BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Laporan keuangan pada umumnya merupakan hasil dari suatu pencatatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tiga laporan utama, (1) Neraca, (2) Laporan laba rugi, dan (3) Laporan arus kas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

23 Universitas Sumatera Utara BAB III PEMBAHASAN. A. Laporan keuangan. 1. Pengertian Laporan keuangan

Analisa Laporan keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut James C. Van Horne, (2013:36) menyebutkan bahwa, Laporan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Perusahaan Menggunakan Analisis Dupont pada PT. Hanjaya

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata "to manage" yang dapat diterjemahkan dalam

Financial Performance (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 3 Analisis Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. suatu proses untuk menghasilkan sesuatu (output) atau pencapaian suatu tujuan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laba menurut beberapa ahli:

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kondisi. Pengertian laporan keuangan menurut beberapa ahli :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Laporan Keuangan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam kondisi sehat akan mampu menghadapi tingkat persaingan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP RETURN ON EQUITY DAN EARNING PER SHARE PADA PT PAKUWON JATI, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan berikut: Menurut Gitman (2012:4), pengertian keuangan adalah sebagai Finance can be defined as the science and art of managing money. Artinya adalah keuangan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola uang. Dari definisi tersebut maka dapat dikembangkan bahwa keuangan sebagai seni berarti melibatkan keahlian dan pengalaman, sedangkan ilmu berarti melibatkan prinsip prinsip, konsep, teori, proporsi dan model yan ada dalam ilmu keuangan. Sedangkan pengertian manajemen keuangan menurut Horne dan Wachowicz (2012:2), adalah: Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan umum. Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen keuangan adalah salah satu fungsi manajemen terhadap segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan memperoleh sumber dana, menggunakan dana, dan manajemen akiva untuk menciptakan kemakmuran bagi pemegang saham melalui maksimalisasi nilai perusahaan. 12

2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Horne dan Wachowicz (2012:3), terdapat tiga fungsi manajemen keuangan, yaitu: 1. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah fungsi manajemen keuangan yang penting dalam penunjang pengambilan keputusan untuk berinvestasi karena menyangkut tentang memperoleh dana investasi yang efisien, komposisi asset yang harus dipertahankan atau dikurangi. 2. Keputusan Pendanaan Kebijakan deviden perusahaan juga harus dipandang sebagai integral dari keputusan pendanaan perusahaan. Pada prinsipnya fungsi manajemen keuangan sebagai keputusan pendanaan menyangkut tentang keputusan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan harus dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. 3. Keputusan Manajemen Aset Keputusan manajemen aset adalah fungsi manajemen keuangan yang menyangkut tentang keputusan alokasi dana atau aset, komposisi sumber dana yang harus dipertahankan dan penggunaan modal baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan yang baik bagi perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa fungsi manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi utama yang penting di dalam sebuah perusahaan. 2.2 Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Dengan kata lain laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang 13

bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Fahmi (2012), laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Kasmir (2013:7), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, dengan adanya laporan keuangan, dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan keuangan tersebut. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba - rugi serta laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. 2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2013:11), tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada 14

periode tertentu. Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu : 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. 5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan. 6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. 7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. 8. Informasi keuangan lainnya. Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. 2.2.3 Sifat Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2013:11), pencatatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan harus dilakukan dengan kaidah-kaidah yang berlaku, demikian pula dalam hal penyusunan laporan keuangan didasarkan kepada sifat laporan keuangan itu sendiri. Dalam hal ini sifat laporan keuangan yaitu: 1. Bersifat Historis Bersifat historis artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan disusun dari masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa sekarang. Misalnya laporan keuangan disusun berdasarkan data satu atau dua atau beberapa tahun ke belakang (tahun atau periode sebelumnya). 15

