PENDIDIKAN DALAM KONEKTIVITAS ASEAN Oleh: Yuliana Riana P, MM Head of Centre For ASEAN Public Relation Studies, LSPR-Jakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

PENDAHULUAN Latar Belakang

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PROTOKOL 1 TENTANG TANPA BATASAN KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT DALAM SUB-KAWASAN ASEAN

PROTOKOL 3 TENTANG PROTOKOL 3 TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTAR SUB- KAWASAN ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang


PROTOKOL 4 TENTANG KEBEBASAN HAK ANGKUT KELIMA YANG TIDAK TERBATAS ANTAR SUB-KAWASAN ASEAN

BAB I PENDAHULUAN dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden telah melahirkan. Royong, dengan misi : (1) Mewujudkan keamanan nansional yang mampu

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

Masyarakat Ekonomi ASEAN. Persiapan Menghadapi Persaingan Dunia Kerja By : Tambat Seprizal (FE 06)

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN. mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 %

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA ASEAN UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA

PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI. Didin Saripudin Universitas Pendidikan Indonesia


PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

PERKEMBANGAN PROFESI AKUNTANSI & ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 PUSAT PEMBINAAN AKUNTAN DAN JASA PENILAI KEMENTERIAN KEUANGAN RI

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini

PROTOKOL 5 MENGENAI KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTARA IBUKOTA NEGARA ASEAN

PANDUAN PROGRAM TRANSFER KREDIT BELMAWA

PEMBENTUKAN ASEAN INFRASTRUCTURE FUND (AIF) Tabel 1: Perbandingan Global Cakupan Pelayanan Infrastruktur. (Nugraha Adi) I.

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM

Template : For Better FITB

Kebijakan Perencanaan dan Pengembangan PendidikanTinggiIslamdi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

BAB II ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) agenda utama yang perlu dikembangkan. KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan faktor-faktor produksi yaitu; modal, tenaga kerja dan teknologi

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

Professional Veterinarian

Peta Jalan untuk Komunitas ASEAN ( ) dalam rangka. dalam Persetujuan ini secara sendiri disebut sebagai "Negara Anggota

Peta Jalan untuk Komunitas ASEAN ( ) dalam rangka. dalam Persetujuan ini secara sendiri disebut sebagai "Negara Anggota

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

Menggenjot UMKM dan Pasar Domestik Sebagai Tantangan di MEA Oleh: Mauled Moelyono 2

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community

SEAMEO? SEAMEO : South East Asia Ministers of Education Organization

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan sebesar 5,1% untuk

ROADMAP PROGRAM INTERNASIONALISASI PROGRAM STUDI : TEKNIK ELEKTRO. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Februari 2016

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

Konektivitas ASEAN: Peluang dan Tantangan Senin, 19 Desember 2011

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

Sambutan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

PENTINGNYA SERTIFIKASI BAGI BUMN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

PendidikanInsinyurProfesional Indonesia

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

BAB I PENDAHULUAN. cara-cara agar dapat bersaing dengan perusahaan lain, dikarenakan tahun ini

PENTINGNYA KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS SEBAGAI DALAM MENYONGSONG ASEAN COMMUNITY 2015

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi secara luas telah membuka perekonomian dunia dalam skala yang hampir

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: pendidikan internasional diwujudkan dalam bentuk mobilitas mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

Transkripsi:

