PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Ira Budayani Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 30 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROUND TABLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Yusra Guru Matematika SMP Negeri 30 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP

Emilidar Zulkarnaini Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 29 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

METODE TANYA JAWAB MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GQGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI), motivasi belajar, dan hasil belajar.

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick on the Draw dalam Perkuliahan Kalkulus Integral

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

PROSIDING ISBN :

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

JEMBER TAHUN PELAJARAN

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Syafrida Ali Kepala Sekolah dan Guru IPS SMP Negeri 29 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

BAB VI PENUTUP. semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya di peroleh nilai rata-rata 3,12

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Akhlakul Karimah dan Irni Cahyani STKIP PGRI Banjarmasin

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PELAKSANAAN IN HOUSE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RPP DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta

PENERAPAN THE LEARNING CELL PADA POKOK BAHASAN PETA DAN BENTUK POLA POLA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (IPS) SISWA SMP

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

BAB II LANDASAN TEORI. yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA SEKOLAH DASAR

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tentang Jurnal Khusus Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Kelas XII IPS 2 SMA Negeri I Jogorogo

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian tindakan kelas merupakan ragam penelitian

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) SISWA

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB III METODE PENELITIAN. dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat

ABSTRAKSI. Irma Susilowati Guru SMA Negeri 1 Cepiring

PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel :

Ernidalisma Guru Matematika dan Kepala Sekolah SMP N 30 Pekanbaru. Kata kunci: metode pembelajaran learning start with a question, hasil belajar.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR, AKTIVITAS DAN SIKAP PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI, MELALUI METODE DISKUSI, OBSERVASI, DAN EKSPERIMEN

1130 ISSN:

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: Purningsih, S.Pd. SMK YPT Purworejo Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tipe Team Games Tournament (TGT). Pada siswa kelas VIII SMP Islam

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom

Herdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 025 BAGANSIAPIAPI

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPAMELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER SMP NEGERI 7 MEDAN

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas IV SD N 23 Sabang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

SP Proceeding Biology Education Conference (ISSN: ), Vol 13(1) 2016:

Darmawati, Arnentis dan Henny Julianita Husny Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

MENINGKATKAN HASIL DAN PROSES BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA FITRA YULIA ROZI Guru IPS SMP Negeri 6 Pekanbaru fitria@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui motivasi belajar IPS siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada siswa kelas IX-2 SMPN 6 Pekanbaru tahun pelajaran 2012/2013. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2013. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX-2 SMPN 6 Pekanbaru dengan jumlah siswa 42 orang siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Pengumpulan data diambil dari aktivitas guru dan motivasi belajar siswa. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I sebesar 73,3% dengan kategori sempurna. Pada siklus II aktivitas guru mencapai 90% dengan kategori sangat sempurna. Hasil observasi motivasi belajar pada siklsu I mencapai 56,8% dengan kategori tinggi. Pada siklus II motivasi belajar siswa mencapai 76,2 % dengan kategori sangat tinggi. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan motivasi belajar IPS pada siswa kelas IX-2 SMP Negeri 6 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013. Kata kunci : Two Stay Two Stray, Motivasi Belajar. PENDAHULUAN Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar (Trianto, 2009). Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang harus dilalui oleh setiap siswa. Belajar menurut teori behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon (Budiningsih, 2008). Upaya membelajarkan peserta didik (pengajaran) dapat dirancang tidak hanya dalam berinteraksi dengan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, melainkan dapat dipakai untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan (Majid, 2009). Terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilan dalam pengajaran, yakni pengaturan proses belajar mengajar, dan pengajaran Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 2 No. 1, April 2016 55

