STUDY POTENSI DAN PEMANFAATAN CACING TANAH UNTUK PAKAN UNGGAS

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

POTENSI LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI PAKAN AYAM

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ITIK ALABIO DENGAN SISTEM LANTING DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

VERMIKOMPOS. Oleh Suharyanto (Staf pengajar Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

ANALISIS USAHA PADA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

BAB III MATERI DAN METODE. sangat baik, karena produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi yang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

ABSTRACT PENDAHULUAN EKO SETYO BUDI, ENDANG YEKTININGSIH, EKO PRIYANTO

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN

EFISIENSI PEMANFAATAN BUNGKIL INTI SAWIT (BIS) SEBAGAI SUBSTITUSI BUNGKIL KEDELE DALAM RANSUM SAPI PERAH

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN AYAM KAMPUNG (LOKAL) DI TINGKAT PETANI STUDI KASUS KELOMPOK PETERNAK AYAM KAMPUNG "BAROKAH" DI CIAMIS

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

PEMANFAATAN SERBUK SABUT KELAPADANAMPAS TAHU SEBAGAI MEDIA-PAKAN CACING TANAH (Lumbricus Rubellus)

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

Analisa ekonomi usaha peternakan broiler yang menggunakan dua tipe kandang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN AYAM BURAS DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak mengandung senyawa organik dan bahan mineral yang cukup baik dari alam

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN TRADISIONAL ITIK PETELUR DI KABUPATEN JEMBER.

MATERI DAN METODE. Materi

ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK DOMBA JANTAN MENJELANG HARI RAYA IDUL ADHA

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

II. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. hewan yang menjijikkan dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA PEMBESARAN AYAM KAMPUNG DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. Reli Hevrizen dan Reny Debora Tambunan

PENGARUH PENGGUNAAN IKAN PIRIK (LEIOGNATHIDAE) KERING DAN SEGAR TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Mu minun ayat 21 yang

PERENCANAAN LABA DENGAN METODE TITIK IMPAS (STUDI KASUS PADA PETERNAKAN AYAM UD. MARKOTA SURYA KECAMATAN BALUNG KABUPATEN JEMBER)

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 997 Selain itu, nilai tambah produk olahan dan sisa produk olahan pada akhirnya akan bisa menaikkan pendapatan petan

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. peternakan ayam petelur dipengaruhi oleh faktor bibit dan pakan. Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah yang berada di wilayah kerja

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)

Seminar Nosional Peternakan dan lieteriner 199- TATIT S., E. WrNA, B. TANGENIAYA dall I. W. MATHIUS

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

ANALISIS USAHA PADA PETERNAKAN RAKYAT AYAM PETELUR DI KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR

MATERI DAN METODE. Materi

Transkripsi:

STUDY POTENSI DAN PEMANFAATAN CACING TANAH UNTUK PAKAN UNGGAS (Study of Potensial and Using of Earthworms for Poultry Feed) R. H. MATONDANG, P. P. KETAREN, H. RESNAWATI dan A. NATAAMIJAYA Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRACT A research was conducted by survey in West Java, i.e Bandung and district. 100 farmers were selected with random. Data collected were earthworms rearing and economic aspects. Data were analysed descriptively and the break event point was calculated. The results showed that productivity was obtained 5,1 kg per month and 4,6 kg per month in Bandung and respectively. Income of earthworm farmer was Rp. 569,150 and Rp. 127,300 in Bandung and respectively. The cost of earthworm meal production for poultry feed was Rp. 69,914 per kg and it was higher than the price of 1 kg fish meal. Key words: earthworm, feed, poultry ABSTRAK Suatu penelitian telah dilakukan melalui survai di propinsi Jawa Barat, yaitu di kabupaten Bandung dan untuk mengetahui aspek budidaya cacing tanah yang dilakukan masyarakat. Peternak responden dipilih secara acak sebanyak 100 orang dan diwawancarai dengan menggunakan kuesioner. Data budidaya cacing tanah serta aspek ekonominya dan data di analisa secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas cacing tanah yang dicapai peternak adalah 5,1 kg per bulan di Bandung dan 4,6 kg per bulan di. Pendapatan peternak cacing tanah di kabupaten Bandung dan berturut-turut sebanyak Rp. 569.150,00 dan Rp. 127.300,00. Biaya produksi cacing tanah kering untuk pakan unggas mencapai Rp. 69.914,00 per kilogram. Kata kunci: Potensi, cacing tanah, pakan, unggas PENDAHULUAN Sampai saat ini komponen utama ransum ternak monogastrik masih menggunakan tepung ikan dan bungkil kacang kedelai sebagai sumber protein. Kedua bahan tersebut sebagian besar masih di impor, karena produksi dalam negeri belum mencukupi dan masih bersaing dengan kebutuhan manusia. Pada saat nilai tukar rupiah sangat rendah, harga bahan impor menjadi sangat mahal, akibatnya harga pakan menjadi tinggi dan usaha peternakan tidak menguntungkan lagi, bahkan mengalami kerugian. Cacing tanah adalah sumber bahan pakan alternatif yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah pakan. Cacing tanah merupakan bahan pakan hewani yang mengandung protein lebih tinggi dibandingkan dengan tepung ikan dan bungkil kedelai (SUDIARTO, 1999 dan KETAREN et al., 2000). Namun demikian, dilaporkan bahwa kandungan kalsiumnya lebih rendah (SUDIARTO, 1999 yang disitir dari YOSHIDA dan HOSHH, 1978). 561

Sistem budidaya cacing tanah sangat sederhana dan mudah, serta sangat prolifik dan produktif. Usaha budidaya cacing tanah mulai banyak dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan yang beragam. Mengingat potensi yang dimiliki serta sifatnya yang telah berhasil dibudidayakan, cacing tanah berpeluang digunakan sebagai sumber pakan ternak, sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang budidaya, produksi cacing tanah dan potensinya sebagai sumber pakan ternak telah dilakukan dan dilaporkan dalam makalah ini. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan melalui survai di Jawa Barat, Kecamatan Coblong, Kabupaten Bandung dan Kecamatan Tanjung sari, Kabupaten. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan informasi awal tentang: (i) jumlah peternak yang memelihara cacing tanah (kantong produksi), (ii) industri obat dari bahan cacing tanah terdapat di Kabupaten Bandung dan (iii) anggota koperasi peternak cacing tanah yang terbesar berada di Kabupaten. Responden yang dipilih diasumsikan mengetahui cara membudidayakan cacing tanah dan memasarkannya. Pemilihan peternak dilakukan secara acak dengan mengambil 50 orang dari setiap kabupaten sebagai responden. Data yang dikumpulkan adalah informasi tentang budidaya cacing tanah dan aspek ekonominya sebagai bahan pakan unggas. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian daftar kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan mewawancarai peternak cacing tanah. Data dianalisis secara deskriptif dan nilai titik impas cacing tanah sebagai bahan pakan unggas dihitung. HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan luas bangunan dan wadah budidaya cacing tanah per peternak disajikan pada Tabel 1. Data ini menunjukkan bahwa kapasitas bangunan yang dimiliki peternak dapat menampung 85 dan 72 buah kandang dengan ukuran 0,21 m 2 dan 0,18 m 2 berturut-turut di Kabupaten Bandung dan. Namun peternak cacing tanah di Kabupaten Bandung belum maksimal memanfaatkan wadah yang hanya 28 buah wadah. Ini berarti skala usaha di Kabupaten Bandung masih mempunyai potensi untuk memperbesar skala usaha menjadi 85 buah wadah atau sebanyak 27 kg cacing tanah. Wadah pemeliharaan yang dimiliki peternak terbuat dari peti kayu, hanya sebagian kecil yang menggunakan baskom plastik dan bak semen. Berdasarkan habitat asal cacing tanah maka beberapa persyaratan harus dipenuhi dalam menentukan lokasi pemeliharaan yaitu terlindung dari sinar matahari langsung dan curahan air hujan serta memungkinkan terjaga keamanan cacing tanah dari gangguan hama, predator dan juga manusia. Sehingga peternak umumnya menempatkan kandang pemeliharaan didalam bangunan tertutup. 562

