PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Kusuma Wardhani 1, Widha Sunarno 2, Suparmi 3 1) SMA Negeri 3 Surakarta, 57128, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

Surakarta, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia Abstrak

*Keperluan korespondensi, HP: , ABSTRAK

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN TEAMS GAMES TOURNAMENT MELALUI TEKA TEKI SILANG DANKARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA

1) SMA Negeri 1 Wonogiri Wonogiri, 57612, Indonesia

Fian Totiana*, Elfi Susanti VH 2, Tri Redjeki 2. Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia 2. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI GAYA DAN MINAT BELAJAR

PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS

Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami No.36A, Surakarta, Indonesia 57126

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DISKUSI DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR

Kasimun, Ashadi )1, Haryono )2 Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI BERMEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUAL KELAS XI POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa Prodi Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA, DAN GARAM

EtnosainsdanPeranannyaD alammenguatkankarakter Bangsa

(Pembelajaran Biologi Materi Sistem Pernapasan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tawangsari Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE INQUIRY TERBIMBING DILENGKAPI KEGIATAN LABORATORIUM REAL DAN VIRTUAL PADA POKOK BAHASAN PEMISAHAN CAMPURAN

Surakarta, Indonesia. *Keperluan korespondensi, telp/fax: (0271) , ABSTRAK

PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DIPANDU DENGAN ANIMASI DAN KOMIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

*Keperluan korespondensi, HP: ,

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

E043 PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY DAN MODIFIED INGUIRY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN IPA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta. *Keperluan Korespondensi: ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

*Keperluan korespondensi, telp: ,

* Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

Aprillia Setyo Utami 1, Ashadi 2 Sri Mulyani 3. Sukoharjo, 57555, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia

PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI MODEL PEMECAHAN MASALAH DAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) DASAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Keperluan korespondensi, HP: ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING MELALUI METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR DAN SIKAP ILMIAH SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

*Keperluan Korespondensi, telp/fax: ,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

Universitas Sebelas Maret Surakarta Diterima 02 Juni 2013, Disetujui 21 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan berfungsi sebagai pencetak SDM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB III METODE PENELITIAN

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Naba Hamida*, Bakti Mulyani 2, dan Budi Utami 2 1 Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

* Keperluan korespondensi, Telp: ,

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Jawa Tengah ISSN Volume 2 Nomor 2, November 2015

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE PROBLEM POSING DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS DAN KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan Vol.2 No.2 April 2016 ISSN :

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

Transkripsi:

PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Sri Pusporini 1, Ashadi 2, Sarwanto 3 1) Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia pusporini38@yahoo.co.id 2) Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia mas_ashadi@yahoo.co.id 3) Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia sar1to@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pengaruh pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan virtuil, gaya belajar, dan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa dan interaksinya. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen, dilakukan di SMA Negeri 1 Pulokulon Kabupaten Grobogan tahun Pelajaran 2011/2012. Dalam penelitian ini sampel dipilih secara acak (cluster random sampling), sampel pada penelitian ini adalah kelas XI IPA 1 menggunakan laboratorium riil dan kelas XI IPA 3 menggunakan laboratorium virtuil. Uji hipotesis menggunakan uji nonparametric yaitu uji Kruskal-Wallis. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan virtuil dapat diterapkan pada materi laju reaksi; (2) kemampuan berpikir kritis memberikan konstribusi positif terhadap prestasi belajar siswa; (3) pembelajaran kimia berbasis problem solving dengan lab riil lebih tepat digunakan pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Kata kunci: prestasi belajar, kuasi eksperimen, uji non parametrik, laju reaksi. Pendahuluan Pendidikan merupakan salah satu faktor utama untuk menunjang kemajuan sebuah negara, oleh karenanya dalam Pembukaan UUD 1945 salah satu tujuan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional tersebut, pemerintah menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-Undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan merupakan tangung jawab seluruh bangsa, dan negara berkewajiban menyelengarakan suatu 34 sistem pendidikan yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional dikembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang mengacu pada standar nasional pendidikan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan juga menghendaki suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori, dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu dikembangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning) dengan metode pembelajaran yang inovatif disesuaikan karakter materi dan karakter peserta didik. Dari hal ini diharapkan guru menerapkan pendekatan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan misalnya pendekatan keterampilan proses. Pendekatan pembelajaran yang melibatkan keterampilan proses antara lain, contextual teaching learning, problem solving,

