PENERAPAN TEKNIK PIKIR PLUS DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN. oleh Ima Siti Rahmawati Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FIELD TRIP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah X X X Total 88

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

TEKNIK BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen semu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kemungkinan hubungan sebab-akibat (cause and effect relationship) dengan cara

kreatif, dan inovatif. Untuk itu, PEMBELAJARAN penulis melakukan sebuah MEMPRODUKSI TEKS pembelajaran memproduksi teks ULASAN DRAMA DENGAN

Oleh Try Annisa Lestari ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(Sugiyono,2013hlm.76) Keterangan : E = kelas eksperimen yang dipilih secara acak K = kelas kontrol yang dipilih secara acak

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

PENERAPAN METODE PANGALIRAN IMAJI (IMAGE STREAMING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan menggunakan one group pretes-posttest design,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Eksperimen adalah observasi dibawah kondisi buatan dimana kondisi

PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA ALAM DAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 DARMA

PENERAPAN TEKNIK MENULIS FIKSI MINI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

Oleh Rini Turnip Drs. H. Sigalingging, M.Pd.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP

USMAN SYARIP HIDAYAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP SILIWANGI BANDUNG ABSTRAK

BAB 3 METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono, 2011 : 2) secara kuantitatif maupun kualitatif. (Arikunto, 2006: 10).

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (KERJASAMA) DALAM MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SINGAJAYA KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN TEKNIK QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS V SDN WANASARI 12 KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN BEKASI

BAB III METODE PENELITIAN

O 1 X O 2. Keterangan: O 1 = nilai pretest O 2 = nilai posttest X = pembelajaran dengan menggunakan media audio visual ilustrasi tokoh

MODEL PEMBELAJARAN CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DUA TINGGAL DUA TAMU DI KELAS VIII SMPN 2 KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK FAST WRITING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian eksperimen (Experimental Research) merupakan kegiatan

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

Oleh : Eneng Monawarotul Fuadah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai

Menggunakan Teknik Cooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V di SDN 1 Sindanglaya.

BAB 3 METODE PENELITIAN. ini senada dengan yang dikatakan Sugiyono (2011: 2), metode penelitian pada

MAKALAH. Oleh NURDIANTI

Nama : Aris Jatnika Sujana NIM :

Disusun dan Diajukan oleh : SRI PRATIWI NIM Telah Diverifikasi dan Dinyatakan Memenuhi Syarat untuk Diunggah pada Jurnal Online

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah eksprimen semu (Quasi Experimental

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh Anggrianne Anastasia Panjaitan ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DANI KURNIA NIM

ARTIKEL PENGARUH METODE COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK OLEH SISWA KELAS X SMA NUSANTARA LUBUKPAKAM T.

PEMBELAJARAN MENYIMAK CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING. Oleh : Cece Gosul NIM

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

M A K A L A H. Disusun oleh : IRNA IRAWATI NIM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Darham 42, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130).

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOLABORASI PADA SISWA KELAS X SEMESTER II SMA N 9 PURWOREJO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN E: O 1 X O 2 C: O 3 Y O 4

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

BAB III METODE PENELITIAN

RANI HANDAYANI NIM

USMAN SYARIP HIDAYAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP SILIWANGI BANDUNG ABSTRAK

Dwi Pratama Sari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SINEKTIK PADA SISWA KELAS VI SDN JAYARAGA 2 TAROGONG KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PANCINGAN KATA KUNCI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SIGUMPAR TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh Rosmindo Sitorus Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2013:2) mengatakan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah

SUWANGSIH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

UJI COBA PEMBELAJARAN MENULIS NASKAH PIDATO BERDASARKAN MODEL PENUGASAN DI KELAS VI SDN SUKARAJA 2 KECAMATAN BANYURESMI KABUPATEN GARUT MAKALAH

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan beberapa hal yang berkenaan dengan metode penelitian

