Deteksi Posisi dan Ekstraksi Fitur Wajah Manusia Pada Citra Berwarna

dokumen-dokumen yang mirip
Extraksi Fitur Mata Sebagai Deteksi Wajah Dengan Menggunakan Algoritma Smallest Univalue Segment Assimilating Nucleus (SUSAN)

SEGMENTASI WARNA CITRA DENGAN DETEKSI WARNA HSV UNTUK MENDETEKSI OBJEK

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL (PROPOSAL SKRIPSI) diajukan oleh. NamaMhs NIM: XX.YY.ZZZ. Kepada

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL

DETEKSI WAJAH BERBASIS SEGMENTASI WARNA KULIT MENGGUNAKAN RUANG WARNA YCbCr & TEMPLATE MATCHING

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pengolahan citra digital memiliki kegunaan yang sangat luas. geologi, kelautan, industri, dan lain sebagainya.

PENGEMBANGAN SISTEM PEROLEHAN CITRA BERBASIS ISI PADA CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED COLOR AND INTENSITY CO-OCCURRENCE MATRIX (ICICM)

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL

Klasifikasi kelompok usia berdasarkan citra wajah menggunakan algoritma neural network dengan fitur face anthropometry dan kedalam kerutan

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

BAB II LANDASAN TEORI

Deteksi Citra Objek Lingkaran Dengan Menggunkan Metode Ekstraksi Bentuk Circularity

Aplikasi Deteksi Wajah pada Foto Dijital dalam Sistem Pengenalan Wajah

PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

Sistem Deteksi Cacat Kayu dengan Metode Deteksi Tepi SUSAN dan Ekstraksi Ciri Statistik

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi.

SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN PENGHAPUSAN TEKSTUR DAN K-MEANS DENGAN BATASAN RUANG

FACE TRACKING DAN DISTANCE ESTIMATION PADA REALTIME VIDEO MENGGUNAKAN 3D STEREO VISION CAMERA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DETEKSI DAN REPRESENTASI FITUR MATA PADA SEBUAH CITRA WAJAH MENGGUNAKAN HAAR CASCADE DAN CHAIN CODE

Sistem Deteksi Bola Berdasarkan Warna Bola Dan Background Warna Lapangan Pada Robot Barelang FC

Aplikasi Metoda Random Walks untuk Kontrol Gerak Robot Berbasis Citra

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA HASIL PERBANDINGAN IDENTIFIKASI CORE POINT PADA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE DIRECTION OF CURVATURE DAN POINCARE INDEX

SEGMENTASI CITRA TELUR AYAM BERDASARKAN PERBEDAAN RUANG WARNA RGB DAN LAB

Scientific Journal of Informatics Vol. 2, No. 1, Mei 2015

ANALISA DETEKSI KELOMPOK USIA DAN GENDER BERDASARKAN KONTUR WAJAH DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Analisis Perbandingan Algoritma Optical Flow dan Background Estimation untuk Pendeteksian Objek pada Video

SISTEM KONTROL GERAK SEDERHANA PADA ROBOT PENGHINDAR HALANGAN BERBASIS KAMERA DAN PENGOLAHAN CITRA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

1. PENDAHULUAN Bidang perindustrian merupakan salah satu bidang yang juga banyak menggunakan kecanggihan teknologi, walaupun pada beberapa bagian, mas

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH

UJI COBA THRESHOLDING PADA CHANNEL RGB UNTUK BINARISASI CITRA PUPIL ABSTRAK

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

Deteksi dan Klasifikasi Citra Berdasarkan Warna Kulit Menggunakan HSV

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN

FAKULTAS TEKNIK (FT) PROGRAM TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN K-MEANS DAN FUZZY C- MEANS DENGAN BERBAGAI RUANG WARNA

PENERAPAN HAND MOTION TRACKING PENGENDALI POINTER PADA VIRTUAL MOUSE DENGAN METODE OPTICAL FLOW

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

PROSIDING. Konferensi Nasional Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Implementasi Teori Graf Dalam Masalah Fingerprint Recognition (Pengenalan Sidik Jari)