inquiry, kooperatif, proyek, dan banyak lagi yang masih perlu dikembangkan oleh guru. Gagne cit. Made Wena (2009: 10) bahwa dalam pembelajaran yang efektif harus dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai macam media pembelajaran. Bahan ajar akan lebih mudah dipahami siswa jika dalam pembelajaran digunakan media pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran yang tepat ini membuat pembelajaran lebih menarik dan meningkatkan minat siswa untuk belajar diharapkan prestasi belajarnya pun meningkat. Meskipun perkembangan teknologi dan informasi makin pesat namun pendekatan pembelajaran yang digunakan masih monoton. Sri Rahayu (2011: 1) di level persekolahan misalnya, kimia masih diajarkan dengan cara tradisional dicirikan dengan adanya dominasi ceramah serta proses pembelajarannya kurang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning) masih menjadi ciri utama pembelajaran di sekolah dan jarang sekali mengembangkan keterampilan proses dalam pembentukan konsep. Dalam proses pembelajaran siswa pasif, kurang termotivasi, kemampuan problem solving masih rendah, dan kurang interaksi satu sama lain. Belum maksimalnya penggunaan laboratorium oleh guru karena keterbatasan tenaga laboran dan sarana yang masih sederhana. Kemajuan teknologi membuat guru tidak asing lagi dengan media-media pembelajaran yang modern namun karena merasa menyita waktu maka jarang sekali guru menggunakan media pada saat pembelajaran. Guru cenderung menerapkan pembelajaran yang efisien dari sudut pandang waktu karena mengejar target pada penilaian tingkat nasional (UN). Hal ini berakibat masih rendahnya prestasi belajar kimia untuk materi laju reaksi dalam tiga tahun terakhir ini. Ratarata tiap tahun selama tiga tahun terakhir, siswa yang menjawab benar untuk soal-soal yang berkaitan dengan laju reaksi adalah 71,29 % masih di bawah daya serap klasikal minimal yang harus dicapai yaitu 85%. Tabel.1. Nilai Prestasi Siswa Materi Laju Reaksi UN SMA Negeri 1 Pulokulon. Tahun Pelajaran % Siswa menjawab benar 2007/2008 63,1 2008/2009 76,7 2009/2010 74,1 Persentasi siswa menjawab benar tiap tahun 71,3 35 Berdasarkan Tabel 1 rendahnya nilai UN menunjukkan bahwa perlu perbaikan dalam proses pembelajaran materi laju reaksi. Salah satu perbaikan antara lain dengan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Merujuk pada hasil penelitian I Wayan Sadia (2011: 29) bahwa pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan metode paling efektif pada pembelajaran sains disusul model sains teknologi masyarakat (STM), model siklus belajar (LCM), dan model pembelajaran kontekstual (CTL). Problem solving merupakan inti dari pembelajaran berbasis masalah yang melatih siswa memecahkan masalah untuk diterapkan dalam kehidupan. Problem solving dapat digunakan sebagai alternatif pendekatan pembelajaran yang inovatif karena mampu mengoptimalkan ketrampilan proses dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Arends (2008: 42) pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri. Dengan pendekatan problem solving diharapkan siswa mampu menyelesaikan masalah sehingga dapat menyusun, membentuk pengetahuan yang lebih bermakna, mampu mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang karena adanya pengalaman. Pengalaman siswa dapat terjadi karena interaksi secara langsung dengan lingkungan maupun representatif kondisi lingkungan dalam suatu media tertentu misalnya laboratorium virtuil atau animasi komputer, televisi, dan film. Winkel (2004: 320) menjelaskan bahwa penggunaan berbagai macam media mengindahkan perbedaan interindividual antar siswa dalam hal gaya belajar, sehingga siswa yang lebih sukar belajar dengan medium yang satu dapat dibantu dengan menggunakan medium yang lain. Penggunaan media pembelajaran yang beragam sangat penting untuk guru dalam penyampaian bahan ajar sehingga semua gaya belajar siswa dapat terakomodasi. Perubahan tingkah laku yang terjadi pada pebelajar kelihatan sederhana namun sebenarnya melibatkan proses pada kognitif seseorang yang sangat kompleks. Dalam melihat, menyerap, mengolah, dan mentransfer informasi menjadi sebuah pengetahuan baru, setiap orang memiliki gaya yang berbeda-beda. Hal ini sangat penting