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA PENDEK DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING and LEARNING DI KELAS VII SMPN II TAROGONG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENGARUH MEDIA AUDIO DIDUKUNG MEDIA BAGAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR CERITA SISWA KELAS V SDN CAMPUREJO 2 KOTA KEDIRI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENERAPAN TEKNIK PIKIR PLUS DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN oleh Ima Siti Rahmawati Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia ABSTRAK Judul penelitian ini adalah Penerapan Teknik Pikir Plus dalam Pembelajaran Menulis Cerpen (Eksperimen Semu di Kelas X SMAN 1 Maja Tahun Ajaran 2015/2016). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan menulis cerpen siswa yang masih rendah. Ini terjadi karena penggunaan teknik pembelajaran menulis cerpen masih monoton. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengujicobakan teknik Pikir Plus dalam pembelajaran menulis cerpen. Penelitian ini hendak menjawab rumusan masalah berikut: (1) bagaimana kemampuan siswa dalam menulis cerpen sebelum diberi teknik Pikir Plus; (2) bagaimana kemampuan siswa dalam menulis cerpen setelah diberi teknik Pikir Plus; (3) adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam menulis cerpen sebelum dan setelah diberi teknik Pikir Plus? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kemampuan siswa dalam menulis cerpen sebelum diberi teknik Pikir Plus; (2) kemampuan siswa dalam menulis cerpen setelah diberi teknik Pikir Plus;(3)tingkat perbedaan kemampuan siswa dalam menulis cerpen sebelum dan setelah diberi teknik Pikir Plus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu dengan desain tes awal dan tes akhir kelompok tunggal (the one group pretest posttest) yang dilakukan pada anggota populasi penelitian, yaitu kelas X SMAN 1 Maja tahun ajaran 2015/2016 dengan sampel penelitian kelas X-3 sebagai kelas eksperimen. Dalam penelitian ini, kelas tersebut diberi tes sebelum dan sesudah mendapat perlakuan. Instrumen yang digunakan penelitian ini adalah lembar tes. Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan derajat kebebasan 29 diketahui harga ttabel dengan taraf signifikansi 5% atau taraf kepercayaan 95% adalah 2,628. Hal ini berarti bahwa thitung>ttabel atau 7,97 > 2,628. Artinya, tingkat kemampuan siswa kelas X-3 SMAN 1 Maja dalam menulis cerpen sebelum dan sesudahmengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan teknik Pikir Plus ternyata menunjukkan perbedaan yang signifikan. A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Hal ini terjadi karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan usaha yang konkret, baik dari pembelajar, guru, masyarakat, maupun pemerintah. Sementara itu, pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tidak heran jika mata pelajaran bahasa Indonesia ini diberikan kepada para siswa sejak masih di bangku SD hingga lulus SMA, dengan harapan siswa mampu menguasai, memahami, dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa, seperti menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Akan tetapi, kualitas berbahasa Indonesia para siswa yang telah lulus SMA pun masih saja jauh dari apa yang dicita-citakan sebelumnya, yaitu mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahankesalahan dalam berbahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan masih kentara. 18