PENDIDIKAN DALAM KONEKTIVITAS ASEAN Oleh: Yuliana Riana P, MM Head of Centre For ASEAN Public Relation Studies, LSPR-Jakarta Abstraksi Negara-negara anggota ASEAN sangat menyadari pentingnya bidang pendidikan menjadi salah satu faktor penentu membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini tercermin dengan dimasukkannya pendidikan dalam dimensi kerja sama sosial budaya ASEAN. Kajian ini akan menyoroti mengenai implementasi pendidikan dalam konektivitas ASEAN yang diuraikan dalam lima langkah. Konektivitas infrastruktur akan mempermudah mobilitas para generasi muda ASEAN untuk menempuh pendidikan lintas wilayah ASEAN. Selain itu, perbaikan sarana dan prasarana dalam institusi pendidikan akan mendukung suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar. Konektivitas institusional juga akan menghasilkan SDM yang bukan hanya memiliki pengetahuan namun juga memiliki ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri di ASEAN. Pada level regional, konektivitas melalui ASEAN Network akan membangun standar kualitas antar anggota AUN dapat dijadikan sebagai tolak ukur standar kualitas Perguruan Tinggi di ASEAN. Konektivitas generasi muda melalui pertukaran mahasiswa di berbagai universitas di ASEAN bukan hanya berbagi pengetahuan namun juga saling memahami keberagaman budaya. Konekvitas merupakan kunci keberhasilan dalam membangun ASEAN Community. Konekvitas berperan membantu memperkecil kesenjangan pendidikan di negara-negara anggota ASEAN. Pendidikan dalam frame Konektivitas ASEAN akan memperkuat kerjasama regional antar-institusi perguruan tinggi dan mahasiswa di ASEAN dan meningkatkan internasionalisasi pendidikan, berdaya saing dan berkualitas. Kata kunci: konektivitas, ASEAN, pendidikan 50 tahun kehadiran ASEAN, telah banyak capaian dalam Pilar Sosial Budaya yang telah diraih ASEAN dan bermanfaat bagi negara-negara anggotanya. Salah satu capaian terpenting adalah para Menteri Pendidikan negara-negara ASEAN bekerjasama dengan SEAMEO meluncurkan ASEAN Curriculum Sourcebook (ACS) pada tahun 2012. ACS merupakan pedoman untuk mengajarkan mengenai ASEAN pada tingkat SD, SMP dan SMA. Kerja sama sektor pendidikan di ASEAN ditandai dengan disepakatinya deklarasi penguatan kerja sama bidang pendidikan melalui Cha-Am Hua Hin Declaration on Strengthening Cooperation on Education to Achieve an ASEAN Caring and Sharing Community pada KTT ASEAN ke-15 di Hua Hin, Thailand pada 23-25 Oktober 2009. Penguatan kerja sama pendidikan itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga memiliki daya saing baik di tingkat regional maupun global. Selain itu juga disampaikan harapan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk konvensi penelitian di bidang pendidikan. Dalam kaitan ini, negara anggota ASEAN juga diwajibkan untuk memperbaiki standar kompetensi pendidikan dan meningkatkan standar professional tenaga pengajar. 1

Seperti dilansir oleh Times Higher Education, pada tahun 2016, Universitas di ASEAN yang masuk dalam 200 Universitas terbaik di dunia hanya universitas dari Singapura. Hal ini menunjukkan bahwa universitas-universitas di ASEAN harus segera bergegas memperbaiki kualitas agar mampu menghasilkan sumber daya manusia yang dapat bersaing secara regional dan global. Pemetaan Potensi Universitas di ASEAN ASEAN memiliki beberapa universitas yang memiliki kualitas yang unggul. Berikut akan ditampilkan universitas unggulan yang ada di ASEAN. Parameter yang digunakan untuk mengukur daya saing universitas di ASEAN adalah QS Ranking dan The Webometric Ranking of World Universities. OS Ranking yang dipublikasikan setiap tahun oleh British Quacquarelli Symods menggunakan Sembilan indikator yaitu 1) academic reputation; 2) employer reputation; 3) faculty: student ration; 4) citations per paper; 5) paper per faculty; 6) proportion of international faculty; 7) proportion of international student; 8) proportion of inbound exchange students and 9) proportion of outbound exchange students. Peringkat universitas di negara-negara anggota ASEAN pada tahun 2014 berdasarkan QS Ranking adalah Gambar 1. QS Ranking Tahun 2014 2