untuk diperhatikan, jika pengajar dapat memvariasikan gaya mengajarnya dengan memperhatikan gaya belajar siswa yang beragam, akan sangat mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Siswa dengan gaya belajar visual, jaringan syaraf otaknya lebih senang mengakses gambar, untuk dilihat maupun diciptakan. Jika gaya belajar auditorial dominan, siswa akan lebih senang mengakses informasi dalam bentuk suara. Untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih mudah belajar dengan melibatkan gerak dan emosinya. Dengan mengetahui karakter tiap gaya belajar tersebut guru dapat memberikan variasi metode pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran faktor internal dan eksternal siswa sangat berpengaruh, namun saat ini belum banyak diperhatikan oleh para pendidik. Faktor eksternal merupakan kondisi lingkungan siswa baik lingkungan sosial maupun sarana prasarana. Sedangkan faktor internal merupakan aspek pribadi siswa itu sendiri seperti intelegensi, motivasi, kreativitas, gaya belajar, kemampuan verbal, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir analisis yang setiap anak memiliki ciri khas sendiri. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan siswa dalam penalaran yang didasarkan pada logika terhadap suatu kenyataan. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis mampu mengolah informasi, kemudian menganalisisnya, mengevaluasi, menalar dengan logikanya selanjutnya mampu mengkomunikasikan penalarannya dengan baik. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi bahkan mampu mengoreksi kebenaran penalaran yang telah dikomunikasikan bersebut sesuai dengan logika. Kemampuan berpikir kritis merupakan potensi internal siswa yang perlu diperhatikan untuk kesuksesan belajarnya. Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang gejala alam yang dapat diamati melalui eksperimen, seperti faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, pergeseran kesetimbangan. Disamping itu materi kimia juga melibatkan perhitungan matematis seperti perhitungan ph, konstanta laju reaksi, konstanta kesetimbangan, kelarutan dan hasil kali kelarutan, namun dalam pembelajaran guru belum menjabarkan konsep-konsep tersebut secara matematis. Materi kimia juga terkait satu sama lain, misalnya dalam mempelajari persamaan laju reaksi siswa dituntut telah menguasai materi persamaan reaksi, Pemahaman materi yang mendukung materi yang sedang 36 diajari merupakan hal yang sangat penting, dan ini belum mendapat perhatian dari guru. Keberhasilan suatu pembelajaran merupakan ketercapaian tujuan pembelajaran itu sendiri, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Sistem evaluasi yang tepat meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor disesuaikan dengan indikator yang ada. Dalam pembelajaran guru cenderung mengevaluasi aspek kognitif saja, sedangkan untuk ranah afektif dan psikomotor guru hanya memberikan nilai tanpa indikator yang jelas. Berdasarkan penjelasan di atas untuk meningkatkan prestasi belajar kimia perlu digunakan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai karakteristik materi dan karakteristik siswa. Dalam hal ini peneliti mencoba menerapkan pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan laboratorium (lab) riil dan virtuil ditinjau dari gaya belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan virtuil terhadap prestasi belajar siswa; (2) pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa; (3) pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa; (4) interaksi antara pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa; (5) interaksi antara pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan virtuil dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa; (6) interaksi antara gaya belajar dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa; (7) interaksi antara pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan virtuil, gaya belajar, dan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Pulokulon Kabupaten Grobogan. Penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2011/2012 selama 12 bulan yaitu bulan Juli 2011 sampai bulan Juni 2012. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuasi eksperimen, yang variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator telah ditentukan sejak awal penelitian.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar kimia.variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan media pembelajaran kimia berbasis problem solving. Variabel moderator pada penelitian ini menggunakan dua variabel moderator yaitu gaya belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pulokulon Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012 terdiri dari 3 kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, dan XI IPA 3. Sampel pada penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling, kelas yang menjadi sampel adalah kelas XI IPA 1 dan XI IPA 3. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x2x2 sebagai berikut: satu kelas diberi perlakuan pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan satu kelas yang lain diberi perlakukan pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab virtuil. Kemudian kedua kelas tersebut digolongkan dalam gaya belajar visual dan kinestetik serta kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan: (1) metode tes melihat prestasi belajar siswa dalam ranah kognitif dan juga untuk melihat kemampuan berfikir kritis siswa, (2) metode angket digunakan untuk menilai prestasi belajar siswa ranah afektif dan mengetahui gaya belajar siswa. Instrumen pelaksanaan penelitian yang digunakan berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran, lembar kerja siswa. Silabus disusun berdasarkan standar isi dan RPP merupakan rincian dari silabus yang berisi rencana pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Lembar kerja siswa (LKS) disusun berdasarkan tujuan pembelajaran dan berfungsi untuk menuntun siswa dalam proses pemecahan masalah untuk membentuk konsep dalam pembelajaran. Uji normalitas yang digunakan adalah Komolgorov Smirnov dan uji homogenitas digunakan adalah uji Levene s. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji statistik nonparametric yaitu uji Kruskal-Wallis. Semua uji dilakukan menggunakan software SPSS 18. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Deskripsi Data 37 Dalam penelitian ini data yang terkumpul terdiri atas data gaya belajar, kemampuan berpikir kritis, dan prestasi belajar siswa. Distribusi frekuensi prestasi belajar kelas dengan media lab riil dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel.2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Ranah Kognitif Lab Riil Interval Nilai Tengah Frekuensi0 Frekuensi (%) 56-62 59 3 6,9 63-69 66 20 46,5 70-76 73 12 27,9 77-83 80 2 4,7 84-90 87 4 9,3 91-97 94 2 4,7 Jumlah 43 100 Distribusi frekuensi prestasi belajar kelas dengan media lab virtuil dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Ranah Kognitif Lab Virtuil Interval Nilai Tengah Frekuensi0 Frekuensi (%) 52-58 55 7 16,3 59-65 62 7 16,3 66-72 69 14 32,6 73-79 76 3 7 80-86 83 5 11,5 87-93 90 3 7 94 100 97 4 9,3 Jumlah 43 100 Hasil Uji Hipotesis Hasil uji non parametrik Kruskal Wallis untuk prestasi belajar kognitif dan afektif disajikan dalam Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Non Parametrik Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif Hipotesis Signi fikansi Taraf Signifikansi Keputusan Uji 1 1,00 0,05 H 0 diterima 2 0,25 0,05 H 0 diterima 3 0,00 0,05 H 0 ditolak 4 0,45 0,05 H 0 diterima 5 0,00 0,05 H 0 ditolak 6 0,00 0,05 H 0 ditolak 7 0,01 0,05 H 0 ditolak

Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Non Parametrik Prestasi Belajar Siswa Ranah Afektif Signifi Taraf Hipotesis Keputusan Uji kansi Signifikansi 1 0, 18 0,05 H 0 diterima 2 0, 43 0,05 H 0 diterima 3 0, 32 0,05 H 0 diterima 4 0, 45 0,05 H 0 diterima 5 0, 31 0,05 H 0 diterima 6 0, 47 0,05 H 0 diterima 7 0, 36 0,05 H 0 diterima Pembahasan Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dirangkum pada Tabel 4 dan Tabel 5, dapat dijelaskan masing-masing hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama: Pengaruh pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan virtuil terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil uji non parametrik Kruskal Wallis dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan virtuil terhadap prestasi belajar siswa. Banyak peneliti dalam pendidikan sains mengakui bahwa penelitian laboratorium meningkatkan minat dan kemampuan siswa untuk mata pelajaran sains (Bryant dan Edmunt, 1987; Bekar, 1996; Algan, 1999; Bagci dan Simsek, 1999) cit. Tuysuz, (2010). Pembelajaran problem solving menggunakan lab riil memberikan pengalaman pada siswa untuk melakukan percobaan di laboratorium nyata, hal ini membuat siswa belajar dengan aktif, gembira, dan termotivasi. Adanya petunjuk praktikum pada LKS membuat siswa mudah melakukan percobaan sesuai dengan prosedur kerja untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang mereka terima. Siswa belum terbiasa dengan praktikum, sehingga pembelajaran berbasis problem solving membuat siswa belajar lebih lama dan menyita waktu, membuat terbatasnya waktu untuk diskusi dan mengambil kesimpulan Pembelajaran problem solving dengan media lab virtuil untuk memahami materi laju reaksi secara teoritis memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan lab riil karena kepraktisan media, media mampu menggambarkan secara detail percobaan yang 38 dilakukan, siswa dapat mengulangi percobaan dengan mudah, dan adanya animasi membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar. Siswa terbawa suasana menyenangkan dalam mengulang-ulang percobaan membuat banyak waktu yang tersita sehingga hanya tersisa sedikit waktu pada tahap diskusi. Tidak adanya resiko pecahnya alat-alat praktikum pun membuat siswa leluasa dalam melakukan eksperimen dilengkapi dengan adanya petunjuk praktikum pada media dan LKS membuat siswa terpandu meski sesekali bertanya juga kepada guru. Lab virtuil yang digunakan berupa animasi bukan simulasi, sehingga keterampilan teknik penggunaan alat tidak didapatkan dan pengalaman belajar senyata yang diharapkan. Sehingga tidak terlihat pengaruh yang signifikan pembelajaran problem solving dengan media lab riil dan virtuil terhadap prestasi belajar siswa, baik kognitif maupun afektif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadi Santoso (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan pembelajaran fisika dengan menggunakan lab riil dan lab virtuil terhadap prestasi belajar siswa. Andersen (1981) cit. Diknas (2008) karakteristik siswa meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat dan perasaan. Ranah afektif mencakup perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan siswa dipengaruhi oleh faktor internal (dalam diri siswa) ataupun eksternal (lingkungan). Perubahan perilaku afektif tidak berlangsung dengan serta merta tetapi melalui proses yang membutuhkan waktu lebih lama dari pada aspek kognitif dan dukungan dari lingkungan. Dalam penelitian ini diterimanya hipotesis nol (H 0 ) untuk semua hipotesis dikarenakan penelitian hanya dilakukan pada satu kompetensi dasar yang tidak didukung dengan pengembangan strategi pembelajaran yang mengacu pada keterampilan proses untuk mata pelajaran lain selain kimia. Waktu yang relatif singkat dan tidak adanya dukungan lingkungan mengakibatkan kurang terlihatnya dampak pebelajaran problem solving dengan lab riil dan virtuil terhadap prestasi belajar siswa ranah afektif.

