Prosiding Psikologi ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori crowding yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Peran Teman Dengan Religiusitas Pada Komunitas Motor X

Studi Mengenai Domain-Domain Children Well Being pada Anak Panti Asuhan Usia 10 Tahun di Yayasan Al-Aisyiyah Kabupaten Cianjur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa

Prosiding Psikologi ISSN:

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

Developmental and Clinical Psychology

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. metode pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2002) bahwa penelitian

PENGARUH LINGKUNGAN BUATAN PADA PERILAKU MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

STUDI MENGENAI GAMBARAN CROWDING STRESS PADA WARGA BERUSIA REMAJA DI PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK KELURAHAN BABAKAN ASIH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

52 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak Kelas VI Sekolah Dasar Full-Day Darul Ilmi Bandung

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Keterampilan Sosial Buruk pada Remaja Kelas XI di SMAN 1 Bandung

PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional peneliti dapat mengetahui hubungan sebuah variabel dengan variabel

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

2015 KONTRIBUSI KEBIASAAN MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA TELEVISI TERHADAP PERILAKU AGRESIF SISWA

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Kesabaran Pada Ibu Asuh Di SOS Children s Village (SOS Kinderdorf) Lembang

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. "tuna" yang berarti kurang dan "laras" yang berarti sesuai. Jadi anak tunalaras

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan teknik korelasional

Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Keluarga dengan Penyesuaian Sosial di Sekolah pada Siswa Kelas X SMK Al-Falah Kota Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.1 Sampel penelitian dilihat dari usia (N=134)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

Studi Mengengenai Intensi dan Determinan Intensi Perilaku Berkendara Pada Anak dan Remaja di Kecamatan Coblong Bandung

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke

BAB III TINJAUAN KASUS. b. Usia : 51 tahun. d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

DAFTAR ISI Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian...

KAJIAN AREA PARKIR SEPEDA MOTOR PLAZA SIMPANGLIMA SEMARANG DITINJUA DARI PERILAKU PENGUNJUNG

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

Studi Deskriptif Domain Children Well Being pada Anak Usia 12 Tahun di Kelurahan Cicadas

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya.

Hubungan antara Persepsi Dukungan Wali Kelas dengan Self Efficacy Siswa di SMK TI-Garuda Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. dimanipulasi atau diubah ubah. Dengan teknik regresi linier sederhana, peneliti

Salah satu perkembangan yang penting dalam kehidupan manusia adalah. masa perkembangan anak, yang merupakan masa pembentukan dan peletakan

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Character Strength Orang Tua dari Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Bandung

