Jurnal Geodesi Undip April 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ABSTRACT. Septian Dewi Cahyani 1), Andri Suprayogi, ST., M.T 2), M. Awaluddin, ST., M.T 3)

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA SUNGAI PORONG BAB I PENDAHULUAN

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

ANALISIS KORELASI PERUBAHAN GARIS PANTAI KAWASAN PESISIR KOTA SEMARANG TERHADAP PERUBAHAN GARIS PANTAI PESISIR KABUPATEN DEMAK (DARI TAHUN )

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PESISIR KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BANTEN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT MULTI TEMPORAL DI DAERAH PESISIR SUNGAI BUNGIN MUARA SUNGAI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGINDERAAN JAUH DENGAN NILAI INDEKS FAKTOR UNTUK IDENTIFIKASI MANGROVE DI BATAM (Studi Kasus Gugusan Pulau Jandaberhias)

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

ANALISIS DATA CITRA LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN PERUBAHAN GARIS PANTAI KOTA BENGKULU

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

THESIS (DRAFT SEMINAR AKHIR/SIDANG) AZIS RIFAI NIM

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman Online di :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BUNGUS KOTA PADANG, PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN ANALISIS CITRA SATELIT


BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDEKATAN BARU INDEKS KERUSAKAN MANGROVE MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

ANALISA NDVI CITRA SATELIT LANDSAT MULTI TEMPORAL UNTUK PEMANTAUAN DEFORESTASI HUTAN KABUPATEN ACEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN DATA SATELIT LANDSAT DI KABUPATEN KENDAL

PERUBAHAN LUAS DAN KERAPATAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 3. Peta Resiko Banjir Rob Karena Pasang Surut

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kajian Nilai Indeks Vegetasi Di Daerah Perkotaan Menggunakan Citra FORMOSAT-2 Studi Kasus: Surabaya Timur L/O/G/O

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN

PERUBAHAN DELTA DI MUARA SUNGAI PORONG, SIDOARJO PASCA PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO

PENELITIAN FISIKA DALAM TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING PERUBAHAN GARIS PANTAI (STUDI KASUS DI WILAYAH PESISIR PERAIRAN KABUPATEN KENDAL)

Oleh:Andi Dwi Saputro Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta.

PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI PESISIR BUNGUS TELUK KABUNG, SUMATRA BARAT TAHUN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Pemantauan perubahan profil pantai akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

ANALISA SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI SEKITAR LAGUNA SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP - PROVINSI JAWA TENGAH

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Lalu Wima Pratama dan Andik Isdianto (2017) J. Floratek 12 (1): 57-61

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. and R.W. Kiefer., 1979). Penggunaan penginderaan jauh dalam mendeteksi luas

Jurnal Geodesi Undip Januari2016

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

ABSTRAK. Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, Penginderaan Jauh, Citra Landsat 8, Indeks Vegetasi (NDVI, MSAVI2 dan WDRVI) vii

ABSTRAk. Keywords: watershed, sustainability, hidrograf

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

MASPARI JOURNAL Juli 2015, 7(2):25-32

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Penelitian...

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

Land Use Change Mapping in Coastal Areas Subdistrict South Bontang, Bontang, East Kalimantan Province And Its Impact on Socio-Economic Aspects

Pola Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Teluk Jakarta Sebelum dan Sesudah Reklamasi

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

APLIKASI DATA CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN DINAMIKA PESISIR MUARA DAS BARITO DAN SEKITARNYA

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM

Transkripsi:

