Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kabupaten Sumenep

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Sekapur Sirih. Sumenep, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep. Maryadi, SH, M.Hum

Kata Kunci Agroindustri, pengembangan wilayah.

PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

MODEL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN BERBASIS KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JOMBANG

Sidang Akhir Tugas Akhir

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Sumenep Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI PULAU MADURA BERDASARKAN SEKTOR PERTANIAN SEBELUM DAN SETELAH BERDIRI JEMBATAN SURAMADU

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

TUGAS AKHIR PW Penentuan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kabupaten Probolinggo

Prioritas Wilayah Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan di Kabupaten Sumenep

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TERTINGGAL KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

Analisis Isu-Isu Strategis

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Jurnal KELAUTAN, Volume 4, No.1 April 2011 ISSN : INVENTARISASI DATA POTENSI SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

STRATEGI PEMETAAN KAWASAN DALAM MENENTUKAN LOKASI YANG TEPAT UNTUK AGROWISATA BUAH DI KABUPATEN SUMENEP

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan juga termasuk produk yang tidak memiliki subtitusi (Suhelmi et al.,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SAMPANG

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMENEP TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Potensi Cabe Jamudi Beberapa Kabupaten di Madura sebagai Bahan Jamu

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN Jalan Urip Sumoharjo No. 6 Telpon (0328) S U M E N E P

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

Dr. Vita Ratnasari, S. Si, M. Si Kresnayana Yahya, M. Sc Madu Ratna, M. Si

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

Okto Dasa Matra Suharjo NRP Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Tengah

PENGEMBANGAN KAPET DAS KAKAB DI KABUPATEN BARITO SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

Transkripsi:

Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kabupaten Sumenep Oleh : Maulina Oktavia 3608100060 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryana (2005), Efek agroindustri mampu mentransformasikan produk primer ke produk olahan sekaligus budaya kerja bernilai tambah rendah menjadi budaya kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah tinggi Kuznets (1964), pertanian di negaranegara sedang berkembang merupakan ekonomi yang sangat potensial thd pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional Perlu adanya pengembangan wilayah Kab. Sumenep melalui pengembangan industri berbasis pertanan untuk menigkatkan permintaan pasar, baik lokal, domestik, maupun mancanegara Kebijakan umum pembangunan bidang pertanian Kab sumenep : merevitalisasi sektor pertanian melalui peningkatan produktifitas, daya saing, dan nilai tambah produk pertanian. (RPJMD Kab. Sumenep 2011-2015) Prosentase rata-rata sektor pertanian terhadap PDRB Kab. Sumenep mencapai 50%, namun untuk industri pengolahan hasil pertanian rata-rata hanya 1.85%. (BPS Kab. Sumenep 2011)

1.2 Rumusan Masalah Apa saja faktor-faktor pengembangan agroindustri dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah di Kabupaten Sumenep? Bagaimana arahan yang tepat dalam pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep? 1.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian ini adalah merumuskan arahan pengembangan wilayah ber basis agroindustr i di Kab. Sumenep. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menentukan komoditas unggulan pada tiap-tiap kecamatan di Kab. Sumenep. 2. Menentukanprioritas pengembangan wilayah berbasis agroindustridi Kab. Sumenep. 3. Mengelompokkan kecamatan-kecamatan dalam cluster-cluster agroindustri di wilayah Kab. Sumenep. 4. Merumuskan arahan pengembangan wilayah berbasis agroindustridi Kab. Sumenep pada masing-masing tipologi.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.4.1 Lingkup Wilayah Studi Lokasi penelitian ini adalah Kabupaten Sumenep dengan luas sekitar 2.506,91 km 2. Kab. Sumenep mempunyai wilayah daratan dan kepulauan. Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Sumenep adalah sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : laut jawa, : Laut Jawa/Laut Flores, : Selat madura, dan : Kabupaten Pamekasan. Wilayah Kabupaten Sumenep secara keseluruhan (daratan dan kepulauan) dapat dilihat pada peta di bawah ini :

