(Sebagai Bahan Pengayaan Pembelajaran Geografi Pada Materi Pokok Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam Kelas X)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Maksud dari pembuatan Tugas Akhir Perencanaan Pengamanan Pantai Dari Bahaya Abrasi Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak adalah sebagai berikut :

ANALISIS PROSES KERUANGAN TERHADAP PERKEMBANGAN DAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DI KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN

SKRIPSI. Oleh : M SHOHIBUL ULUM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS X TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI SMK TUNAS BANGSA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK. Nanang Ahmad Fauzi

Jurnal GeoEco ISSN: Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal

STRATEGI ADAPTASI DAN RELOKASI PERMUKIMAN WARGA AKIBAT BENCANA BANJIR PASANG AIR LAUT

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

SEMINAR NASIONAL GEOGRAFI UMS 2016 Mega Dharma Putra, Dani Prasetyo, Isna Pujiastuti, Th. Retno Wulan; Adaptasi Masyarakat Petani Lahan Sawah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 26 Oktober 2010 : Ribuan rumah warga Kecamatan Medan Belawan,

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Pasung, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. jadwal penelitian sebagai berikut:

PEMETAAN SEBARAN GENANGAN ROB DI PESISIR BONANG, KABUPATEN DEMAK Durotun Nafisah, Heryoso Setiyono, Hariyadi

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DAN GEMPA BUMI DI SMP NEGERI 1 GATAK

PENGGUNAAN MEDIA DIORAMA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 KLATEN

Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 7 Pages pp

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA TSUNAMI DI DESA SIDAYU KECAMATANBINANGUNKABUPATEN CILACAP

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI


RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

KENDALA GURU DALAM MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI SURAKARTA SKRIPSI. Oleh : Mawar Istiqomah NIM : K

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

ANALISIS RISIKO SEKOLAH TERHADAP BENCANA ERUPSI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KAWASAN RAWAN BENCANA MERAPI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA HASIL PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN MITIGASI TERHADAP BENCANA BANJIR SMP NEGERI 3 GROGOL, KECAMATAN GROGOL, KABUPATEN SUKOHARJO

Kata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA DI DAERAH ABRASI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

Wonoenggal, Sumberagung, dan Aglik. Desa yang terdampak parah di Kecamatan Grabag adalah Desa Bendungan. Bencana banjir sering

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

Laporan Kegiatan Keterlibatan Masyarakat Dalam Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Laut

VOLUME 23 No. 2, Agustus 2017 Halaman 1-20

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW

Edu Geography 3 (5) (2015) Edu Geography.

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISTEM PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI MODEL ACCELERATED LEARNING

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

SKRIPSI OLEH : FARIDA ULFAH HIDAYATI NIM. K

Keywords: Landslide Potency, the Damage and Loss Assessment, Land Conservation Guideline, Geography Learning

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki**

TINGKAT KESIAPSIAGAAN SISWA TERHADAP BENCANA BANJIR DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA

KESESUAIAN INSTRUMEN EVALUASI DENGAN MATERI PLANTAE YANG DIAJARKAN GURU DI SMA BANDUNG. Dosen Pendidikan Biologi Universitas Islam Riau 2

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Geografi

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK


BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

: AYU PERDANASARI K

PRIORITAS PENANGANAN BANJIR KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

Gambar 3. Peta Resiko Banjir Rob Karena Pasang Surut

JURNAL KESIAPAN KELOMPOK SIAGA BENCANA SMA DI WILAYAH ZONA MERAH DI KOTA PADANG DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI

KESIAPAN GURU AKUNTANSI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

PEMODELAN GENANGAN BANJIR PASANG AIR LAUT DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN CITRA ALOS DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

ARTIKEL PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TERHADAP ANCAMAN BENCANA BANJIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GURU TERHADAP BENCANA GEMPABUMI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X MATERI MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM

PEMETAAN DAERAH YANG TERGENANG BANJIR PASANG AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PESISIR KOTA TEGAL

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mencapai suatu tujuan penelitian. Menurut Arikunto (2006:26) Metode