Hubungan antara Persepsi Teknik Penerapan Disiplin dengan Perilaku Melanggar Aturan (Misdemeanors) pada Remaja di Panti Asuhan Jabal 165 Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 2 Juni 2012 ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Perbedaan Tingkat Crowding (Kesesakan) pada Anak Panti Asuhan Usia 10 dan 12 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Cabang Sumur Bandung 1 Andhini Fauzia, 2 Farida Coralia 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail : 1 andhinifauzia@gmail.com, 2 coralia_04@yahoo.com Abstrak. Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Cabang Sumur Bandung merupakan salah satu Panti Asuhan yang memiliki cukup banyak anak asuhan dengan sedikit tenaga pengasuh. Panti Asuhan ini memiliki 27 anak asuhan dengan 2 pengurus dan 1 pengasuh. Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa anak usia 10-12 tahun, mereka sering merasa tidak nyaman ketika tidur dikarenakan berdesakan dengan anak panti lainnya, kesulitan untuk mencari tempat bermain didalam panti, tidak memiliki hubungan yang akrab dengan anak panti lainnya, serta merasa tidak diperlakukan adil oleh pengasuh. Kondisi tersebut membuat sebagian anak panti merasa tidak nyaman tinggal disana. Meski demikian, terdapat pula anak panti yang lebih memilih tinggal di panti dari pada harus pulang ke rumah tempat tinggalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat Crowding anak usia 10-12 tahun dengan jumlah subjek 15 anak (8 anak usia 10 tahun dan 7 anak usia 12 tahun) di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammdiyah Cabang Sumur Bandung. Variabel Crowding menggunakan teori dari Rapport (1987). Anak panti yang memaknakan crowding tinggi sebesar 67%, dan 33% memaknakan crowding rendah, dimana dari 15 anak, terdapat 10 anak yang merasakan crowding tinggi (6 anak usia 10 tahun dan 4 anak usia 12 tahun). Pada usia 10 tahun, komponen perilaku yang memiliki porsentase paling tinggi yaitu sebesar 71,7%. Sedangkan pada usia 12 tahun, komponen emosional yang memiliki porsentase paling tinggi yaitu sebesar 69,3%. Kata Kunci : Crowding (Kesesakan), Anak Panti Asuhan, Usia 10 Dan 12 Tahun A. Pendahuluan Luas bangunan Panti Sosial Asuhan Anak Cabang Sumur Bandung ini adalah ± 120m 2 yang dihuni oleh 27 anak panti, 2 pengurus dan 1 pengasuh. Anak panti yang berjumlah 27 orang terdiri dari usia 3-5 tahun sebanyak 6 anak, usia 10-12 tahun sebanyak 15 anak dan usia 14-17 tahun sebanyak 6 anak. Fasilitas yang terdapat di panti adalah terdapat 5 kamar tidur yang terdiri dari 4 buah kamar tidur anak panti dan 1 buah kamar tidur pengurus, 2 kamar mandi, ruang tamu, mushola, ruang komputer, ruang televisi yang sekaligus juga berfungsi sebagai ruang makan, dapur dan loteng tempat menjemur pakaian. Menurut hasil observasi dan wawancara dengan pengasuh dan beberapa anak panti, mereka merasakan sulitnya mendapat privasi, yang dimana hal ini ditunjukkan dengan sulitnya anak panti mendapat waktu untuk dirinya sendiri, sulitnya beristirahat saat sedang sakit. Anak panti juga merasakan kurangnya ruang gerak untuk dapat bermain bahkan untuk tidur. Selain itu, anak panti merasa bahwa terkadang pengasuh lebih memperhatikan anak panti yang lebih kecil sehingga mereka merasa kurang diperhatikan. Kondisi-kondisi yang ditemukan di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Cabang Sumur Bandung tersebut memperlihatkan bahwa anak panti merasakan crowding (kesesakan), karena terlihat dari komponen situasional yang dimana kondisi panti asuhan kurang memadai, interaksi anak panti dengan pengasuh maupun anak panti lain terkadang tidak baik. Akhirnya berdampak pada komponen emosional, dimana terdapat anak panti yang merasa cemas, merasa diperlakukan tidak adil oleh pengasuh, tidak dihargai oleh anak panti lain, serta adanya rasa tidak nyaman dengan kamar tidur mereka. Hal tersebut akhirnya memunculkan komponen perilaku yaitu 327