Peta administrasi wilayah Kabupaten Sumenep

1.4.2 Pembahasan Ruang lingkup pembahasan dalam studi ini adalah materi yang berkaitan dengan pengembangan wilayah. Indikatorindikator yang digunakan disesuaikan dengan komponenkomponen komponen pengembangan wilayah (khususnya yang berhubungan dengan agroindustri). Basis Industri tersebut disesuaikan dengan komoditas unggulan yang didapatkan dari pengembangan sektor pertanian. Jadi variabel-variabel yang digunakan akan berhubungan dengan komoditas unggulan sektor pertanian, pengembangan industri, dalam satu kerangka konsep pengembangan wilayah 1.4.3 Lingkup Substansi Substansi ilmu yang digunakan pada penelitian ini sebagai landasan teori yaitu konsep/ilmu pengembangan wilayah dan agroindustri.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan tentang pengembangan wilayah berbasis agropolitan dan bagaimana prinsip-prinsip agroindustri sebagai upaya pengembangan wilayah/agropolitan melalui peningkatan ekonomi wilayah di Kab. Sumenep. Selain itu, penelitian ini bermanfaat untuk melengkapi penelitian penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya. 1.5.2 Manfaat Praksis Manfaat praksis dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, arahan atau panduan oleh pemerintah dalam pengambilan kebijakan terkait pengembangan kawasan agropolitan yang ada di Kabupaten Sumenep serta untuk memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Sumenep terkait dengan pengembangan sektor pertanian sebagai leading sector dan peningkatan produktifitas komoditas unggulan yang menjadi leading sector.

BAB Ii KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah Berdasarakan beberapa pengertian pengembangan wilayah, dapat dikaji bahwa pada intinya pengembangan wilayah merupakan suatu upaya pembangunan suatu wilayah melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki wilayah tersebut untuk mendapatkan kondisi-kondisi dan tatanan kehidupan yang lebih bagi kepentingan masyarakat di wilayah itu sendiri dengan memperhatikan azas sosial, ekonomi, serta azas wawasan lingkungan. Berdasarkan beberapa pengertian tentang agroindustri dapat dikaji bahwa sasaran agroindustri adalah meningkatnya produktifitas, daya saing produk agroindustri, nilai tambah produk pertanian, penciptaan, peningkatan pendapatan masyarakat, dan penyerapan tenaga kerja baru.

Tabel SintesaTinjauanPustaka

Diagram Kerangka Teori

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan rasionalisme yang bersumber pada teori dan kebenaran etik karena pada dasarnya topik yang berkaitan dengan pengembangan wilayah berbasis agroindustri tidak dapat berdiri sendiri karena adanya keterkaitan antara faktor-faktor didalamnya. 3.2 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data yang bersifat ratio (angka), sehingga dapat dikatakan penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif.

3.3 Variabel Penelitian

Lanjutan

3.4 Populasi dan Sampel Populasi diartikan sebagai keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran penelitian. Populasi penelitian ini adalah keseluruhan masyarakat, Pemerintah Kab. Sumenep selaku pemegang kebijakan, pihak swasta sebagai pengemban, dan para pakar atau ahli yang berada di seluruh kecamatan di Kabupaten Sumenep. Untuk menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik non-probability sampling dengan menggunakan purposive sampling (sengaja). Pur posive sampling bertujuan untuk mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. Sampel penelitian merupakan stakeholder yaitu pihak yang ahli atau mengerti benar terkait penentuanpengembangan agroindustri di Kab. Sumenep.

3.5 Metode Penelitian 3.5.1 Jenis Data - Data Primer - Data Sekunder 3.5.2 Teknik Pengumpulan Data - Survey Data Primer - Survey Data Sekunder

3.7 Tahapan Penelitian

BAB IV hasil dan pembahasan 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Sumenep 4.1.1 Aspek geografisdanadministratif Secara administratif terdiri atas 27 wilayah kecamatan, 328 desa dan 4 kelurahan. Wilayah Kabupaten Sumenep dibagi menjadi dua kategori, yaitu wilayah daratan dan kepulauan.. 4.1.2 Demografi Dari hasil estimasi SUSENAS tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten Sumenep dilaporkan sekitar 1.079.332 jiwa dengan pertumbuhan sekitar 0,09%. Struktur ketenagakerjaan di Kabupaten Sumenep pada tahun 2010 sektor pertanian masih mendominasi (26,18 %) atau 93.149 jiwa dari total tenaga kerja. Sektor lain yang juga cukup besar diminati oleh pekerja adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Yaitu 34,74% atau 110.923 jiwa.

