BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

ASPEK KUALITAS AIR DAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN KOTA UTARA KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi air minum sehari-hari. Berkurangnya air bersih disebabkan karena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk air minum (Meidhitasari, 2007). Air minum aman untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. kimia fisika dan radio aktif (Menteri Kesehatan RI, 2010). Air di dalam tubuh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari air. Pada tubuh orang dewasa, sekitar % berat badan terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga

Repository.Unimus.ac.id

Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP 2. Dosen Program Magister Kesehatan Lingkungan, UNDIP 3. Dosen Program Doktor Ilmu Lingkungan, UNDIP

UJI KUALITAS AIR SUMUR GALI PADA TOPOGRAFI TANAH MIRING dan TANAH DATAR di LIHAT dari DESA PILOHAYANGA BARAT KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG PADA TINGKAT PRODUSEN DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang dimasak, kini masyarakat mengkonsumsi air minum isi ulang (AMIU).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling penting. Air

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis, dan radioaktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

UJI BAKTERIOLOGIS AIR MINUM BEBERAPA RUMAH MAKAN DI KOTA PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH ANDREW VALENTINO B.P

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

RENCANA TINDAK LANJUT

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN TANJUNG REDEP KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL

UJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN. SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

Kepustakaan : 15 Kata Kunci : Jarak sumur gali, tempat pembuangan tinja, Escherichia Coli

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN. misalnya, baik manusia, tumbuh-tumbuhan ataupun hewan sebagian besar

KAJIAN KELAYAKANKUALITAS AIR MINUM ISI ULANG BERASALDARI AIR TANAH DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI BAKTERIOLOGIS SUSU KEDELAI PRODUK RUMAH TANGGA YANG DI JUAL DIPASARAN. Oleh: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) Pada Air Galon Reverse Osmosis (RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO)

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sanitation and Drinking Water Quality on Drinking Water Station. Sanitasi dan Kualitas Air Minum pada Depot Air Minum (DAM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 29124

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

SISTEM STERILISASI AIR MINUM ISI ULANG PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KOTA DAN KABUPATEN PEKALONGAN

PENGARUH JARAK TPA DENGAN SUMUR TERHADAP CEMARAN BAKTERI COLIFORM PADA AIR SUMUR DI SEKITAR TPA DEGAYU KOTA PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan zat yang paling penting setelah udara dalam kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan jasad-jasad lain. Air juga merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan jika di bumi tidak ada air. Jumlah air yang dibutuhkan untuk suatu daerah akan selalu mempunyai kecenderungan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan penduduk dan peningkatan taraf hidup penduduk daerah tersebut, sedangkan air itu sendiri berkurang dari segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Menurut Live and Learn Environmental Education (2011) menyebutkan bahwa pada tubuh manusia, sebanyak 75% bagian tubuhnya terdiri dari air. Manusia membutuhkan air terutama untuk minum. Manusia tidak dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Hal ini karena manusia membutuhkan air sebagai pelarut dan proses biokimia di dalam tubuhnya (Kumalasari dan Yogi, 2011). Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 2,8 liter per hari (Irianto, 2004). Ketersediaan air di dunia ini sekitar 97% merupakan air laut, sementara air tawar hanya 3% yang terdiri dari 2,8% berupa air beku yaitu air yang terjebak di bawah tanah atau dapat ditemukan di atmosfir atau tanah sebahai uap air sehingga tidak dapat digunakan secara langsung oleh manusia, dan hanya sebanyak 0,3% dari total air di dunia yang dapat digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari (Live and Learn Environmental Education, 2011). Padahal dalam UU Pangan Nomor 7 Tahun 1996 pangan/minuman merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan air minum dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air.