Transkripsi:

KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH DASAR TERHADAP BENCANA ROB DI KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK TAHUN 2014 (Sebagai Bahan Pengayaan Pembelajaran Geografi Pada Materi Pokok Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam Kelas X) Shinta Ayu Reva Yunike Kristianti 1* Moh. Gamal Rindarjono 2 Sarwono 2 1 Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta 2 Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta *Keperluan korespondensi, HP : 085640973280, e-mail : oshintaayune@gmail.com ABSTRACT The objectives of this research are to investigate: (1) the preparedness of Primary School teachers in Sayung sub-district to deal with inundation disaster; (2) the preparedness of Primary School students in Sayung sub-district to deal with inundation disaster; (3) the preparedness of Primary School institutions in Sayung sub-district to deal with inundation disaster; and (4) the preparedness of communities of Primary Schools in relation to spatial analysis of schools in coastal area in Sayung sub-district. This research used the descriptive qualitative research method. Its population was communities of 8 State Primary Schools exposed to inundation in Sayung sub-district. The samples of research were State Primary Schools in Bedono, Sriwulan, Timbulsloko, and Surodadi villages exposed to inundation, teachers, school institutions, and students. They were taken by using the snowball sampling technique. The data of research were collected through in-depth interview, observation, and documentation. The validity of data used triangulate. They were analyzed by using the cognitive test and attitude scale of teachers, students, and school institutions to deal with the inundation disaster. The results of cognitive test and attitude scale were to classify the preparedness of teachers, students, school institutions, and communities of Primary Schools to deal with inundation disaster. The results of research are as follows: 1) One Primary School has teachers with the high-category preparedness to deal with inundation disaster, and seven schools have teachers with medium-category preparedness to deal with inundation disaster. 2) Three primary schools have students with the high-category preparedness to deal with inundation disaster, and five schools have the mediumcategory preparedness to deal with inundation disaster. 3) Two school institutions have the high-category preparedness to deal with inundation disaster, and six school institutions have the medium-category preparedness to deal with inundation disaster. 4) Four communities of Primary Schools have the high-category preparedness to deal with inundation disaster, and other four communities of Primary Schools have the medium-category preparedness to deal with inundation disaster. The differentiator of preparedness of one school from other schools is human resources. Keywords: Inundation, preparedness, and school 1

PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara kepulauan dikenal memiliki banyak laut yang luas. Luas perairan di Indonesia 3.257.483 km², sedangkan luas Indonesia mencapai 5.250.053 km² (Wikipedia, 2014). Itu berarti lebih dari setengah wilyah Indonesia terdiri dari perairan. Bencana abrasi, rob, dan tsunami merupakan bencana yang berhubungan dengan laut yang terjadi di Indonesia. Adapun masyarakat pesisir dituntut untuk siap berhadapan dengan bencana kelautan seperti abrasi, rob, dan tsunami. Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak merupakan wilayah perbatasan dengan Kota Semarang. Kota Semarang terkenal dengan rob yang selalu melanda terlebih saat musim hujan. Rob yang terjadi di Semarang disebabkan oleh turunnya muka air tanah sehingga tanah mengalami penurunan dan beralih fungsinya polder alam sebagai tempat menyimpan air dari laut (Rindarjono: 2012). Reklamasi pantai dan rawa di Semarang yang sudah berlangsung sejak penjajahan Belanda terus berlangsung hingga pada puncaknya tahun 2005 yang menimbulkan dampak yang begitu luas tidak hanya di Kota Semarang tetapi juga di Kabupaten Demak, tepatnya di Kecamatan Sayung sehingga menyebabkan kerugian materi maupun menggangu keseimbangan lingkungan. Secara administratif, luas Kecamatan Sayung adalah 78,80 km 2. Lebih dari 300 Ha tergenang saat air laut pasang (Kecamatan Sayung dalam Angka 2103). Dua puluh desa yang ada di Kecamatan Sayung, empat desa di antaranya yang berbatasan dengan Laut Jawa terancam bahaya abrasi dan rob, yaitu Desa Bedono, Desa Surodadi, Desa Sriwulan dan Desa Timbulsloko. Rob yang terjadi di daerah pesisir pantai membawa dampak negatif bagi daerah yang digenaginya, antara lain kerusakan bangunan seperti tempat tinggal, fasilitas umum, karena selain mengenangi permukaan lantai dan halaman, banjir rob bersifat korosi dan merusak pada bangunan, salinitas air tanah dan permukaan mengalami peningkatan sehingga mempengaruhi kualitas akibat genangan dalam waktu yang lama (Desmawan dan Sukamdi : 2012). Salah satu fasilitas umum yang terkena rob adalah sekolah. Sekolah merupakan institusi pendidikan formal yang sangat berperan membentuk karakter dan pengetahuan siswa melalui kegiatan pembelajaran setiap harinya. Rob yang melanda sekolah menyebabkan aktivitas pembelajaran terganggu. Kesiapsiagaan 2

