PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP BELANJA MODAL

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA

INUNG ISMI SETYOWATI B

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PADA

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH DAERAH

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan sekarang ini maka reformasi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

BAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang

N A S K A H P U B L I K A S I

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. (Maryati, Ulfi dan Endrawati, 2010).

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL (Study Empiris Kabupaten/ Kota Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), DAN SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya desentralisasi fiskal. Penelitian Adi (2006) kebijakan terkait yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013) ISBN: Semarang, 16 November 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. disebutanggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DAN BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB III METODE PENELITIAN

Powered by TCPDF (

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran dearah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

Mia Rachmawati. Abstract. Keyword : General Allocation Fund (DAU), Special Allocation Fund (DAK), Regional Own Revenue (PAD), Capital Expenditure.

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: DEWI SRININGSIH B

BAB I PENDAHULUAN. Sejak big bang decentralization yang menandai era baru pemerintahan

BAB III METODE PENELITIAN

BABV PENUTUP. signifikan antara variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim. (2004). Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi Revisi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

PENDAHULUAN. yang sangat besar, terlebih lagi untuk memulihkan keadaan seperti semula. Sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.

BAB V PENUTUP. Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi Umum terhadap Alokasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, desentralisasi fiskal mulai hangat dibicarakan sejak

ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, DANA ALOKASI UMUM, PENDAPATAN ASLI DAERAH, SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN, DAN LUAS WILAYAH TERHADAP BELANJA MODAL

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Abstrak. Kata kunci: Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Belanja Modal.

PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA BAGI HASIL DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LUWU

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Halim (2004 : 67) : Pendapatan Asli Daerah merupakan semua

PENGARUH PERTUMBUAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL DI KABUPATEN BOYOLALI PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Menurut Governmental

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

Volume I No. 1, Februari 2016 ISSN

Transkripsi:

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Kasus Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2011-2012) NASKAH PUBLIKASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh : AYU SINTHA RACHMAWATI B 200 100 007 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Kasus di Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2011-2012) AYU SINTHA RACHMAWATI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Email: sintha.ayu99@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pertubuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal di Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2011-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui internet dan Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah yaitu berupa laporan realisasi APBD mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Belanja Modal tahun 2011-2012. Sedangkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) diperoleh data Produk Domestik Regional Bruto menurut harga konstan tahun 2011-2012. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pertumbuhan Ekonomi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Sedangkan, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal. Kata kunci: pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan belanja modal A. PENDAHULUAN Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

daerah disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk provinsi maupun kabupaten dan kota. Proses penyusunan anggaran pasca Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan direvisi dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, melibatkan dua pihak; yaitu eksekutif dan legislatif. Adapun eksekutif sebagai pelaksana operasionalisasi daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa diimplementasikan apabila sudah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam proses ratifikasi anggaran. Dalam penciptaan kemandirian daerah, Pemerintah daerah harus beradaptasi dan berupaya meningkatkan mutu pelayanan publik dan perbaikan dalam berbagai sektor yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah. Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah. Dalam beberapa tahun berjalan, proporsi Dana Alokasi Umum terhadap penerimaan daerah masih yang tertinggi dibanding dengan penerimaan daerah yang lain, termasuk PAD. Hal ini menunjukkan masih tingginya ketergantungan Pemerintah daerah terhadap pasokan dana dari pemerintah pusat. Namun dalam jangka panjang, ketergantungan semacam ini harus menjadi semakin kecil. Berbagai investasi yang dilakukan pemerintah daerah diharapkan memberikan hal positif yang tercermin dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuan penting pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Upaya untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah tidak akan memberikan arti apabila tidak diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, (Harianto dan Adi 2007). Penelitian ini mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Darwanto dan Yulia Yustikasari (2007). Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Darwanto dan Yulia Yustikasari (2007), variabel yang digunakan ialah Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka diambil judul penelitian yaitu PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Kasus di Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2011-2012). B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Menurut Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, APBD didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah yang menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggitingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran serta menggambarkan juga perkiraan penerimaan

