895/1/chandra_triyogayuwana.pdf, diakses tanggal 25 Juli 2012.