Dengan demikian, tampaknya fungsi dari pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak terlihat maksimal. Berkaitan dengan upaya meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia, pemerintah melakukan penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana, serta peningkatan kualitas tenaga pengajar. Sebagai wujud reformasi pendidikan, KTSP hadir dengan memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhannya masing-masing. KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan sebagai penggerak mesin utama pendidikan, yaitu pembelajaran. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam silabus kurikulum operasional harus terpenuhi sepenuhnya. Dengan demikian, tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk membentuk anak didik yang terampil berbahasa harus tercapai secara maksimal (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Dalam konteks pembangunan sumber daya manusia, salah satu keterampilan berbahasa yang dianggap penting adalah menulis. Menulis merupakan komponen penanda kemampuan literasi masyarakat di samping membaca. Bagi masyarakat di kelompok negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, penguasaan kemampuan menulis menemukan kendala karena harus berhadapan dengan pergeseran budaya: kelisanan menuju keberaksaraan. Dalam konteks pembelajaran, menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memerlukan kesabaran, keuletan, dan kejelian tersendiri. Menulis bukanlah kemampuan yang dapat dikuasai dengan sendirinya, melainkan harus melalui proses pembelajaran dengan waktu yang lama untuk menumbuhkan tradisi menulis. Hal tersebut diperkokoh dengan pendapat Tarigan (1994:4) yang mengemukakan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diperoleh melalui proses praktik dan latihan secara teratur. Salah satu bentuk menulis adalah menulis karya sastra; salah satunya adalah menulis cerpen. Cerpen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai cerita pendek (2007:221).Cerpen merupakan seni kreatif yang menggunakan bahasa sebagai media dalam mengungkapkan perasaan dan pikiran. Namun, cerpen berbeda dengan puisi. Puisi itu bebas bahasanya dan tidak terikat struktur kalimat atau tata bahasa. Sementara itu, cerpen masih terikat dengan struktur dan tata bahasa. Di samping itu, puisi berbeda dengan prosa karena puisi menimbulkan efek imajinatif dan penafsiran tertentu dari pembacanya. Hal ini disebabkan oleh sifat puisi, yaitu licentiapoetica puisi itu bebas bahasanya, tidak terikat struktur kalimat atau tata bahasa. Ini berbeda halnya dengan prosa atau drama yang dalam penulisannya harus memerhatikan struktur dan tata bahasa. Menulis cerpen merupakan bagian pembelajaran sastra. Sastra dengan bahasa memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Sastra tidak pernah dapat dipisahkan dengan bahasa karena sastra merupakan bentuk dari cerminan realitas yang ada dan menggunakan keterampilan berbahasa sebagai media penyampaiannya. Sastra menjadi ajang refleksi dan pencerminan dari kehidupan manusia. Pendapat inilah yang mendasari sastra dalam pengajaran bahasa Indonesia bukan sekadar penambahan ilmu pengetahuan, melainkan sebagai sebuah roh yang juga ikut menyatu dengan jiwa manusia. Sayangnya, pengajaran sastra, khususnya pengajaran menulis cerpen justru mengalami hambatan. Kegiatan menulis cerpen yang pada hakikatnya bersifat ekspresif justru menjadi sebuah kesulitan tersendiri bagi siswa dan guru sebagai pengajar. Berdasarkan wawancara sederhana yang penulis lakukan dengan beberapa guru bahasa Indonesia dan beberapa siswa SMA, pembelajaran menulis cerpen dianggap membosankan dan menyulitkan siswa. Hal ini disebabkan 19

