1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Alkohol telah lama dikenal, menurut catatan arkeologik minuman beralkohol sudah dikenal sejak kurang lebih 5000 tahun yang lalu. Sampai saat ini sudah beragam macam minuman alkohol yang dikonsumsi manusia.masing-masing Negara memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam mengkonsumsi minuman beralkohol, baik itu jumlah keseluruhan alkohol yang dikonsumsi, jenis-jenis minuman keras maupun situasi dimana minuman beralkohol dikonsumsi (Joewana, 1989). Alkohol merupakan penekan susunan saraf pusat tertua. Nama kimia alkohol yang terdapat dalam minuman berakohol ialah etil alkohol, yang sering juga disebut sebagai grain alkohol sebagai lawan dari wood alkohol yang sangat tosik dan nama kimianya adalah metil alkohol atau methanol. Alkohol adalah salah satu jenis alkohol alifatik yang larut air. 1
2 Alkohol dibuat dari hasil fermentasi, berupa cairan jernih tak berwarna dan rasanya pahit. Molekul alkohol sangat kecil dan dapat dengan mudah larut dalam lipid dan air. Oleh karena sifat ini, alkohol memasuki aliran darah dengan mudah dan juga dapat melewati sawar darah otak (blood brain barrier) dengan bebas. Ada beberapa jenis alkohol yang menyebabkan intoksikasi, yaitu etanol yang sering menyebabkan asidosis alkoholik, intoksikasi methanol, etilen glikol, propilen glikol dan isopropanol (Satya, 1989). Kandungan alkohol pada berbagai minuman keras berbeda-beda, menurut Joewana (1989) kebanyakan bir mengandung 3-5% alkohol, anggur 10-14%, sherry, port, muscatel berkadar alkohol 20%, sedangkan wisky, rum, gin, vodka dan brendi berkadar alkohol 40%. The American Association of Poison Central Centers mengumpulkan data dari Toxic Exposure Surveillance System. 63 pusat keracunan melaporkan, 2.168.248 kasus keracunan pada manusia yang disebabkan pemaparan toksik. 5% kurang dari kasus
3 tersebut merupakan efek samping makanan dan obatobatan atau alkohol (Moklhlest, 2003). Alkohol merupakan obat yang paling sering digunakan diseluruh dunia, dan apabila digunakan secara berlebihan dapat memberikan efek merusak hampir pada semua sistem organ. Riwayat penyalahgunaan alkohol sering terjadi, 10% diantaranya memerlukan perawatan di intensive care unit (ICU) (Moss & Burham, 2006). Penyalahgunaan alkohol dibeberapa rumah sakit diamerika serikat hampir 40% penyalahgunaan alkohol dirawat di ICU. Sering terjadi dan berhubungan dengan meningkatnya mortalitas dua kali lipat (Clark & Moss, 2011). Menurut penelitian Organisasi Kesehatan dunia (WHO), dewasa ini kasus perilaku berisiko menunjukkan presentase yang semakin tinggi yaitu diperkirakan terdapat 1.800.000 pertahun kematian akibat alkohol diseluruh dunia. Pada tanggal 30 Juni 2006, Jawatan Kesehatan Nasional Inggris mengeluarkan laporan yang mengungkapkan bahwa kematian akibat alkohol telah melonjak 37% dalam 5
4 tahun terakhir. Alkohol sekarang merupakan pembunuh nomor 1 bagi pria dan wanita muda di Inggris dan di sejumlah Negara lain (Grup Berita Florida, 2006). Pada bulan Mei 2009 di Denpasar, terjadi kasus keracunan methanol karena disalahgunakan sebagai minuman keras oplosan sehingga mengakibatkan kematian masal. Minuman keras oplosan dapat dibuat dengan mencampurkan berbagai zat seperti spritus atau methanol, etanol, nanas, pepsi blue, obat nyamuk, bahkan deterjen (Adi, 2009). Yogyakarta, sembilan orang tewas karena minuman lapen. Berdasarkan penelitian Persatuan Dokter Mata Seluruh Indonesia (Perdamai) DIY, setiap 3 bulan selalu ada pasien yang mengalami kebutaan akibat lapen. Menurut Ketua Perdamai DIY Prof dr. Suhardjo, lapen diindikasi menyebabkan kebutaan, mulai dari buta ringan hingga buta total (Rochmatin, 2013). Salah satu penyebab utama kematian terkait alkohol adalah toksisitas alkohol akut. Alkohol dengan konsentrasi alkohol darah yang tinggi menginduksi depresi pernapasan dan kematian akibat