Proporsi penilaian universitas yang dilakukan oleh QS Rangking memberikan bobot yang tinggi pada academic reputation (30%); faculty: student ratio (20%) serta citations per paper (15%) dan Paper per faculty (15%). Hal ini menunjukkan bahwa QS Ranking menekankan pada kualitas pendidikan, penelitian dan publikasi. Tabel 1 Perbandingan QS Ranking Tahun 2014 dan 2016 No QS Ranking Asia 2014 1 1 National of Singapore 2 7 Nanyang Technological Universitas Negara QS Ranking Asia 2016 Universitas Singapura 1 National of Singapore Singapura 3 Nanyang Technological 3 32 Universiti Malaya 27 Universiti Malaya 4 40 Mahidol Thailand 49 Putra 5 48 Chulalongkorn 6 56 Universiti Kebangsaan 7 57 Universiti Sains 8 63 of Philippines 9 66 Universiti Teknologi 10 71 Universitas Thailand 51 Sains 55 Universiti Kebangsaan 60 Singapore Management Philipina 63 Universiti Teknologi 67 Universitas 70 of the Philippines Negara Singapura Singapura Singapura Philipina Sumber : QS Ranking: ASIA Tahun 2014 dan 2016 Pada tahun 2014 dan 2016 universitas yang masuk dalam top 10 besar dari Negaranegara anggota ASEAN adalah universitas yang berada di Singapura,, Thailand, Philipina dan. Hasil ini juga menyatakan bahwa 6 negara ASEAN lain yaitu Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja perlu melakukan kerjasama pendidikan 3

dan penelitian dengan sesama anggota ASEAN yang lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian. Pada tahun 2016, terlihat peningkatan kualitas universitas di sehingga pada tahun 2016 terdapat 5 universitas yang masuk ke dalam peringkat 10 besar top universitas terbaik. berbenah dengan membuat grand design Pendidikan Tinggi 2015 2025 sebagai berikut untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Perguruan Tinggi : (1) Affirmation/Closing the gap yaitu pemberian afirmasi pada perguruan tinggi lemah agar mutunya tidak jauh berbeda dengan perguruan tinggi yang mutunya sudah bagus; (2) Mission differentiation yaitu perguruan tinggi bermacam-macam karakteristiknya, arah pengembangan tidak harus sama. (3) World Class yaitu minimum ada lima perguruan tinggi yang bisa masuk 500 perguruan tinggi terbaik dunia versi QS; (4) Innovation and commercialization yaitu perguruan tinggi harus melakukan inovasi di segala bidang; (5) Peraturan yang menghambat pengembangan perguruan tinggi harus dibenahi. ASEAN Connectivity dan Pendidikan Konektivitas merupakan kunci kesuksesan dalam mencapai ASEAN Community. Oleh karena itu master plan ASEAN Connectivity 2025 ditujukan untuk meningkatkan kehidupan penduduk ASEAN memberikan kesempatan bagi masyarakat serta mendorong kemakmuran melalui pembangunan ekonomi dan perkembangan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut, Master Plan for ASEAN Connectivity (MPAC) 2025 menjadi panduan yang dikembangkan untuk dan difokuskan kepada tiga dimensi: Physical Connectivity (konektivitas fisik) yang meningkatkan infrastruktur guna mengembangkan system transportasi yang terintegrasi serta memperluas jaringan teknologi informasi dan komunikasi; Institutional Connectivity (konektivitas institusional) yang bertujuan untuk mewujudkan kebijakan secara efektif terutama dalam hal fasilitas perdagangan barang dan jasa serta aliran investasi; dan People-to-People Connectivity (konektivitas antar masyarakat) yang memperluas kesempatan pendidikan, inovasi dan kewirausahaan serta mendorong pertukaran budaya guna mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Implementasi ASEAN Connectivity dalam ruang bidang pendidikan dapat berfokus pada Pertama, konektivitas fisik yang dilakukan antara lain dengan membangun sistem transportasi dan jalan raya bersama tentu saja akan memudahkan mobilitas generasi muda dalam menempuh pendidikan di negara anggota ASEAN. Selain itu, universitas sebagai institusi pendidikan yang berperan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas perlu ditingkatkan kualitas sarana dan prasarana agar dapat mendukung dalam proses pembelajaran. 4