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

Deteksi Lokasi Bibir Otomatis Pada Citra Wajah Berbasis Ciri Bentuk dan Warna

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

Pengenalan Aksara Lampung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

DESAIN APLIKASI MOBILE TRAFFIC MONITORING MENGGUNAKAN ALGORITMA SEPARABLE MORPHOLOGICAL EDGE DETECTOR TUGAS AKHIR

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAAN METODE TEMPLATE MATCHING

Muhammad Nasir. Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km Lhokseumawe

BAB II TEORI PENUNJANG

Aplikasi Pengolahan Citra DETEKSI WARNA. Achmad Basuki PENS-ITS, 26 Des 2006

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

PENGEMBANGAN ALGORITMA PENGUBAHAN UKURAN CITRA BERBASISKAN ANALISIS GRADIEN DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGARUH EXPOSURE TERHADAP PERFORMA ALGORITMA SIFT UNTUK IMAGE MATCHING PADA UNDERWATER IMAGE

Pengenalan Plat Nomor Mobil Menggunakan Metode Learning Vector Quantization

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PENGENAL DAN PENGHITUNG POLIGON MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORKS METODE BACKPROPAGATION

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI

Navigasi Perangkat Lunak ebook Reader Berbasis Mobile Menggunakan Fitur Face Tracking

ESTIMASI FUNGSI SPASIAL PADA IDENTIFIKASI FITUR WAJAH

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan

Deteksi Wajah Manusia pada Citra Menggunakan Dekomposisi Fourier

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

BAB I PENDAHULUAN. Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis

Konsep Penambahan High Pass Filter pada Pengenalan Pola Metode SIFT

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

Implementasi Deteksi Tepi Canny pada Citra Mammografi

APLIKASI PENGHITUNG JUMLAH WAJAH DALAM SEBUAH CITRA DIGITAL BERDASARKAN SEGMENTASI WARNA KULIT

TEKNIK PEMOTONGAN CITRA KROMOSOM TUMPANG TINDIH ATAU BERSENTUHAN

PERBANDINGAN RUANG WARNA PADA PENGOLAHAN INFORMASI WARNA UNTUK SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN NEUTROSOPHIC SET

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

EKSTRAKSI FITUR MENGGUNAKAN METODE RECTANGLE FILTER UNTUK MENDETEKSI WAJAH TUGAS AKHIR

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pertemuan 2 Representasi Citra

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS

SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL

Peningkatan Kualitas Citra Digital Berbasis Color Constancy Menggunakan Gray World

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

Pemisahan Objek-Objek Berbasis Region pada Citra Digital dengan Metode Normalized Cuts

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

PERANCANGAN PENDETEKSI WAJAH DENGAN ALGORITMA LBP (LOCAL BINARY PATTERN) BERBASIS RASPBERRY PI

Fitur Matriks Populasi Piksel Untuk Membedakan Frame-frame Dalam Deteksi Gerakan

Deteksi Senyum Menggunakan Fitur Gabor dan Histograms of Oriented Gradients pada Bagian Mulut, Hidung, dan Mata

Transkripsi:

Deteksi Posisi dan Ekstraksi Fitur Wajah Manusia Pada Citra Berwarna Iping Supriana 1) Yoseph Suryadharma 2) 1) Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung email: iping@informatika.org 2) Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung email: y.suryadharma@gmail.com Abstrak Pendeteksian posisi wajah dan ekstraksi fitur wajah merupakan salah satu proses yang sangat penting untuk melakukan proses pengenalan wajah. Pendeteksian posisi wajah merupakan suatu proses untuk mengetahui lokasi wajah pada suatu citra. Ekstraksi fitur wajah merupakan proses pendeteksian posisi fitur-fitur wajah seperti mata dan mulut. Kedua proses tersebut merupakan proses pendahuluan sebelum dilakukan proses yang lebih kompleks pada proses pengenalan wajah. Makalah ini berisi kajian algoritma deteksi posisi dan ekstraksi fitur wajah pada citra berwarna. Deteksi posisi wajah dilakukan dengan memanfaatkan informasi piksel warna kulit dan karakteristik wajah. Ekstraksi fitur wajah dilakukan dengan memanfaatkan pengolahan citra tingkat rendah menggunakan proses pendeteksian tepi menggunakan algoritma smallest univalue segment assimilating nucleus (SUSAN). Algoritma SUSAN tersebut digunakan untuk melakukan ekstraksi fitur mata dan mulut pada suatu citra wajah. Kesimpulan yang didapatkan adalah model warna HSV secara umum bekerja lebih baik daripada model warna kulit RGB. Proses ekstraksi fitur wajah menggunakan SUSAN edge detection mampu mendeteksi batas-b atas fitur wajah dengan cukup baik. Kata Kunci: deteksi posisi wajah, ekstraksi fitur wajah, SUSAN edge detection 2. PENDAHULUAN Deteksi posisi dan ekstraksi fitur wajah merupakan tahap pendahuluan yang sangat penting dalam sistem pengenalan wajah. Deteksi posisi wajah adalah proses untuk mengetahui lokasi wajah pada suatu citra. Deteksi posisi wajah menjadi sangat penting karena dalam suatu citra wajah dapat muncul di berbagai posisi. Ekstraksi fitur wajah adalah proses untuk mengetahui lokasi-lokasi fitur-fitur wajah seperti mata dan mulut. Proses ini membantu untuk mengetahui ciri-ciri spesifik dari suatu objek wajah. Ketepatan deteksi posisi dan ekstraksi fitur wajah merupakan suatu hal yang sangat penting untuk sistem pengenalan wajah. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melakukan deteksi posisi dan ekstraksi fitur wajah pada suatu citra berwarna. Pada penelitian [2] deteksi posisi wajah dilakukan pada suatu citra berwarna dengan memanfaatkan informasi piksel warna kulit dan informasi lubang pada wajah. Penelitian [4][5] memperkenalkan metode ekstraksi pojok fitur-fitur wajah menggunakan algoritma SUSAN corner detection yang diperkenalkan sebelumnya pada penelitian [13].

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis mengembangkan suatu sistem deteksi posisi dan ekstraksi fitur wajah. Proses deteksi wajah memanfaatkan informasi warna piksel dan ukuran dimensi wajah. Proses ekstraksi fitur-fitur wajah dilakukan untuk melakukan ekstraksi fitur mata dan mulut dengan memanfaatkan algoritma SUSAN edge detector. Algoritma SUSAN edge detector dipilih karena algoritma tersebut membantu dalam menentukan batas-batas fitur wajah secara lebih akurat. 3. SUSAN EDGE DETECTION Smallest Univalue Segment Assimilating Nucleus (SUSAN) adalah algoritma yang dapat digunakan untuk melakukan deteksi fitur suatu objek dalam suatu citra. SUSAN menggunakan circular mask untuk mendeteksi tepi (edge) dan pojok (corner) dari suatu objek [13]. Algoritma ini membandingkan nilai kecerahan setiap piksel yang terdapat di dalam mask dengan nilai piksel di tengah mask. Piksel titik tengah mask disebut sebagai nucleus. Jumlah piksel yang memiliki nilai sama dengan nucleus dalam suatu mask didefinisikan sebagai Univalue Segment Assimilating Nucleus (USAN) area. Pendeteksian tepi atau pojok dari suatu objek merupakan pencarian daerah atau titik dalam suatu citra yang memilikai USAN area terkecil. Ilustrasi algoritma SUSAN dapat dilihat pada gambar 1. Mask ditempatkan di setiap titik di dalam citra. Setiap titik di dalam mask kemudian dibandingkan nilainya dengan titik tengah mask. Persamaan yang digunakan untuk pembandingan ini adalah: 1, 0, 0 0, 0 r 0 adalah posisi nukleus dalam citra, r adalah posisi piksel lain di dalam mask, I(r) adalah nilai kecerahan piksel, t merupakan nilai ambang (threshold) beda kecerahan, c merupakan nilai hasil perbandingan. Pembandingan dilakukan untuk setiap piksel di dalam mask dan kemudian dihitung nilai total hasil perbandingan dengan persamaan: 0, 0 n merupakan jumlah total piksel yang berada di dalam area USAN. Kemudian, nilai n dibandingkan dengan suatu nilai ambang (threshold) g, yang disebut sebagai geometric threshold. Nilai g ditetapkan sebagai 3n max /4. Initial edge response dihitung dengan menggunakan aturan sebagai berikut: g n r0,jika n r0 R r0 0, lainnya R( r0 ) merupakan edge response. Dari persamaan tersebut terlihat bahwa semakin kecil area USAN semakin besar edge response. 3. MODEL WARNA KULIT Gambar 1. Circular Mask Algoritma SUSAN Pendeteksian tepi suatu objek menggunakan SUSAN memanfaatkan suatu circular mask. Suatu warna dapat dimodelkan ke dalam beberapa model warna. Model warna digital yang sering digunakan adalah RGB (red, green, blue) dan HSV (hue, saturation, value). Model warna kulit digunakan untuk memisahkan piksel kulit