oleh beberapa faktor, di antaranya siswa terkadang sulit untuk menentukan ide atau tema untuk penulisan cerpen, sulit merangkai kata-kata untuk dijadikan kalimat, menulis merupakan kegiatan yang paling sedikit dilakukan siswa karena dianggap pelajaran yang paling sulit. Selain itu, penggunaan teknik pembelajaran yang kurang inovatif membuat kegiatan pembelajaran menulis cerpen ini menjadi terhambat. Untuk menyiasati kesulitan ini, hendaknya guru harus lebih pintar memilih teknik pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen. Teknik pembelajaran yang berbeda dari biasanya dapat menjadi salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan motivasi siswa dalam menulis cerpen. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru diberikan kebebasan dalam memilih teknik pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran menulis cerpen, pemilihan teknik dapat bervariasi. Salah satu teknik yang layak dicoba dalam pembelajaran menulis cerpen adalah teknik Pikir Plus. Subana (2009: 195) menyatakan bahwa teknik pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah teknik, cara atau kiat yang digunakan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Teknik pembelajaran sangat diperlukan dalam pembelajaran karena akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Teknik Pikir Plus adalah rangkaian kegiatan dalam belajar menulis yang memberikan kesempatan lebih besar kepada siswa untuk melakukan proses penulisan dari proses penemuan objek tulisan sampai pemublikasikan tulisan tersebut. Teknik Pikir Plus lebih menceritakan sisi lain dari berita pada umumnya, di mana di dalamnya terdapat unsur emosional dan lebih deskriptif dengan permainan kata-kata yang menarik. Pada awalnya teknik Pikir Plus hanya digunakan pada pembelajaran menulis deskripsi. Akan tetapi, penulis berkeyakinan bahwa teknik Pikir Plus juga dapat digunakan pada pembelajaran menulis cerpen karena baik menulis deskripsi maupun menulis cerpen memerlukan objek untuk dijadikan bahan tulisan; merupakan satu proses belajar supaya terampil menulis; merupakan satu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Yang membedakan hanyalah dari segi bahasa, yaitu bahasa cerpen merupakan seni kreatif yang menggunakan bahasa sebagai media dalam mengungkapkan perasaan dan pikiran, sedangkan deskripsi cenderung informatif. Selain itu, penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Oleh karena itu, penulis ingin mengujicobakan teknik Pikir Plus dalam pembelajaran menulis cerpen. Ekspresi dan emosi yang dirasakan pembaca dapat menjadi sebuah ide atau inspirasi dalam menulis sebuah cerpen. Luapan perasaan dan empati yang dirasakan dapat diekspresikan menjadi sebuah cerpen. Sebuah penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Juniar (2010) dengan judul Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Menggunakan Teknik Pikir Plus(Kuasi Eksperimen di Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung) membuktikan bahwa pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan teknik Pikir Plus mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis deskripsi. Dalam penelitian tersebut, terbukti bahwa siswa lebih mudah mendapatkan ide atau inspirasi dalam menulis deskripsi setelah diberi tindakan teknik Pikir Plus. Teknik Pikir Plus diharapkan mampu merangsang kreativitas siswa dalam menulis khususnya dalam menulis cerpen. Melalui tanggapan yang didapat siswa setelah diberikan teknik Pikir Plus, siswa dilatih dan diarahkan untuk mengembangkan pikiran, perasaan, kreativitas, dan ideide yang dimilikinya dalam bentuk cerpen sehingga kemampuan siswa dalam menulis cerpen pun dapat meningkat. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menggunakan teknik Pikir Plus dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa SMA. Oleh sebab itu, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Teknik Pikir Plus dalam Pembelajaran Menulis Cerpen. 20

2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, penulis mengidentifikasikan masalah dalam penelitian sebagai berikut. 1. Siswa mengalami kesulitan dalam mendapatkan ide saat menulis cerpen. 2. Penggunaan teknik pembelajaran yang kurang bervariasi menyebabkan kurangnya minat siswa dalam menulis cerpen. 3. Tingkat kemampuan siswa dalam menulis masih rendah cerpen. 4. Pengalokasian waktu yang belum cukup untuk pengajaran menulis cerpen. 5. Menulis merupakan kegiatan yang paling sedikit dilakukan siswa karena dianggap pelajaran yang paling sulit. 6. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis cerpen. 3. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana kemampuan siswa dalam menulis cerpen sebelum diberi teknik Pikir Plus? 2. Bagaimana kemampuan siswa dalam menulis cerpen setelah diberi teknik Pikir Plus? 3. Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa dalam menulis cerpen sebelum dan setelah diberi teknikpikir Plus? 4. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan alternatif pembelajaran pada siswa dalam menulis cerpen dengan menggunakan teknik Pikir Plus. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1. kemampuan siswa dalam menulis cerpen sebelum diberi teknikpikir Plus; 2. kemampuan siswa dalam menulis cerpen setelah diberi teknikpikir Plus; 3. tingkat perbedaan kemampuan siswa dalam menulis cerpen sebelum dan setelah diberi teknik Pikir Plus. B. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Teknik Pikir Plus Teknik Pikir Plus adalah rangkaian kegiatan dalam belajar menulis yang memberikan kesempatan lebih besar kepada siswa untuk melakukan proses penulisan dari proses penemuan objek tulisan sampai pempublikasian tulisan tersebut (Prasetiyo, 2007). Selanjutnya, akan dijelaskan langkah-langkah menulis menggunakan teknik Pikir Plus. Langkah-langkah tersebut terangkum dalam akronim Pikir Plus sebagai berikut: a. pemilihan objek yang dinginkan atau disenangi; b. imajinasikan objek tersebut; c. kreasikan imajinasimu dengan katakata; d. ringkas dan kembangkan kata menjadi sebuah kalimat; e. padukan dan olah kalimat-kalimat itu menjadi paragraf; f. publikasikan tulisanmu. 2. Kedudukan Teknik Pikir Plusdalam Pembelajaran Penggunaan teknik Pikir Plus dalam pembelajaran menulis cerpen merupakan salah satu realisasi pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa (Ningrum, 2005:54) Penggunaan teknik Pikir Plus dalam pembelajaran menulis cerpen termasuk ke dalam pembelajaran berbasis CTL atau Contextual Teaching and Learning. Dengan menggunakan teknik Pikir Plus, siswa dapat mengaitkan materi yang sedang diajarkan 21