Kedua, pemanfaatan inovasi digital dengan sepenuhnya untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan publikasi. Inovasi teknologi digital akan memungkinkan proses belajar mengajar dilakukan secara online sehingga mampu mendekatkan ruang dan waktu. Selain itu, pemanfaatan sarana digital oleh para akademisi dan peneliti untuk mempublikasikan hasil peneitian dan mengakses jurnal yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan. Konektivitas institusional diharapkan universitas perlu didorong membangun konektivitas antara industri, pemerintah dan masyarakat. Universitas sebaiknya selalu terbuka dengan berbagai jenis kemitraan bersama pemangku kepentingan. Ketiga, konektivitas universitas dengan industri akan terlebih dahulu fokus pada 8 Mutual Recognition Agreement (MRA) yang telah disepakati oleh ASEAN yaitu MRA on Engineering Services, MRA on Nursing Services, MRA on Architectural Services, MRA on Tourism Professional, MRA on Accountancy Services, MRA on Medical Practitioners, MRA on Dental Practitioners, MRA on Surveying Qualification. Kemitraan universitas dengan industri juga harus berfokus pada Sektor Prioritas Integrasi (Priority Integration Sectors) yang merupakan sektor-sektor yang bernilai strategis untuk terlebih dulu/dipercepat pembukaan akses pasarnya menuju pasar tunggal dan basis produksi. Para menteri ekonomi ASEAN dalam Special Informal AEM Meeting, 2003, di Jakarta, menyepakati 11 sektor yang masuk kategori Sektor Prioritas Integrasi dan 1 sektor lagi pada 2006 di Filipina. Adapun ke-12 sektor itu terdiri atas tujuh sektor perdagangan barang yaitu produk pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, produk karet, tekstil & pakaian, produk kayu, dan logistik; serta lima sektor perdagangan jasa yaitu transportasi udara, e-asean, pelayanan kesehatan, logistik, dan pariwisata. Keempat, konektivitas universitas dengan pemerintah akan berfokus pada pembenaham berbagai peraturan yang menghambat perkembangan dan kreativitas universitas. Dengan adanya ASEAN Community tentunya memberikan pengaruh bagi sektor pendidikan tinggi di. Kompetisi pada perguruan tinggi tidak lagi hanya sebatas perguruan tinggi di, namun sudah meliputi perguruan tinggi di regional ASEAN. Selain itu dengan adanya liberalisasi sektor jasa juga membuka kesempatan bagi perguruan tinggi asing untuk masuk dan didirikan di wilayah. Hal ini secara peraturan perundang-undangan juga dimungkinkan sesuai dengan Pasal 90 Undangundang no 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menyatakan bahwa Perguruan Tinggi Negara lain dapat menyelenggarakan Pendidikan Tinggi di wilayah dengan bekerjasama dengan Perguruan Tinggi serta atas izin pemerintah Negara anggota ASEAN telah menjadikan jaminan kualitas di bidang pendidikan sebagai agenda nasional. Masing-masing Perguruan Tinggi menentukan kriteria kualitas pendidikan masing-masing, dimana sebagian berkonsultasi dengan institusi lain di level 5