Tabel 1. Rataan luas bangunan dan wadah pemeliharaan cacing tanah di Kabupaten Bandung dan Uraian Bandung Lokasi Bangunan: Luas, (m2) 18 13 Lama pemakaian, (tahun) 5 5 Kapasitas bangunan, (buah wadah) 85 72 Wadah: Luas, (m 2 ) 0,21 0,18 Kapasitas wadah, (kg cacing) Tinggi media, (cm) 8,2 8,2 Lama pemakaian, (tahun) 2 2 Jumlah wadah (buah per peternak) 28 72 Informasi tentang produktivitas cacing tanah disajikan pada Tabel 2. Jumlah awal induk cacing tanah yang dipelihara peternak adalah 1,19 kg dan 2,10 kg, umur dewasa yaitu: 2,8 dan 2,9 bulan, sedangkan umur afkir 9,8 dan 7,8 bulan masing-masing di Bandung dan. Adapun jenis cacing tanah yang dipelihara adalah Lumbricus rubellus bersama-sama dibudidayakan dengan Peryomix excavatus (L. rubellus pertama kali dibudidayakan di Indonesia oleh BAMBANG SUDIARTO pada tahun 1982). Cacing tanah tersebut ditemukan di tanah peternakan sapi perah daerah Jayagiri, Lembang sebanyak 7 ekor (LYSTIAWAN et al., 1998). Semua cacing tanah bersifat bisexual-hermaprodit, akan tetapi hampir seluruh cacing tanah tidak dapat melakukan fertilisasi sendiri. Untuk kelanjutan reproduksinya dua ekor cacing tanah harus berhubungan kelamin, saling mempertukarkan sel-sel sperma (EDWARD dan LOFTY, 1977; dan MINICH, 1977). Cacing tanah dari familia Lumbricidae memiliki potensi lama hidup antara 4 8 tahun (EDWARDS dan LOFTY, 1969). Pada umumnya siklus cacing tanah adalah sebagai berikut; Siklus cacing tanah Cacing tanah 2 s/d 3 bulan Kokon 2 s/d 5 minggu Menetas Menurut SUDIARTO (1999), populasi cacing tanah dapat meningkat sebanyak seribu kali dan beratnya dapat mencapai kelipatan 225 kali selama setahun. Jadi, apabila pada awal pemeliharaan populasinya seribu ekor ( kg) maka selama setahun pemeliharaan akan menjadi satu juta ekor (112,5 kg). Pada Tabel 2. terlihat bahwa kelipatan yang dicapai peternak antara 4,6 dan 5,1 kali lipat per bulan atau 55,2 dan 61,2 lipat per tahun. Rendahnya kelipatan cacing tanah yang diperoleh pada peternak di lokasi contoh disebabkan karena pakan atau faktor lain. 563