terhadap bencana rob pada komunitas sekolah merupakan hal yang penting karena komunitas sekolah merupakan salah satu stakeholders utama kesiapsiagaan bencana. Komunitas sekolah mempunyai potensi yang sangat besar sebagai sumber pengetahuan, penyebar-luasan pengetahuan tentang bencana dan petunjuk praktis apa yang harus disiapkan sebelum terjadinya bencana dan apa yang harus dilakukan pada saat dan setelah terjadinya bencana (LIPI-UNESCO/ISDR : 2006). Kesiapsiagaan bencana pada komunitas sekolah ini merupakan langkah membangun ketahanan dalam menghadapi bencana oleh warga sekolah maupun sekolah itu sendiri. Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan, dapat diketahui tujuan penelitian ini yaitu (1) Mengetahui kesiapsiagaan guru Sekolah Dasar di Kecamatan Sayung terhadap bencana rob, (2) Mengetahui kesiapsiagaan siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Sayung terhadap bencana rob, (3) Mengetahui kesiapsiagaan institusi Sekolah Dasar di Kecamatan Sayung terhadap bencana rob, (4) Mengetahui kesiapsiagaan komunitas Sekolah Dasar kaitannya dengan analisis keruangan sekolah di pesisir Kecamatan Sayung. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif menekankan interpretasi datanya pada data kualitatif yang diperoleh, bukan pada hasil perhitungan rumus statistik untuk mendeskripsikan fenomena yang diteliti. Populasi penelitian ini adalah komunitas sekolah dasar negeri yang terkena rob di empat desa di Kecamatan Sayung yaitu sebanyak delapan sekolah yang terdiri dari institusi sekolah, guru, dan peserta didik. Teknik sampling untuk menentukan sekolah dan informan yang dijadikan sampel adalah snowball sampling, yaitu mewawancarai institusi sekolah, guru, dan peserta didik. Validitas data dalam penelitian kualitatif ini adalah triangulasi sumber, yaitu dari institusi sekolah, guru, dan peserta didik. Analisis data yang digunakan adalah tes kognitif dan skala sikap kesiapsiagaan terhadap rob pada guru, peserta didik, dan institusi sekolah. Hasil tes kognitif dan skala sikap kemudian dijadikan klasifikasi kesiapsiagaan guru, peserta didik, institusi, dan komunitas sekolah dasar terhadap rob. 3