2 Mengingat pentingnya peranan air tersebut, maka sangat diperlukan adanya sumber air yang dapat menyediakan air yang baik dari segi kuantitas dan kualitasnya (Mulia, 2005). Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk menjaga kualitas air (Ditjen PP & PL, 2011). Kualitas air didefinisikan sebagai kadar air yang dianalisis secara teliti sehingga menunjukkan mutu dan karakteristik air. Mutu dan karakteristik air ditentukan oleh jenis dan sifat-sifat bahan yang terkandung di dalamnya. Bahan-bahan tersebut dapat berupa benda padat, cair maupun gas, bersifat terlarut maupun yang tak terlarut, secara alamiah mungkin sudah terdapat dalam air maupun diperoleh selama air mengalami siklus hidrologi. Dengan demikian mutu dan karakteristik air ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana air berada. Aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan sering juga menimbulkan bahan-bahan sisa atau bahan-bahan buangan yang mempunyai kecenderungan pada peningkatan jumlah dan kandungan bahanbahan di dalam air. Bahan-bahan ini apabila tidak ditangani secara baik dapat menimbulkan permasalahan pencemaran, terutama apabila lingkungan tidak mempunyai daya dukung yang cukup untuk menetralisir atau mengurangi bahan pencemar tersebut. Kualitas air juga dipengaruhi oleh cara manusia mengolah dan menggunakan air, dan untuk mengatur atau mengelola air (Live and Learn Environmental Education, 2011). Steyer et al (2011) menyebutkan bahwa dari 152 sampel air yang di teliti terdiri dari air tanah dari sumur responden (72 sampel), 17 sampel dari penyediaan publik, dan 63 sampel dari permukaan air sungai, menunjukkan adanya persentase yang relative tinggi terhadap pencemaran air tanah di Slovenia dan air tersebut jika digunakan untuk air minum maka memungkinkan tercemar oleh infeksi virus. Pada beberapa dekade terakhir ini, ketersediaan air di beberapa tempat mulai berkurang akibat kerusakan lingkungan dan anomali iklim secara global. Ketersediaan air baku untuk air minum juga mulai menurun kualitasnya, hal ini karena daya dukung lingkungan cenderung semakin menurun misalnya ditunjukkan dengan semakin banyaknya DAS yang kondisinya semakin memburuk sehingga tidak bisa menyimpan air dengan

3 baik. Hal ini berakibat pada ketersediaan air baku yang semakin berkurang. Selain itu, kondisi sumber air, terutama permukaan (sungai), cenderung semakin tercemar oleh limbah rumah tangga, limbah industri maupun penggunaan pestisida, insektisida, dan usaha pertambangan yang tidak terkendali. Akibatnya kualitas air baku yang akan diolah menjadi air minum menjadi terpengaruh (Joko, 2010). Penyebab utama pencemaran berasal dari limbah rumah tangga (40%), limbah industri (30%), sisanya merupakan limbah pertanian, peternakan, atau limbah lainnya (Anies, 2005). Beberapa hal yang menyebabkan timbulnya masalah ini yaitu pesatnya pertumbuhan industri dan pemukiman penduduk yang mengakibatkan permintaan air tanah menjadi meningkat. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas air. Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan masih rendah misalnya terjadi pembuangan limbah tanpa diolah terlebih dahulu. Ketidakcukupan air minum yang aman atau adanya air minum yang tercemar merupakan ancaman bagi semua organisme yang hidup terutama manusia. WHO (2004) memperkirakan sekitar 80% dari semua penyakit dan penyebaran penyakit di dunia adalah akibat kualitas air dan sanitasi yang buruk. Satu di antara akibat dari pencemaran adalah terjadinya peningkatan penyakit bawaan air yaitu diare dan penyakit kulit. Air minum yang aman untuk kesehatan dan pembangunan merupakan sasaran penting internasional yang telah diamanatkan dalam sejumlah besar kebijakan dan strategi regional dan nasional. Di tahun 2000, sasaran pembangunan millennium (Millenium Development Goals atau MDGs) untuk pembangunan berkelanjutan dan kerjasama internasional telah diadopsi oleh masyarakat internasional. Banyak Negara telah berkomitmen untuk mencapai target-target yang saling berkaitan untuk akses berkelanjutan terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar (WHO, 2005). Untuk mewujudkan harapan dan cita-cita tersebut tentunya tidak lepas dari upaya untuk meningkatkan kualitas air minum itu sendiri baik secara fisik, kimia, bakterilogis dan radioaktif (Kusnaedi, 2010). Untuk memenuhi kebutuhan air minum mayarakat bisa memperoleh dari