4.1.3 Hidrologi dan Sumber Daya Air Di Kabupaten Sumenep terdapat sumur pantek sebanyak 35 buah yang berfungsi untuk mengairi sawah penduduk. Sumur tersebut tersebar di 35 lokasi yang terdapat di 34 desa (dalam 16 kecamatan). Masing-masing sumur mampu mengairi lahan seluas 5 Ha, sehingga total kemampuannya menjadi 175 Ha. Selain dari sumur, kebutuhan air untuk sawah dapat dipenuhi melalui beberapa sungai dan sistem irigasi. Potensi hidrologi di Kabupaten Sumenep juga dipenuhi oleh adanya bendungan-bendungan yang tersebar di 14 lokasi pada 9 kecamatan. Selain bendungan, kebutuhan air bersih juga dapat dipenuhi dari adanya sumber mata air sebanyak 40 titik di seluruh wiayah kabupaten.

4.1.4 Sistem Jaringan Transportasi Prasarana wilayah di Kabupaten Sumenep khususnya transportasi di Kabupaten Sumenep memiliki hubungan dengan sistem Nasional dan Provinsi yang didukung oleh sistem jalan arteri primer yang merupakan jalur lintas Pulau Madura-Jawa yaitu Kamal Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kalianget.

4.1.6 Ekonomi Regional 4.1.6.1 Kab. Sumenep dalam Konstelasi Ekonomi Provinsi Jawa Timur Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumenep pada 2009 sebesar 3,43 persen, sedangkan Jawa Timur 5,01 persen. Sedangkan PDRB per kapita sebesar Rp. 10,64 juta, sedangkan Jawa Timur mencapai Rp. 18,35 juta. Berdasar data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur Tahun 2010, Kabupaten Sumenep merupakan daerah dengan PDRB perkapita sedang, tetapi pertumbuhan ekonominya masih rendah. 4.1.6.2 Perkembangan Sektor Pertanian dalam PDRB kabupaten Sumenep Pembentukan PDRB menurut harga konstan tahun 2006-2010 paling besar disokong oleh sektor pertanian yang meliputi; tanaman bahan pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Pada tahun 2008 sektor ini menyumbang PDRB atas harga berlaku mencapai sebesar 50,70%, tahun 2009 menurun menjadi 49,72% dan tahun 2010 sebesar 48,24%. Selain itu sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati urutan kedua setelah pertanian, yaitu menyumbang sebesar 18,83% tahun 2008, 19,63 tahun 2009 dan pada tahun 2010 sedikit mengalami kenaikan menjadi sebesar 21,21%. Terlihat dalam kurun waktu 3 tahun kontribusi sektor ini terhadap PDRB atas dasar harga konstan senantiasa mengalami peningkatan.

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Konstan Tahun 2008-2010

4.1.7 Produktifitas Sektor Pertanian Kabupaten Sumenep 4.1.7.1 Sub sektor Tanaman Pangan

4.1.7.2 Sub Sektor Tanaman Perkebunana

4.1.7.3 Sub sektor Tanaman Peternakan

4.1.7.4 Sub sektor Tanaman Kehutanan

4.1.7.5 Sub sektor Tanaman Perikanan

4.1.8 Industri Pengolahan Industri pengolahan di Kabupaten sumenep didominasi oleh industri kecil dan menengah. Industri tersebut kebanyakan merupakan kerajinan rakyat baik formal maupun non formal. Dibawah ini disajikan tabel jenis, jumlah unit, dan tenaga kerja industri yang ada di Kabupaten Sumenep.

4.1.9 Infrastruktur Wilayah 4.1.9.1 Jaringan Listrik Pembangkit Listrik yang ada di wilayah penelitian adalah suply listrik dari PT. PJB unit pembangkit listrik (PLN Distribusi Jawa Bali) sebesar 60 Juta kaki kubik, masing-masing di pasok oleh PT. EMP Kangean. Masalah Pembangkit Listrik yang ada di wilayah penelitian adalah Lokasi pembangkit yang ada sekarang ini masih terlalu jauh dan aksesbilitasnya masih terbatas untuk pendistribusian wilayah daratan dan sekitarnya. Kebutuhan listrik di wilayah penelitian hingga kini masih dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan industri, permukiman dan kebutuhan lainnya. 4.1.9.2 Jaringan Air Bersih Waduk di Kabupaten Sumenep tersebar di 14 lokasi pada 9 kecamatan. Kecamatan Ganding merupakan wilayah kecamatan yang memiliki jumlah waduk terbanyak yaitu 4 unit. Waduk-waduk ini berpotensi sebagai sistem pengairan untukpertanian.