2. Hipotesis kedua: Pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil penelitian diperoleh tidak ada pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa baik ranah kognitif maupun afektif untuk materi laju reaksi. Siswa yang memiliki gaya belajar visual mudah memperoleh informasi dalam bentuk gambar, diagram, grafik, atau pun bentuk visualisasi yang menarik. Siswa yang memiliki gaya belajar visual dapat diketahui dengan ciri-ciri teratur dalam memperhatikan segala sesuatu, rapi dan tidak banyak bergerak selama proses pembelajaran. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih mudah memperoleh informasi dengan gerak tubuh, dalam proses pembelajaran siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dapat diketahui dari gerakan anggota tubuh selama belajar. Informasi tentang karakteristik siswa termasuk gaya belajar siswa penting dalam proses belajar-mengajar. Reiff (1992) cit. Lam et al (2011), menyatakan bahwa jika guru menyadari kebutuhan dan gaya belajar siswa, memberikan manfaat seperti mengurangi frustrasi bagi siswa dan guru, meningkatkan konsep diri, prestasi, meningkatkan variabilitas, fleksibilitas, dan memperbaiki komunikasi. Gaya belajar tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar, namun selama proses pembelajaran tetap harus menjadi perhatian guru. Pembelajaran materi laju reaksi melibatkan proses, eksperimen, pengamatan, mengolah data berupa angka dan grafik, diskusi, dan menarik kesimpulan. Hal ini tidak hanya gaya belajar visual saja yang berperan, namun dalam prosesnya gaya belajar kinestetik juga memiliki peran, misalnya ketepatan pengukuran waktu, ketepatan penggunaan termometer, dan keterampilan penggunaan alat lainnya, yang kemudian diproses untuk memperoleh pengetahuan baru. Jadi dalam pembelajaran materi laju reaksi peranan gaya belajar visual dan kinestetik siswa seimbang, sehingga gaya belajar tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Gaya belajar siswa berfluktuasi tergantung cara penyampaian bahan ajar meskipun setiap siswa memiliki kecenderungan pada salah satu gaya belajar, karena pada dasarnya setiap siswa memiliki ketiga gaya belajar baik visual, kinestetik, maupun auditorial. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Riana (2011) yang menyatakan tidak ada pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. Siswa dengan 39 mudah mengadaptasikan gaya belajarnya dengan bahan ajar dan media pembelajaran yang digunakan sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. 3. Hipotesis ketiga: Pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa. Perhitungan untuk hipotesis ketiga menunjukkan ada pengaruh yang signifikan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif, tetapi tidak ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa ranah afektif. Berpikir kritis merupakan pemikiran reflektif yang difokuskan siswa untuk memutuskan sesuatu yang harus dilakukannya. Kemampuan berpikir kritis meliputi kemampuan memberi penjelasan, mengidentifikasi argumen utama, menunjukkan persamaan dan perbedaan, menarik kesimpulan, mendeduksi secara logis, mengevaluasi berdasarkan fakta dan memilih strategi yang tepat. Hasil penelitian Mohd Nazir (2010) menyatakan bahwa berpikir kritis memainkan peran penting dalam pendidikan, dan merupakan objek pembelajaran, penelitian harus fokus pada penemuan metode pembelajaran yang paling efektif untuk pengembangannya. Berpikir kritis memberikan sumbangan yang besar dalam proses pembelajaran, terlihat pada besarnya nilai signifikansinya yaitu 0,0. Karena memberikan sumbangan yang signifikan dalam pembelajaran, keterampilan berpikir kritis perlu diperhatikan dan ditingkatkan. Hofreiter, Monroe, dan Stein (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan pembelajaran yang melibatkan diskusi dan tugas yang saling dikaitkan. Problem solving merupakan pembelajaran yang melibatkan proses pemecahan masalah dan diskusi yang saling terkait sehingga dapat digunakan sebagai pembelajaran alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa yang dalam kategori kelompok kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki ratarata prestasi belajar ranah kognitif lebih besar dibandingkan dengan siswa yang dalam kategori kelompok berkemampuan berpikir kritis rendah. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk belajar dan berusaha untuk berpikir secara logis dalam rangka memecahkan masalah, dengan cara bertanya maupun mencari sendiri pemecahannya. Dengan

