BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EKSTRAK ETANOL TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata) PADA BERBAGAI VARIASI KOMPOSISI ALGINAT

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang beriklim tropis yang memiliki beberapa khasiat sebagai obat

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EKSTRAK KUNCI PEPET (Kaempferia rotunda) DENGAN ALGINAT PADA BERBAGAI VARIASI KONSENTRASI ION KALSIUM

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL EKSTRAK ETANOL TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata) PADA BERBAGAI VARIASI KOMPOSISI KITOSAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB 3 METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODA

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Deskripsi METODE SEMISINTESIS TURUNAN EURIKUMANON MONOSUBSTITUSI (EURIKUMANON MONOVALERAT)SEBAGAI ANTIPLASMODIUM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EKSTRAK KUNCI PEPET (Kaempferia rotunda) DENGAN ALGINAT PADA BERBAGAI VARIASI KONSENTRASI ION KALSIUM JUDUL SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

: Jamu Flu Tulang. Jamu. Jamu Metampiron. Metampiron ekstraksi. 1-bubuk. Jamu. 2-bubuk. Tabel 1 Hasil Reaksi Warna Dengan pereaksi FeCl3

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM:

3 Metodologi Penelitian

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat tua seperti pada Gambar 5. Rimpang temu kunci seberat 10 kg menyusut menjadi 3 kg setelah menjadi serbuk. Ekstrak kental hasil maserasi terbentuk seberat 47,621 gram. Rendemen dapat dihitung dari serbuk temu kunci dan ekstrak kental temu kunci dan mendapatkan rendemen sebesar 1,587 %. Rendemen = = x 100%, x 100 % = 1,587 % Gambar 5. Hasil Ektrak Etanol Temu Kunci 2. Data Hasil PSA dan Zeta Sizer Berdasarkan prosedur yang sudah dilakukan, pembuatan koloid nanopartikel menghasilkan warna koloid nanopartikel coklat yang ditunjukkan pada Gambar 32

6. Adapun endapan hasil sentrifuge setelah kering berbentuk serbuk halus berwarna coklat yang ditunjukkan pada Gambar 7. Endapan yang terbentuk memiliki struktur yang halus dan ringan setiap butirannya. Gambar 6. Koloid Nanopartikel Ekstrak Etanol Temu Kunci Hasil penelitian menunjukan sampel dengan ukuran nanopartikel (< 1000 nm) yang paling besar adalah sampel 11. Rasio asam alginat dan CaCl 2 (2,5:1) dengan persen (%) alginat 0,1 dan persen (%) CaCl 2 0,04. Ukuran persen (%) nanopartikel sebesar 95,2% adalah 339 877 nm dan ukuran mikropartikel sebesar 4,8% adalah 2269 3905 nm. Nilai zeta potensial rata-rata untuk sampel 11 adalah -72,1 mv. Gambar 7. Endapan Kering Hasil Sentrifuge 33

Persentase nanopartikel yang paling kecil adalah sebesar 0%. Persentase tersebut terdapat pada sampel 1, 2, 3, 5, dan 6. Sebelas sampel yang diukur ukuran partikelnya dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 6 sampai Lampiran 16, dan nilai zeta potensial secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17 sampai Lampiran 21. Secara singkat dapat dilihat pada Tabel 2. Sampel Tabel 2. Hasil Pengukuran Ukuran Partikel dan Nilai Zeta Potensial Alginat (%) CaCl 2 (%) % Nano Ukuran nano (nm) % Mikro Ukuran mikro (nm) 1 0,1 0,1 0 100 2269-3409 2 0,3 0,1 0 100 1005-3409 3 0,5 0,1 0 100 3905-5122 4 0,1 0,2 16,5 510-669 5 0,1 0,3 0 100 1151-1318 6 0,1 0,4 0 100 1318-6000 7 0,1 0,01 80,8 226-877 8 0,1 0,015 83,3 259-877 9 0,1 0,02 90.2 197-877 10 0,1 0,03 65,5 259-877 11 0,1 0,04 95,2 339-877 Berat (gr) Rerata Zeta Potensial (mv) Warna 0,569 - Coklat 0,576 - Coklat 0,894 - Coklat 83,5 6000 0,649 24,2 Coklat 19,2 1005-1318 16,7 1005-1981 9,8 1005-1151 34,5 1005-1510 4,8 2269-3905 0,637 - Coklat 0,597 - Coklat 0,167-89,5 Coklat 0,227-84,7 Coklat 0,246-82,1 Coklat 0,228 - Coklat 0,182-72,1 Coklat 3. Data Hasil SEM Karakterisasi menggunakan SEM bertujuan untuk melihat morfologi permukaan partikel atau bentuk 3 dimensi partikel dan ukuran partikel tersebut. Scanning Electron Microscopy (SEM) memiliki perpesaran 10 3.000.000x 34