Tabel 2. Produktivitas cacing tanah di Kabupaten Bandung dan per peternak Uraian Bandung Lokasi Jumlah awal induk, (kg) Bobot cacing tanah per wadah, (kg) Umur panen pertama, (bulan) Umur dewasa, (bulan) Produktivitas per bulan (kg) - Umur afkir, (bulan) Bobot terakhir yang dimiliki, (kg) Volume media per wadah, (liter) Kompos cacing (kg) 1,19 4 2,8 5,1 9,8 14 16,8 567 2,1 4 2,9 4,6 7,8 36 14,4 520 Cacing tanah memerlukan media untuk kelangsungan hidupnya. Ada 3 jenis bahan organik yang digunakan peternak untuk membuat media cacing tanah, yaitu: limbah pasar, limbah pengolahan kayu dan limbah ternak. Ketiga bahan organik tersebut difermentasikan selama 2 minggu, kemudian dibiarkan selama satu minggu agar kondisi media dapat memenuhi kriteria sebagai berikut: a). Mengandung serat kasar tinggi, b). ph netral yaitu 6,8 7,2, c). temperatur antara 22 28 0 C dan d). kadar air 40%-60% (LISTYAWAN et al., 1998). Penelitian menunjukkan bahwa media yang digunakan per wadah atau kandang rata-rata sebanyak 16,8 liter di Bandung dan 14,4 liter di untuk pemeliharaan sebanyak kilogram cacing tanah (Tabel 2). Keadaan ini sesuai dengan yang disarankan oleh LISTYAWAN, et al. (1998) yaitu setiap satu kilogram cacing tanah membutuhkan 20 40 liter media pemeliharaan. Penggantian media dilakukan setiap 1,5 minggu bersamaan dengan pemisahan kokon. Pakan untuk cacing tanah mengandung gizi lengkap dan seimbang, kondisinya telah melayu, ph netral yaitu kisaran 6,8 7,2 dan kadar air 80% (CATALAN, 1981). Peternak menambahkan konsentrat kedalam pakan cacing tanah untuk mendapatkan kandungan gizi yang lengkap dan seimbang, namun jumlah pemberian konsentrat ini tidak diketahui dengan jelas. Pertimbangan lainnya adalah harga pakan tidak lebih dari Rp. 150 per kilogram. Sedangkan jumlah pemberian pakan yang diberikan sesuai dengan rekomendasi SUDIARTO (1999) yaitu jumlah pakan yang diberikan sebaiknya sama dengan berat cacing tanah yang ada di media untuk setiap hari. Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata total produksi cacing tanah yang dipelihara peternak per tahun di kabupaten Bandung lebih besar dari rata-rata yang dicapai di kabupaten. Hal ini sesuai dengan produktivitas cacing tanah yang dibudidayakan lebih tinggi, tetapi masih lebih rendah dari yang dicapai oleh SUDIARTO (1999). Rendahnya rata-rata total produksi yang dicapai peternak mungkin disebabkan oleh pakan cacing tanah yang tidak sesuai dengan yang disarankan oleh CATALAN (1981). Tabel 3 menunjukkan bahwa pendapatan peternak di Kabupaten Bandung lebih tinggi dibandingkan dengan peternak di Kabupaten, karena harga bibit di Kabupaten lebih tinggi. Menurut informasi yang didapatkan dari peternak bahwa pendapatan saat ini sudah menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, karena harga jual pada 2 tahun lalu berkisar 564