ANALISIS KORELASI PERUBAHAN GARIS PANTAI TERHADAP LUASAN MANGROVE DI WILAYAH PESISIR PANTAI SEMARANG Rendi Aulia, Yudo Prasetyo, Hani ah *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang, Semarang, Telp. (024) 76480785, 76480788 e-mail: geodesi@undip.ac.id ABSTRAK Indonesia merupakan negara yang mempunyai hutan mangrove (hutan bakau) paling luas di dunia. Berdasarkan FAO (2007) bahwa Indonesia mempunyai hutan mangrove seluas 3,062,300 juta hektar pada tahun 2005 yang merupakan 19% dari total luas hutan mangrove di seluruh dunia. Hutan mangrove seiring berjalannya waktu mengalami perubahan luasan, perubahan luasan hutan mangrove terjadi secara alami oleh mangrove dan lingkungan, maupun buatan hasil campur tangan manusia. Penyebab lain yang mungkin terjadi adalah dengan berubahnya garis pantai yang menyebabkan luas hutan mangrove semakin berkurang. Oleh karena itu, pemantauan terhadap perubahan garis pantai dan perubahan luas hutan mangrove dengan metode penginderaan jauh diperlukan untuk usaha pengendalian terhadap degradasi ekosistem sekitarnya. Pada penelitian mengenai korelasi perubahan garis pantai terhadap luasan mangrove menggunakan 2 metode, yaitu untuk perubahan garis pantai menggunakan metode BILKO yang dapat membedakan permukaan darat dan air sedangkan untuk perubahan area mangrove menggunakan metode komposit band dan klasifikasi supervised. Dari kedua metode tersebut nantinya dilakukan korelasi untuk mendapatkan hasil. Hasilnya secara kuantitatif, visual dan hitungan statistik. Hasil analisis data spasial pada daerah kota Semarang bahwa telah terjadi perubahan garis pantai pada tahun 2012-2013, abrasi 60,66 Ha dan akresi 21,99 Ha, dan tahun 2013-2014, abrasi 36,21 Ha dan akresi 23,93 Ha. Perubahan luasan mangrove mengalami pengurangan luasan pada tahun 2012-2013 sebesar 145,75 Ha dan tahun 2013-2014 sebesar 198,17 Ha. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai korelasi sebesar 0,766 > 0.05, artinya hubungan perubahan garis pantai terhadap perubahan luas mangrove memiliki hubungan yang kuat dan nilai signifikansinya sebesar 0,445 > 0,05, artinya perubahan garis pantai terhadap luas mangrove tidak berpengaruh signifikan. Kata kunci : BILKO, Garis Pantai, Komposit Band, Mangrove, Penginderaan Jauh, Supervised. ABSTRACT Indonesia is a country with the largest mangrove area in the world. According to the FAO (2007) Indonesia had a mangrove area of 3,062,300 million hectares in 2005, which represented 19% of the total area of mangrove forest in the whole world. As time passes, mangrove forests experience changes in the area. The changes occur naturally by mangrove and the environment, as well as a result of human intervention. Other cases that may occur is caused by the changing coast line, decreasing the area of the mangrove forests. Therefore, the monitoring of shore line and mangrove area changes with remote sensing method is needed to control the surrounding ecosystem degradation. In this study, the data is studied with two methods. The shore line changes are studied using BILKO method that can separate between land and water surface while the mangrove area changes are studied using composite band and supervised classification method. Both methods will be correlated to obtain results. The result is a quantitative, visual and statistical count. Spatial data analysis results obtained in the period 2012-2013 in the area of Semarang reported that there have been changes in the coast line with abrasion area of 60,66 hectares and accretion area of 21,99 hectares, in 2013-2014, the abrasion covered an area of 36,21 hectares and accretion 23,91 hectares. The mangrove area *) Penulis PenanggungJawab Volume 4, Nomor 2, 2015,(ISSN :2337-845X) 157