kemampuan menarik kesimpulan yang baik selama proses pembelajaran maka siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki prestasi belajar aspek kognitif lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Namun ditinjau dari aspek afektif siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah tidak memiliki perbedaan prestasi belajar yang signifikan hal ini sesuai dengan penelitian oleh Hadi Santoso (2009). maupun diskusi kelas. Siswa yang memiliki gaya belajar visual pada pembelajaran menggunakan media lab virtuil terlihat antusias, tertarik, dan aktif selama pembelajaran, sedangkan pada pembelajaran menggunakan media lab riil terlihat kuarang antusias dan kurang aktif selama prembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Sudarmi (2010) yang menyatakan tidak ada interaksi antara media lab riil dan virtuil dengan gaya belajar siswa. 4. Hipotesis keempat: Interaksi antara 5. Hipotesis kelima: Interaksi antara pembelajaran kimia berbasis problem pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan virtuil solving menggunakan lab riil dan virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi dengan kemampuan berpikir kritis belajar siswa. terhadap prestasi belajar siswa. Tidak adanya interaksi yang signifikan Dari hasil uji statistik dapat dilihat ada antara metode pembelajaran problem solving interaksi yang signifikan antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtuil, berarti kimia berbasis problem solving menggunakan lab siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik riil dan lab virtuil dengan kemampuan berpikir diberi perlakukan pembelajaran problem solving kritis terhadap prestasi belajar siswa ranah dengan lab riil maupun lab virtuil memberikan kognitif, tetapi tidak ada interaksi yang prestasi belajar yang tidak berbeda secara signifikan antara pembelajaran kimia berbasis signifikan. Dunn dan Dunn (1979) cit. Lam problem solving menggunakan lab riil dan lab (2011) menyatakan bahwa gaya belajar memiliki virtuil dengan kemampuan berpikir kritis implikasi untuk praktek mengajar meskipun terhadap prestasi belajar siswa ranah afektif. praktek mengajar tidak boleh hanya ditentukan Hasil penelitian Tuysuz (2010) oleh gaya belajar siswa. Penggunaan media menunjukkan bahwa aplikasi laboratorium virtuil pembelajaran yang mampu mengakomodasi gaya membuat efek positif pada prestasi siswa dan belajar siswa sangat diperlukan dalam sikap bila dibandingkan dengan metode pembelajaran. Pembelajaran problem solving pengajaran tradisional. Pembelajaran kimia dengan lab riil dan virtuil melibatkan gaya dengan strategi problem solving melatih siswa belajar kinestetik dan visual meskipun masingmasing untuk memecahkan masalah dengan berdiskusi persentasenya berbeda. Penggunaan kelompok, berinteraksi dengan bahan ajar, dalam media lab riil lebih cenderung mengaktifkan rangka menemukan konsep. Hasil penelitian gaya belajar kinestetik, sedangkan lab virtuil Guiller et al, (2008) cit. Mohd Nazir menyatakan lebih cenderung mengaktifkan gaya belajar bahwa bahwa berpikir kritis adalah keterampilan visual. yang diperlukan untuk pemahaman penuh teori, Interaksi penggunaan media pembelajaran bukti dan isu-isu inti, dan perdebatan dalam dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar domain psikologi dan disiplin lain. Dalam tidak signifikan, tetapi tetap memerlukan pembelajaran problem solving dengan perhatian. Hal ini terlihat pada penggunaan penggunaan media lab riil dan virtuil erat media lab virtuil beberapa siswa dengan gaya kaitannya dengan kemampuan berpikir kritis belajar kinestetik awalnya sangat tertarik dengan siswa. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang penggunaan animasi dalam percobaan, namun menunjukkan interaksi yang signifikan yakni setelah berlangsung agak lama beberapa siswa 0.002. Ada keterkaitan yang signifikan antara tersebut merasa bosan, dan ada beberapa yang problem solving dengan berpikir kritis terlihat bergerak mondar-mandir melihat kegiatan dalam penelitian Awang dan Ramly (2008) cit. kelompok lain. Kebosanan ini dengan sendirinya Mohd Nazir menunjukkan bahwa pendekatan terusir dengan adanya proses diskusi antar pembelajaran berbasis masalah dapat kelompok dalam menjawab permasalahanpermasalahan meningkatkan kemampuan berpikir siswa. yang diberikan diawal Siswa dengan kemampuan kritis tinggi pembelajaran. Siswa yang memiliki gaya belajar memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan aktif kinestetik pada pembelajaran menggunakan lab dalam menyelesaikan masalah sehingga akan riil terlihat senang, aktif dalam bereksperimen cepat menyesuaikan diri dengan media 40