328 Andhini Fauzia, et al. anak panti yang merasa diperlakukan tidak adil oleh pengasuh akhirnya memilih untuk menjauh dari pengasuh, menghindar dari pengasuh serta meningkatnya agresivitas yang ditunjukkan dengan sering terjadinya perkelahian antar anak panti karena privasi yang tidak terpenuhi. Ayu (2014) dalam penelitiannya mengatakan bahwa crowding memiliki berbagai efek negatif bagi manusia diantaranya adalah kondisi psikologis negatif yang mudah timbul yang merupakan faktor penunjang kuat untuk memunculkannya stress dan bermacam aktivitas sosial yang negatif. Meskipun demikian, ternyata di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Cabang Sumur Bandung adapula anak panti yang merasa lebih memilih tinggal di panti dengan alasan dapat makan dengan layak 3 kali sehari, adanya kegiatan berlibur, dapat bersekolah serta memiliki teman bermain. Pada anak panti usia 10 tahun, mereka cenderung lebih banyak memperlihatkan perilaku menjauh dari lingkungan yang membuatnya merasakan crowding dibandingkan dengan anak usia 12 tahun. Mengacu pada kondisi yang ditemukan, peneliti ingin meneliti, Bagaimana perbedaan tingkat crowding (kesesakan) pada anak panti asuhan usia 10 dan 12 tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Cabang Sumur Bandung?. B. Landasan Teori Pada penelitian ini untuk variabel crowding (kesesakan), menggunakan konsep teori dari Rapport (1987). Menurut Rapport, kesesakan adalah suatu evaluasi subjektif dimana besarnya ruang dirasa tidak mencukupi, sebagai kelanjutan dari persepsi langsung terhadap ruang yang tersedia. Crowding memiliki 3 komponen, yaitu: (1) Komponen situasional yaitu kesesakan yang ditimbulkan dari kondisi fisik lingkungan. Misalnya ketika berada pada situasi terlalu banyak orang dalam suatu tempat, orangorang disekitar dirasa terlalu dekat, goal (tujuan) dirasa terhambat oleh karena adanya kehadiran orang lain, space (ruang) dirasa berkurang karena ada anggota baru yang hadir di suatu ruangan; (2) Komponen emosional yaitu berupa efek yang secara tidak langsung dirasakan individu, pada umumnya muncul perasaan negatif; (3) Selain itu crowding dapat menghasilkan berbagai perilaku, oleh karena itu ada pula komponen perilaku. Komponen perilaku misalnya menghindari kontak mata, menarik diri dari interaksi sosial, timbulnya agresi hingga meninggalkan tempat tersebut. Komponenkomponen tersebut saling berkaitan satu sama lain yang akhirnya akan membuat seseorang dapat merasakan crowding (kesesakan). Seseorang yang memaknai dirinya merasakan crowding yang disebabkan oleh komponen situasional, maka akan berkaitan dengan perasaannya mengenai lingkungannya dan akan berkaitan pula pada perilaku yang akan ditunjukkannya. C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi dan komparasi terhadap kedua kelompok usia. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti dari penelitian yang dilakukan oleh Kosmaya (2009), berisi item-item berupa pernyataan yang diturunkan berdasarkan komponen situasional, komponen emosional dan komponen perilaku mengacu pada komponen crowding dari Rapport dalam Stokols & Sundstrom (1987). Subjek dalam penelitian ini adalah 15 anak panti yang berada di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Cabang Sumur Bandung yang berusia 10-12 tahun. Volume 2, No.1, Tahun 2016

Studi Mengenai Perbedaan Tingkat Crowding (Kesesakan) pada Anak Panti Asuhan Usia 10 329 D. Hasil dan Pembahasan Diagram 3.1 Prosentase crowding Crowding 33% Crowding Tinggi Crowding Rendah 67% Dilihat dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa sebesar 67% mempersepsikan crowding yang tinggi yang terdiri dari 6 anak panti berusia 10 tahun dan 4 anak panti usia 12 tahun. Sebesar 33% yang mempersepsikan crowding yang rendah. Tabel 3.1 Komponen crowding anak panti usia 10 tahun Situasional Emosional Perilaku Crowding Tinggi 66,7% 69% 71,7% Crowding Rendah 33,3% 31% 28,3% Dari tabel diatas disimpulkan bahwa komponen perilaku yang memiliki porsentase paling tinggi yaitu sebesar 71,7%. Artinya komponen perilaku yang paling berkontribusi dalam menentukan tingkat crowding yang dirasakan anak panti usia 10 tahun saat ini. Komponen perilaku adalah perilaku yang cenderung negatif yang ditunjukkan oleh seseorang sebagai dampak dari seseorang yang mengalami crowding. Tabel 3.2 Komponen crowding anak panti usia 12 tahun Situasional Emosional Perilaku Crowding Tnggi 59,7% 69,3 % 59,1% Crowding Rendah 40,3% 30,7 % 40,9% Dari tabel diatas disimpulkan bahwa komponen emosional yang memiliki porsentase paling tinggi yaitu sebesar 69,3%. Artinya komponen emosional yang paling berkontribusi dalam menentukan tingkat crowding yang dirasakan anak panti usia 12 tahun saat ini. Komponen emosional adalah perasaan negatif yang secara tidak langsung dirasakan individu, sebagai dampak dari crowding yang dirasakannya. Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