experienced a reduction in 2012-2013, reaching 145,75 hectares and in year 2013-2014 the degradation reached 198,17 hectares. Statistical analysis result showed that the correlation value is 0,766 > 0,05, meaning that the correlation between the shoreline changes to the mangrove area changes have a strong connection and the significance value is of 0,445 > 0,05, meaning that the changes to the shore line aren t significant to the changes of the mangrove area. Keywords: BILKO, Coast Line, Composite Band, Mangrove, Remote Sensing, Supervised. I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pemantauan terhadap perubahan garis pantai dan perubahan luas hutan mangrove dengan metode penginderaan jauh merupakan alat untuk pemantauan pengendalian terhadap degradasi ekosistem sekitarnya. Penyebab terjadinya pengurangan luasan mangrove salah satunya mungkin dengan berubahnya garis pantai yang menyebabkan luas hutan mangrove semakin berkurang. Pantai yang mengalami perubahan garis pantai dapat membuat pertumbuhan lahan mangrove berkurang. Pemantauan perubahan garis pantai dapat dilakukan dengan menggunakan algoritma BILKO, sedangkan perubahan luasan mangrove dapat dilakukan dengan menggunakan komposit band. I.2 Perumusan Masalah a. Menganalisis perubahan garis pantai di pesisir pantai Semarang berdasarkan metode BILKO pada tahun 2012, 2013 dan 2014. b. Menganalisis perubahan luas hutan mangrove berdasarkan metode komposit kanal berbasis perbandingan citra multi temporal pada tahun 2012, 2013 dan 2014. c. Menganalisis korelasi perubahan garis pantai terhadap luasan hutan mangrove pada tahun 2012, 2013 dan 2014 di pesisir pantai Semarang. I.3 Tujuan Penelitian a. Mengetahui berapa luas abrasi dan akresi yang mengakibatkan perubahan garis pantai. b. Mengetahui berapa luas perubahan hutan mangrove. c. Menganalisis korelasi perubahan garis pantai terhadap luasan hutan mangrove. I.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu : a. Segi keilmuan 1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan mengenai perubahan garis pantai dan perubahan luas hutan mangrove. 2. Memberikan manfaat bagi penerapan teknologi dan ilmu penginderaan jauh dalam pengambilan kebijakan pembangunan. b. Segi kerekayasaan 1. Sebagai sumber informasi mengenai perubahan garis pantai dan perubahan luas hutan mangrove yang dapat berdampak buruk untuk kedepannya. 2. Sebagai bahan preliminary untuk lebih peduli akan pentingnya melestarikan dan menjaga hutan mangrove. 3. Sebagai kajian dasar dalam pengembangan metode riset di masa depan terkait konservasi kawasan hutan mangrove. I.5 Metodologi Penelitian 1. Studi literatur Penulis mencari bahan studi literatur antara lain buku, jurnal, paper dan artikel blog dari para akademisi untuk memberi arah penelitian. 2. Pengumpulan Data Data utama yang digunakan berupa data citra Landsat yang dapat di unduh di website USGS. Data pelengkap peta administrasi di dapat dari Badan Informasi Geospasial serta data pasut di dapat dari website IOC. 3. Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan metode BILKO untuk mengetahui perubahan garis pantai dan metode perbandingan multi temporal antar data citra untuk perubahan luas hutan mangrove. 4. Analisa dan Kesimpulan Pada hasil akhir ini dilakukan analisa korelasi tentang hasil dari perubahan garis pantai dan hasil perubahan luas mangrove. I.6 Mangrove Mangrove hidup di daerah antara level pasangnaik tertinggi (maximum spring tide) sampai level di sekitar atau di atas permukaan laut rata-rata (mean sea level) (Supriharyono, 2002). Komunitas hutan mangrove hidup di daerah pantai terlindung di daerah tropis dan subtropis. Menurut McGill (1958) hampir 75% tumbuhan mangrove hidup di antara 35 LU 35 LS dan terbanyak terdapat di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Sumatera dan beberapa daerah di Kalimantan yang mempunyai curah hujan tinggi dan bukan musiman. Di Indonesia tercatat ada sekitar 3,75 juta ha (PHPA-AWB, 1987; Departemen Kehutanan, 1982) yang tersebar seluruh wilayah Indonesia. Volume 4, Nomor 2, 2015,(ISSN :2337-845X) 158

