BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

CRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malnutrisi semakin diketahui sebagai faktor. prosnosis penting yang dapat mempengaruhi keluaran

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

Oleh : Fery Lusviana Widiany

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS. 1. Berat Badan Pasien Schizofrenia dengan Gizi Kurang

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA PENDERITA STROKE DI YAYASAN STROKE SARNO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada usus yang diperantarai proses aktivasi imun yang patofisiologinya kompleks

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kelahiran, penurunan kematian bayi dan peningkatan usia harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

I. PENDAHULUAN. Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh organisme secara normal melaui berbagai tahapan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran Status Gizi pada Lanjut Usia

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Intensif Care Unit berkembang cepat sejak intensif care unit (Intensive Terapy

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

Feeding Practice in Small for Gestational Age Born Infant

BAB I PENDAHULUAN. Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat. normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II.

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif.

BAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah


BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan

BAB V PEMBAHASAN. seseorang saat ini. Menurut Depkes untuk memudahkan penyelenggaraan terapi diet

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi tinja cair

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

PEDOMAN PELAYANAN GIZI KLINIK

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

BAB I PENDAHULUAN. dimana saja baik dirumah, tempat kerja, maupun dijalan atau ditempattempat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Status gizi mempunyai efek penting terhadap kesehatan. Status gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup bulan (Reading et al., 1990). Definisi hipoalbuminemia pada neonatus berbeda

Pedoman umum mengacu pada prinsip gizi seimbang: tumpeng gizi seimbang (TGS) Gizi seimbang bertujuan mencegah permasalahan gizi ganda Bentuk pedoman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protein Energi Malnutrisi (PEM) sering dijumpai dibangsal-bangsal bedah

BAB I PENDAHULUAN. persentase populasi ADB di Indonesia sekitar %. Prevalensi ADB di

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan. secara bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai

BAB I. PENDAHULUAN. yang semakin tinggi diantara rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk tetap

GIZI DAN KANKER. Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi yang didapat pada pasien di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

dr.yarman Mazni, SpBKBD Divisi Bedah Digestif, Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo

PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PLASMA PADA PASIEN SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI RAWAT INAP DI RSUD PROF. DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa

PENGERTIAN DAN JENIS MAKANAN. Rizqie Auliana

BAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. (PGK) tahap akhir yang menjalani dialisis masih sangat tinggi, kira-kira 15 -

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nutrisi adalah ikatan kimia yang yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi merupakan kebutuhan utama pasien kritis dan nutrisi enteral lebih baik dari parenteral karena lebih mudah, murah, aman, fisiologis dan penggunaan nutrien oleh tubuh lebih efisien. Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004). Nutrisi adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan (Supariasa, 2001). Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastric tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin (Setiati, 2000). Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernakan (Wiryana, 1

2007). Nutrisi parenteral diberikan apabila usus tidak dipakai karena sesuatu hal, misalnya: Malformasi Kongenital Intestinal, Enterokolitis Nekrotikans, dan Distres Respirasi Berat.Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan (Setiati, 2000). Status nutrisi merupakan fenomena multidimensional yang melakukan beberapa metode penilaian, termasuk indikator-indikator yang berhubungan dengan nutrisi, asupan nutrisi dan pemakaian energi, seperti Body Mass Index (BMI), serum albumin, hemoglobin, magnesium dan fosfor. Pengukuran antropometrik termasuk pemeriksaan berat badan dan panjang badan. Ketebalan lapisan kulit (skin fold), permukaan daerah trisep (trisepa skin fold) dan pengukuran lingkar otot lengan atas (midarm muscle circumference, MAMC) tidak berguna banyak pada pasien sakit kritis karena ukuran berat badan cenderung berubah. Jenis protein yang paling sering diukur, adalah albumin serum. Level albumin yang rendah merefleksikan status nutrisi penderita yang dihubungkan dengan proses penyakit dan atau proses pemulihan (Wiryana, 2007). Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekuranga atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2001). Malnutrisi sering terjadi pada bayi sakit kritis yang dirawat di Neonatus Intensif Care Unit, dan dapat memperburuk keadaan. Tunjangan nutrisi sangat penting pada pengelolaan anak sakit kritis dan dapat diberikan secara enteral, parenteral atau bersama-sama enteral dan parenteral. Apabila usus berfungsi baik, gunakanlah untuk nutrisi enteral dengan memakai konsep nutrisi enteral dini. Pada keadaan 2