itu sendiri. Keduanya mempunyai saling ketergantungan satu sama lain. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik akan menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran (Djamarah dan Zain, 2010). Kesulitan belajar dapat saja datang dari siswa tetapi juga disebabkan oleh faktor lingkungan belajarnya. Kesanggupan siswa untuk memahami pelajaran, ketekunan siswa dan kesempatan yang disediakan untuk mempelajari ruang lingkup materi yang ditentukan juga merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Guru sebagai pengajar diwajibkan mampu mengatur lingkungan belajar siswa agar tercipta kondisi yang kondusif dan menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan merupakan dambaan dari setiap peserta didik. Karena proses belajar yang menyenangkan bisa meningkatkan motivasi belajar siswa serta hasil belajar yang tinggi. Tujuan pembelajaran tidak mudah dicapai apabila guru tidak menerapkan strategi yang tepat dalam kegiatan proses belajar mengajar, oleh karena itu guru harus mampu memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi pelajaran dan keadaan siswa dapat mengakibatkan dapat mengakibatkan menurunnya motivasi siswa.. Berdasarkan hasil observasi peneliti di kelas IX-2 SMPN 6 Pekanbaru, diketahui bahwa siswa terlihat sangat pasif dikelas, sehingga kondisi kelas menjadi monoton. Kurang aktifnya siswa dalam mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan dari guru menyebabkan suasana pembelajaran menjadi kaku. Siswa hanya diam saja mendengarkan penjelasan dari guru tanpa ada yang bertanya maupun memberikan pendapat. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya motivasi belajar siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran IPS. Di dalam proses belajar mengajar, guru memegang peranan penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu guru harus memiliki kerampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan model pembelajaran yang tersedia, menggunakan media dan alokasi waktu. Kelima hal ini merupakan faktor pendekatan guru untuk mengkomunikasikan tindakan mengajarnya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa Guru perlu menciptakan proses pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi belajar siswa yang berakibat pada peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dengan memilih model pembelajaran yang tepat. Salh satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS). Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray merupakan tipe yang memberikan kesempatan kepada kelompok siswa untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok siswa lainnya. Tipe ini menuntut siswa untuk beraktivitas mandiri dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Artinya, siswa menemukan sendiri suatu konsep atau mampu memecahkan masalah sendiri, sehingga meningkatkan pemahaman siswa. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertatik melakukan penelitian yang berjudul: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan 56 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 2 No. 1, April 2016

Motivasi Belajar Belajar IPS pada Siswa Kelas IX-2 SMP Negeri 6 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) dapat meningkatkan motivasi belajar belajar IPS pada siswa kelas IX-2 SMP Negeri 6 Pekanbaru tahun pelajaran 2012/2013. TINJAUAN PUSTAKA Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya (Trianto, 2009). Pembelajaran kooperatif adalah suatu jenis khusus dari aktivitas kelompok yang berusaha untuk memajukan pembelajaran dan keterampilan sosial dengan kejasama tiga konsep ke dalam pengajaran, yaitu: (a) penghargaan kelompok, (b) pertanggungjawaban pribadi, dan (c) peluang yang sama untuk berhasil (Ibrahim, dkk, 2010). Pembelajaran kooperatif membutuhkan perencanaan yang hatihati dan pelaksanaan yang sistematik. Pembelajaran kooperatif lebih banyak diarahkan kepada perencanaan pelajar untuk mengelompokkan dan menyampaikan kepada tutor dan anggota kelompok pelajar yang lain atau penyempurnaan kegiatan (Ibrahim, dkk, 2010). Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (Sanjaya, 2009). Menurut Kunandar (2011) bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan tipe yang memberikan kesempatan kepada kelompok siswa untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok siswa lainnya (Tukiran dkk, 2011). Cara-cara pembelajaran kooperatif dengan tipe TSTS adalah sebagai berikut (Riyanto Yatim, 2009) : a. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa b. Guru memberi tugas untuk berdiskusi c. Guru meminta dua siswa tiap kelompok untuk bertamu ke kelompok lain d. Guru meminta dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua tamunya. e. Guru meminta tamu kembali ke kelompoknya dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitasaktifitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Motivasi adalah perubahan Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 2 No. 1, Juni 2016 57

energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi mengawali terjadinya perubahan ditandai dengan adanya feeling dan rangsangan karena adanya tujuan (Sardiman, 2009). Menurut Djamarah dan Zain (2010), motivasi sebagai suatu pendorong yang mengubah energy dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nya ta untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Slameto (2010) mengetakan motivasi sebagai pendorong mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku untuk belajar. Sardiman (2009) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan internal (dalam) dan eksternal (luar) dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai berikut: a) Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan. b) Adanya dorongan kebutuhan melakukan kegiatan. c) Adanya hasrat dan cita-cita. d) Penghargaan dan penghormatan atas diri. e) Adanya lingkungan yang baik. f) Adanya kegiatan yang menarik. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX-2 SMP Negari 6 Pekanbaru pada semester genap tahun pembelajaran 2012/2013. Penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Februari 2013. Subjek penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas IX-2 SMP Negeri 6 Pekanbaru. Jumlah siswa 42 orang, terdiri dari 20 orang putra dan 22 orang putri. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki motivasi belajar IPS di SMPN 6 Pekanbaru dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Arikunto, 2010). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi komponen perencanaan METODE PENELITIAN (planning), tindakan/pelaksanaan (action), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Berikut diuraikan prosedur penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus pada penelitian ini: 1. Tahap Perencanaan Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus dua pertemuan. Penetapan materi pembelajaran IPS berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan penetapan alokasi waktu pembelajarannya. Tahap-tahapnya antara lain adalah sebagai berikut: a) Pengembangan silabus b) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) c) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa d) Menyiapkan evaluasi siswa. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini hal-hal yang akan dilakukan antara lain adalah sebagai berikut : a) Guru meminta siswa duduk dalam kelompok mereka yang telah ditentukan sebelumnya 58 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 2 No. 1, Juni 2016

b) Guru membagikan lembar kerja siswa sebagai bahan diskusi dalam kelompok mereka c) Dua orang masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok lain d) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka e) Tamu kembali lagi ke kelompok mereka. f) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. 3. Tahap Observasi Pada tahap observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi ini diisi oleh pengamat. 4. Tahap Refleksi Mengkaji apa yang telah tercapai dan yang belum tercapai, yang telah berhasil maupun yang belum berhasil dituntaskan dengan perbaikan yang telah dilaksanakan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IX-2 SMPN 6 Pekanbaru yang dimulai dari bulan Januari sampai bulan Februari 2013 dalam dua siklus. Persiapan yang dilakukan adalah menetapkan jadwal untuk melakukan tindakan tiap siklus. Selain itu, peneliti juga menyiapkan bahan referensi tentang model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, bahan-bahan ajar, mencari contoh-contoh bahan ajar yang memungkinkan untuk dijadikan sumber belajar siswa, instrumen penilaian, instrumen observasi, perangkat pembelajaran, dan media/alat pembelajaran pada tindakan tiap siklus. Pada tahap perencanaan ini, yang dilakukan dalam pembelajaran IPS adalah: Dalam tiap siklus guru menyiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari : a. Silabus Silabus yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah silabus yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP disusun berdasarkan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) c. Buku sumber yang relevan dengan materi pelajaran Buku sumber yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah buku IPS kelas IX SMP penerbit pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional dan buku IPS kelas IX SMP penerbit Erlangga. d. Lembar aktivitas guru dan lembar motivasi siswa Lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi motivasi siswa diisi oleh pengamat dengan cara menceklis atau memberi poin pada kolom sesuai tingkat pelaksanaannya. Pada tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Pendahuluan : 1. Appersepsi Terdiri dari absensi siswa dan menanyakan kehidupan sehari hari siswa yang berhubungan dengan materi pelajaran. Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 2 No. 1, Juni 2016 59

2. Motivasi, yang dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan tentang materi pelajaran. b. Kegiatan inti : 1. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa 2. Guru memberi tugas untuk berdiskusi 3. Guru meminta dua siswa tiap kelompok untuk bertamu ke kelompok lain 4. Guru meminta dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua tamunya. 5. Guru meminta tamu kembali ke kelompoknya dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain 6. Guru membuat kesimpulan bersama siswa c. Penilaian dan evaluasi Tes dilaksanakan oleh tiap siswa dalam waktu kurang lebih 20 menit dalam bentuk tes uraian kemudian tes ini akan dinilai oleh guru. Pada tahap observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Lembar observasi ini diisi oleh pengamat. Aktivitas guru yang diamati adalah guru membentuk kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa, guru memberi tugas untuk berdiskusi, guru meminta dua siswa tiap kelompok untuk bertamu ke kelompok lain, guru meminta dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua tamunya, guru meminta tamu kembali ke kelompoknya dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain dan guru membuat kesimpulan bersama dengan siswa. Sedangkan aktivitas siswa yang diamati adalah siswa yang tekun menghadapi tugas, siswa yang ulet menghadapi kesulitan, siswa yang menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, siswa yang lebih senang bekerja mandiri, siswa yang cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, siswa yang dapat mempertahankan pendapatnya, siswa yang tidak melepaskan hal yang diyakini dan siswa yang senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal Pada tahap refleksi ini hasil observasi yang telah diperoleh tersebut dianalisa untuk refleksi. Hasil observasi pada siklus I masih terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat dari aktivitas siswa yang masih belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran two stay two stray. Kekurangan yang terdapat pada siklus I dilakukan refleksi agar pada siklus II dapat dilakukan perbaikan sehingga memperoleh hasil yang diinginkan dan lebih baik. 60 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 2 No. 1, Juni 2016