4 sumber air, air sungai, air tanah baik dengan menggunakan sumur dangkal ataupun dalam dan juga dari air perpipaan yang diproduksi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat, yang dimasak dahulu sebelum dikonsumsi. Sampai saat ini pengambilan air tanah dalam terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan seperti domestic use dan industri, seperti PDAM telah mengadakan penambahan sumur bor di beberapa tempat untuk menambah produksi air perusahaannya. Hal ini jelas akan memperbesar jumlah air yang dieksploitasi, apabila tidak memperhatikan keseimbangan persediaan air tanah, maka kelestarian air tanah dalam akan terancam dari segi kuantitasnya (Suprihatin dan Retno, 2008). Pilihan masyarakat terhadap cara memperoleh air minum berubah-ubah (meningkat atau menurun), adapun faktor penyebab perubahan kebutuhan air disebabkan seperti tersedianya air, harga air, jarak air, dan kualitas air. Berdasarkan data sanitasi dasar yang ada di Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Tahun 2011 menyebutkan bahwa prosentase Sarana Air Bersih (SAB) untuk wilayah kerja Puskesmas Cipeundeuy hanya sebesar 35,84%, wilayah kerja Puskesmas Cimareme sebesar 68,33%. Sedangkan prosentase Sarana Air Bersih (SAB) untuk wilayah kerja Puskesmas Padalarang sebesar 90,49%. Hal ini berarti kebutuhan masyarakat di Kecamatan Cimareme dan Kecamatan Cipeundeuy akan tersedianya Sarana Air Bersih (SAB) belum sepenuhnya terpenuhi. Akibatnya masyarakat mencari berbagai alternative untuk mendapatkan air bersih salah satunya dengan mengkonsumsi air minum siap pakai. Kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi air minum siap pakai seperti yang berasal dari Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) sangat besar, selain karena mudah didapat juga harganya yang relatif terjangkau oleh sebagian besar masyarakat, hal ini ditunjukan dengan pesatnya perkembangan jumlah DAMIU di Kabupaten Bandung Barat. Pada tahun 2008 tercatat 22 DAMIU (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, 2008) dan tahun 2011 tercatat 155 DAMIU yang tersebar di 15 Kecamatan Kabupaten Bandung Barat (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, 2011). Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar

5 133 DAMIU (85,81%) dalam kurun waktu tiga tahun (dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011). DAMIU tersebut sebagian besar menggunakan PDAM sebagai sumber air bakunya yaitu sebesar 80% dan 20% sisanya menggunakan air tanah. Namun demikian, seiring berkembangnya jumlah DAMIU yang pesat khususnya di Kabupaten Bandung Barat, tidak semua DAMIU terjamin kualitasnya. Dalam beberapa pemeriksaan tidak sedikit ditemukan keberadaaan Coliform dan E. coli. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Wandrivel dkk. (2012) tentang kualitas air minum yang diproduksi oleh DAMIU di Kecamatan Bungus Padang, berdasarkan persyaratan mikrobiologi diperoleh hasil yaitu lima dari sembilan sampel mengandung bakteri Coliform dan tiga dari lima sampel tersebut juga mengandung E. coli. Jeena et al. (2005) di Fiji India juga menyebutkan bahwa dari 105 sampel air mineral dengan merk yang berbeda, diketahui sekitar 40% melebihi standar yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan serta Biro Standar India (BIS) Pemerintah India. Sebanyak 14% dan 44% dari sampel dengan beban Total Heterotropic Bacterial (THB) antara 100 dan 1000 cfu/ml atau 1000 cfu/ml dinyatakan positif mengandung Coliform dan terdapat hubungan linier antara THB dengan bakteri Coliform. Selain itu, Da Silva et al. (2008) di Brazil juga menyebutkan bahwa 76,6% dari sampel air mineral sebanyak 20-L yang merupakan kumpulan dari air dispenser terkontaminasi oleh setidaknya 1 coliform atau bakteri indikator atau setidaknya 1 bakteri patogen. Hal ini berarti DAMIU cukup potensial sebagai sarana penularan penyakit serta gangguan kesehatan lainnya. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri Coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang hidup dalam kotoran manusia (tinja) dan hewan. Bakteri Coli pada umumnya terdapat dalam faeces (Suriawiria, 2003). Gantzer et al. (2002) di Perancis menyebutkan bahwa sebesar 68% dari tinja yang diteliti pada konsentrasi 4,3 x 10 3 PFU.g -1 terdeteksi Escherichia coli. Manusia menghasilkan tinja antara 100 150 gram setiap hari, dan di dalamnya terkandung bakteri Coli sebanyak 3 x 10 11 (300 milyar) (Suriawiria, 2003).