I.7 Garis Pantai Garis pantai merupakan pertemuan antara pantai (daratan) dan air (lautan) (Bachri, S., dkk, 2005). Suatu tinggi muka air tertentu dipilih untuk menjelaskan posisi garis pantai, yaitu garis air tinggi (high water line) sebagai garis pantai dan garis air rendah (low water line) sebagai acuan kedalaman. Garis pantai selalu berubah-ubah, baik perubahan sementara akibat pasang surut atau perubahan permanen dalam jangka waktu yang panjang akibat abrasi atau akresi atau kedua-duanya (Siswanto, 2004). Abrasi adalah proses dimana terjadi pengikisan pantai yang disebabkan oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak (Suudi, P,. 2013). Abrasi atau kata lain biasa disebut erosi pantai. Kerusakan garis pantai tersebut dikarenakan terganggunya keseimbangan alam daerah dipantai tersebut. Akresi pantai adalah perubahan garis pantai menuju laut lepas karena adanya proses sedimentasi dari daratan atau sungai menuju arah laut (Purwandani, A,. 2013). Proses sedimentasi di daratan dapat disebabkan oleh pembukaan areal lahan, limpasan air tawar dengan volume yang besar karena hujan yang berkepanjangan dan proses transport sedimen dari badan sungai menuju laut. I.8 Algoritma BILKO Algoritma BILKO adalah penentuan batas antara daratan dengan lautan dilakukan dengan memanfaatkan nilai kecerahan atau Brightness Value (BV) dari daratan dan lautan. Band yang digunakan dalam rumus ini band 4 atau 5, dikarenakan band 4 dan 5 merupakan gelombang infra merah. Gelombang infra merah sendiri mempunyai reflektansi yang rendah terhadap air dan reflektansi yang tinggi terhadap daratan. Rumus BILKO ini menggunakan teknik nearest integer dengan format 8 bit. Berdasarkan modul 7 BILKO Lesson 4 (Hanifa, 2004), rumus tersebut diuraikan seperti berikut ini : ((INPUT1/((N*2)+1)*(-1))+1) (1) Keterangan : N = merupakan nilai minimum BV daratan citra Landsat INPUT1 = Band 4 atau 5 I.9 Komposit Band Mangrove dapat dikenali dengan baik secara visual pada komposit RGB 564 pada citra Landsat 8, sehingga indeks diturunkan dari 2 kanal yang membedakan vegetasi mangrove yaitu kanal 6 dan 5, dimana perbedaan nilai antara dua kanal tersebut tinggi pada obyek dengan vegetasi mangrove dan rendah pada vegetasi non mangrove. Hal ini dikarenakan pada panjang gelombang SWIR, nilai reflektan akan lebih rendah pada kawasan tanah yang lebih basah karena genangan pasang surut yang merupakan daerah tempat hidup vegetasi mangrove. Perbedaan reflektan terlihat pada kanal 5, dimana pada daerah mangrove memiliki nilai yang lebih rendah dibanding dengan daerah bervegetasi yang bukan mangrove, sementara reflektan di kanal 4 yang berhubungan dengan kandungan klorofil daun tidak banyak berbeda. Hal ini dikarenakan oleh efek pasang surut pada daerah intertidal yang menjadikan karakter jenis tanah yang khas yang mempengaruhi reflektran dari spektral komunitas tumbuh-tumbuhan (Brasco, dkk., 1998). Indeks kerusakan mangrove tersebut diformulasikan sebagai : IM = (NIR SWIR / NIR x SWIR) x 10000 (2) Ket : IM = indeks mangrove yang diusulkan. NIR = kanal sinar inframerah dekat yaitu kanal 5 pada sensor LDCM. SWIR = kanal inframerah pendek yaitu kanal 6 pada sensor LDCM. I.10 Penelitian Terdahulu Untuk melakukan penelitian ini diperlukan tinjauan pustaka untuk memperluas wawasan serta memahami konsep dasar teori yang mendukung dalam penelitian ini. Tinjauan pustaka dapat dilakukan dengan mengkaji teori dalam buku / penelitian terdahulu. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini Dalam penelitian Pratiwi, M., Kahar, S., dan Sabri, L.M., (2011) menjelaskan penelitian tugas akhir yang berjudul Deteksi perubahan garis pantai di kawasan pesisir Kabupaten Demak pada penelitian ini dilakukan pemantauan perubahan garis pantai dengan berbagai metode, yaitu : rumus komposit RGB, rumus spasial filtering, rumus klasifikasi, rumus density slincing, rumus BILKO dan rumus AGSO. Dalam penelitian Wahyudi, B, Suprayogi, A. dan Sasmito, B. (2012) menjelaskan penelitian tugas akhir yang berjudul Pemetaan sebaran mangrove menggunakan data penginderaan jauh di pesisir selatan Kabupaten Banyuwangi pada penelitian ini dilakukan pemetaan perubahan hutan mangrove dan kerapatan vegetasi dengan menggunakan metode NDVI dan Supervised. II. DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN II.I Persiapan Pada tahap ini dilakukan tahapan persiapan peralatan. Data yang digunakan adalah Citra Landsat 7 Mei 2012, Citra Landsat 8 Juni 2013 dan Citra Landsat 8 Mei 2014, data tambahan adalah peta batas administrasi Kota Semarang dan data pasut Kota Semarang. Alat penunjang yang digunakan terdiri dari Volume 4, Nomor 2, 2015,(ISSN :2337-845X) 159