2. Bersifat Menyeluruh Bersifat menyeluruh artinya laporan keuangan dibuat selengkap mungkin, laporan keuangan disusun sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pembuatan atau penyusunan yang hanya sebagiansebagian (tidak lengkap) tidak akan memberikan informasi yang lengkap tentang keuangan suatu perusahaan. 2.1.4 Pihak pihak yang Memerlukan Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2013:18), laporan keuangan disusun berdasarkan tujuan. Tujuan utamanya adalah untuk kepentingan pemilik dan manajemen perusahaan dan memberikan informasi kepada berbagai pihak yang sangat berkepentingan terhadap perusahaan. Artinya, pembuatan dan penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, baik pihak intern maupun ekstern perusahaan. Masing-masing pihak memiliki kepentingan tersendiri dalam menggunakan laporan keuangan tersebut. Berikut penjelasan masing-masing pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan: 1. Pemilik Pemilik adalah mereka yang memiliki usaha tersebut. Hal ini tercermin dari kepemilikan saham yang dimilikinya. Kepentingan bagi para pemegang saham yang merupakan pemilik perusahaan terhadap hasil laporan keuangan yang telah dibuat adalah : a) Untuk melihat kondisi dan posisi keuangan perusahaan saat ini b) Untuk melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam suatu periode. Kemajuan ini dilihat dari kemampuan manajemen dalam menciptakan laba dan pengembangan aset perusahaan. Dari laporan ini pemilik dapat menilai kedua hal tersebut apakah ada perubahan atau tidak. Kemudian, jika memperoleh laba, pemilik akan mengetahui berapa dividen yang diperolehnya. c) Untuk menilai kinerja manajemen atas target yang telah ditetapkan artinya penilaian diberikan untuk manajemen 16

perusahaan ke depan, apakah perlu pergantian manajemen atau tidak. Kemudian, disusun rencana berikutnya untuk menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan, baik penambahan maupun perbaikan. 2. Manajemen Kepentingan pihak manajemen perusahaan terhadap laporan keuangan perusahaan yang mereka buat juga memiliki arti tertentu. Bagi pihak manajemen laporan keuangan yang dibuat merupakan cermin kinerja mereka dalam suatu periode tertentu. Berikut ini nilai penting laporan keuangan bagi manajemen : a) Dengan laporan keuangan yang dibuat, manajemen dapat menilai dan mengevaluasi kinerja mereka dalam suatu periode, apakah telah mencapai target-target atau tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. b) Manajemen juga akan melihat kemampuan mereka mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan yang ada selama ini. c) Laporan keuangan dapat digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan saat ini sehingga dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di masa yang akan datang. d) Laporan keuangan dapat digunakan untuk mengambil keputusan keuangan ke depan berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, baik dalam hal perencanaan, pengawasan, dan pengendalian ke depan sehingga target-target yang diinginkan dapat tercapai. 17

3. Kreditor Kreditor merupakan pihak pemberi dana seperti bank atau lembaga keuangan. Kepentingan pihak kreditor terhadap laporan keuangan perusahaan adalah dalam hal memberi pinjaman atau pinjaman yang telah berjalan sebelumnya. Bagi pihak kreditor, prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan dana (pinjaman) kepada berbagai perusahaan sangat diperlukan. Kepentingan pihak kreditor antara lain sebagai berikut : a) Pihak kreditor tidak ingin usaha yang dibiayainya mengalami kegagalan dalam hal pembayaran kembali pinjaman tersebut. Oleh karena itu pihak kreditor sebelum memberikan dana terlebih dahulu melihat kemampuan perusahaan untuk membayarnya. Salah satu ukuran kemampuan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang telah dibuat. b) Pihak kreditor juga perlu memantau terhadap kredit yang sudah berjalan untuk melihat perusahaan dalam membayar kewajibannya. Oleh karena itu, kelayakan usaha yang akan dibiayai dan besarnya jumlah pinjaman yang disetujui akan terlihat dari laporan keuangan yang telah dibuat. c) Pihak kreditor juga tidak menginginkan kredit atau pinjaman yang diberikan justru menjadi beban nasabah dalam pengembaliannya apabila ternyata kemampuan perusahaan di luar dari yang diperkirakan. 4. Pemerintah Pemerintah juga memiliki nilai penting atas laporan keuangan yang dibuat perusahaan. Bahkan pemerintah melalui Departemen Keuangan mewajibkan kepada setiap perusahaan untuk menyusun dan melaporkan keuangan perusahaan secara periodik. Arti penting laporan keuangan bagi pihak pemerintah adalah : 18