sehingga dapat menghasilkan gambar permukaan secara mendetail. Analisis SEM yang telah dilakukan menghasilkan perbesaran dari 100x 5000x. Sampel yang dianalisis menggunakan SEM adalah sampel 11 yang menunjukkan ukuran partikel terkecil. Gambar permukaan partikel atau electron micrograph perbesaran 5000x menunjukkan bahwa bentuk partikel yang lonjong seperti pada Gambar 8. Electron micrograph perbesaran 100x,500x, dan 1000x dapat dilihat pada Lampiran 22. (a) (b) Gambar 8. Hasil SEM Sampel 11 dengan Perbesaran 5000x (a); dan (b) 4. Hasil KLT Hasil identifikasi dengan KLT menggunakan plat silika gel ditunjukkan pada Gambar 9. Data hasil KLT diperoleh Rf A = 0,66; Rf B = 0,61; Rf C = 0,60; Rf D = 0,60; Rf E = 0,65; dan Rf F = 0,71. Eluen yang digunakan adalah kloroform. 35

A B C D E F Gambar 9. Kromatogram hasil KLT Keterangan : A = Sampel 7 B = Sampel 8 C = Sampel 9 D = Sampel 10 E = Sampel 11 F = Ekstrak etanol temu kunci B. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk membuat nanopartikel dari ekstrak etanol rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata) pada berbagai variasi komposisi asam alginat dan CaCl 2 dengan persen (%) nanopartikel paling besar. Identifikasi tumbuhan dengan surat keterangan yang terlampir pada Lampiran 5 dilakukan untuk menyakinkan bahwa rimpang temu kunci yang digunakan adalah benar yang dimaksud. Ukuran partikel dapat diketahui menggunakan alat 36

PSA (Particle size analyzer) HORIBA LB-550 (IK 03 TP 016). Sedangkan untuk mengetahui ukuran zeta potensial koloid nanopartikel tersebut menggunakan alat Zeta Sizer Nano Seris Malvem. 1. Ekstrasi dengan Maserasi Rimpang Temukunci (Boesenbergia pandurata) Rimpang temu kunci kotor seberat 10 kg dibersihkan, dipotong kecil-kecil, dan dijemur hingga kering. Rimpang kering kemudian digiling sampai berbentuk serbuk seberat 3 kg untuk proses maserasi. Rimpang temu kunci banyak mengandung senyawa polar, semipolar, dan non polar sehingga maserasi menggunakan pelarut etanol teknis. Etanol mampu melarutkan banyak senyawa metabolit sekunder. Titik didih etanol cukup rendah yaitu 78,37 C sehingga h untuk diuapkan. Bubuk rimpang temu kunci seberat 3 kg direndam dengan etanol ± 4L selama 24 jam. Bubuk rimpang temu kunci yang sudah disaring kemudian direndam kembali dalam etanol sebanyak 3 kali pengulangan. Ekstrak etanol yang disaring dari hasil rendaman kemudian dievaporasi agar senyawa-senyawa metabolit sekunder yang larut dalam etanol tidak rusak oleh suhu yang tinggi. Ekstrak kental hasil evaporasi seberat 47,261 gram. Hasil evaporasi berupa ekstrak rimpang temu kunci yang kental berwarna coklat tua seperti ditunjukan Gambar 5. 2. Pembuatan Koloid Nanopartikel Ekstrak Herbal Temu Kunci (Boesenbergia pandurata) dengan Karakterisasi menggunakan PSA dan Zeta Sizer 37