4.1.9.3 Jaringan Telekomunikasi Telekomunikasi dan informasi (Telematika) memiliki peranan penting untuk mendorong perkembangan suatu wilayah. Jaringan telekomunikasi pada wilayah penenlitian meliputi beberapa prasarana telematika yang telah menjangkau ke berbagai pelosok. 4.1.9.4 Pasar a. Sistem Pemasaran Bagan sistem pemasaran hasil pertanian di Kab. Sumenep:

b. Sarana Pemasaran Sarana pemasaran yang tersedia di wilayah penelitian berupa terminal dan pasar khusus untuk produk hasil-hasil pertanian maupun perkebunan, sehingga dapat menunjang sistem pemasaran dan pengangkutan produk hasil-hasil pertanian maupun perkebunan petani setempat. Selain itu juga setiap petani yang berkelompok maupun secara individual sudah memiliki kendaraan untuk mengangkut hasil pertanian maupun hasil olahan komoditas hasil-hasil pertanian maupun perkebunan. c. Informasi Pasar Para petani di Kabupaten Sumenep belum mendapatkan pengetahuan mengenai informasi pasar seperti harga jual produk olahan di pasaran sehinnga keuntungan yang diperoleh para petani sangat kecil. Hal ini disebabkan karena keterbatasan fungsi, peran maupun pengaruh system kelembagaan menyebabkan kurangnya informasi pasar yang diperoleh para petani.

4.2 Analisis dan Pembahasan

4.2.1 Analisis LQ Dari hasil analisis LQ didapatkan bahwa tiap kecamatan memiliki lebih dari satu komoditas basis pertanian. Untuk Koditas pada subsektor perikanan dihitung 1 komoditas walaupun berada pada perairan yang berbeda atau pada nomor 23,24,25,26. Komoditas basis pertanian paling sedikit terdapat pada Kecamatan Talango, Raas, dan Masalembu yang hanya memiliki 7 komoditas basis, sedangkan terbanyak pada Kecamatan Batu Putih dengan 13 komoditas basis.

4.2.2 Analisis Shift Share 1. Analisis PPW (Daya Saing) Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diketahui bahwa masing-masing komoditas pertanian memiliki memiliki kemampuan daya saing yang berbeda-beda pada tiap Kecamatan. Dalam analisis ini tiap kecamatan memiliki lebih dari satu komoditas yang berdaya saing. Kecamatan dengan komoditas daya saing terbanyak terdapat pada Kecamatan Gapura dengan 12 komoditas pertanian, sedangkan paling sedikit adalah Kecamatan Nonggunong dan Kec. Arjasa yaitu hanya 3 komoditas pertanian yang berdaya saing. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan setiap komoditas pertanian pada masing-masing kecamatan, maka dilakukan perhitungan mengenai tingkat pertumbuhan (PP)

2. Analisis PP (Tinglat Pertumbuhan) Setiap kecamatan pada analisis tingkat pertumbuhan ini juga memiliki lebih dari satu komoditas unggulan yang memiliki tingkat pertumbuhan baik. Rata-rata setiap kecamatan memiliki 11 komoditas pertanian unggulan yang mempunyai tingkat pertumbuhan baik. Untuk mengetahui tingkat progesifitas komoditas pertanian pada masingmasing kecamatan, maka dilakukan perhitungan mengenai tingkat progesifitas (PB) 3. Analisis PB (Progresifitas) Dari hasil analisis tingkat progresifitas, setiap kecamatan mempunyai lebih dari satu komoditas pertanian yang tingkat progresifitasnya baik.

4.2.2 Penentuan Prioritas Pengembangan Wilayah berbasis Agroindustri Output dari analisis AHP menggunakan Expert Choice 11 berdasarrkan tingkat prioritas:

4.2.3 Pengelompokan wilayah dalam klaster-klaster Agroindustri Alat analisis yang digunakan pada analisis ini adalah analisis cluster. Variabel yang digunakan untuk mengelompokkan wilayah ini ada 5 yaitu jaringan listrik, pasar, kuantitas tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, komoditas unggulan(kontinuitas dan kuantitas bahan baku). Untuk input kuantitas dan kontinuitas bahan baku menggunakan data yang sama, sehingga input datanya jumlah bahan baku. Dengan menggunakan Hierarchical Cluster Analysis, dalam proses penentuan tipologi ini dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu input, proses analisis dan output analisis. Input analisis merupakan data variabel yang berjumlah 5 variabel. 5 variabel ini diperoleh berdasarkan hasil analisis sebelumnya. Penulis hanya mengunakan 5 variabel pada prioritas 5 tertinggi karena 5 variabel ini sudah mewakili 80 % dari seluruh faktor yang mempengaruhi pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kab. Sumenep.