Seminar Nasional Ilmu Komputer dan Aplikasinya SNIKA 2009 (26/11/2009) ISSN 1907-882X dan non-kulit. Berdasarkan penelitian [9], model warnaa kulit dalam representasi RGB adalah: R > 95 dan G > 40 dan B > 20 max{r,g,b} min{r,g,b} > 15 R-G > 15 dan R > G dan R > B dengan R,G,B = [0,255] Berdasarkan penelitian [9], model warna kulit dalam representasi HSV adalah: 0 < H < 50 dan 0.23 < S < 0.68 dengan H = [0,360] dan S = [0,1] Model warna HSV lebih baik dari model warna RGB karena dalam model HSV dipisahkan antara komponenn kemurnian warna dan komponen intensitas cahaya. 4. PROSES DETEKSI POSISI WAJAH tertutup, dilanjutkan dengan pembentukan peta lubang mengurangka an peta kulit tertutup dengan hasil proses dilakukan proses pemetaan (mapping) antaraa objek pada peta lubang dengan objek pada peta kulit tertutup. Dengan setiap (closed skin map) dengan caraa segmentasi warna kulit. Kemudian pertimbangan bahwaa lubang pada peta kulit tertutup merepresenta asikan fitur-fitur wajah seperti mataa dan mulut, setiap objek pada peta kulit tertutup yang memiliki lubang dikategorikan sebagai kandidat wajah. Kemudian setiap objek yang dikategorikan sebagai kandidat wajah dihitung ukuran dimensinya. Kandidat yang memilikii perbandingan n panjang dan lebar maksimal 1:2 dikategorikan sebagai wajah. Ilustrasi prosess pendeteksian n posisi wajah dapat dilihat padaa gambar 2. Proses deteksi posisi wajah diawali dengan melakukan proses segmentasi warna kulit terlebih dahulu pada citra masukan. Input dari proses ini adalah sebuah citra berwarna dan outputnya merupakan sebuah citra biner. Pada penelitian ini, output untuk piksel kulit direpresentasikann dengan warna putih dan piksel non-kulit direpresentasikan dengan warnaa hitam. Proses segmentasi warna kulit dilakukan dalam 2 model warna yaitu model RGB dan HSV. Fungsi yang digunakan dalam proses segmentasi warna kulit adalah: 1, 0, Selanjutnya dari hasil prosess segmentasi warna kulit tersebut, dilakukan proses pembentukan peta kulit tertutup (closed skin map) dengan cara menerapkan algoritma closing dan opening pada citra tersebut. Setelah pembentukan peta kulit Gambar 2. Proses deteksi posis wajah 5. PROSES EKSTRAKSI FITUR WAJAH Ekstraksi fitur wajah dilakukan untuk melakukan Algoritma yang dipakai edge menentukan batas-batas fitur wajah secara lebih akurat. 5.1 Ekstraksi Fitur Mataa menerapkan deteksi posisi mata dan mulut. adalah SUSAN edgee detection. Algoritma ini dipakai karena SUSAN detection dapat membantu untuk Ekstraksi fitur mata dilakukan dengan caraa algoritmaa smallest univalue