a) Untuk menilai kejujuran perusahaan dalam melaporkan seluruh keuangan perusahaan yang sesungguhnya. b) Untuk mengetahui kewajiban perusahaan terhadap negara dari hasil laporan keuangan yang dilaporkan. Dari laporan ini akan terlihat jumlah pajak yang harus dibayar kepada negara secara jujur dan adil. 5. Investor Investor adalah pihak yang hendak menanamkan dana di suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan memerlukan dana untuk memperluas usaha atau kapasitas usahanya di samping memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan seperti bank dapat pula diperoleh dari para investor melalui penjualan saham. Dalam memilih sumber dana pihak perusahaan memiliki berbagai pertimbangan tentunya seperti faktor bunga dan jumlah angsuran ke depan. Namun, perusahaan juga ingin memberikan peluang kepemilikan kepada masyarakat atau pihak lainnya. Bagi investor yang ingin menanamkan dana dananya dalam suatu usaha sebelum memutuskan untuk membeli saham, perlu mempertimbangkan banyak hal secara matang. Dasar pertimbangan investor adalah dari laporan keuangan yang disajikan perusahaan yang akan ditananmnya. Dalam hal ini investor akan melihat prospek usaha ini sekarang dan masa yang akan datang. Prospek yang dimaksud adalah keuntungan yang akan diperolehnya (dividen) serta perkembangan nilai saham ke depan. Setelah itu, investor dapat mengambil keputusan untuk membeli saham suatu perusahaan atau tidak. 19

2.1.5 Komponen Laporan Keuangan Secara umum, ada lima macam komponen didalam laporan keuangan, yaitu: 1. Neraca (Balance Sheet) Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan (Kasmir, 2013). 2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian juga tergambar jumlah biaya dan jenisjenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu (Kasmir, 2013). 3. Laporan Perubahan Modal (Statement of Stockholder s Equity) Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Kemudian, laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebabsebab terjadinya perubahan modal di perusahaan (Kasmir, 2013). 20

4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows) Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas (Kasmir, 2013). 5. Laporan Catatan atas Laporan Keuangan Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu (Kasmir, 2013). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jenis laporan keuangan umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan laporan catatan atas laporan keuangan. 2.1.6 Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2013), laporan keuangan yang telah disusun sedemikian rupa agar terlihat sempurna. Di balik itu sebenarnya ada beberapa ketidaktepatan terutama dalam jumlah yang telah di susun akibat berbagai faktor. Laporan keuangan belum dapat dikatakan mencerminkan keadaan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan adanya hal-hal yang belum atau tidak tercatat dalam laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu, setiap laporan keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan tertentu. Berikut beberapa keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan : 1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), di mana data-data yang diambil dari data masa lalu. 21

2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan hanya untuk pihak tertentu saja. 3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-pertimbangan tertentu. 4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian, misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. 5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya. Keterbatasan laporan keuangan tidak akan mengurangi arti nilai keuangan secara langsung karena hal ini memang harus dilakukan agar nantinya dapat menunjukkan kejadian yang mendekati sebenarya, meskipun perubahan berbagai kondisi dari berbagai sektor yang terjadi. Artinya selama laporan keuangan disusun sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, maka laporan keuangan tersebut telah memenuhi syarat. 2.2 Analisis Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Analisis Laporan keuangan Menurut Kasmir (2013:66), agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak. Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan, pihak manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Begitu juga dengan kekuatan yang dimiliki 22

perusahaan pihak manajemen harus mampu mempertahankan atau bahkan ditingkatkan. 2.2.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2013:67), tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. 2. Untuk mengetahui kelemahan - kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan - kekuatan yang dimiliki. 4. Untuk mengetahui langkah - langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. 2.2.3 Bentuk Analisis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2013:68), terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai yaitu sebagai berikut : 1. Analisis Vertikal (Statis) Merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode tidak diketahui. 2. Analisis Horizontal (Dinamis) Merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini 23

akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lain. 2.3 Rasio Keuangan 2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan Investor pada umumnya lebih banyak tertarik kepada investasi jangka pendek dan jangka menengah. Para investor juga melihat kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang memadai. Informasi tentang kondisi keuangan perusahaan dapat diketahui dengan cara menghitung rasio - rasio keuangan sesuai dengan kebutuhan. Rasio keuangan merupakan kegiatan yang membandingkan angka - angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan, kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode (Kasmir, 2013). Sedangkan menurut Harahap (2013), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. 2.3.2 Jenis jenis Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2013), Untuk mengukur kondisi atau kinerja keuangan perusahaan dapat menggunakan analisis perhitungan rasio - rasio keuangan. Analisis rasio yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan meliputi: 24