330 Andhini Fauzia, et al. Berdasarkan hasil pengolahan data dan berdasarkan kondisi di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Cabang Sumur Bandung, terlihat bahwa pada anak usia 10 tahun lebih banyak merasakan crowding dibandingkan dengan anak usia 12 tahun. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2014) yang mengatakan bahwa anak usia yang lebih muda lebih rentan terhadap kondisi crowding dan lebih mudah merasakan crowding dibandingkan dengan anak yang berusia lebih tua. Hal ini dikarenakan anak usia 10 tahun lebih sulit untuk dapat beradaptasi dan memahami serta memaklumi kondisi yang terjadi disekitarnya. Sedangkan usia 12 tahun, lebih dapat meregulasi emosi sehingga tidak sering melakukan agresi non-verbal. Anak usia 10 tahun memperlihatkan perilaku yang menunjukkan bahwa mereka merasa tidak nyaman di panti, karena dampak dari crowding yang mereka rasakan. Anak usia 10 tahun lebih sering memperlihatkan agresi non-verbal. Hal ini dilihat dari kondisi yang ditemukan di panti yaitu sering terjadinya pertengkaran yang dipicu oleh berbagai hal. Agresi yang ditunjukkan yaitu saling memukul dan mendorong. Anak panti yang lebih sering terlibat pertengkaran adalah anak panti usia 10 dan 11 tahun. Pertengkaran yang terjadi paling sering diakibatkan oleh barang pribadi milik salah seorang anak panti, digunakan oleh anak panti lainnya tanpa izin terlebih dahulu yang akhirnya terjadi kesalahpahaman dan pertengkran. Kondisi lain yang mendukung adalah, anak panti sering merasa cemas saat menyimpan barang pribadinya dengan aman. Sebagian anak panti dinilai kurang menghargai anak panti lainnya yang akhirnya mengakibatkan pertengkaran. Kondisi ini diperkuat dengan pernyataan Holahan (1982) dalam Sarlito & Sarwono (1992) yang menyatakan bahwa perilaku sosial yang seringkali timbul karena situasi yang sesak antara lain berkembangnya sikap acuh tak acuh serta agresivitas meningkat. Sedangkan pada anak usia 12 tahun, mereka mengatakan bahwa meskipun mereka sedang berada di lingkungan yang crowding tetapi mereka cenderung meredam dan tidak terlalu menunjukkan agresi non-verbal. Hal ini diperkuat dengan hasil pengolahan data, dimana komponen emosional yang paling berkontribusi dalam tingkat crowding yang dirasakan anak panti usia 12 tahun. Komponen emosional meliputi anak panti memaknakan bahwa privasi tidak terpenuhi, timbulnya perasaan tidak nyaman dengan kondisi panti secara umum, serta perasaan negatif yang dirasakan anak panti mengenai pengasuh. Data perhitungan didukung dengan kondisi yang ditemukan di panti bahwa anak usia 12 tahun adalah anak panti yang paling banyak memiliki hubungan yang kurang hangat dengan pengasuh. Kesesakan yang dirasakan seseorang sangat dipengaruhi oleh seberapa baik seorang individu dapat bergaul dengan orang lain (Schafeer dan Petterson dalam Sarlito & Sarwono, 1992). Selain itu anak panti usia 12 tahun yang tidak memilki hubungan akrab dengan pengasuh, mereka pun jarang melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama-sama. Merasa diperlakukan tidak adil oleh pengasuh dan jarang didengar, akhirnya menimbulkan perasaan benci dan marah pada anak panti yang berdampak pada perilaku menghindar yang ditunjukkan oleh anak panti kepada pengasuh, yaitu dengan tidak ingin berdekatan dengan pengasuh. E. Kesimpulan 1. Anak panti usia 10 dan 12 tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Muhammadiyah Cabang Sumur Bandung merasakan crowding yang tinggi, dengan hasil porsentase sebesar 67% yang tinggi. Terdiri dari 6 anak panti berusia 10 tahun dan 4 anak panti usia 12 tahun. Sebesar 33% yang mempersepsikan crowding Volume 2, No.1, Tahun 2016