dimana usus tidak berfungsi, segera diberikan nutrisi parenteral atau nutrisi enteral dan parenteral bersama-sama sehingga kebutuhan akan kalori, cairan, mineral, trase elemen dapat dipenuhi (Setiati, 2000). Wiryana (2007) juga berpendapat, pasien kritis yang dirawat di Intensif Care Unit sering kali menerima nutrisi yang tidak adekuat akibat dokter salah memperkirakan kebutuhan nutrisi dari pasien dan juga akibat keterlambatan memulai pemberian nutrisi. Malnutrisi sering dikaitkan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas akibat perburukan pertahanan tubuh, ketergantungan dengan ventilator, tingginya angka infeksi dan penyembuhan luka yang lama, sehingga menyebabkan lama rawat pasien memanjang dan peningkatan biaya perawatan. Pentingnya nutrisi terutama pada perawatan pasien-pasien kritis mengharuskan para klinisi mengetahui informasi yang benar tentang faktor-faktor yang mempengaruhi menegemen pemberian nutrisi dan pengaruh pemberian nutrisi yang adekuat terhadap outcome penderita kritis yang dirawat di Neonatus Intensif Care Unit (NICU). Pasien gawat atau kritis merupakan pasien yang secara fisiologis tidak stabil artinya sedikit saja terjadi perubahan salah satu organnya akan membawa dampak perubahan yang menyeluruh (sistemik) dan memungkinkan terjadi gagal organ multipel. Pada hampir semua pasien sedikit kritis juga mengalami anoreksia atau tidak mampu makan karena penurunan kesadaran, pemberian sedasi atau terintubasi melalui saluran nafas bagian atas. Jika diberikan secara tepat, bantuan nutrisi memberikan energi, protein dan nutrisi-nutrisi yang diperlukan untuk mengoptimalkan sistem imun, meningkatkan penyembuhan luka, mencegah pemecahan masa lemak tubuh (Soenarjo, 2000). 3

Pengetahuan perawat tentang pemberian nutrisi pasien kritis dapat mempengaruhi kemampuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara antropometri pada pasien yang dirawat di Neonatus Intensif Care Unit (NICU) dan Bangsal Bayi Resiko Tinggi ( BBRT). Hasil survey yang dilakukan penulis pada bulan Desember 2009, pada 5 perawat NICU, hasil wawancara didapatkan tidak mengetahui prosedur yang benar cara pemberian nutrisi dan evaluasinya. Hasil observasi juga didapatkan beberapa pasien yang dirawat di NICU banyak mengalami kekurangan nutrisi. Perawat tampak di dalam memberikan nutrisi,tidak memperhatikan apakah nutrisi bisa masuk atau tidak. Sebagian besar perawat juga tidak melakukan konfirmasi ke dokter bila nutrisi enteral tidak masuk. Pengetahuan perawat dalam pemberian nutrisi enteral maupun pareteral sangat dibutuhkan pasien, terutama yang terpasang ventilator mekanik dan dalam kondisi kritis sangat membutuhkan support nutrisi yang adekuat untuk mempercepat kesembuhan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan hal di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut Apakah ada hubungan pengetahuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara antropometri pada bayi yang dirawat di NICU dan BBRT Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang. 4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara antropometri pada bayi yang dirawat di NICU dan BBRT Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang 2. Tujuan Khusus: a. Untuk mendiskripsikan tingkat pengetahuan perawat terhadap nutrisi di NICU dan BBRT RS Dr Kariadi Semarang. b. Untuk mendiskripsikan status nutrisi yang dinilai secara antropometri pada bayi di ruang NICU dan BBRT Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang. c. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara antropometri pada bayi di ruang NICU dan BBRT RS Dr Kariadi Semarang D. Manfaat Penelitian: 1. Bagi Rumah Sakit Dapat masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan mutu pelayanan perawatan pasien rawat inap khususnya dalam upaya membantu pasien untuk mendapatkan nutrisi enteral dan parenteral. 5

1. Bagi Perawat Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tentang pengetahuan perawat dalam pemberian nutrisi enteral maupun parenteral pada pasien kritis. 2. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pedoman atau gambaran awal untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan pemberian nutrisi di RS terutama hubungan pengetahuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara antropometri pada bayi di ruang NICU dan BBRT Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang 6

E. Orisinalitas Penelitian Tabel I.1 Pengaruh Pemberian Nutrisi Enteral Dini (NED) Terhadap terjadinya perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berulang pada pasien serosis hati. Nama/Tahun Sampel Hasil Sunardi/2007 28 pasien(14 pasien kelompok perlakuan I dan 14 pasien kelompok perlakuan II) Tidak ada perbedaan pengaruh pemberian Nutrisi Enteral Dini setelah satu kali bilas lambung jernih dan setelah dua kali hasil bilas lambung jernih terhadap terjadinya perdarahan saluran cerna bagian atas Orisinalitas pada penelitian ini ada di desain penelitian yaitu cross sectional 7