BAB I PENDAHULUAN. Di era reformasi yang berdampak perubahan dalam undang-undang pajak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan dana pembangunan baik yang diperoleh dari sumber-sumber pajak

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya rezim orde baru pada tahun 1998 terjadi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten/Kota

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan yang berlaku (Chaizi dalam Susanti, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. daerah, karenanya pembangunan lebih diarahkan ke daerah-daerah, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Adanya perubahan Undang-Undang Otonomi daerah dari UU

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum DPPKAD Kabupaten Bone Bolango

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. 1. Perbandingan realisasi PBB-P2 Kota Padang dan Kota Bukittinggi. Sebelum dan Sesudah Menjadi Pajak Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah (sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 28 Tahun 2009 mulai 1 Januari 2010 Pajak Bumi dan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat. Pajak memiliki fungsi sebagai sumber penerimaan Negara (Budgeter) yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

ANALISIS PERANAN DESENTRALISASI BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara membutuhkan pendanaan dalam menggerakan dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam penyelenggaraan suatu negara hal ini untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 05/PMK.07/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 05/PMK.07/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi hubungan antara pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pajak dengan

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era reformasi yang berdampak perubahan dalam undang-undang pajak daerah, tahun 2000 diberlakukan perubahan pertama dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Mengingat pajak daerah dan pajak pusat merupakan suatu sistem perpajakan (yang pada dasarnya) sebagai kewajiban yang dipikul oleh masyarakat, maka perlu dijaga agar beban tersebut dapat memberikan keadilan dan diharapkan adanya perubahan yang saling melengkapi peraturan antara pajak pusat dan pajak daerah. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pembangunan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang-Undang ini disebutkan bahwa pengembangan otonomi pada daerah diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Undang-Undang ini memberikan otonomi secara utuh pada daerah untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat. Pada tahun 2008, 18 kota di Jawa Barat berhasil mencapai target pajak bumi dan bangunan (PBB). Sementara itu 8 kabupaten/kota lainnya, belum mampu memenuhi target yang ditetapkan. Gubernur 1 Jawa Barat Ahmad Heryawan

2 menegaskan, berdasarkan data hasil evaluasi pelaksanaan pemungutan PBB sektor pedesaan dan perkotaan tahun 2008 di seluruh kabupaten/kota se-jabar, hasil yang dicapai masih di bawah target yang ditetapkan, yakni Rp 999,389 miliar atau 88,24% dari rencana penerimaan yang ditetapkan Rp 1,125 triliun. Kondisi serupa juga terlihat pada realisasi penerimaan PBB sektor APBN secara keseluruhan, yaitu sektor pedesaan, perkotaan, perkebunan, perhuhutanan, dan pertambangan, dengan nilai Rp 2,221 triliun atau 97,89% dari rencana penerimaan APBN sekitar Rp 2,269 triliun. Kendati demikian, penerimaan dana bagi hasil pajak, terutama yang bersumber dari dana bagi hasil PBB di Jawa Barat, setiap tahun melampaui target penerimaan, tahun 2008, tercatat realisasi penerimaan dana bagi hasil PBB provinsi Jawa Barat 2008 sebesar Rp 351,223 triliun atau 112,41% dari target penerimaan sebesar Rp 312,449 triliun. Menurut Heryawan, di sisi lain pos dana perimbangan turut memberikan kontribusi Rp 1,903 triliun atau 30,05% serta penerimaan lain-lain pendapatan yang sah Rp 98,168 miliar atau 1,55% dari total realisasi APBD Jawa Barat. Pencapaian tersebut membuktikan, tingkat kemandirian fiskal Jawa Barat sudah termasuk dalam kategori cukup mampu. Setiap pemerintah kabupaten/kota diberi target PBB berbeda-beda, sesuai dengan potensi pajak yang dimiliki. Target tersebut, secara umum dibagi kedalam lima kelompok. Kelompok I daerah dengan target PBB Rp 12 miliar/tahun, kelompok II (Rp 13 miliar Rp 17 miliar), kelompok III (Rp 18 miliar Rp 35 miliar), kelompok IV (Rp 36 miliar Rp 75 miliar), dan kelompok V (di atas 75 miliar). Kota

3 Bandung hanya menduduki peringkat kedua di kelompok V, kalah peringkat oleh Kota Bekasi. Sedangkan Kabupaten Bandung berada di peringkat ketiga di kelompok IV, berada di bawah Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Depok. Sementara itu, Kota Bandung meraih penghargaan atas capaian realisasi PBB tahun 2008. Kota Bandung menempati posisi kedua pada kelompok V, dengan target PBB diatas Rp 75 miliar. Tahun 2008, realisasi PBB kota Bandung mencapai 83,91% atau Rp 180 miliar. Sedangkan target PBB di Kota Bandung tahun 2008, adalah Rp 214 miliar. Wakil walikota Kota Bandung Ayi Vivananda menerima penghargaan tersebut dari Gubernur Jawa Barat di Gedung Sate mengatakan, penghargaan serupa pernah diraih Kota Bandung tahun 2007 dan 2006. Bahkan tahun 2006, Kota Bandung menempati posisi pertama dengan realisasi PBB mencapai 101,09% atau Rp 110 miliar. Ayi mengatakan, tidak tercapainya realisasi PBB tahun 2007 dan 2008, lebih disebabkan adanya transisi administrasi dalam pembayaran PBB. (Harian Pikiran Rakyat, Sabtu 18 April 2009) Kendati target PBB Kota Bandung tidak terpenuhi, Rahmat mengatakan Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) over target, dari target Rp 150,3 miliar terealisasi Rp 207,7 miliar atau 138%. Secara kumulatif penerimaan PBB, BPHTB, Pertambangan, tercapai 150% dengan total dana yang terhimpun Rp 390,4 miliar. (Rahmat Setiadi dalam Tribun Bandung, 13 Februari 2009).