tertentu dan sumber-sumber penerimaan daerah yang menutupi pengeluaranpengeluaran yang dimaksud. Menurut Darise (2007:143), APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemda dan DPRD, dan ditetapkan melalui Peraturan Daerah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa APBD merupakan rencana keuangan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemda dan DPRD serta ditetapkan berdasarkan peraturan daerah dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan publik. 2. Pertumbuhan Ekonomi Kebijakan otonomi daerah merupakan suatu pendelegasian kewenangan yang disertai dengan penyerahan dan pengalihan pendanaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM) dalam kerangka desentralisasi fiskal. Dalam menghadapi desentralisasi fiskal menunjukkan bahwa potensi fiskal pemerintah daerah antara satu dengan daerah yang lain bisa jadi sangat beragam. Perbedaan ini pada gilirannnya dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang beragam pula. Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Meningkatnya produksi barang dan jasa dari suatu daerah, secara makro dapat dilihat dari peningkatan nilai produk domestik regional bruto (PDRB) setiap tahunnya sedangkan PDRB dapat diukur atas dasar harga konstan di suatu daearah, (Maryanti dan Endrawati 2009).

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan ddaerah yang bersumber dari ekonomi asli daerah, atau bisa juga dikatakan sebagai pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah yang dikelola sendiri oleh pemerintah daerah. Besarnya kewenangan legislatif dalam proses penyusunan anggaran (UU 32/2004) membuka ruang bagi legislatif untuk memaksakan kepentingan pribadinya. Posisi legislatif sebagai pengawas bagi pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah, dapat digunakan untuk memprioritaskan preferensinya dalam penganggaran. Untuk merealisasikan kepentingan pribadinya, politisi memiliki preferensi atas alokasi yang mengandung lucrative opportunities dan memiliki dampak politik jangka panjang. Oleh karena itu, legislatif akan merekomendasi eksekutif untuk menaikkan alokasi pada sektor-sektor yang mendukung kepentingannya. Legislatif cenderung mengusulkan pengurangan atas alokasi untuk pendidikan, kesehatan, dan belanja publik lainnya yang tidak bersifat job programs dan targetable. 4. Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah

pusat dan aerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan demikian terjadi transfer yang cukup signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah darah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting, (Darwanto dan Yustikasari 2007). Dana Alokasi Umum diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk tujuan mengisi kesenjangan formula berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang secara umum mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terbelakang harus menerima lebih banyak daeripada daerah kaya. Selain itu luas wilayh dan jumlah penduduk menjadi hal yang harus diperhatikan juga dalam pengalokasian DAU. Dengan kata lain, tujuan penting dari pengalokasian DAU adalah dalam kerangka pemerataan kemampuan penyediaan pelayanan publik antara Pemda di Indonesia. 5. Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional (Undangundang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan).

Pemanfaatan DAK diarahkan pada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang. Dengan adanya pengalokasian DAK diharapkan dapat mempengaruhi pengalokasian anggaran belanja modal, karena DAK cenderung akan menambah aset tetap yang dimilik pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik. 6. Belanja Modal Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi, (Abdul Halim 2008). Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan, belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud (Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2005). Pengalokasian belanja modal dalam anggaran keuangan daerah terutama pada pembangunan infrastruktur sangat penting karena daerah yang memiliki mobilitas penduduk tinggi dandidukung dengan kondisi geografis yang produktif, akan membutuhkan pembangunan infrastruktur yang lengkap. C. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Data penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data penelitian bersumber dari dokumen laporan realisasi APBN yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui internet. Dari laporan ini diperoleh data mengenai jumlah realisasi anggaran Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK). Sedangkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2011-2012. 2. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan realisasi APBD Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2011-2012. Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 Kabupaten dan 8 Kota di Provinsi Sumatera Utara. 3. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data sekunder yang berupa Laporan Realisasi APBD yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui internet. Dari laporan Realisasi APBD ini diperoleh data mengenai