yaitu menulis cerpen tentang kehidupan sendiri. Kesan yang siswa dapatkan setelah mengaitkan teknik Pikir Plusdalam kehidupan siswa itu, digunakan sebagai ide awal dalam menulis sebuah cerpen. 3. Pengertian Menulis Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Tarigan kembali menyebutkan bahwa pengertian menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dengan grafik tersebut (Tarigan, 1994: 21). Widayamarta (1997: 90), mengungkapkan bahwa menulis sebagai suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam tulisan. Akhadiah (1991: 9), menyatakaan bahwa menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak yang dibatasi jarak, tempat, dan waktu. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menulis diartikan menjadi dua definisi yaitu membuat huruf dengan pena; melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan (KBBI, 2007: 1219). Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa menulis adalah bentuk komunikasi atau penyampaian ide, pikiran dan gagasan berupa tulisan yang dapat dipahami sehingga pesan atau ide yang ingin disampaikan mampu dimengerti oleh pembaca. 4. Pengertian Cerita Pendek Cerpen adalah fisik pendek yang selesai dibaca dalam sekali duduk. Cerita pendek hanya memiliki suatu arti, satu kasus dan satu efek untuk pembacanya (Sumardjo,1981:12). Aminuddin (2004:66), menyebutkan bahwa prosa fiksi termasuk didalamnya cerpen adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku, pelaku tertentu yang bertokal dari hasil imajinasi pengarang sehingga menjalani suatu cerita Cerpen adalah cerita atau narasi (bukan analisis argumentasi) yang fiktif tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja, serta relatif pendek. Penceritaan narasi harus dilakukan secara cermat, sehingga dalam cerpen hanya ada dua atau tiga tokoh saja, hanya ada satu peristiwa dan hanya satu efek saja bagi pembaca (Jakob Sumardjo dan Saini KM.1991). Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa cerita pendek adalah suatu kisahan pendek yang singkat, padat, dengan pelaku yang terbatas, dan hanya dengan ada satu peristiwa atau kejadian. C. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen semu (quasi eksperimental research). Penelitian yang dilaksanakan menggunakan one group pretes-posttest design, yaitu sekelompok subjek dikenai perlakuan untuk jangka waktu tertentu, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan, dan pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran awal (X) dan pengukuran akhir (Y) (Suryabrata, 2002:55). Secara kuantitatif, variabel-variabel dalam permasalahan pokok penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) variabel bebas (variabel X), yaitu teknik Pikir Plus; 2) variabel terikat (variabel Y), yaitu pembelajaran menulis cerpen. Keterkaitan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam konstruksi sebagai berikut: X Y 22