6 Padahal air yang mengandung bakteri E.coli beresiko untuk menyebabkan terjadinya penyakit diare (Widjaja, 2002). Gault et al. (2011) di Perancis dan Jansen et al. (2011) di Jerman menyebutkan bahwa dari bulan Mei sampai Juli 2011 dilaporkan terjadi wabah Haemolytic Uraemic Syndrome (HUS) dan diare berdarah yang disebabkan oleh toksin Shiga yang menghasilkan Escherichia coli (STEC) o104:h4. Yuniarno (2005) menyebutkan bahwa kandungan E.coli terbukti berhubungan dengan kejadian diare di hulu DAS Solo. Younes and Bartram (2001) juga menyebutkan bahwa sekitar sepertiga dari diare di Swiss mungkin disebabkan oleh kualitas air minum meskipun pengelolaannya sudah sesuai dengan standar yang berlaku. Hygiene sanitasi DAMIU yang tidak sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku bisa mengakibatkan kualitas air minum yang dihasilkan tidak memenuhi standar kualitas air minum yang ditentukan, karena apabila kualitas air minum tidak memenuhi syarat khususnya kualitas bakteriologis akan menimbulkan gangguan kesehatan yaitu timbulnya penyakit seperti diare, colera, thypoid, hepatitis, disentri dan gastroenteritis. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Suprihatin dan Retno (2008) bahwa kondisi higiene karyawan DAMIU perlu mendapat perhatian yaitu di antaranya kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum melaksanakan pekerjaan, tidak memeriksakan kesehatannya secara rutin tiap 6 bulan sekali, tidak memakai pakaian khusus kerja, dan tidak mengikuti kursus penjamah makanan. Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat tahun 2011 menyebutkan bahwa kasus diare menempati urutan keempat dengan jumlah 30.839 kasus dengan kasus terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Cimareme dengan jumlah kasus 4.263, di wilayah kerja Puskesmas Cipeundeuy sebanyak 2.466 kasus, dan di wilayah kerja Puskesmas Padalarang sebanyak 1.530 kasus. Sementara itu berdasarkan pemeriksaan DAMIU yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Tahun 2012 diketahui bahwa dari 75 DAMIU sebanyak 26 DAMIU tidak memenuhi syarat karena masih mengandung bakteri Coliform.

7 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka perlu dilakukan penelitian Analisis Keberadaan Bakteri Coliform dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.3.1. Tujuan Umum Menganalisis Keberadaan Bakteri Coliform dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan kualitas air baku yang digunakan oleh DAMIU di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat tahun 2013. b. Mendeskripsikan kualitas bakteriologis air minum isi ulang yang dihasilkan oleh DAMIU di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat tahun 2013. c. Mendeskripsikan kondisi peralatan yang digunakan oleh DAMIU di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat tahun 2013. d. Mendeskripsikan kondisi pengolahan pada DAMIU di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat tahun 2013.

8 e. Mendeskripsikan kondisi sanitasi fisik DAMIU di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat tahun 2013. f. Mendeskripsikan kondisi hygiene karyawan/petugas pada DAMIU di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat tahun 2013. g. Mengetahui hubungan antara kualitas bakteriologis air baku dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang pada DAMIU di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 h. Mengetahui hubungan antara peralatan DAMIU dengan kualitas bakteriologis air minum pada DAMIU di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 i. Mengetahui hubungan antara proses pengolahan dengan kualitas bakteriologis air minum pada DAMIU di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 j. Mengetahui hubungan antara sanitasi fisik dengan kualitas bakteriologis air minum pada DAMIU di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 k. Mengetahui hubungan antara hygiene karyawan/petugas dengan kualitas bakteriologis air minum pada DAMIU di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013