Hasil Analisis Cluster CLUSTER 1 1. Kecamatan Pragaan 2. Kecamatan Bluto 3. Kecamatan Kalianget 4. Kecamatan Sumenep 5. Kecamatan Lenteng 6. Kecamatan Guluk-Guluk 7. Kecamatan Ambunten 8. Kecamatan Rubaru 9. Kecamatan Gapura 10. Kecamatan Batang-Batang 11. Kecamatan Dungkek 12. Kecamatan Arjasa CLUSTER 3 1. Kecamatan Batuan CLUSTER 2 1. Kecamatan Saronggi 2. Kecamatan Giligenting 3. Kecamatan Talango 4. Kecamatan Ganding 5. Kecamatan Pasongsongan 6. Kecamatan Dasuk 7. Kecamatan Manding 8. Kecamatan Batuputih 9. Kecamatan Nonggunong 10 Kecamatan Gayam 11. Kecamatan Raas 12. Kecamatan Sapeken 13. Kecamatan Kangayan 14. Kecamatan Masalembu

Peta Cluster Wilayah

4.2.4 Arahan Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kab. Sumenep 4.2.4.1 Arahan Pengembangan untuk tipologi 1 Jenis dan bentuk pengembangan agroindustri Jenis industri yang sesuai dan prioritas untuk dikembangkan berdasarkan penelitian adalah industri yang berbahan baku hasil hutan misalnya: Garden Furniture, Housing Component (Pintu dan Kusen), Indoor Furniture, Flooring (Lantai Kayu), Raw Sawn Timber, TOP dan Produk lain sesuai pesanan. Pembentukan sentra-sentra baru diarahkan pada Kecamatan Pragaan Wilayah pemasaran hasil produksi agroindusri Arahan wilayah pemasaran industri hasil hutan berdasarkan hasil analisis adalah lokal dan regional karena bentuk pengembangannya masih berbentuk sentra. Linkage wilayah Pusat produksi/bahan baku : Kecamatan Kec. Bluto, Saronggi, Ganding, Guluk-guluk, Rubaru, Batuputih, dan Gapura. Pusat Pengolahan : Kec. Pragaan karena pada kecamatan ini terdapat sentra industri pengolahan hasil hutan. Pusat pemasaran : Kec. Pragaan. Kecamatan Sumenep Kec. Kalianget Infrastruktur (listrik dan air bersih) Diperlukan penambahan jaringan-jaringan infrastruktur secara signifikan, terutama pada wilayahwilayah yang mempunyai tingkat pelayanan jaringan listrik yang sangat rendah bahkan belum ada, misalnya : Kec. Pasongsongan, ambunten, Rubaru, Dasuk, dan Batuputih. Aksesibilitas (Jaringan jalan) Peningkatan dan perbaikan jaringan jalan pada Kecamatan Ambunten, Gapura, dan Batang-batang.

4.2.4 Arahan Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kab. Sumenep 4.2.4.2 Arahan Pengembangan untuk tipologi 2 Jenis dan bentuk pengembangan agroindustri Arahan pengembangan yang tepat dalam pengembangan industri pada tipologi ini adalah sentra industri keripik singkong dan sentra industri berbahan baku ikan. Wilayah pemasaran hasil produksi agroindusri Wilayah pemasaran hasil produksi industri ikan dan industri ketela pohon pada tipologi ini adalah tempat-tempat wisata di Kabupaten Sumenep, lokal dan regional Linkage wilayah Pusat produksi/bahan baku: Kec. Giligenting, Talango, Gayam, Raas, dan Kangayan. Pusat Pengolahan : Kecamatan Manding dan Nonggunong. Pusat Pemasaran : Kec. Sapeken dan Masalembu. Infrastruktur (listrik dan air bersih) Dalam pengembangan industri, pada tipologi ini hanya diperlukan penambahan infrastruktur jaringan listrik di wilayah yang ketersediannya paling rendah diantara yang lain yaitu pada Kec. Manding, Raas, Sapeken, kangayan, dan Masalembu. Aksesibilitas (Jaringan jalan) Penambahan sarana transportasi seperti terminal untuk memudahkan perpindahan orang dan barang dan untuk memudahkan pendistribusian hasil produksi agroindustri perikanan dan hasil olahan berbahan baku ketela pohon.