laptop dan perangkat lunak yang dibutuhkan dalam penelitian ini. II.2 Lokasi Penelitian Wilayah penelitian meliputi daerah pesisir pantai Semarang. Secara geografis terletak diantara 6 o 56' - 6 o 58' LS dan 110 o 18' 110 o 29' BT. Daerah penelitian ini berbatasan dengan pantai Kendal di sebelah barat dan pantai Demak di sebelah timur. abrasi sebesar 60,66 Ha dan akresi 21,99 Ha, tahun 2013-2014 yaitu abrasi sebesar 36,21 Ha dan akresi 23,91 Ha dan tahun 2012-2014 yaitu abrasi sebesar 85,18 Ha dan akresi 27,57 Ha. III.2 Hasil perubahan luas mangrove Hasil perubahan luas mangrove didapat dari proses klasifikasi yang diproses menjadi poligon agar didapat berapa luas area mangrove yang mengalami perubahan. Hasil dari proses ini berupa luas, sebaran mangrove dan perubahan area mangrove. Berikut hasil luasan area mangrove tiap tahunnya : Tabel 3.2 Perhitungan luas area mangrove 2012 2013 2014 Luas Mangrove (Ha) 886,86 741,11 542,94 Gambar 2.1 Lokasi penelitian II.3 Data Penelitian Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain : 1. Citra Landsat 7 perekaman Mei 2012. 2. Citra Landsat 8 perekaman Juni 2013. 3. Citra Landsat 8 perekaman Mei 2014. 4. Peta batas administrasi kota Semarang. 5. Data pasut Semarang Mei 2012, Juni 2013 dan Mei 2014. III. III.1 HASIL DAN ANALISIS Hasil Deteksi Perubahan Garis Pantai Dari hasil proses BILKO kemudian dilakukan proses digitasi pada tiap tahunnya, selanjutnya dilakukan proses overlay antar 2 tahun untuk mendapatkan perubahan, yaitu abrasi dan akresi. Dari hasil polygon dapat dihitung luasan abrasi dan akresinya, berikut hasil luasannya : Tabel 3.1 Perhitungan abrasi dan akresi Abrasi (Ha) Akresi (Ha) 2012-2013 60,66 21,99 2013-2014 36,21 23,91 2012-2014 85,18 27,57 Dari hasil pengolahan dan hitungan tersebut telah terjadi perubahan pada daerah pesisir pantai Semarang dalam rentan waktu tahun 2012-2013 yaitu Dari hasil hitungan tersebut didapat jumlah luas area mangrove pada tahun 2012 seluas 886,86 Ha, tahun 2013 seluas 741,11 Ha dan pada tahun 2014 seluas 542,94 Ha. Dari hitungan tersebut berarti luas area mangrove pada pesisir pantai Semarang mengalami pengurangan luas disetiap tahunnya. Dari hasil luasan tersebut, dapat dilakukan proses gabungan untuk mendapat area perubahan mangrove. Berikut hasil luas area perubahan : Tabel 3.3 Perhitungan luas area perubahan Pengurangan Penambahan Bertampalan (Ha) (Ha) (Ha) 2012-2013 411,999 266,253 474,858 2013-2014 393,409 195,233 347,702 2012-2014 537,852 193,929 349,005 III.3 Analisis Korelasi Perubahan Garis Pantai Terhadap Luasan Mangrove Pada penelitian ini menganalisis korelasi perubahan luas dengan menggunakan 3 cara : 1. Secara kuantitatif. 2. Secara visual. 3. Secara uji statistika. III.3.1 Analisis pengaruh perubahan garis pantai terhadap luasan mangrove secara kuantitatif Analisis ini hasil dari hitungan yang telah diolah menjadi luasan. Luas tiap tahunnya dihubungkan hingga terjadinya perubahan luasan mangrove yang disebabkan oleh perubahan garis pantai. Volume 4, Nomor 2, 2015,(ISSN :2337-845X) 160