Hasil observasi aktivitas guru siklus I dapat di lihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I No Aktivitas guru Dilaksanakan dengan Skor SS S CS KS TS 1. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa 4 2. Guru memberi tugas untuk 3 berdiskusi 3. Guru meminta dua siswa tiap 4 kelompok untuk bertamu ke kelompok lain 4. Guru meminta dua siswa yang 4 tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua tamunya. 5. Guru meminta tamu kembali ke 3 kelompoknya dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain 6 Guru membuat kesimpulan 4 bersama siswa Skor 22 Persentase 73,3% Kategori Semp urna Sedangkan hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa siklus I dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I No Aktivitas siswa yang diamati Jumlah 1 Siswa yang tekun melaksanakan tugas 22 2 Siswa yang ulet menghadapi kesulitan 30 3 Siswa yang menunjukkan minat terhadap bermacammacam 25 masalah 4 Siswa yang lebih senang bekerja mandiri 25 5 Siswa yang cepat bosan terhadap tugas-tugas yang 27 rutin 6 Siswa yang dapat mempertahankan pendapatnya 28 7 Siswa yang tidak melepaskan hal yang diyakininya 26 8 Siswa yang senang mencari dan memecahkan 28 masalah soal-soal Jumlah 191 Persentase 56,8% Kategori Tinggi Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 2 No. 1, Juni 2016 61

Untuk refleksi siklus 1 berdasarkan analisa data dan pengamatan pada siklus 1 diperoleh beberapa masalah: 1) Siswa belum duduk dalam kelompoknya masing-masing, sehingga selalu menyita waktu untuk mengatur siswa dalam kelompok. 2) Guru kurang maksimal dalam memberi motivasi dan bimbingan kepada siswa agar dapat lebih aktif, dan saling bekerjasama. 3) Guru kurang maksimal dalam memonitor siswa pada saat diskusi kelompok, karena siswa masih ada yang bercerita dengan teman sekelompoknya sehingga menimbulkan keributan. Sehingga siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok. Rencana yang dilakukan peneliti untuk memperbaiki tindakan adalah: 1) Memperingatkan ketua kelompok untuk mengatur kelompoknya sebelum PBM dimulai, dan mengendalikan kelompoknya yang meribut agar tidak menyita waktu dan kelompok dapat berdiskusi secara aktif seluruhnya. 2) Guru dalam memotivasi dan membimbing siswa lebih maksimal, agar diskusi dalam kelompok seluruh siswa dapat lebih aktif, dan saling bekerja sama. 3) Guru memonitor siswa dengan cermat, dan membatasi waktu yang telah ditetapkan agar siswa fokus dalam berdiskusi dan tidak menimbulkan keributan. Tindakan dilanjutkan pada siklus II karena pada siklus I masih terdapat beberapa masalah sehingga pembelajaran belum berlangsung secara efektif. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II No Aktivitas guru Dilaksanakan dengan Skor SS S SC KS TS 1. Guru membentuk kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa 5 2. Guru memberi tugas untuk 4 berdiskusi 3. Guru meminta dua siswa tiap 4 kelompok untuk bertamu ke kelompok lain 4. Guru meminta dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua tamunya. 4 5. Guru meminta tamu kembali ke 5 kelompoknya dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain 6 Guru membuat kesimpulan bersama siswa Skor 27 Persentase 90% Kategori Sangat Sempurna 62 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 2 No. 1, Juni 2016