pembelajaran. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi diberi pembelajaran problem solving dengan media lab riil maupun lab virtuil memperoleh prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah memerlukan pengalaman yang secara nyata untuk dapat berpikir logis, menentukan tindakan dan menarik kesimpulan dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah diberi pembelajaran problem solving dengan media lab riil memiliki prestasi belajar ranah kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan diberi pembelajaran problem solving dengan media lab virtuil. Adanya interaksi yang signifikan antara penggunaan media pada pembelajaran problem solving dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar aspek kognitif berarti apapun media yang digunakan, siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi memperoleh prestasi belajar aspek kognitif yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Tidak adanya interaksi yang signifikan antara penggunaan media pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa aspek afektif berarti, apapun kemampuan berpikir kritisnya tidak memberikan perbedaan prestasi yang signifikan diberi pembelajaran problem solving mengggunakan media lab riil maupun lab virtuil sejalan dengan penelitian oleh Hadi Santoso (2009). tidak diakomodasi. Hal ini menunjukkan bahwa mengetahui dan mengakomodasi gaya belajar siswa lebih memberi manfaat terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Berpikir kritis merupakan salah satu faktor internal yang memberikan sumbangan penting dalam pembelajaran terlihat dari hasil uji hipotesis yang ketiga bahwa berpikir kritis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Adanya konstribusi positif dari gaya belajar dan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa menimbulkan interaksi yang signifikan antara kedua faktor internal tersebut terhadap prestasi belajar siswa. Adanya interaksi yang signifikan antara gaya belajar dan kemampuan berpikir kritis ditinjau dari prestasi belajar aspek kognitif berarti siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki prestasi belajar aspek kognitif yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah apapun gaya belajarnya. Sedangkan untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih baik prestasi kognitifnya daripada siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik apapun kemampuan berpikir kritisnya. Tidak adanya interaksi yang signifikan antara gaya belajar dan kemampuan berpikir kritis ditinjau dari prestasi belajar aspek afektif berarti baik siswa yang memiliki gaya belajar visual maupun kinestetik tidak memiliki perbedaan prestasi belajar yang signifikan apapun kemampuan berpikir kritisnya. 7. Hipotesis ketujuh: Interaksi antara pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan virtuil, 6. Hipotesis keenam: Interaksi antara gaya gaya belajar dan kemampuan berpikir belajar dengan kemampuan berpikir kritis kritis terhadap prestasi belajar siswa. dan terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil perhitungan statistik menyatakan Dari hasil uji statistik menyatakan bahwa bahwa ada interaksi yang signifikan antara ada interaksi yang signifikan antara gaya belajar pembelajaran kimia berbasis problem solving dengan kemampuan berpikir kritis terhadap menggunakan lab riil dan virtuil, gaya belajar, prestasi belajar siswa ranah kognitif, tetapi tidak dan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi ada interaksi yang signifikan antara gaya belajar belajar siswa ranah kognitif, tetapi tidak ada dengan kemampuan berpikir kritis terhadap interaksi yang signifikan antara pembelajaran prestasi belajar siswa ranah afektif. Hasil uji kimia berbasis problem solving menggunakan lab hipotesis ke-2 menunjukkan tidak signifikan riil dan virtuil, gaya belajar, dan kemampuan pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar, berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa namun gaya belajar merupakan faktor internal ranah afektif. Penggunaan media pembelajaran yang memberikan konstribusi dalam pencapaian memberikan konstribusi positif hal ini sejalan prestasi belajar siswa. Penelitian oleh Dunn dengan hasil penelitian Tuysuz (2010) (2003) cit. Frank Coffield (2004: 67) menyatakan bahwa penggunaan laboratorium menyatakan bahwa siswa yang gaya belajarnya virtuil memberikan konstribusi positif terhadap diakomodasi, mencapai 75% dari standar deviasi pendidikan. Margetson (1991) cit. Mohd Nazir lebih baik daripada siswa yang gaya belajarnya 41

(2010) mengatakan bahwa karakter pembelajaran berbasis masalah antara lain mendorong berpikiran terbuka, reflektif, pembelajaran kritis dan aktif. Penggunaan media laboratorium baik riil maupun virtuil, gaya belajar, dan kemampuan berpikir kritis siswa memiliki konstribusi positip terhadap prestasi belajar siswa, sehingga ketiganya memberikan interaksi yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Siswa dengan gaya belajar visual dan memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi pada pembelajaran problem solving menggunakan media lab virtuil memberikan prestasi belajar aspek kognitif yang lebih baik daripada menggunakan media lab riil. Sedangkan siswa dengan gaya belajar visual dan memiliki kemampuan berpikir kritis rendah pada pembelajaran problem solving menggunakan media lab riil memberikan prestasi belajar aspek kognitif yang lebih baik daripada menggunakan media lab virtuil. Siswa dengan gaya belajar kinestetik dan memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi pada pembelajaran problem solving menggunakan media lab riil memberikan prestasi belajar aspek kognitif yang lebih baik daripada menggunakan media lab virtuil. Sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik dan memiliki kemampuan berpikir kritis rendah pada pembelajaran problem solving menggunakan media lab riil memberikan prestasi belajar aspek kognitif yang lebih baik daripada menggunakan media lab virtuil. Ada interaksi antara pembelajaran problem solving dengan media lab riil dan virtuil, gaya belajar, dan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif berarti apapun gaya belajar yang dimiliki, apapun media yang diberikan, siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Tidak ada interaksi yang signifikan antara pembelajaran problem solving dengan media lab riil dan virtuil, gaya belajar, dan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa ranah afektif berarti apapun gaya belajar yang dimiliki, apapun media yang diberikan, siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi tidak memiliki prebedaan prestasi belajar yang signifikan dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Keterbatasan Penelitian 42 Penelitian ini telah direncanakan dan dilaksanakan semaksimal mungkin untuk memperoleh hasil yang optimal. Namun peneliti menyadari keterbatasan sehingga hasil penelitian masih belum sempurna. Keterbatasan yang dimaksud antara lain: (1) media lab virtuil yang digunakan animasi bukan simulasi sehingga belum bisa memberikan pengalaman belajar yang senyata seperti lab real; (2) variabel gaya belajar dalam penelitian ini diambil hanya dua kategori yaitu visual dan kinestetik, sedangkan auditorial tidak dilibatkan sehingga belum mendapatkan kesimpulan pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa; (3) populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA N 1 Pulokulon Grobogan tahun pelajaran 2010/2011. Apabila eksperimen ini dilakukan pada subjek lain memungkinkan menghasilkan keputusan yang berbeda. Hal ini karena karateristik yang dimiliki masing-masing sampel berbeda sehingga hasil penelitian ini belum dapat digeneralisasikan secara universal. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian di SMA N 1 Pulokulon, dapat disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran kimia berbasis problem solving menggunakan lab riil dan virtuil dapat diterapkan pada materi laju reaksi; (2) kemampuan berpikir kritis memberikan konstribusi positif terhadap prestasi belajar siswa; (3) pembelajaran kimia berbasis problem solving dengan lab riil tepat digunakan pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Rekomendasi Untuk guru; (1) untuk pembelajaran laju reaksi sebaiknya disampaikan dengan strategi problem solving menggunakan lab riil dan lab virtuil; (2) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran problem solving dengan lab riil: merancang praktikum dan persiapan lab dengan baik sehingga efisien waktu, sebelum melaksanakan praktikum guru sebaiknya mencoba dulu, membiasakan siswa disiplin saat praktikum sehingga tidak menimbulkan kegaduhan karena pergerakan siswa yang tidak terarah; (3) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran problem solving dengan lab virtuil: pembuatan media sesuai dengan silabus, menggunakan animasi, warna, dan suara yang menarik sehingga siswa tidak mudah bosan, guru