segment assimilating nucleus (SUSAN) pada citra wajah hasil proses deteksi posisi wajah. Algoritma SUSAN digunakan untuk melakukan pendeteksian tepi (edge detection) pada area pencarian mata. Pada kajian ini digunakan algoritma SUSAN edge detection karena algoritma tersebut lebih memudahkan untuk mencari batas-batas fitur yang dicari daripada menggunakan SUSAN corner detection. Karena operator SUSAN bekerja pada citra grayscale, citra wajah akan diubah ke dalam representasi grayscale terlebih dahulu sebelum dilakukan proses ekstraksi fitur mata. Sebelum dilakukan proses ekstraksi, didefinisikan area pencarian fitur mata. Area pencarian fitur mata pada proses ini adalah setengah area bagian atas wajah. Area ini dapat dilihat pada gambar 3. 1. ukuran lebar bounding box 1,2 x tinggi bounding box 2. ukuran lebar bounding box 3,2 x tinggi bounding box 3. ukuran lebar bounding box 0,125 x lebar area wajah 4. ukuran lebar bounding box 0,3 x lebar area wajah 5. koordinat titik atas bounding box 0,25 x tinggi area wajah 6. koordinat titik bawah bounding box 0,5 x tinggi area wajah 5.2 Ekstraksi Fitur Mulut Ekstraksi fitur mulut dilakukan dengan menerapkan algoritma SUSAN pada area pencarian mulut. Area pencarian mulut adalah setengah bagian bawah wajah. Area pencarian mulut dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 3. Area pencarian fitur mata Algoritma SUSAN diterapkan pada area pencarian mata yang telah didefinisikan. Operator SUSAN yang dipakai memiliki ukuran diameter mask 7 piksel. Nilai ambang (threshold) yang dipakai untuk mendeteksi fitur mata adalah 21. Nilai ambang tersebut dilakukan setelah beberapa percobaan. Operator SUSAN tersebut diaplikasikan untuk mendeteksi tepi (edge) pada area pencarian mata. Setiap edge object kemudian dicari minimum bounding box-nya. Proses berikutnya adalah melakukan pemeriksaan untuk setiap edge object yang telah terdeteksi. Suatu objek merupakan objek mata jika memenuhi kriteria tertentu. Kriteria suatu objek dikategorikan sebagai objek mata adalah sebagai berikut: Gambar 4. Area pencarian fitur mulut Algoritma SUSAN diterapkan pada area pencarian mulut yang telah didefinisikan. Operator SUSAN yang dipakai memiliki ukuran diameter mask 7 piksel. Nilai ambang (threshold) yang dipakai untuk mendeteksi fitur mulut adalah 5. Nilai ambang tersebut didapatkan setelah melakukan beberapa percobaan. Operator SUSAN tersebut diaplikasikan untuk mendeteksi tepi (edge) pada area pencarian mulut. Setiap edge object kemudian dicari minimum bounding box-nya. Proses berikutnya adalah melakukan pemeriksaan untuk setiap edge object yang telah terdeteksi. Suatu objek merupakan objek mulut

Seminar Nasional Ilmu Komputer dan Aplikasinya SNIKA 2009 (26/11/2009) ISSN 1907-882X jika memenuhi kriteria tertentu. Kriteria suatu objek dikategorikan sebagai objek mulut adalah sebagai berikut: 1. ukuran lebar bounding box tinggi bounding box 2. ukuran lebar bounding box 6 x tinggi bounding box 3. ukuran lebar bounding box 0,2 x lebar area wajah 4. ukuran lebar bounding box 0,6 x lebar area wajah 5. koordinat titik atas bounding box 0,5 x tinggi area wajah 6. koordinat titik bawah bounding box 0,75 x tinggi area wajah 6. HASIL EKSPERIMEN Contoh hasil pengujian dari algoritmaa deteksi posis dan ekstraksi fitur wajah yang telah dijelaskan dapat dilihat pada gambar 5. Tabel 1. Nilai threshold SUSAN untuk ekstraksi fitur mata No. 1. 19 46,67% 2. 20 66,67% 3. 21 93,33% 4. 22 80,00% 5. 23 73,33% Tabel 2. Nilai threshold SUSAN untuk ekstraksi fitur mulut No. 1. 2. 3. Nilai Hasil Threshold Nilai Threshold Hasil 3 46,67% 4 60,00% 5 73,33% 4. 6 66,67% Gambar 5: Hasil deteksi posisi dan ekstraksi fitur wajah 5. 7 60,00% Dari hasil ekstraksi fitur mata dan mulut, terlihat bahwa algoritma SUSAN edge detection cukup membantu untuk menentukan batas-batas fitur mata dan mulut dengan lebih akurat. Hal ini sangat penting karena akurasi pendeteksian fiturproses fitur wajah sangat menentukan hasil pengenalan wajah. Hasil pengujian terhadap 15 citra masukan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1,2, dan 3. Tabel 3. Hasil pengujian deteksi posis wajah No. Model Warna Segmentasi RGB 1. 2. HSV 7. KESIMPULAN Hasil 80,00% 86,67% Deteksi posisi ekstraksi fitur wajah dapat dilakukan dengan memanfaatkann algoritmaa penolahan citra tingkatt rendah. Untuk citra berwarna, proses deteksi dapat dilakukan