HASIL PENELITIAN Ada tiga komponen yang menentukan kesiapsiagaan komunitas sekolah terhadap suatu bencana. Komponen tersebut adalah guru, siswa, dan institusi sekolah itu sendiri yang diwakili oleh kepala sekolah. Lima parameter yang digunakan untuk mengetahui kesiapsiagaan komunitas sekolah terhadap bencana adalah pengetahuan dan sikap, kebijakan dan panduan, rencana dan tanggap darurat, sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumberdaya. Berdasarkan tes kognitif dan skala sikap terhadap rob, terdapat satu institusi sekolah dasar di Kecamatan Sayung yang memiliki guru dengan kesiapsiagaan tinggi terhadap rob yaitu SDN Bedono I. Tujuh instansi sekolah dasar lainnya yaitu SDN Sriwulan III, SDN Sriwulan IV, SDN Bedono II, SDN Bedono III, SDN Timbulsloko I, SDN Timbulsloko II, dan SDN Surodadi II memiliki guru dengan kesiapsiagaan sedang terhadap rob. Klasifikasi kesiapsiagaan guru terhadap rob disajikan pada Tabel 1 dan sebarannya dapat dilihat pada Peta 1 berikut ini : Tabel 1. Hasil Kesiapsiagaan Guru terhadap Rob Institusi Jumlah Skor Klasifikasi SDN Sriwulan III 104 sedang SDN Sriwulan IV 97 sedang SDN Bedono I 113 tinggi SDN Bedono II 103 sedang SDN Bedono III 104 sedang SDN Timbulsloko I 94 sedang SDN Timbulsloko II 100 sedang SDN Surodadi II 95 sedang (sumber : analisis data) 4

Peta 1. Kesiapsiagaan Guru SD Negeri terhadap Rob di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Tahun 2014 Sebaran klasifikasi kesiapsiagaan peserta didik terhadap rob dapat dilihat pada Peta 2. Adapun klasifikasi per instansi disajikan pada Tabel 2 berikut ini Tabel 2. Hasil Kesiapsiagaan Peserta Didik terhadap Rob Institusi Jumlah Skor Klasifikasi SDN Sriwulan III 67 tinggi SDN Sriwulan IV 63 tinggi SDN Bedono I 61 sedang SDN Bedono II 60 sedang SDN Bedono III 63 tinggi SDN Timbulsloko I 57 sedang SDN Timbulsloko II 62 sedang SDN Surodadi II 47 sedang (sumber : analisis data) 5

Peta 2. Kesiapsiagaan Peserta Didik SD Negeri terhadap Rob di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Tahun 2014 Terdapat dua institusi sekolah dasar di Kecamatan Sayung yang memiliki peserta didik dengan kesiapsiagaan tinggi terhadap rob yaitu SDN Sriwulan III dan SDN Sriwulan IV. Enam instansi sekolah dasar lainnya yaitu, SDN Bedono I. SDN Bedono II, SDN Bedono III, SDN Timbulsloko I, SDN Timbulsloko II, dan SDN Surodadi II memiliki peserta didik dengan kesiapsiagaan sedang terhadap rob. Terdapat dua institusi sekolah dasar di Kecamatan Sayung dengan kesiapsiagaan tinggi terhadap rob yaitu SDN Bedono II dan SDN Bedono III. Enam instansi sekolah dasar lainnya yaitu, SDN Sriwulan III, SDN Sriwulan IV SDN Bedono I, SDN Timbulsloko I, SDN Timbulsloko II, dan SDN Surodadi II memiliki kesiapsiagaan sedang terhadap rob. Sebaran klasifikasi kesiapsiagaan institusi sekolah terhadap rob dapat dilihat pada Peta 3. Adapun klasifikasi per instansi disajikan pada Tabel 3 berikut ini: 6

Tabel 3. Hasil Kesiapsiagaan Institusi Sekolah terhadap Rob Institusi Jumlah Skor Klasifikasi SDN Sriwulan III 98 sedang SDN Sriwulan IV 97 sedang SDN Bedono I 101 sedang SDN Bedono II 104 tinggi SDN Bedono III 106 tinggi SDN Timbulsloko I 98 sedang SDN Timbulsloko II 99 sedang SDN Surodadi II 98 sedang (sumber : analisis data) Peta 3. Kesiapsiagaan Institusi SD Negeri terhadap Rob di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Tahun 2014 7