Studi Mengenai Perbedaan Tingkat Crowding (Kesesakan) pada Anak Panti Asuhan Usia 10 331 yang rendah. 2. Anak panti usia 10 tahun komponen perilaku yang paling berkontribusi dalam tingkat crowding tinggi, dengan porsentase sebesar 71,7%. Sedangkan pada anak panti usia 12 tahun, komponen emosional yang paling berkontribusi dalam tingkat crowding tinggi, dengan porsentase sebesar 69,3%. 3. Terlihat pada anak usia 10 tahun yang paling sering menunjukkan agresi nonverbal kepada sesama anak panti yang memicu pertengkaran dan permusuhan. Hal tersebut membuat hubungan sesama anak panti usia 10 tahun sering tidak akur. Sedangkan pada anak panti usia 12 tahun, tidak terlalu menunjukkan agresi non-verbal, melainkan lebih meredam perasaan cemas, tidak suka, rasa tidak nyaman yang dirasakannya karena anak usia 12 tahun cenderung lebih memilih berdiam diri dan menjauh dari situasi yang membuatnya merasa crowding dibandingkan harus bertengkar. Daftar Pustaka Sumber Buku: Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Gifford, R. (1987). Environmental Psychology Principles and Practice. Noor Hasanudin, (2010). Psikometri Aplikasi dalam peneyusunan instrumen pengukuran perilaku. Bandung:Fakultas Psikologi Unisba Metodologi Penelitian III Dan Skripsi (Revisi Kedua). (2015). Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung. Bandung. Rahayu, M.S. (2011). Diktat Kuliah Metodologi Penelitian I. Bandung. Sarwono., & Sarlito. (1992). Psikologi Lingkungan. Jakarta : Grasindo. Sugiyono, (2013).Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Sumber Penelitian: Atmadja, S. D. (2013). Hubungan Antara Crowding dan Agresi Pada Remaja di Kawasan Padat Penduduk di Kota Bandung. Ayu. (2014). Studi Korelasional Mengenai Crowding dan Tingkah Laku Prososial Pada Penghuni Asrama Korps Brimob. Universitas Padjadjaran, Jawa Barat. Kosmaya, V. F. (2009). Hubungan Antara Overcrowding dengan Strategi Penanggulangan Stress Pada Remaja Akhir di Kawasan Pemukiman Padat RW X Kotamadya Bandung. Universitas Islam Bandung, Jawa Barat. Pretty. (2014). Studi Mengenai Gambaran Crowding Stress Pada Warga Berusia Remaja di Pemukiman Padat Penduduk Kelurahan Babakan Asih Kota Bandung. Universitas Padjadjaran, Jawa Barat. Rahmasari, F. (2010). Studi Kasus Mengenai Perkembangan Aspek Kognisi, Emosi, Motorik, dan Sosial Pada Anak Indigo yang Berusia 6-13 Tahun dan Telah Di Identifikasi Oleh Pro V Clinic Jakarta. Universitas Islam Bandung, Jawa Barat. Sarif. (2014). Pengasuhan Berbasis Keluarga Oleh Panti Sosial Asuhan Anak Yogyakarta Unit Bimomartani Ngeplak Sleman. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setiawan, L., & Supelli, A. (2001). Rasa aman pada praremaja: studi perbandingan antara praremaja yang tinggal dengan orang tua dan yang tinggal di panti asuhan pada Kecamatan Kramat, Jakarta Pusat. Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

332 Andhini Fauzia, et al. Susilowati, E. (2008). Kualitas Panti Sosial Kota Bandung. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung. Yuniana. (2012). Kesejahteraan Subjektif Pada Yatim Piatu (Mustadh afin). Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Volume 2, No.1, Tahun 2016