4.2.4 Arahan Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kab. Sumenep 4.2.4.1 ArahanPengembanganuntuk tipologi3 Jenis dan bentuk pengembangan agroindustri Jenis industri yang paling sesuai dan prioritas untuk dikembangkan berdasarkan hasil analisis, adalah sentra industri berbahan baku jagung dan kacang tanah. Wilayah pemasaran hasil produksiagroindusri Arahan pemasaran produk-produk industri berbasis agro dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan lokal, Kabupaten Sumenep dan Propinsi Jawa Timur. Khusus untuk produk yang menunjang wisata Sumenep, dipasarkan di seluruh tempat-tempat wisata strtategisyang terdapat di Kabupaten Sumenep. Linkage wilayah Arahan yang tepat untuk pengembangan pada tipologi ini adalah sebagai tempat industri pengolahan jagung dan kacang tanah dalam bentuk industri skala besar, karena wilayah ini memiliki potensi ketersediaan infrastruktur sarana dan prasarana yang cukup tinggi. Hal ini tampak dari tingkat pelayanan jaringan listrik pada Kec. Batuan tergolong cukup tinggi. Selain itu, akses menuju pusat kota cukup dekat yang merupakan potensi untuk mendistribusikan hasil olahan industri pengolahan jagung dan kacang tanah. Infrastruktur (listrik dan air bersih) Karakteristik pada tipologi 3 memiliki potensi pengembangan industri yang besar, karena wilayah ini memiliki potensi ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup tinggi. Untuk prasarana jaringan air bersih untuk kebutuhan agroindustri sudah cukup memadai. Aksesibilitas (Jaringan jalan) Arahan pengembangan aksesibilitas hanya perlu dilakukan dengan pelebaran jalan atau pengaturan jalan satu arah ke pusat kota di Kabupaten Sumenep serta pembukaan jalan-jalan alternatif baru menuju pusat kota Sumenep untuk memudahkan aksesibilitas.

Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dihasilkan 12 komoditas pertanian yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Sumenep. Komoditas tersebut adalah : jagung, kedelai, kacang tanah, ketela pohon, kelapa, cabe jamu, rimba (hasil hutan), kambing, ayam kampung, ayam ras, itik, dan perikanan laut. Komoditas-komoditas tersebut digunakan sebagai bahan baku agroindustri yang akan dikembangkan di Kabupaten Sumenep. Faktor yang menjadi prioritas pengembangan wilayah berbasis agroindustri adalah faktor bahan baku, faktor tenaga kerja untuk agroindustri, faktor jaringan listrik, dan faktor ketersediaan pasar sebagai tempat pendistribusian hasil produk-produk agroindustri. Pengelompokan wilayah dikelompokkan menjadi 3 cluster, yaitu tipologi 1, tipologi 2, dan tipologi 3. Tipologi 1 merupakan wilayah yang memiliki potensi pengembangan industri besar dengan jumlah tenaga kerja paling banyak. Tipologi 2 merupakan Wilayah yang memiliki cukup potensi pengembangan industri dengan tingkat kecukupan jumlah tenaga kerja, dan tipologi 3 merupakan wilayah yang memiliki potensi pengembangan industri dengan jumlah tenaga kerja paling sedikit. Arahan bentuk dan jenis pengembangan wilayah berbasis agroindustri yang tepat untuk dikembangkan di Kabupaten Sumenep yang disesuikan dengan tujuan dari agroindustri. Berikut merupakan kesimpulan arahan untuk pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kabupaten Sumenep pada masing-masing tipologi:

Saran Dari hasil penelitian ini, maka didapatkan saran sebagai berikut: Sebaiknya dilakukan penetuan jenis industri sesuai komoditas unggulan pada masing-masing tipologi pada penelitian selanjutnya. Misalnya saja, untuk komoditas unggulan berbahan baku jagung dengan jenis industri pembuatan tepung, industri berbahan baku ikan dengan jenis industri kerupukikan, dan lain sebagainya. Saran untuk pemerintah Kabupaten Sumenep khususnya, dalam pengimplementasian jenis industri yang menghasilkan limbah harus memeperhatikan lingkungan sekitar lokasi industri, misalnya menyediakan tempat untuk pembuanagan hasil industri tersebut. Untuk mempermudah pembentukan sentra atau klaster industri, pembangunan industri berbasis pertanian di Kabupaten Sumenep bisa dimulai dengan pembentukan KUB (Kelompok Usaha Bersama) yang beranggotakan 5-10 orang, kemudian diikuti pengembangan awal industri rumah tangga (home industry), pengembangan industri skala menengah dan industri skala besar.