5 keracunan alkohol akut adalah bentuk dominan dari mono toksisitas zat kematian. Blood Alcohol Concentration (BAC) merupakan panduan untuk mengetahui kadar dari intoksikasi alkohol. Blood Alcohol Concentration menunjukkan jumlah alkohol diperedaran darah dalam gram alkohol per 100 ml darah. BAC 0,05 mengandung arti seseorang memiliki kadar 0,05gram alkohol per 100 ml darah (atau BAC 0,05%= 11 mmol/l) ( Kraut & Kurtz, 2008). Berdasarkan penelitian Zumwal et al. (1982), bahwa pada jenasah yang membusuk akan ditemukan alkohol, semakin lama proses pembusukan semakin besar kadar alkohol darahnya. Pada tahun 2010, Kedokteran Forensik FK UGM pernah menangani kasus keracunan minuman keras oplosan jenis lapen, kemudian dilakukan ekshumasi jenazah yang sudah dikubur 3 minggu, pada saat itu ditemukan kadar alkohol organ hati dengan metode mikrodifusi Conway dengan kadar 400 mg%. Namun apakah kadar tersebut memang karena alkohol yang diminumnya atau dari proses pembusukan dalam tanah. Hal ini belum diketahui secara pasti, oleh karena
6 itu akan dilakukan penelitian apakah memang alkohol ditemukan pada kondisi jenazah yang sudah membusuk dan sudah dikubur dalam tanah yang tercemar insektisida selama 72 jam. Karena pada jenasah sulit dilakukan, maka disini penelitiannya dilakukan pada tikus putih dewasa jenis wistar. I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan adanya perumusan masalah yaitu : 1. Berapa kadar alkohol darah organ hati pada tikus putih dewasa jenis wistar yang mati karena fisiologis dank arena keracunan alkohol setelah dikubur dalam tanah yang terkontaminasi insektisida setelah 72 jam? 2. Berapakah kadar alkohol darah organ hati pada tikus putih dewasa jenis wistar yang mati karena keracunan alkohol setelah dikubur dalam tanah yang terkontaminasi insektisida setelah 72 jam? 3. Apakah terdapat perbedaan kadar alkohol organ hati pada tikus putih dewasa jenis wistar yang mati karena mati fisiologis dengan keracunan alkohol
7 setelah dikubur dalam tanah yang terkontaminasi insektisida setelah 72 jam? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiperbedaan kadar alkohol pada organ hati tikus putih karena mati fisiologis dan keracunan alkohol dengan metode mikrodifusi conway yang dikubur dalam tanah yang terkontaminasi insektisida selama 72jam. I.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari peneltian ini diharapkan: a. Bagi peneliti : untuk mendapatkan pengetahuanmengenai perbedaan kadar alkohol darah yang mati fisiologis dan keracunan alkoholsetelah dikubur dalam tanah yang terkontaminasi insektisida setelah 72 jam. b. Bagi Dokter Forensik : mempunyai landasan atau pedoman untuk menerapkan kondisi jenazah membusuk tentang ada atau tidaknya alkohol.
8 c. Bagi aparat penegak hukum atau penyidik: untuk membantu membuat keputusan menangani kasus pidana terkait dengan keracunan alkohol. I.5. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengaruh alkohol darah pada tikus wistar dewasa telah banyak. Penelitian khusus tentang perbedaan kadar alkohol pada organ hati tikus putih karena mati fisiologis dan keracunan alkohol dengan metode mikrodifusi conway yang dikubur dalam tanah yang terkontaminasi insektisida selama 72jam belum ada. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan berkaitan dengan alkohol antara lain : a) Penelitian oleh Nugroho (2008) mengenai PengaruhMinuman Alkohol Terhadap Jumlah Lapisan sel spermatogenik dan Berat Vesikula Seminalis Mencit di Madiun. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel dan lokasi penelitian.
9 b) Penelitian oleh Hendy Halim, Fakhrurrazy, Yuliastuti, Dwi Cahyani Ratna Sari, Rina Susilowati (2006) mengenai Pemberian alkohol peroral secara kronis menurunkan kepadatan sel granula cerebellum pada tikus putih jantan dewasa. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel dan lokasi penelitian