9 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Pemerintah Daerah Meningkatkan peranan Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan dalam pengawasan kesehatan pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU). 1.4.2. Bagi Pengelola DAMIU Pengelola Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) mengetahui kualitas air baku dan air minum DAMIU, serta kondisi lingkungan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat mencegah kejadian penyakit atau gangguan kesehatan akibat terpapar oleh agent atau faktorfaktor resiko yang berada di dalam lingkungannya. 1.4.3. Bagi Pengelola Sumber Air Baku Pengelola sumber air baku mengetahui kualitas air bakunya dan kondisi lingkungan yang perlu diperbaiki. 1.4.4. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat tentang gambaran kualitas air pada DAMIU di Kabupaten Bandung Barat sehingga dapat dijadikan pedoman dalam memilih dan mengkonsumsi air minum isi ulang. 1.4.5. Bagi Keilmuan Sebagai bahan informasi ilmiah dan bahan rujukan untuk penelitian-penelitian bidang kesehatan lingkungan berikutnya khususnya mengenai Aspek Kualitas Air kaitannya dengan keberadaan Coliform, Hygiene Sanitasi fisik dan kesehatan karyawan/penjamah di Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU). 1.4.6. Bagi Mahasiswa Bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan aplikasi teori ilmu-ilmu lingkungan dan kesehatan lingkungan yang pernah di dapat khususnya yang berubungan dengan kualitas air.

10 1.5. Keaslian Penelitian Peneliti menginventarisir penelitian yang berkaitan dengan DAMIU dan Diare sebagai berikut : Tabel 1.1 Penelitian-penelitian Sebelumnya Peneliti Arman (2011) Dian Angraini Taib (2012) Rido Wandrivel, Netty Suharti, Yuniar Lestari (2012) Nita Cahyaning, Aras Mulyadi, Thamrin (2009) Saudin Yuniarno (2005) Bambang Suprihatin, Retno Adriyani (2008) Judul Analisis Keberadaan Bakteri E. Coli pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Aspek Kualitas Air dan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2012 Kualitas Air Minum yang diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Bungus Padang berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi Pengaruh Pemanfaatan Air Sungai Siak terhadap Penyakit Diare dan Penyakit Kulit pada Masyarakat Pinggiran Sungai Siak (Kasus di Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru) Hubungan Kualitas Air Sumur dengan Kejadian Diare di DAS Solo (Studi Kasus di Hulu dan Hilir Bengawan Solo) Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Tanjung Redep Kabupaten Berau Kalimantan Timur Tujuan a. Mengetahui kandungan bakteri E.coli serta kualitas Air Minum Isi Ulang ditinjau dari segi bakteriologi. b. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap keberadaan bakteri E.coli pada AMIU. untuk mengetahui Kualitas Air dan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo mengetahui kualitas air minum yang dihasilkan depot air minum di Kecamatan Bungus berdasarkan persyaratan mikrobiologi mengetahui hubungan pemanfaatan air Sungai Siak terhadap penyakit kulit dan diare. mengetahui hubungan kualitas air sumur terhadap kejadian diare di hulu dan hilir DAS Solo mengetahui higiene sanitasi DAMIU di Kecamatan Tanjung Redep, Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur Metode Survei dengan observasi lapangan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif a. Sampel :seluruh populasi yang ada, yaitu sembilan sampel. b. Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu pengambilan sampel Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan rancangan cross sectional. Metode pengambilan sampel dengan sampling kuota (quota sampling) dan Observasional yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional dengan responden sebanyak 66 di hulu dan 66 di observasional deskriptif dengan rancang bangun penelitian cross sectional