Keterangan: X = teknik Pikir Plus Y = pembelajaran menulis menulis cerpen Adapun pola penelitiannya adalah sebagai berikut. O1 X O2 Keterangan: O1 = Pretes kelas eksperimen X = Penerapan teknik Pikir Plus O2 = Postes kelas eksperimen Pada desain ini, observasi dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Sebelum eksperimen, observasi yang dilakukan disebut pretes yang dilakukan pada kelas eksperimen (O1). Setelah dilakukan pretes, pada kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan teknik Pikir Plus (X). Setelah pembelajaran dilakukan, pada kelas eksperimen diberikan postes (O2). 1. Teknik Pengumpulan Data Pada bagian ini akan dijelaskan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan datanya adalah teknik tes. Tes digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran menulis mencakup pretes (dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran menulis cerpen sebelum mendapat perlakuan) dan postes (dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran menulis cerpen setelah mendapat perlakuan). Adapun jenis tes yang digunakan adalah tes tulis dari masingmasing siswa dalam menulis cerpen. a. Instrumen Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan instrumen pengumpulan data. Dalam konteks ini ada dua langkah yang harus dilakukan, yaitu menentukan instrumen penelitian dan menyusun instrumen perlakuan. b. Instrumen Perlakuan Instrumen perlakuan dalam penelitian ini berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dalam penelitian proses pembelajaran yang peneliti lakukan. 2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis cerpen pretes maupun postes. Instrumen tes yang digunakan penulis berbentuk format kemampuan. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tes Kemampuan Menulis Cerpen; Lembar Tes Menulis Cerpen Nama : Kelas : Sekolah : Buatlah sebuah cerpen berdasarkan kehidupan sendiri dengan memperhatikan unsur intrinsik cerpen, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan saat membuat cerpen. b. Kriteria Penulisan Cerpen Penilaian Cerpen Siswa Berdasarkan Skor Jumlah Skor Kategori 91-100 Sangat baik 71-90 Baik 51-70 Cukup 31-50 Kurang 10-30 Sangat kurang STI (Skor Total Ideal) = 100 c. Pedoman Penilaian Cerpen Kriteria Pedoman Penilaian Menulis Cerpen d. Kelengkapan aspek formal cerpen 1) Memuat judul,nama pengarang, dialog, narasi skor 25 2) Hanya Memuat tiga subasapek skor 20 23

3) Hanya Memuat dua subasapek skor 15 4) Hanya Memuat satu subasapek skor 10 e. Kelengkapan unsur intrinsik cerpen 1) Memuat Fakta cerita (alur, tokoh, dan latar), Sarana cerita (sudut pandang, penceritaan, dan amanat) Pengembangan isi yang relevaan dengan judul. Skor 25 2) Hanya Memuat tiga subasapek skor 20 3) Hanya Memuat dua subasapek skor 15 4) Hanya Memuat satu subasapek skor 10 f. Keterpaduan unsur strukur cerpen 1) Memuat struktur disusun dengan memperhatikan kaidah plot (kelogisan rasa ingin tahu kejutan dan keutuhan),penahapan plot (awal tengah dan akhir) dimensi tokoh (fisiologis, psikologis, dan sosiologis), dimensi latar (tempat waktu dan sosial) skor 25 2) Hanya Memuat tiga subasapek skor 20 3) Hanya Memuat dua subasapek skor 15 4) Hanya Memuat satu subasapek skor 10 g. Kesesuian penggunaan bahasa cerpen 1) Menggunakan, kaidah EYD, gaya bahasa, ragam bahasa yang disesuaikan dengan dimensi tokoh dan latar 25 2) Hanya Memuat tiga subasapek skor 20 3) Hanya Memuat dua subasapek skor 15 4) Hanya Memuat satu subasapek skor 10 3. Teknik Pengolahan Data Setelah data terkumpul melalui tes awal dan tes akhir, langkah selanjutnya adalah mengadakan pengolahan data dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan rumus statistik. Adapun langkah-langkah pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut. a. Data yang diperoleh dari pretes dan postes diperiksa lalu dianalisis oleh tiga orang penilai dengan rumus: Nilai = S x 100 S b. Pengujian reliabilitas nilai menulis cerpen siswa hasil pretes dan postes antarpenilai menggunakan rumus Hyot sebagai berikut: ( ) ( ) Z = ( ), = ( ), = ( ) ( ) = -, = Setelah itu, hasil data-data tersebut dimasukan dalam format ANAVA. Reliabilitas antarpenimbang dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut. r xy = (Vt - Vkk) Vt Selain itu, nilai tersebut dilihat dalam tabel Guilfort sebagai berikut: < 0,20 = tidak ada korelasi 0,20 0,40 = korelasi rendah 0,40 0,60 = korelasi sedang 0,60 0,80 = korelasi tinggi 0,80 0,99 = korelasi tingkat tinggi 1,00 = korelasi sempurna c. Mencari mean pretes dengan menggunakan rumus: mean pretes = d. Mencari mean postes dengan menggunakan rumus: mean postes = e. Mencari mean dari tes awal dan tes akhir dengan menggunakan rumus: Md = d N Keterangan: Md = mean perbedaan pretes dn postes d = gain N = jumlah sampel 24