A. Rasio Likuiditas Menurut Kasmir (2013), rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Atau dengan kata lain rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo atau rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Jenis-jenis rasio likuiditas yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan yaitu: 1. Current Ratio (Rasio Lancar) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan. Untuk menghitung Current Ratio menggunakan rumus: Current Ratio = 2. Quick Ratio (Rasio Cepat) Aktiva Lancar Hutang Lancar Merupakan rasio yang menunujukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan. 25

Untuk menghitung Quick Ratio menggunakan rumus : Quick Ratio = Aktiva Lancar Persediaan Hutang Lancar 3. Cash Ratio (Rasio Kas) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersediannya dana kas yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Untuk menghitung Cash Ratio menggunakan rumus : Cash Ratio = Kas + Bank Hutang Lancar B. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Menurut Kasmir (2013), rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Dengan kata lain, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi (dibubarkan). Jenisjenis rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan yaitu : 26

1. Debt to Asset Ratio (Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva) Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi artinya pendanaan dengan utang semakin banyak. Maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rata-rata industri yang sejenis. Untuk menghitung Debt to Asset Ratio menggunakan rumus: Debt to Asset Ratio = Total Hutang Total Aktiva 2. Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang Terhadap Ekuitas) Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Bagi bank, semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya, rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan 27

pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Untuk menghitung Debt to Equity Ratio menggunakan rumus: Debt to Equity Ratio = 3. Time Interest Earned Ratio Total Hutang Total Ekuitas Secara umum semakin tinggi rasio, semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. Demikian pula sebaliknya, apabila rasionya rendah, semakin rendah pula kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya. Untuk menghitung Time Interest Earned Ratio menggunakan rumus: Time Interest Earned Ratio = Earning Before Interest and Tax Biaya Bunga 4. Fixed Charge Coverage (Rasio Lingkup Biaya Tetap) Merupakan rasio yang menyerupai Time Interest Earned Ratio. Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa. Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang. Untuk menghitung Fixed Charge Coverage menggunakan rumus : Fixed Charge Coverage = EBT+Biaya Bunga+Kewajiban Sewa Biaya Bunga+Kewajiban Sewa 28

C. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Menurut Kasmir (2013), rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, sediaan, penagihan piutang, dan lainnya). Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Jenis-jenis rasio aktivitas yang umum digunakan oleh perusahaan yaitu: 1. Inventory Turn Over (Rasio Perputaran Persediaan) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan ini berputar dalam satu periode. Rasio ini dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini, maka semakin jelek demikian pula sebaliknya semakin besar rasio ini, maka akan semakin baik. Untuk menghitung Inventory Turn Over menggunakan rumus: Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan Rata rata Persediaan 2. Receivable Turn Over (Rasio Perputaran Piutang) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu tahun periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa 29

modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya), dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik, sebaliknya jika rasio semakin rendah ada Over Investment dalam piutang. Untuk menghitung Receivable Turn Over menggunakan rumus: Receivable Turn Over = Penjualan Kredit Rata rata Piutang 3. Total Asset Turn Over (Rasio Perputaran Total Aset) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Untuk menghitung Total Assets Turn Over menggunakan rumus: 4. Fixed Asset Turn Over Total Asset Turn Over = Penjualan Total Aktiva Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk menghitung Fixed Asset Turn Over menggunakan rumus: Fixed Asset Turn Over = Penjualan Total Aktiva Tetap 30

D. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Menurut Kasmir (2013), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. hal ini ditujukan oleh laba yang dihasilkan dari pejualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengkuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jenis - jenis rasio profitabilitas yang umum digunakan oleh perusahaan yaitu: 1. Profit Margin (Profit Margin On Sales) Ratio profit margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Untuk menghitung Profit Margin Ratio menggunakan rumus : Profit Margin = Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan Penjualan 31

2. Net Profit Margin Ratio (Margin Laba Bersih) Merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan. Untuk menghitung Net Profit Margin Ratio menggunakan rumus : Net Profit Margin = Earning After Tax (EAT) Penjualan 3. Return On Asset (Pengembalian Atas Aktiva) Merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Di samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil rasio ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya semakin besar rasio ini akan semakin baik. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Untuk menghitung Return On Asset menggunakan rumus: Return On Asset = Earning After Tax (EAT) Total Asset 4. Return On Equity (Pengembalian Atas Ekuitas) Merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin 32