dengan memanfaatkan model warna kulit. Secara umum, model warna kulit HSV bekerja lebih baik daripada model warna kulit RGB. Keberhasilan proses segmentasi warna kulit sangat mempengaruhi keberhasilan proses deteksi posisi wajah pada citra berwarna. Untuk melakukan proses ekstraksi fitur-fitur wajah seperti mata dan mulut, algoritma SUSAN edge detection cukup membantu untuk menentukan batas-batas fitur-fitur wajah tersebut dengan cukup akurat. Hasil output algoritma ini cukup memadai untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan sistem biometrik seperti sistem pengenalan wajah. DAFTAR PUSTAKA [1] Agushinta R., D., Suhendra, Adang dan Hendra. Ekstraksi Fitur dan Segmentasi Wajah Sebagai Semantik Pada Sistem Pengenalan Wajah. National Conference on Computer Science and Information Technology VII. [2] Ahlvers, U., Rajagopalan, Ruben, dan Udo Zolzer. Model-Free Face Detection And Head Tracking With Morphological Hole Mapping. Project Work. Helmut-Schmidt University / Technical University Hamburg. Hamburg, 2005. [3] Crane, Randy. A Simplified Approach To Image Processing. Prentice Hall. 1997 [4] Gu, H., Su, Guangda, dan Cheng Du. Feature Point Extraction From Faces. Image and Vision Computing NZ. pp. 154-158 (November, 2003). [5] Hess, M., Martinez, Geovanni. Facial Feature Extraction Based On The Smallest Univalue Segment Assimilating Nucleus (SUSAN) Algorithm. Project Work. Universidad de Costa Rica. 2005 [6] Hjelmas, Erik, Low, Boon Kee. Face Detection: A Survey. Computer Vision and Image Understanding, 83, pp. 236-274 (2001). [7] Munir, Rinaldi. Pengolahan Citra Digital. Penerbit Informatika. 2004 [8] Pam, Thang V. dan Worring, Marcel. Face Detection Method A Critical Evaluation. ISIS Technical Report Series, Vol II (2000, November). [9] P. Peer, F. Solina. An Automatic Human Face Detection Method. Proc. 4 th Computer Vision winter Workshop (CVWW), pp. 122-130 (1999, Februari). [10] Rowley, Henry A., Baluja, Shumeet, dan Takeo Kanade. Neural Network-Based Face Detection. IEEE Transactions Pattern Analysis and Machine Intelligence, Vol. 20, No. 1, pp. 23-28 (1998, Januari). [11] Russ, Johm C. The Image Processing Handbook 5 th Edition. CRC Press. 2007 [12] Singh, Sanjay Kr., dkk. A Robust Skin Color Based Face Detection Algorithm. Tamkang Journal of Science and Engineering, Vol. 6, No. 4, pp. 227-234 (2003). [13] Smith, S., Brady, J. Michael. SUSAN A New Approach To Low Level Image Processing. International Journal of Computer Vision, Vol. 23, No. 1, pp. 45-78 (1997).