f. Menghitung standar deviasi = ( ) 1 Untuk menentukan teknik statistik yang akan dipakai, penulis terlebih dahulu menguji normalitas tes awal dan akhir pada kelas eksperimen. Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul tersebar secara normal atau tidak. Uji normalitas ini merupakan langkah awal untuk dilakukan teknik-teknik statistik selanjutnya. Pengujian yang dilakukan menggunakan rumus chi kuadrat (X 2 ) sebagai berikut. X 2 = (Oi - Ei) 2 Ei Keterangan: X 2 = nilai Chi kuadrat Oi = Frekuensi observasi atau pengamatan Ei = Frekuensi ekspetasi Rumus untuk mencari frekuensi ekspetasi (Ei) ( ) ( ) = Keterangan: Ei = frekuensi yang diharapkan (frekuensi ekpetasi) S fk = jumlah frekuensi pada kolom S fb = jumlah frekuensi pada baris 2) Menentukan derajat kebebasan (db) Db = N 3 3) Uji gain dilakukan untuk membandingkan rata-rata nilai pretes dan postes. Dapat dilakukan dengan menggunakan rumus t- hitung berikut: t = Md ( ) Keterangan: Md = mean perbedaan pretes dn postes Xd = deviasi masing-masing subjek t = uji (tes) X d= jumlah kuadrat deviasi N= jumlah sampel 4) Menentukan derajat kebebuji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan mean (M) antara tes awal dan tes akhir. Uji hipotesis ini dilakukan dengan kriteria berikut: Jika t hitung lebih besar dari t tabel dapat disimpulkan kedua variabel mempunyai perbedaan yang signifikan. Namun, jika t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel, kedua variabel tidak memiliki perbedaan yang signifikan. D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Secara umum siswa kelas X-3 SMAN 1 Maja sudah dapat menulis cerpen dengan menggunakan teknik Pikir Plus. Teknik ini bisa memudahkan siswa untuk menuangkan ide, gagasan, dan pikiran dalam bentuk tulisan. Pada pengolahan hasil tes menulis cerpen oleh tiga penilai diperoleh reliabilitas antarpenimbang. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada pretes dan postes diperoleh reliabilitas antarpenimbang sebesar 0,97. Apabila dilihat dari tabel Guilford, koefisien reliabilitas tersebut termasuk taraf korelasi tingkat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa antar penimbang mempunyai kemampuan yang sama dalam menilai cerpen siswa pada pretes dan postes. Setelah digunakan teknik Pikir Plus, kemampuan siswa kelas X-3 dalam menulis cerpen terbukti mengalami peningkatan yang signifikan. Hal tersebut terlihat dari adanya peningkatan nilai antara pretes dan postes yang diperoleh siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada saat pretes 25