4 Berikut disajikan target dan realisasi Pajak Bumi dan Bangunan: Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kota Bandung Tahun 2005-2011 Tahun Anggaran Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian 2005 67.626.027.792 71.338.662.175 105,4 % 2006 81.317.662.560 95.204.536.626 117 % 2007 101.737.296.000 104.907.561.489 103,1 % 2008 159.595.335.184 144.985.437.620 90,8 % 2009 142.418.448.000 155.400.041.557 109,1 % 2010 220.992.485.357 190.243.287.212 86,1 % 2011 178.660.614.368 182.122.775.024 102 % Sumber: Dispenda Kota Bandung (2005-2011 diolah) Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat target dan realisasi pajak bumi dan bangunan Kota Bandung dari tahun 2005-2011 mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Namun apabila dilihat berdasarkan persentasenya mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat drastis. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai salah satu komponen penerimaan pada Dana Perimbangan dari Dana Bagi Hasil Pajak, memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah yang dialokasikan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung. Kontribusi

5 penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terhadap Pendapatan Daerah di Kota Bandung dari tahun 2005 2011 secara rinci kontribusi dapat dilihat pada tabel 1.2. Tabel. 1.2 Kontribusi Realisasi PBB terhadap Pendapatan Daerah Tahun 2005-2011 Tahun Pendapatan Daerah Realisasi Penerimaan PBB Kontribusi PBB 2005 409,646,822,764 71,338,662,175 17.41% 2006 420,454,310,294 95,204,536,626 22.64% 2007 443,579,658,656 104,907,561,489 23.65% 2008 1,054,846,741,943 144,985,437,620 13.74% 2009 1,465,541,388,221 155,400,041,557 10.60% 2010 2,298,193,258,803 190,243,287,212 8.28% 2011 2,841,444,102,085 182,122,775,024 6.41% Sumber: Dispenda Kota Bandung, diolah Realisasi Pendapatan Daerah dari tahun 2005 2011 mengalai kenaikan dari tahun ke tahun, namun ketika dihitung pada hasil kontribusinya dari tahun 2005 2011 mengalami fluktuasi, yaitu pada tahun 2005 kontribusinya sebesar 17,41%, dan meningkat pada tahun 2006 sebesar 22,64 % dan turun di tahun 2007 sebesar 23,65%, 2008 sampai tahun 2011 mengalami penurunan yang sangat signifikan menjadi 6,41%.

6 Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adalah penelitian Rindi Septi Coriah Nurwulan (2008) yang meneliti mengenai kontribusi pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan daerah di kabupaten Cirebon yang memberikan hasil bahwa Pajak Bumi dan Bangunan dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah Kabupaten Cirebon, hal ini dapat dilihat dari jumlah penerimaan PBB mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti menambahkan analisis efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang Pajak Bumi dan Bangunan Kota Bandung terutama mengenai pengaruhnya terhadap pendapatan daerah. Hal inilah yang mendorong penulis mengadakan penelitian yang berjudul: Analisis Pengaruh Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Pendapatan Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengidentifikiasi masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar kontribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan daerah pada pemerintah daerah Kota Bandung dari tahun 2005 sampai dengan 2011.

7 2. Bagaimana tingkat efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan daerah pada pemerintah daerah Kota Bandung dari tahun 2005 sampai dengan 2011. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari, menganalisa, dan menyimpulkan tentang efektivitas penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan serta kontribusinya terhadap pendapatan daerah. Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui besarnya kontribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan daerah pada pemerintah daerah kota Bandung dari tahun 2005 sampai dengan 2011. 2. Untuk mengetahui efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan pada pemerintah daerah kota Bandung dari tahun 2005 sampai 2011. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi: 1. Bagi Penulis Untuk memenuhi syarat sidang Strata 1 Program Studi Akuntansi pada Universitas Widyatama dan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman dalam bidang Pajak Daerah Kota Bandung.

8 2. Bagi Mahasiswa atau Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dalam bidang perpajakan khususnya Pajak PAD Kota Bandung. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan kajian teoritis, terutama yang berkaitan dengan bidang Akuntansi Perpajakan. 4. Bagi Pihak Lain Hasil-hasil informasi tersebut dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran untuk perkembangan ilmu pengetahuan umumnya, khususnya mengenai perpajakan khususnya Pajak Bumi dan Pajak Bangunan dan sebagai masukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang topik yang saling berhubungan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung yang berlokasi di Jl.Wastukencana No. 2 Bandung, sebagai tempat pengumpulan data. Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan November 2012 sampai dengan bulan Desember 2012.