Sedangkan hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa siklus II dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II No Aktivitas siswa yang diamati Jumlah 1 Siswa yang tekun melaksanakan tugas 33 2 Siswa yang ulet menghadapi kesulitan 33 3 Siswa yang menunjukkan minat terhadap 28 bermacam-macam masalah 4 Siswa yang lebih senang bekerja mandiri 31 5 Siswa yang cepat bosan terhadap tugas-tugas yang 38 rutin 6 Siswa yang dapat mempertahankan pendapatnya 28 7 Siswa yang tidak melepaskan hal yang diyakininya 35 8 Siswa yang senang mencari dan memecahkan 30 masalah soal-soal Jumlah 256 Persentase 76,2% Kategori Sangat tinggi Refleksi pada siklus II ini pelaksanaan proses pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS telah sesuai dengan yang telah direncanakan dan memperoleh hasil yang baik. Hasil observasi aktivitas guru memperoleh kategori sangat sempurna dan hasil observasi aktivitas motivasi siswa memperoleh kategori sangat tinggi. Hasil observasi aktivitas guru memperoleh kategori sangat sempurna dan hasil observasi aktivitas motivasi siswa memperoleh kategori sangat tinggi memberi pengaruh terhadap hasil tes/ belajar siswa. Berdasarkan data yang telah dianalisis secara deskriptif melalui penerapan pembelajaran model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada siswa kelas IX-2 SMP Negeri 6 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2012/2013 pada mata pelajaran IPS bahwa penerapan pembelajaran model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Observasi dilaksanakan terhadap dua aspek yaitu aktivitas guru dan motivasi belajar siswa. Pada siklus I aktivitas guru dengan penerapan model pembelajaran koooperatif two stay two stray dalam proses pembelajaran memperoleh skor 22 dengan persentase 73,3% dengan kategori sempurna. Sedangkan pada siklus II aktivitas guru memperoleh skor skor 27 dengan 90%. Terjadi peningkatan aktivitas guru sebesar 16,7 %. Hal ini membuktikan bahwa guru telah dapat dan terbiasa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif two stay two stray dalam proses pembelajaran. Guru dapat menggunakan model pembelajaran koooperatif two stay two stray dengan baik. Aktivitas guru di dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif two stay two stray dikatakan berhasil apabila minimal mencapai kategori sempurna. Pada penelitian ini, aktivitas guru pada siklus I mencapai kategori sempurna dan pada siklus II kategori sangat sempurna. Hal ini membuktikan bhawa guru telah berhasil Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 2 No. 1, Juni 2016 63

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS di kelas. Aktivitas guru pada siklus I memperoleh skor 73,3% dengan kategori sempurna dan pada siklus II sebesar 90% dengan kategori sangat sempurna. Hal ini membuktikan guru sudah dapat melaksanakaan dengan baik model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dalam pembelajaran IPS. Aktivitas guru dikatakan berhasil dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS apabila mencapai minimal kategori sempurna. Pada siklus I kategori guru mencapai kategori sempurna dan pada siklus II mencapai kategori sangat sempurna. Peran guru sangat menentukan dan berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat belajar dengan semangat. Dengan demikian peranan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat penting, terutama dalam mengelola kelas agar tercipta kondisi belajar yang menyenangkan dan membimbing siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang berdampak juga terhadap hasil belajar siswa. Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih di tingkatkan. Untuk hasil observasi motivasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS di kelas juga mengalami peningkatan. Pada siklus I mencapai 56,8% dengan kategori tinggi. Pada siklus II mencapai 76,2% dengan aktegori sangat tinggi. Pada siklus I aktivitas 1 (Siswa yang tekun melaksanakan tugas) terdapat 22 orang siswa yang tekun dalam mengerjakan tugas sedangkan 20 orang siswa lainnya dalam melaksanakan tugas bergantung pada teman yang lain. Aktivitas 2 (Siswa yang ulet menghadapi kesulitan) terdapat 30 orang siswa yang ulet dalam menghadapi kesulitan sedangkan 12 orang siswa lebih suka berdiam diri tanpa berbuat apapun. Aktivitas 3 (Siswa yang menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah) terdapat 25 orang yang menunjukkan minat yang tinggi terhadap pelajaran dan 17 orang siswa yang tidak begitu antusias dalam belajar. Aktivitas 4 (Siswa yang lebih senang bekerja mandiri) terdapat 25 orang siswa yang orang siswa melaksanakan tugas dengan kemampuan sendiri sedangkan 17 orang siswa lebih suka berdiskusi dengan temannya untuk melaksanakan tugas. Aktivitas 5 (Siswa yang cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin) terdapat 27 orang siswa yang cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin sedangkan 18 orang merasa biasa saja dalam melaksanakan tugas yang rutin. Aktivitas 6 (Siswa yang dapat mempertahankan pendapatnya) terdapat 28 orang yang dapat mempertahankan pendapatnya dengan baik sedangkan 17 orang hanya menerima saja ketika pendapatnya disanggah. Aktivitas 7 (Siswa yang tidak melepaskan hal yang 64 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 2 No. 1, Juni 2016