jumlah realisasi anggaran Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2011-2012. 4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi fokus di dalam suatu penelitian. Menurut F.N. Kerlinger variabel adalah sebuah konsep. Variabel merupakan konsep yang mempunyai nilai yang bermacam-macam. Suatu konsep dapat diubah menjadi suatu variabel dengan cara memusatkan pada aspek tertentu dari variabel itu sendiri. Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan empat variabel independen, kelima variabel penelitian tersebut adalah: Variabel Dependen : Belanja Modal Variabel Independen : Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. a. Belanja Modal Adalah pengeluaran untuk perolehan aset (aset tetap) yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, belanja modal ini diambil dari realisasi belanja modal pada tahun yang bersangkutan. Indikator variabel ini diukur dengan Jutaan Rupiah. b. Pertumbuhan Ekonomi

Adalah Laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat diukur dengan menggunakan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2007). Rumus untuk menghitung Pertumbuhan Ekonomi adalah: Keterangan: G PDRB 1 PDRB 0 = Laju pertumbuhan ekonomi = PDRB ADHK pada suatu tahun = PDRB ADHK pada tahun sebelumnya c. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Mardiasmo (2002:132), PAD adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Rumus menghitung PAD : d. Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah satu transfer dana Pemerintah kepada Pemerintah Daerah yang bersumber dari pendapatan

APBN, yan dialokasikan dengan tujuan pmerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum adalah dana transfer yang bersifat umum dari pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah untuk mrngatasi ketimpangan horizontal dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah (Halim, 2009). Rumus untuk menghitung DAU : e. Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan priorits nasional. Dana Alokasi Kusus untuk masing-masing Kabupaten/ Kota dapat dilihat dari pos dana perimbangan dalam Laporan Realisasi APBD. Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui dua tahapan, yaitu 1.Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK; dan 2.Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah. 5. Metode Analisis Data 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskrisi suatu data yang dilihat dari nilai minimum dan maksimum. 2. Pengujian Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. 3. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian terdiri dari analisis regresi linier berganda dengan uji f, uji t dan koefisien determinasi (R 2 ). D. HASIL PENELITIAN Tabel 4.7 Hasil Regresi Linier Berganda Coefficients a Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. 1(Constant) 11963.836 21136.867.566.573 PDRB.001.002.026.537.593 PAD.428.036.710 11.849.000 DAU.105.039.180 2.697.009 DAK 1.380.391.181 3.528.001 a. Dependent Variable: BM Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi (PRDB), Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum. Hasil pengolahan data dengan bantuan komputer program SPSS, dari hasil tabel 4.7 diatas, maka dapat disusun persamaan regresi: BM = 11963,836 + 0,001PDRB + 0,428PAD + 0,105DAU + 1,380DAK

Untuk menginterpretasi hasil dari analisis tersebut, dapat diterangkan: 1) Nilai konstanta sebesar 11963,836 yang artinya apabila variabel independen yaitu PDRB, PAD, DAU dan DAK dianggap konstan maka variabel belanja modal dimungkinkan akan meningkat sebesar 11,963,836. 2) Koefisien variabel PDRB sebesar 0,001 yang artinya jika variabel PDRB naik sebesar satu satuan, maka variabel belanja modal akan mengalami peningkatan sebesar 0,001. 3) Koefisien variabel PAD sebesar 0,428 yang artinya jika variabel PAD naik sebesar satu satuan, maka variabel belanja modal akan mengalami peningkatan sebesar 0,428. 4) Koefisien variabel DAU sebesar 0,105, yang artinya jika variabel DAU naik sebesar satu satuan, maka variabel belanja modal akan mengalami kenaikan sebesar 0,105. 5) Koefisien variabel DAK sebesar 1,380 yang artinya jika variabel PAD naik sebesar satu satuan, maka variabel belanja modal akan mengalami peningkatan sebesar 1,380. E. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dapat ditarik kesimpulan : 1. Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja

Modal di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini terbukti dari hasil uji t yang diperoleh nilai signifikan sebesar 0,593 (0,593 >α = 0,05). 2. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini terbukti dari hasil uji t yang diperoleh dengan nilai signifikan sebesar 0,000 (0,000 <α = 0,05). 3. Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini terbukti dari hasil uji t yang diperoleh dengan nilai signifikan sebesar 0,009 (0,009 <α = 0,05). 4. Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini terbukti dari hasil uji t yang diperoleh dengan nilai signifikan sebesar 0,001 (0,001 <α = 0,05). B. Saran Dengan adanya berbagai keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi peneliti mendatang hendaknya obyek penelitian lebih diperluas lagi, yaitu tidak terbatas pada Provinsi Sumatera Utara. 2. Bagi peneliti mendatang hendaknya penggunaan data yang lebih lengkap dengan rentang periode waktu penelitian yang lebih panjang sehingga lebih mampu untuk dapat dilakukan generalisasi atas hasil penelitian tersebut.

3. Bagi peneliti mendatang sebaiknya melinbatkan variabel lainnya, karena pada dasarnya masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi alokasi belanja modal, seperti ukuran-ukuran atau jenis-jenis penerimaan pemerintah daerah lainnya maupun variabel non keuangan seperti kebijakan pemerintah, kondisi makroekonomi. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Syukriy. 2004. Perilaku Oportunistik Legislatif dalam Penganggaran Daerah: Pendekatan principal-agent theory. Universitas Bengkulu. Abdullah, Syukriy, Abdul Halim. 2008. Menggenjot Belanja Modal. Media Indonesia 25 Agustus 2010. Adi, Priyo Hari. 2007. Hubungan antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan per Kapita. Simposium Nasional Akuntansi X, Juli 2007. Ardhani, Pungky. 2011. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Khusus (DAK). Dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Modal (Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah). Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE UGM. Darise, Nurlan. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. PT. INDEKS. Darwanto dan Yustikasari, Yulia. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. SNA X Makasar. Dickson, V. Dan W, Yu. 2000. Revenue Structures, The Perceived of Government output and Public Expenditure. Public Review, Vol. 28 No. 1, 48-65.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: UNDIP. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate denga Program IBM SPSS 19. Semarang: UNDIP. Halim, Abdul. 2001. Manajemen Keuangan Daerah (Edisi Pertama). Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM Yogyakrarta. Halim, Abdul.2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Kuangan Daerah. Edisi Pertama, Yogyakarta: Andi. Halim, Abdul. 2009. Akuntansi Keuangan Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi. Maryanti, Ulfi dan Endrawati. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus di Sumatera Barat. Jurnal Akuntansi. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 26 ayat 1 tentang Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Jakarta.. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Belanja Modal. Jakarta.. Peraturan Pemerintah dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 1 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Jakarta.. Peraturan Pemerintah dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Cara Menghitung Dana Alokasi Umum menurut Ketentuan. Jakarta.. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Departemen Komunikasi dan Informatika. Jakarta.

. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Departemen Komunikasi dan Informatika. Jakarta.. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Dana Perimbangan. Departemen Komunikasi dan Informatika. Jakarta.. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Departemen Komunikasi dan Informatika. Jakarta. Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Penerbit Ghalia Indonesia. Situngkir, Anggiat. 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Anggaran Belanja Modal pada Pemko/Pemkab Sumatera Utara. Stine, William F. 1994. Is Local Government Revenue Response ti Federal Aid Symetrical Evidence from Pensylvania Country Governmen in an era of Retrenchment. National tax Journal 47. Sukirno. 2007. Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan. Jakarta: LPFE UI. Sumarmi, Septianingsih. 2008. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadapa Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota di Povinsi D. I Yogyakarta. Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Edisi Pertama, Yogyakarta: Andi. www.djpk.depkeu.go.id www.sumut.bps.go.id