nasional atau internasional. Pada level regional, Insiatif ASEAN Network dalam pembentukan standar kualitas antar anggota AUN dapat dijadikan sebagai tolak ukur standar kualitas Perguruan Tinggi di ASEAN. Kelima, konektivitas universitas dengan generasi muda sebagai calon pemimpin ASEAN di masa depan. Pada tahun 2016, total populasi masyarakat di ASEAN mencapai lebih dari 600 juta orang, dan lebih dari setengahnya berusia di bawah 30 tahun. Tingginya jumlah penduduk dengan usia muda ini menghadirkan peluang sekaligus tantangan. Dominan usia produktif akan mendorong kemajuan ekonomi ASEAN di masa mendatang, namun demikian di saat yang sama, tantangan yang harus segera disikapi adalah membangun generasi muda yang tangguh dan berdaya saing. Disinilah peran universitas di ASEAN untuk menyediakan akses terhadap pendidikan dan pelatihan berkualitas guna membangun sumber daya manusia yang unggul. Universitas sebagai institusi pendidikan turut bertanggung jawab untuk membentuk arah dari pembangunan regional, misalnya dengan meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada di wilayah ASEAN. Kerja sama dengan universitas-universitas di ASEAN diharapkan tidak hanya untuk berbagi pengetahuan, tetapi juga untuk saling membagikan pengertian dan menjunjung nilai-nilai budaya. Budaya tidak perlu dianggap sebagai penghalang. Mengingat ASEAN adalah kawasan multikultural, pendekatan budaya juga dibutuhkan antar negara ASEAN untuk membangun jaringan universitas yang baik di ASEAN. Fakta bahwa ASEAN adalah wilayah multikultural dengan berbagai bahasa, dialek, agama, dan etnis telah membuat ASEAN sebagai wilayah yang unik. Konektivitas pendidikan ini didukung pula oleh Mitra Wicara ASEAN, sebagai contoh beasiswa SHARE (Support to Higher Education in The ASEAN Region) oleh Uni Eropa yang merupakan skema beasiswa intra-asean dan sistem transfer kredit antar-institusi perguruan tinggi di ASEAN, beasiswa ini memberikan kesempatan besar bagi pelajar untuk mendapatkan pengalaman mengalami secara langsung keramahan, budaya, dan keanekaragaman ASEAN. Diluncurkan pada Mei 2015 lalu, SHARE merupakan program bantuan Uni Eropa senilai 10 juta Euro. SHARE bertujuan untuk menguji sistem yang sudah ada dan disempurnakan dengan cara mendukung pertukaran mahasiswa dan pengakuan kredit di ASEAN. Para mahasiswa yang mengikuti program SHARE diharapkan bisa memperkuat kerjasama regional antar-institusi perguruan tinggi dan mahasiswa di ASEAN dan meningkatkan internasionalisasi pendidikan. Sampai dengan awal Tahun 2017 terdapat 134 mahasiswa S-1 dari 29 universitas di 8 negara anggota ASEAN dibandingkan tahun 2016 yang hanya 16 mahasiswa dari 8 negara ASEAN (Kompas.com; 2 Feb 2017). Program beasiswa ini melibatkan partisipasi universitas-universitas dari 8 negara anggota ASEAN seperti yang dilansir di http://share-asean.eu sebagai berikut : 6

Tabel 2 Universitas di ASEAN Mitra SHARE Negara Cambodia Lao PDR Myanmar Philippines Thailand Vietnam Universitas Royal of Phnom Penh, of Cambodia, Phnom Penh International, National of Management Cambodia Universitas, Universitas Diponegoro, Bogor Agricultural, Bina Nusantara National of Laos, Savannakhet, Souphanouvong, Champasack Universiti Kebangsaan, Taylor s, Universiti Teknologi, Universiti Sabah of Yangon, Mandalay, Myanmar Maritime, Yangon of Economics of the Philippines, of Santo Tomas, De La Salle, Ateneo de Manila Chulalongkorn, Payap, King Mongkut s of Technology Thonburi, Thammasat Viet Nam National, Hanoi of Science and Technology, Ho Chi Minh of Technology and Education, Hue. Sumber: website share-asean.eu, 2017 Bidang pendidikan yang merupakan dimensi kerja sama dalam Pilar Sosial Budaya memiliki peranan yang penting guna membangun sumber daya yang terdidik, kompetitif, inovatof dan berkualitas di era ASEAN Community. Negara-negara anggota ASEAN akan memiliki daya saing dalam tingkat ASIA dan global jika memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Sejalan dengan ASEAN Connectivity yang difokuskan pada tiga dimensi dapat diterapkan dalam bidang pendidikan melalui lima langkah implementasi konektivitas ASEAN melalui pendidikan. Perbaikan sarana dan prasarana dalam institusi pendidikan akan mendukung suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar. Konektivitas infrastruktur akan mempermudah mobilitas para generasi muda ASEAN untuk menempuh pendidikan lintas wilayah ASEAN. Konektivitas institusional juga akan menghasilkan SDM yang bukan hanya memiliki pengetahuan namun juga memiliki ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri di ASEAN. Pada level regional, konektivitas melalui ASEAN Network akan membangun standar kualitas antar anggota AUN dapat dijadikan sebagai tolak ukur standar kualitas Perguruan Tinggi di ASEAN. Selesai 7