baik. Artinya, perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya semakin rendah rasio ini semakin jelek, artinya perusahaan semakin menurun. Untuk menghitung Return On Equity menggunakan rumus : Return On Equity = Earning After Tax (EAT) Total Ekuitas E. Rasio Pertumbuhan Menurut Kasmir (2013), rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per saham dan dividen per saham. F. Rasio Nilai Pasar (Rasio Penilaian) Menurut Fahmi (2012), rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio ini juga sering dipakai untuk melihat bagaimana kondisi perolehan keuntungan yang potensial dari suatu perusahaan, jika keputusan menempatkan dana di perusahaan tersebut terutama untuk masa yang akan datang. Sedangkan menurut Kasmir (2013), rasio penilaian yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya investasi. Menurut Fahmi (2012) jenis-jenis rasio nilai pasar yang umum digunakan oleh perusahaan yaitu : 33

1. Earning Per Share (Pendapatan per Saham) Earning Per Share atau Pendapatan per Saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut: EPS = Earning After Tax (EAT) Jumlah Saham Beredar 2. Price to Earning Ratio (Rasio Harga Laba) Bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan begitu Price to Earning Ratio (rasio harga terhadap laba) adalah perbandingan antara Market Price Per Share (harga pasar per lembar saham) dengan Earning Per Share (laba per lembar saham). Rumus untuk menghitung PER adalah sebagai berikut: Price Earning Ratio = Harga Pasar Per Saham Earning Per Share (EPS) 2.4 Kinerja Keuangan Menurut Fahmi (2012), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan - aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat - alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. 34

Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 2.5 DuPont System Salah satu dari beberapa alat ukur atau analisis yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah sistem DuPont. Menurut Brigham & Houston (2013:153), menjelaskan bahwa persamaan DuPont system adalah suatu rumus yang menghitung tingkat pengembalian atas aktiva dan mengalikan marjin laba dengan perputaran total aktiva, hal ini sama dengan tingkat pengembalian atas aktiva atau biasa disebut Return on Asset (ROA). Sistem DuPont pada dasarnya digunakan untuk dapat mengevaluasi efektifitas perusahaan dengan melihat bagaimana pengembalian atas investasi perusahaan tersebut. Beberapa rasio profitabilitas dan aktivitas perlu diperhitungkan dalam analisis DuPont menurut Horne dan Wachowicz (2012), diantaranya : 1. Marjin Laba Bersih / Net Profit Margin (NPM) Marjin laba bersih adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan, yang dapat diketahui melalui rumus berikut: NPM = Laba Bersih Setelah Pajak Penjualan Bersih 2. Perputaran Total Aktiva / Total Asset Turn Over (TATO) Perputaran total aset merupakan cerminan efisiensi relatif penggunaan aset perusahaan untuk menghasilkan penjualan, yang dapat diketahui melalui rumus berikut: Total Asset Turnover = Penjualan Total Aktiva 35

3. Equity Multiplier (EM) Equity multiplier (EM), rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai beberapa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Semakin kecil rasio ini, berarti porsi pemegang saham akan semakin besar, sehingga kinerjanya semakin baik, karena persentase untuk pembayaran bunga semakin kecil. Rumus Equity Multiplier adalah sebagai berikut: EM = Total Aktiva Total Ekuitas 4. Tingkat Pengembalian atas Asset/ Return on Asset (ROA) Tingkat pengembalian atas aset merupakan kelompok dari rasio profitabilitas yang menghubungkan laba dengan investasi penghasilan, yang dapat diketahui melalui rumus berikut : ROA = EAT Total Asset Pada pendekatan DuPont System, ROA dihitung dengan rumus sebagai berikut: ROA = Net Profit Margin x Total Asset Turnover 5. Pengembalian atas Ekuitas / Return on Equity (ROE) Pengembalian atas ekuitas membandingkan laba bersih setelah pajak (dikurangi dividen saham biasa) dengan aset yang dapat diketahui melalui rumus berikut: ROE = EAT Total Equity 36

Pada pendekatan DuPont System, ROE dihitung dengan rumus sebagai berikut: ROE = Return On Asset x Equity Multiplier Pendekatan DuPont atas ROE sangat diperlukan jika akan membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama karena perhitungan tersebut mampu untuk menunjukkan apakah penggunaan ekuitas untuk menghasilkan laba perusahaan tersebut lebih besar atau lebih sedikit bila dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama. Dapat disimpulkan bahwa DuPont merupakan pendekatan untuk menganalisa keuangan secara sistematis, sehingga dapat dilakukan evaluasi terhadap kinerja keuangan perusahaan agar menjadi lebih baik. 2.5.1 Kelebihan Analisis DuPont Keunggulan analisis Sistem DuPont menurut Munawir (2010:91-92): 1. Salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya lebih menyeluruh. 2. Dapat melalukan perbandingan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan satu dengan perusahaan sejenis. 3. Digunakan sebagai ukuran profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan. 4. Digunakan sebagai ukuran efisiensi tindakan yang dilakukan oleh divisi. 37