Tabel 3.4 Perhitungan luas perubahan Perubahan 2012-2013 2013-2014 2012-2014 Garis Pantai (Ha) a (60.66) b (21.99) a (36.21) b (23.91) a (85.18) b (27.57) Luas Mangrove (Ha) 145.75 198.17 343.92 Ket : a = Abrasi, b = Akresi Pada setiap tahunnya, area Semarang mengalami perubahan garis pantai yang terus terjadi, begitu juga dengan perubahan luasan mangrove yang semakin lama semakin sedikit jumlahnya. Perubahan luas mangrove salah satu faktornya adalah karena garis pantai yang mengalami abrasi dan akresi. Abrasi dan akresi ini dapat merusak ekosistem mangrove yang zonasinya terus terancam. III.3.2 Analisis pengaruh perubahan garis pantai terhadap luasan mangrove secara visual Analisis ini dilakukan dengan cara overlay pada hasil garis pantai dan hasil perubahan luas mangrove. Dari hasil yang didapat, terjadinya perubahan area mangrove disebabkan oleh perubahan garis pantai yang mengalami abrasi seperti berikut : 1. Apakah ada hubungan antara perubahan garis pantai dengan perubahan luas mangrove? 2. Bagaimana arah korelasi kedua perubahan tersebut? 3. Apakah kedua perubahan tersebut mempunyai hubungan yang signifikan? Tabel 3.4 Data luasan untuk uji statistik X Y 2012-2013 82,65 145,75 2013-2014 60,12 198,16 2012-2014 112,75 343,92 X = Perubahan garis pantai. Y = Perubahan luas mangrove. Sebelum pengujian statistik, langkah awal yang dilakukan adalah pembuatan hipotesis. H0 : Adanya hubungan perubahan garis pantai terhadap luasan mangrove. H1 : Tidak adanya hubungan perubahan garis pantai terhadap luasan mangrove. Tabel 3.5 Perhitungan uji korelasi Pearson GrsPnt Mgrv GrsPnt Pearson Correlation 1 0,766 Sig. (2-tailed) 0,445 N 3 3 Mgrv Pearson Correlation 0,766 1 Sig. (2-tailed) 0,445 N 3 3 Gambar 3.1 Hasil overlay III.3.2 Analisis pengaruh perubahan garis pantai terhadap luasan mangrove secara statistika Dalam penelitian ini diperlukan metode uji statistika untuk memperkuat hasil pengolahan dan perhitungan penelitian. Uji statistika pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS. Adapun beberapa masalah yang dapat dirumuskan : Dari hasil hitungan ini dapat disimpulkan : 1. Angka koefisien korelasi Pearson sebesar 0,766, artinya korelasi antara perubahan garis pantai dan perubahan luas mangrove ialah sebesar 0,766 atau sangat kuat karena mendekati angka 1. Nilai korelasi > 0,05. 2. Arah korelasi dilihat dari angka koefisien korelasi hasilnya positif atau negatif. Hasil dari hitungan tersebut koefisien korelasinya positif, yaitu 0,766, maka korelasi kedua perubahan tersebut bersifat searah, artinya jika perubahan garis pantainya besar, maka perubahan luas mangrove juga akan besar. Dari hasil hitungan ini juga dapat membuat keputusan dari hipotesis yang dibuat. Patokan pengambilan keputusan sebagai berikut : Volume 4, Nomor 2, 2015,(ISSN :2337-845X) 161

a. Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05, H0 diterima. b. Jika probabilitas atau signifikansi < 0,05, H0 ditolak. Angka korelasi dari hasil perhitungan sebesar 0,766 > 0,05, maka H0 diterima, artinya perubahan garis pantai terhadap perubahan luas mangrove memiliki korelasi yang kuat. Untuk mendapatkan hitungan mengenai signifikansi, maka akan dilakukan uji T, yang mana pada uji T akan mencari pengaruh perubahan yang terjadi secara signifikan atau tidak. Sebelum melakukan uji T, langkah awal yang dilakukan adalah pembuatan hipotesis : H0 : Perubahan garis pantai tidak berpengaruh signifikan terhadap luasan mangrove. H1 : Perubahan garis pantai berpengaruh signifikan terhadap luasan mangrove. Tabel 3.6 Perhitungan uji t Variabel Koefisien Regresi T Sig hitung Konstanta -24,277-0,11 0,930 GrsPnt 2,997 1,19 0,445 F hitung = 1,416 R 2 = 0,586 Berdasarkan hasil hitungan tersebut, maka didapatkan nilai T hitung sebesar 1,19 dan nilai Sig sebesar 0,445. Untuk menentukan taraf signifikansinya maka nilai T hitung > T table dan nilai signya < 0,05, dari hasil yang didapat 1,19 < 12,705 dan nilai sig 0,445 > 0,05. Dari hasil hitungan ini juga dapat membuat keputusan dari hipotesis yang dibuat. Patokan pengambilan keputusan sebagai berikut : a. Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05, H0 diterima. b. Jika probabilitas atau signifikansi < 0,05, H0 ditolak. Nilai sig dari hitungan tersebut adalah 0,445, artinya H0 diterima, maka perubahan garis pantai tidak berpengaruh signifikan terhadap luasan mangrove. IV. IV.1 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis data spasial didapatkan dalam jangka waktu 2012-2013 pada daerah kota Semarang telah terjadi perubahan garis pantai yang mengalami abrasi seluas 60,66 Ha dan akresi seluas 21,99 Ha, pada tahun 2013-2014 terjadi abrasi seluas 36,21 Ha dan akresi seluas 23,91 Ha dan pada tahun 2012-2014 terjadi abrasi seluas 85,18 Ha dan akresi seluas 27,57 Ha. 2. Hasil analisis data spasial didapatkan pada daerah kota Semarang tahun 2012 memiliki vegetasi mangrove seluas 886,86 Ha, pada tahun 2013 mengalami penurunan jumlah luas vegetasi mangrove menjadi 741,11 Ha dan pada tahun 2014 mengalami penurunan jumlah luas vegetasi mangrove lagi sehingga menjadi 542,94 Ha. Pada hasil analisis juga didapatkan hasil berupa luasan area mangrove yang mengalami perubahan, pada tahun 2012-2013 mengalami pengurangan luas 411,999 Ha, penambahan luas 266,253 Ha dan bertampalan 474,858 Ha, pada tahun 2013-2014 mengalami pengurangan luas 393,409 Ha, penambahan luas 195,233 Ha dan bertampalan 347,70 Ha dan pada tahun 2012-2014 mengalami pengurangan luas 537,852 Ha, penambahan luas 193,929 Ha dan bertampalan 349,005 Ha. 3. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai korelasi sebesar 0,766 > 0,05, artinya hubungan perubahan garis pantai terhadap perubahan luas mangrove memiliki hubungan yang kuat dan nilai signifikansinya sebesar 0,445 > 0,05, artinya perubahan garis pantai terhadap luas mangrove tidak berpengaruh signifikan. Volume 4, Nomor 2, 2015,(ISSN :2337-845X) 162 IV.2 Saran Dari penelitian, hasil dan analisis yang dilakukan, ada beberapa saran untuk tahap pengembangan selanjutnya, yaitu antara lain: 1. Untuk penentuan perubahan garis pantai yang selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan citra yang resolusi spasial, spektral, dan temporal yang lebih tinggi sehingga dalam proses interpretasi menjadi lebih mudah dan proses digitasi menjadi lebih mudah karena citra tidak pecah ketika di zoom. 2. Sebaiknya menggunakan citra yang bersih atau bebas dari awan untuk meminimalkan liputan area yang tidak memiliki data atau nilai spektral akibat pengaruh dari tutupan awan tersebut. 3. Pembuatan area contoh dalam klasifikasi terbimbing perlu dilakukan dengan teliti dan membuat area tutupan lahan yang baik agar hasil yang didapatkan juga maksimal, semakin kecil area dan spesifik dalam pembuatan area contoh akan menghasilkan klasifikasi yang lebih detail. 4. Perlunya penerapan alternatif algoritma inderaja dalam penentuan garis pantai. 5. Perlunya kajian terhadap parameter lainnya yang dapat mempengaruhi luasan mangrove selain garis pantai.