sebaiknya mencoba menggunakan dulu sebelum diterapkan di kelas; (4) kemampuan berpikir kritis berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa sehingga perlu ditingkatkan, yaitu dengan pembelajaran problem solving, inquiry, proyek, dan strategi-strategi lain yang mengacu pada pendekatan proses. Untuk peneliti; hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitan pada pada konsep kimia yang bersifat empiris seperti kesetimbangan kimia, termokimia dengan meninjaunya dari variabel lain seperti kemampuan awal, logika berpikir induktif, motivasi agar tujuan pembelajaran tercapai dan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Daftar Pustaka Arend, RI. 2008. Learning to Teach. Penerjemah: Helly Prajitno Soetjipto & Sri Moelyantini Seotjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. BNSP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP. Coffield, F., Moseley, D., Hall, E., Ecclestone, K. 2004. Learning Styles and Pedagogy in Post-16 Learning (A Systematic and Critical Review). Wiltshire: Cromwell Press Ltd. Diknas. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta (Unpublised). Hadi Santoso. 2009. Pengaruh penggunaan Laboratorium Riil dan Laboratorium Virtuil pada Pembelajaran Fisika ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Studi Kasus pada Siswa Kelas X MAN Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009 pada Materi Gerak Lurus Berubah Beraturan). Tesis Universitas Sebelas Maret. Surakarta. (Unpublised). Hofreiter, DT., Monroe, MC., Stein, TV. 2007. Teaching and Evaluating Critical Thinking in an Environmental Context. Applied Environmental Education and Communication. 6:149 157. Taylor & Francis Group, LLC. I Wayan Sadia. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Sains Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Prosiding Seminar Nasional. Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Sukararta. Lam, P., Lam, S., Chan, M., 2011. Learning Styles of Students (Gifted vs. The Non-gifted) and 43 Implications to Teaching. Proceedings of the 3 rd International Conference of Teaching and Learning. INTI International University, Malaysia. Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. Mohd. Nazir Md Zabit. 2010. Problem-Based Learning on Students Critical Thinking Skill in Teaching Business Education in Malaysia: A Literature Review. American Journal of Business Education. 3 (6): 19-32. Riana. 2011. Pembelajaran Kimia dengan Metode Inkuiri Terbimbing Menggunakan Virtuil Lab dan Riil Lab Ditinjau dari Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Kimia Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010). Tesis Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret. Surakarta. (Unpublised). Sri Rahayu, 2012. Designed Student-Centered Instruction (DSCI): Model Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik, Inkuiri, dan Kontekstual. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia IV. Surakarta: 31 Maret 2012. Sudarmi, 2010. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Melalui Lab Riil dan Virtuil Ditinjau dari Gaya Belajar dan Kemampuan Berpikir Abstrak (Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Topik Suhu dan Kalor Kelas X, Semester 2 SMA Negeri I Pati Pada Tahun Pelajaran 2008/2009). Tesis Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret. Surakarta. (Unpublised). Syaiful Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Tüysüz, C. 2010. The Effect of the Virtuil Laboratory on Students Achievement and Attitude in Chemistry. International Online Journal of Education Science. 2 (1): 37-53. Winkel, W.S. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.