Sumber: Harahap (2013) Gambar 2.1 DuPont System 2.6 Kerangka Pemikiran PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dan PT. Semen Indonesia, Tbk merupakan dua perusahaan yang berkembang dari tahun ke tahun, baik dari segi total aktiva, pendapatan, maupun laba bersih nya. Kedua perusahaan ini juga memiliki produk yang unggul dalam Industri Manufaktur, Subsektor Semen. Kemampuan kedua perusahaan dalam menjual produk produk nya dengan jumlah banyak, membuat kedua perusahaan ini menjadi perusahaan terbesar di Indonesia. Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan untuk menilai dan menganalisis kinerja keuangan dengan laporan keuangan masing masing perusahaan adalah dengan pendekatan DuPont System. Dengan menggunakan DuPont, akan diketahui efisiensi operasi, efektivitas penggunaan aset, dan pendanaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi 38

Return On Equity (ROE). Dengan menghitung Net Profit Margin (NPM), Total Asset Turnover (TATO), Return On Asset (ROA), dan Equity Multiplier (EM) maka akan menghasilkan/mengetahui nilai ROE. Semakin tinggi nilai ROE makan semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan. PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk PT. Semen Indonesia, Tbk Laporan Keuangan Income Statement Balance Sheet Metode DuPont Return On Asset (ROA) Equity Multiplier Return On Equity (ROE) Penilaian Kinerja Keuangan Perbandingan Kinerja Keuangan Sumber: hasil olahan peneliti, 2016. Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran 39

2.6.1 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang DuPont System No. Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1. Topaz Adiputra Analisis Laporan - Kinerja keuangan Perdana dan Keuangan PT.Semen Indonesia Deannes Perusahaan memiliki tingkat Isynuwardhana (Universitas Telkom, 2013) Sektor Industri Semen dengan Metode DuPont System untuk Mengukur Kinerja Perusahaan Periode 2009 kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan PT. Indocement dan PT. Holcim, diikuti oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan terakhir PT. Holcim. 2013 2. A.P. Sidiki, M. Mangantar, dan Perbandingan Kinerja Keuangan Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas,likuiditas P.A. Mekel Pada Perusahaan Rasio Likuiditas,dan solvabilitas (Jurnal EMBA, Rokok yang Rasio Solvabilitas terdapat perbedaan Vol 2 No 4; Desember 2014.) Terdaftar di BEI Khususnya PT Gudang Garam, kinerja keuangan yang signifikan antara PT. Gudang Garam Tbk Tbk dan PT HM. dengan PT. HM. Sampoerna, Tbk Sampoerna Tbk. 3. O. M. Haja Study on ROE Hasilnya menunjukkan Mohidden dan Predicting ROI bahwa dengan analisis M. Parveen Financial Duo Pont ditemukan (International Performance bahwa Return on 40

Journal of Accounting and Financial, Vol 4 Issue 5; October 2014.) 4. Dr Ahmed Arif Almazari (International Journal of Economics and Finance, Vol 4, No 4; April 2012) Using Duo Pont Analysis in Cipla Pharmaceutical Company Financial Performance Analysis of The Jordanian Arab Bank by Using the DuPont System of Financial Analysis Equity yang tinggi, sehingga manajemen perusahaan Cipla ini menggunakan uang investor secara efektif. - Kinerja keuangan Bank Arab relatif stabil dan mencerminkan volatilitas minimal dalam Return On Equity. Net Profit Margin dan perputaran total aset yang relatif stabil untuk periode dari tahun 2001 sampai 2009. Equity Multiplier juga menunjukkan indikator hampir stabil untuk periode 2001-2005 dan rasio menurun dari tahun 2006 2009. 41

2.7 Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis 1: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dengan PT Semen Indonesia, Tbk dengan menggunakan pendekatan DuPont System berdasarkan ROA 2. Hipotesis 2: Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dengan PT. Semen Indonesia, Tbk dengan menggunakan pendekatan DuPont System berdasarkan ROE. 42