V. Daftar Pustaka Arief, M., Winarso, G. dan Prayogo, T. (2011) : Kajian Perubahan Garis Pantai Menggunakan Data Satelit Landsat di Kabupaten Kendal, LAPAN, Vol.8, 71-80. Jakarta. Cahyani, S.D. (2012) : Deteksi Perubahan Garis Pantai dengan Metode BILKO dan AGSO. Jurusan Teknik Geodesi Universitas Diponegoro. Semarang. Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P. dan Sitepu, M.J. (2004) : Pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu, PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Hanifa, N.R. (2004) : Penentuan batas maritim Negara menggunakan citra satelit landsat ETM (studi kasus : Indonesia-Singapura). Jurusan Teknik Geodesi Institut Teknologi Bandung. Bandung. Haryani, N.S. (2013) : Analisis Perubahan Hutan Mangrove Menggunakan Citra Landsat, LAPAN, Vol.1 No.1. Jakarta. Purwandani, A. (2013) : Akresi Pantai, http://www.zonabmi.org/ aplikasi/perubahangaris-pantai/akresi-pantai.html, Download (diturun kan/diunduh) pada 2 Februari 2015. Purwanto, A.D., Asriningrum, W., Winarso, G. dan Parwati, E. (2014) : Analisis Sebaran dan Kerapatan Mangrove Menggunakan Citra Landsat 8 di Segara Anakan, Cilacap, LAPAN, Seminar Nasional Penginderaan Jauh. Jakarta. Soraya, D., Suhara, O. dan Taufiqurohman, A. (2012) : Perubahan Garis Pantai Akibat Kerusakan Hutan Mangrove di Kecamatan Blanakan dan Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang, Vol.3, No.4. FPIK UNPAD. Bandung. Suudi, P. (2013) : Pengertian Abrasi Pantai, http://materi-perkapalan. blogspot.com/2013/07/sedikit-tentangabrasi.html, Download (diturun kan/diunduh) pada 2 Februari 2015. Volume 4, Nomor 2, 2015,(ISSN :2337-845X) 163