11 Hasil a. Terdapat E.coli pada hasil produk AMIU b. Faktor yang paling berpengaruh terhadap E.coli pada hasil produk AMIU adalah Sanitasi a. fasilitas sanitasi dari 9 depot terhadap 5 kategori penilaian berada pada prosentasi rata-rata sebesar 35,6% yaitu tidak memenuhi syarat, b. karyawan atau petugas depot terhadap 7 ketegori penilaian berada pada prosentasi ratarata sebesar 57,1% yaitu memenuhi syarat c. sarana pengolahan air minum terhadap 10 kategori penilaian berada pada prosentasi rata-rata sebesar 90% yaitu memenuhi syarat yang tentunya sesuai dengan Persyaratan hygiene sanitasi menurut Departemen air dengan galon air sekaligus observasi faktor yang mempengaruhi kualitas air dan pemeriksaan mikrobiologis dengan Most Probable Number Test (MPN) terhadap sampel yang terdiri dari tiga tes, yaitu presumptive test, confirmative test, dan complete tes Lima dari sembilan sampel mengandung bakteri Coliform dan tiga dari lima sampel tersebut juga mengandung E. coli. 55,6% depot air minum di Kecamatan Bungus menghasilkan air minum yang kualitasnya tidak memenuhi persyaratan mikrobiologi yang telah ditetapkan pemerintah. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi adalah air baku, kondisi depot, kebersihan operator, dan penanganan terhadap wadah pembeli. purposive sampling 1. Hasil analisa kualitas air Sungai Siak dari pemerintah Kota Pekanbaru Tahun 2007 dengan 5 (lima) titik sampling dan perhitungan IMPL untuk 9 parameter dinyatakan bahwa mutu lingkungan perairan Sungai Siak dalam kondisi buruk dan sangat buruk. Oleh karena itu wajar jika dari hasil penelitian terhadap 200 responden hanya 0,5% yang memanfaatkan air Sungai Siak sebagai air minum karena dari fisiknya air sungai Siak kotor, coklat. 2. Karena keterbatasan pengetahuan masyarakat, aktivitas MCK (mandi, Cuci dan Kakus) masih dilakukan di Sungai Siak ( >52%). Karena sebagian besar hilir kandungan E.coli yang terbukti berhubungan dengan kejadian diare di hulu dan dua variabel yaitu E. coli dan kadar TDS yang terbukti berhubungan dengan kejadian diare di hilir DAS Solo Disimpulkan kondisi higiene karyawan DAMIU yang perlu mendapat perhatian adalah kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum melaksanakan pekerjaan, tidak memeriksakan kesehatannya secara rutin tiap 6 bulan sekali, tidak memakai pakaian khusus kerja, dan perlu diikutkan kursus penjamah makanan. Kondisi sanitasi bangunan dan alat pengolahan DAMIU secara umum baik, namun yang perlu diperhatikan adalah keberadaan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan berikut perlengkapannya, dimana seluruh DAMIU tidak menyediakan. Secara

12 Kesehatan 2006. d. uji laboratorium menunjukkan dari 9 DAMIU yang di teliti 2 diantaranya tidak memenuhi syarat menunjukkan positif E.colli dan dengan ph normal e. aspek hygiene dan sanitasi DAMIU masih kurang diperhatikan oleh petugas depot sehingga dapat berpengaruh pada kualitas air minum tersebut. masyarakat berpendidikan rendah (75% berpendidikan SD dan SMP). 3. Kasus penyakit diare dan penyakit kulit persentase terbesar ditemukan di 2 (dua) Kelurahan yaitu Meranti Pandak ( diare 33%,penyakit kulit 46%) dan Sri Meranti ( diare 43%, penyakit kulit 36%) di Kecamatan Rumbai Pesisir. 4. Orang yang melakukan aktivitas kontak langsung dengan air Sungai Siak akan lebih beresiko untuk sakit kulit atau diare 5. Hubungan antara MCK dengan kasus diare tidak terbukti umum kondisi sanitasi air produksi baik, dimana pemeriksaan terhadap keberadaan bakteri koliform dan E.Coli adalah negatif.

13 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu: 1. Berdasarkan informasi dan penelitian yang ada bahwa penelitian tentang Analisis Keberadaan Bakteri Coliform dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Wilayah Kerja Puskesmas Cimareme, Cipeundeuy, dan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun 2013 belum pernah dilakukan 2. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi Spearman Rank sedangkan penelitian sebelumnya kebanyakan menggunakan Chi Square 3. Penelitian juga mendeskripsikan tentang potensi diare kaitannya dengan semakin banyaknya DAMIU di Kabupaten Bandung Barat, sedangkan penelitian sebelumnya hanya menekankan pada analisis keberadaan Coliform, penelitian yang menganalisis hubungan keberadaan Coliform dengan diare dilakukan di sungai