adalah 60 kategori cukup. Sementara itu, nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada saat postes adalah 73 kategori baik. Pernyataan di atas dibuktikan dengan adanya hasil pretes yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa berada dalam kategori cukup sampai dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa masih kesulitan dalam menulis cerpen. Setelah dilakukan uji coba dengan menggunakan teknik Pikir Plus, hasil postes menunjukkan bahwa nilai ratarata siswa berada dalam kategori cukup sampai dengan baik. Pertambahan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada saat postes adalah 13. Dalam pelaksanaan menulis cerpen, kesulitan yang dialami siswa adalah dalam hal menentukan ide dan menuangkan ide tersebut kedalam cerpen. Selain itu, siswa juga belum dapat mengembangkan unsurunsur cerpen dan siswa juga belum dapat mengembangkan secara detail deskripsi didalam cerpen yang mereka buat. Di dalam aspek EYD siswa belum bisa menggunakan kata-kata baku pada saat menulis cerpen. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Begitupun dalam menulis cerpen, diperlukan adanya keterampilan, pengetahuan, dan latihan yang terusmenerus. Supaya siswa terlatih untuk menulis cerpen, penulis memberi perlakuan sebanyak tiga kali. Selama perlakuan, siswa tidak hanya dibekali teori-teori yang berkaitan dengan cerpen, tetapi siswa juga berlatih untuk menulis cerpen. Setelah diberi perlakuan, siswa pada akhirnya memahami cerpen, ciri-ciri cerpen, dan langkah-langkah penulisan cerpen dengan menggunakan teknik Pikir Plus. Pemahaman tersebut bisa mereka aplikasikan ketika menulis cerpen. Kesulitan-kesulitan yang tadinya dialami siswa bisa teratasi setelah diberi perlakuan. Ada perbedaan hasil tes antara sebelum dan sesudah proses belajar mengajar dengan menggunakan teknik Pikir Plus. Pembuktian tersebut berdasarkan kriteria pengujian berikut: jika t hitung >t tabel,akan ada perbedaan yang signifikan antara hasil pretes dan postes. Dengan menggunakan derajat kebebasan 29 diketahui harga t tabel dengan taraf signifikasi 5% atau taraf kepercayaan 95% adalah 2,628. Hal ini berarti bahwa t hitung >t tabel atau 7,97 > 2, 628. Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja dapat diterima, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kemampuan siswa kelas X-3 SMAN 1 Maja dalam menulis cerpen sebelum dan sesudah mereka mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan teknik Pikir Plus. E. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti, dkk. (1991). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.Jakarta: Erlangga. Aminudin. (2004). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung:Sinar Baru Algensindo. Aprilianti, Rizni. (2008). Penggunaan Media Foto dalam Pembelajaran Menulis Puisi pada Siswa Kelas X SMAN 7 Bandung. Skripsi Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Damaianti, Vismaia dkk. (2007). Metodologi Penelitian Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Dimyati, dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta. Juniar, Irnasari. (2010). Pembelajaran Menulis Deskripsi Dengan Menggunakan Teknik Pikir Plus di Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung 2009/2010. Skripsi Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan. 26

Kosasih, E. (2008). Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya. Luxemburg, Jan Van. (1987). Tentang Sastra. Jakarta: Intermasa Margono. (1996). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta. Ningrum, Dhini Eritha. (2005). Skripsi. Efektivitas Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas II Semester I SMP Negeri 1 Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2004/2005. Tidak diterbitkan. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Prasetiyo, B. (2007). Peningkatan Pembelajaran Menulis Puisi dengan Strategi Pikir Plus. Dalam Jurnal Pendidikan Inovatif, Volume 2, Nomor 2, hal.57-63. Rusyana, Y. (1984). Keterampilan Menulis Modul 1 s.d. 6 UT. Jakarta: Karunika. Subana dan Sudrajat. (2005). Statiska pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Subana. (2009). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Berbagai Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia. Sudjiman. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Dunia pustaka. Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta. Sumardjo dan Saini KM. (1991). Apresiasi kesastraan. Jakarta: Gramedia Pusat. Sumardjo, Jakob. 1981 Beberapa Petunjuk Menulis Cerpen. Bandung: Mitra Kencana. Sumaryono, E. (2007). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraanmelalui Pendekatan Kontekstual (CTL) di SMP Negeri 1 Purwokerto. Skripsi pada Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: tidak diterbitkan. Tarigan, H. G. (1994). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tim Penyusun. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Widyamarta. (1997). Kreatif Mengarang. Yogyakarta: Kanisius. Zayadi, A. dan Abdul M. (2005). Tadzkirah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) BerdasarkanPenelitian Kontekstual. Jakarta: Raja Grafrindo Persada. 27