antara Rp. 75.000,00 Rp. 150.000,00/kg, sedangkan harga pada saat penelitian hanya sebesar Rp. 20.000,00 Rp. 25.000,00/kg. Tabel 3. Rataan biaya produksi dan pendapatan peternak cacing tanah per tahun di Kabupaten Bandung dan Uraian : Penerimaan(Rp) Pengeluaran(Rp) Bibit Pakan Media Tenaga Penyusutan : Alat Wadah Bangunan Total Pengeluaran (Rp) Pendapatan (Rp) Bandung 1.620.200 23.800 83.000 29.000 600.000 13.750 121.500 180.000 1.051.050 569.150 Cacing tanah + Kompos 1.292.000 42.000 99.000 35.000 600.000 12.700 126.000 150.000 1.064.700 227.300 Analisis ekonomi pemeliharaan cacing tanah sebagai bahan pakan unggas dapat dikaji berdasarkan nilai titik impas (BEP) yang tercantum pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Perhitungan titik impas untuk produksi cacing tanah Rataan luas bangunan: 16 m 2 dengan harga Rp. 52.250 per m 2 = Rp 840.000 masa pakai 5 tahun. Rataan wadah pemeliharaan: 78 wadah a Rp. 3250 = Rp.253.500 dengan masa pakai 2 tahun. Biaya penyusutan bangunan dan wadah per tahun adalah: a. Bangunan = { 1 : 5 } x Rp. 840.000 = Rp. 168.000 b. Wadah = { 1 : 2 } x Rp. 253.500 = Rp. 126.750 c. Peralatan = Rp. 13.225 Biaya operasional per tahun adalah : - Gaji = 1 orang x Rp. 50.000 = Rp. 600.000 - Bibit = 1,6 kg x a Rp 20.000 = Rp. 32.000 - Pakan + Media = 1230 kg x Rp. 100 = Rp. 123.000 Biaya tetap + biaya operasional = Rp. 1.062.975 Biaya lain-lain = 5 % x Rp 1.062.975 = Rp. 53.148,75 Total biaya = Rp. 1.062.975 + Rp. 53.148,75 = Rp. 1.116.123,75 Hasil penjualan: Penjualan kascing rata-rata per tahun = 543,5 x Rp. 600 = Rp. 326.100 Penjualan cacing tanah per kg berdasarkan perhitungan BEP berikut ini: Berdasarkan produksi rata rata per tahun = 56,5 kg (Tabel 3) (1.116.123,75 326.100) : 56,5 = Rp. 13.983/kg segar. Konversi sebagai bahan pakan ternak: 1 kg cacing tanah segar 0,2 kg kering, maka titik impas (BEP) untuk 1kg cacing tanah kering = Rp. 13.983 : 0,2 = Rp. 69.914 565

Nilai yang diperoleh dari kajian titik impas adalah Rp. 69.914,00 per kilogram cacing tanah kering lebih tinggi dibandingkan dengan harga satu kilogram tepung ikan yang hanya Rp. 6000,00 Rp. 7000,00 per kilogram, walaupun kandungan proteinnya lebih tinggi. Dari hasil kajian titik impas tersebut diketahui bahwa cacing tanah belum ekonomis jika digunakan sebagai bahan pakan ternak unggas. KESIMPULAN Budidaya cacing tanah telah dilakukan secara intensif pada bangunan tertutup dengan luas 18 m 2 dan 13 m 2 yang dapat menampung 85 dan 72 kandang dengan ukuran 0,21 m 2 dan 0,18 m 2 berturut-turut di Kabupaten Bandung dan. Rata-rata bobot cacing tanah yang dimiliki masing-masing peternak adalah 14 kg di Bandung dan 36 kg di. Skala usaha di Kabupaten Bandung masih dapat ditingkatkan sebesar 27 kg. Pendapatan peternak dari usaha cacing tanah per tahun adalah Rp. 569.150,00 di Bandung dan Rp. 227.300,00 di. Nilai titik impas cacing tanah kering sebesar Rp. 69.914,00 per kilogram, sehingga cacing tanah belum ekonomis digunakan sebagai sumber bahan pakan ternak unggas. DAFTAR PUSTAKA CATALAN, G.I. 1981. Earthworm A New Source of Protein. Philippine Earthworm Center, Manila. EDWARD,C.A. and LOFTY, J.R. 1977. Biology of Eartworms. Chapman and Hall, London. KETAREN, P.P., A.P. SINURAT, T. PURWADARIA, I.P. KOMPIANG dan M. AMIR. 2000. Rayap (Neotermes galbergiate ) Sebagai Pakan Ayam. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 6 (2): 100-106. LYSTYAWAN, B., SIDBERZDIK, D.A., BADRUZZAMAN, Z., dan SUDRAJAT. 1998. Teknologi VAB BL. Makalah Seminar. Bandung 18 20 Desmber 1998. MINICH, J. 1977. The Earthwom Book: How To Raise and Use Earthworms for Your Farm and Garden. Rodale Press Emmans, PA, USA. SUDIARTO. 1999. Peranan Cacing Tanah Dalam Pengelolaan Sampah dan Sebagai Sumber Pendapatan Masyarakat. Materi DIKLAT Budidaya Cacing Tanah. Makalah. 566