Kesiapsiagaan suatu komunitas sekolah dapat diketahui dari tiga komponen, yaitu kesiapsiagaan guru, peserta didik, dan sekolah itu sendiri yang diwakili oleh kepala sekolah. Kesiapsiagaan masing-masing komponen diukur dari parameter yang sama yaitu pengetahuan dan sikap, kebijakan dan panduan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumberdaya meskipun terdapat perbedaan jumlah indikator pada setiap komponennya. Hasil kesiapsiagaan komunitas sekolah terhadap rob disajikan dalam Tabel 4 dan sebaran klasifikasi kesiapsiagaan institusi sekolah terhadap rob dapat dilihat pada Peta 4. Instansi Tabel 4. Hasil Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah terhadap Rob Skor Kesiapsiagaan Guru Skor Kesiapsiagaan Peserta Didik Skor Kesiapsiagaan Instansi Sekolah Jumlah Skor Klasifikasi SDN Sriwulan I 104 67 98 269 tinggi SDN Sriwulan II 97 63 97 257 sedang SDN Bedono I 113 61 101 275 tinggi SDN Bedono II 103 60 104 267 tinggi SDN Bedono III 104 63 106 273 tinggi SDN Timbulsloko I 94 57 98 249 sedang SDN Timbulsloko II 100 62 99 261 sedang SDN Surodadi II 95 47 98 240 sedang (Sumber : Hasil Analisis) 8

Peta 5. Kesiapsiagaan Komunitas SD Negeri terhadap Rob di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Tahun 2014 Sekolah ditinjau dari proses terbentuknya dalam analisis keruangan merupakan gejala buatan manusia (artificial phenomena), sedangkan ditinjau dari ekspresi keruangan, sekolah merupakan gejala fisik budayawi (physico-artificial phenomena). Pola keruangan sekolah dasar yang ada di pesisir Kecamatan Sayung adalah pola acak. Pola ini tidak menunjukkan kecenderungan pada wilayah tertentu sehingga semua wilayah berpotensi untuk dijadikan lokasi pembangunan fasilitas umum. Sekolah dasar tidak mengalami relokasi meskipun dusun yang ada di sekitarnya sudah berubah menjadi lautan. Dulu sekolah dasar yang berada di Kecamatan Sayung terletak di wilayah permukiman, bukan laut atau tambak seperti sekarang ini. Perubahan penggunaan lahan tersebut disebabkan oleh terjadinya abrasi yang sering terjadi di daerah pantai, tetapi abrasi semakin meluas 9

diakibatkan oleh adanya campur tangan manusia, yaitu reklamasi di kota Semarang. Semua sekolah dasar yang diteliti terletak di Kecamatan Sayung yang memiliki tanah berjenis Alluvial Hidromorf (Draft Laporan Akhir Tindak Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K Kabupaten Demak Tahun Anggaran 2014). Tanah jenis ini memiliki tingkat permeabilitas rendah sehingga ketika digenangi air, maka akan lambat untuk meloloskan air / genangan yang terjadi dalam waktu yang lama. Tanah jenis ini apabila di atasnya dibangun sebuah bangunan, seperti yang terjadi di Kecamatan Sayung, maka ketika terjadi rob membutuhkan waktu yang lama untuk surut. Rob (pasang dan surut) yang terjadi di Kecamatan Sayung terjadi dua kali dalam sehari. Pasang surut dua kali dalam sehari merupakan tipe pasang surut ganda. Pasang terjadi pada pagi hari sekitar pukul 09.00 dan surut pada pukul 11.00 kemudian pasang kembali pada pukul 13.00 dan surut mulai pukul 17.00. Pengetahuan dan kesiapsiagaan tentang rob dapat pula menjadi contoh riil pengayaan materi pokok Mitigasi dan Adaptasi bencana alam yang diajarkan pada kelas X Sekolah Menengah Atas dan sederajat pada kompetensi dasar yang sesuai yaitu KD 3.7 yaitu Menganalisis mitigasi dan adaptasi bencana alam dengan kajian geografi dan KD 4.7. yaitu Menyajikan contoh penerapan mitigasi dan cara beradaptasi terhadap bencana alam di lingkungan sekitar. Rob merupkan salah satu fenomena alam yang wajar terjadi di daerah pesisir. Rob akan berubah menjadi sebuah bencana apabila dipengaruhi oleh campur tangan manusia yaitu menciptakan kegiatan yang memperparah rob dan memperluas sebarannya yang berdampak pada tenggelamnya wilayah di sekitar yang tergenang rob maupun rusaknya infrastrukur seperti sekolah, jembatan, puskemas,dsb seperti yang terjadi di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Pembuatan talud, alat pemecah ombak (APO) dengan struktur keras maupun permeabel, pengurugan halaman, peninggian atap rumah, dan penanaman mangrove merupakan salah satu mitigasi dan cara beradaptasi penduduk sekitar terhadap bencana rob. 10

SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh simpulan Pertama, kesiapsiagaan guru sekolah dasar terhadap rob di Kecamatan Sayung yang termasuk dalam kategori tinggi ada di satu sekolah, yaitu SDN Bedono I. Tujuh sekolah lainnya memiliki guru dengan kesiapsiagaan sedang yaitu SDN Sriwulan III, SDN Sriwulan IV, SDN Bedono II, SDN Bedono III, SDN Timbulsloko I, SDN Timbulsloko II, dan SDN Surodadi II. Kedua, kesiapsiagaan peserta didik terhadap rob di Kecamatan Sayung yang termasuk dalam kategori tinggi ada di tiga sekolah. Peserta didik tersebut berasal dari SDN Sriwulan III, SDN Sriwulan IV, dan SDN Bedono III. Kesiapsiagaan peserta didik terhadap rob yang termasuk dalam kategori sedang ada di lima sekolah yaitu SDN Bedono I, SDN Bedono II, SDN Timbulsloko I, SDN Timbulsloko II, dan SDN Surodadi II. Ketiga, Kesiapsiagaan institusi sekolah terhadap rob di Kecamatan Sayung yang termasuk dalam kategori tinggi ada dua sekolah yaitu SDN Bedono II dan SDN Bedono III. Kesiapsiagaan institusi sekolah terhadap rob yang termasuk dalam kategori sedang yaitu SDN Sriwulan III, SDN Sriwulan IV, SDN Bedono I, SDN Timbulsloko I, SDN Timbulsloko II, dan SDN Surodadi II. Keempat, kesiapsiagaan komunitas sekolah terhadap rob di Kecamatan Sayung yang termasuk dalam kategori tinggi ada empat sekolah yaitu SDN Sriwulan III, SDN Bedono I, SDN Bedono II, SDN Bedono III. Kesiapsiagaan komunitas sekolah terhadap rob yang termasuk dalam kategori sedang ada empat sekolah yaitu SDN Sriwulan IV, SDN Timbulsloko I, SDN Timbulsloko II, dan SDN Surodadi II. Pola sebaran sekolah yang acak di pesisir pantai Kecamatan Sayung menunjukan bahwa semua sekolah dasar berpotensi sama terkena rob. Jarak sekolah dengan Laut Jawa tidak mempengaruhi kesiapsiagaan guru, peserta didik, maupun institusi sekolah itu sendiri. Pembeda siapsiaga antara sekolah satu dengan sekolah lain adalah pada sumberdaya manusianya. 11

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak. 2013. Kecamatan Sayung Dalam Angka. Diperoleh pada 28 Februari 2014 dari demakkab.bps.go.id. Desmawan, Bayu Trisna dan Sukamdi. 2012. Adaptasi Masyarakat Kawasan Pesisir Terhadap Banjir Rob di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Versi elektronik). Jurnal Bumi Indonesia, 1 (1), 5. Diperoleh pada 14 Maret 2014, dari http://lib.geo.ugm.ac.id Hidayati, Deny dkk. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Jakarta : LIPI- UNESCO/ISDR. Rindarjono, Moh. Gamal. 2012. Slum, Kajian Permukiman Kumuh dalam Perspektif Spasial. Yogyakarta : Media Perkasa. Tim Penyusun. 2014. Draft Laporan Akhir Tndak Lanjut Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Kabupaten Demak. Kementrian Kelautan dan Perikanan : Jakarta. 12