diyakininya) terdapat 26 orang yang gigih dalam mempertahankan pendapatnya dan 19 orang yang tidak terlalu gigih dan hanya menerima saja. Aktivitas 8 (Siswa yang senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal) terdapat 28 orang siswa yang kelihatan senang dalam menjawab soal dan 17 orang siswa kelihatan tidak terlalu antusias dalam menjawab soal. Pada siklus II motivasi siswa mencapai 76,2% dengan kategori sangat tinggi. Aktivitas 1 (Siswa yang tekun melaksanakan tugas) mencapai terdapat 33 orang siswa yang sangat tekun dan serius dalam mengerjakan tugas sedangkan 9 orang siswa lainnya dalam melaksanakan tugas masih bergantung kepada teman yang lain. Aktivitas 2 (Siswa yang ulet menghadapi kesulitan) terdapat 33 orang siswa yang ulet dalam menghadapi kesulitan dan pantang menyerah sedangkan 9 orang siswa sudah mulai berdiskusi dengan teman lainnya. Aktivitas 3 (Siswa yang menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah) terdapat 28 orang yang menunjukkan minat yang tinggi terhadap pelajaran dan terlihat sangat senang dalam proses belajar dan 17 orang siswa yang cukup antusias dalam belajar. Aktivitas 4 (Siswa yang lebih senang bekerja mandiri) terdapat 31 orang siswa yang orang siswa melaksanakan tugas dengan kemampuan sendiri dan berusaha sendiri dalam melaksanakan tugas sebelum berdiskusi dengan teman lainnya sedangkan 11 orang siswa sudah mulai bekerja sendiri tetapi masih ada juga berdiskusi dengan temannya untuk melaksanakan tugas. Aktivitas 5 (Siswa yang cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin) terdapat 38 orang siswa yang cepat bosan sedangkan 4 orang merasa biasa saja dalam melaksanakan tugas yang rutin. Aktivitas 6 (Siswa yang dapat mempertahankan pendapatnya) terdapat 28 orang yang dapat mempertahankan pendapatnya dengan baik sedangkan 17 orang sudah mulai mempertahankan pendapatnya walau masih ada juga yang disanggah. Aktivitas 7 (Siswa yang tidak melepaskan hal yang diyakininya) terdapat 35 orang yang gigih dalam mempertahankan pendapatnya dan 7 orang yang tidak terlalu gigih dan hanya menerima saja. Aktivitas 8 (Siswa yang senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal) terdapat 30 orang siswa yang kelihatan senang dalam menjawab soal karena siswa sudah mulai terbiasa belajar dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan 12 orang siswa kelihatan tidak terlalu antusias dalam menjawab soal. Semakin baik guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan terbukti bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IX-2 SMP Negeri 6 Pekanbaru. A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus I dan II, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan motivasi belajar IPS KESIMPULAN DAN SARAN pada siswa Kelas IX-2 SMP Negeri 6 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013. 2. Terjadi peningkatan aktivitas guru pada siklus I sebesar 73,3% dengan kategori sempurna. Pada siklus II Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 2 No. 1, Juni 2016 65

aktivitas guru mencapai 90% dengan kategori sangat sempurna. 3. Hasil observasi motivasi belajar pada siklsu I mencapai 56,8% dengan kategori tinggi. Pada siklus II motivasi belajar siswa mencapai 76,2 % dengan kategori sangat tinggi. B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis uraikan, dengan ini penulis menyampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk para guru khususnya guru IPS, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat mengkombinasikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan metode lain atau menggunakan media pembelajaran agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajarnya. Arikunto, S. Suhardjono dan Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Budiningsih, A. C. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Ibrahim, M. 2010. Pembelajaran Cooperative. Surabaya : Unesa. Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Majid, A. 2009. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. DAFTAR PUSTAKA Sanjaya, W. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta Trianto. 2009. Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Prenada Media. Jakarta. Tukiran dkk. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung : Alfabeta. Yatim, Riyanto. 2008. Paradigma Baru Pembelajaran. Surabaya : Kencana. 66 Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 2 No. 1, Juni 2016