Preparasi koloid nanopartikel diawali dengan menimbang bahan-bahan yang diperlukan yaitu 1 gram ekstrak kental temu kunci, CaCl 2, dan alginat. Jumlah CaCl 2 dan alginat sesuai dengan komposisi (dalam persen) seperti pada Tabel 1, dan untuk jumlah asam alginat dan CaCl 2 yang diperlukan dapat dilihat pada Lampiran 1. Ekstrak kental yang sudah disiapkan kemudian dilarutkan dalam etanol p.a sebanyak 35 ml dan ditambah 15 ml akuades hingga semua larut menggunakan magnetic stirer. Setelah semua ekstrak kental larut, 100 ml larutan alginat (sudah dilarutkan dalam NaOH 0,1 M) dan larutan CaCl 2 sebanyak 350 ml ditambahkan. Sebanyak 500 ml campuran diaduk dengan kecepatan yang konstan menggunakan magnetic stirer selama ± 2 jam. Kecepatan pengadukan yang konstan berguna dalam pembentukan partikel berukuran nano. Penggunaan alginat pada penelitian ini dikarenakan alginat merupakan polimer biokompatibel, biodegradabel, dan tidak toksik terhadap tubuh. Kandungan temu kunci (Boesenbergia pandurata) yang terjerat dalam polimer ini akan dilepaskan secara bertahap di dalam tubuh apabila diaplikasikan sebagai obat herbal. Polimer ini juga akan mengalami swelling atau pembengkakan sebelum terdegradasi dan pecah. Penggunaan CaCl 2 dengan konsentrasi yang rendah pada beberapa sampel bertujuan agar tidak terjadi ikatan yang terlalu banyak antara ion Ca 2+ dengan gugus karboksilat dari alginat. Metode ini disebut metode gelasi ionik dengan menggunakan pasangan polimer asam alginat dan CaCl 2. Pemilihan metode gelasi ionik untuk pembuatan nanopartikel dikarenakan metode ini adalah metode yang paling h dilakukan dibandingkan dengan metode-metode yang lainnya. 38

Koloid yang terbentuk disimpan dalam lemari es (± 3 C) untuk proses lebih lanjut. Larutan tersebut kemudian dikarakterisasi menggunakan PSA (Particle size analyzer) untuk mengetahui ukuran partikel yang ada dalam larutan. Hasil dari setiap komposisi ditunjukan pada Tabel 4. Partikel dengan ukuran nano paling banyak ada pada sampel 11 yaitu sebesar 95,2 % dengan ukuran 339 877 nm dapat dilihat pada Lampiran 16. Sebanyak 95,2% partikel pada sampel 11 berukuran < 1000 nm sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan sampel 11 memiliki ukuran nanopartikel hampir 100%. Sebanyak 4,8% partikel pada sampel 11 berukuran mikro karena diameter ukuran partikelnya > 1000 nm. Jumlah partikel berkukuran nano > 90% dapat diukur zeta potensialnya menggunakan Zeta Sizer Nano Seris Malvem. Nilai rerata zeta poensial sampel 11 adalah -72,1 mv ditunjukan pada Lampiran 21. Nilai zeta potensial pada sampel 4 menunjukkan nilai 24,2 mv yang dinilai sangat kecil dibandingkan keempat sampel lainnya. Nilai zeta potensial partikel dengan ukuran mikro lainnya tidak diukur karena dapat dipastikan nilainya sangat kecil. Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17 sampai Lampiran 21. Sampel 11 merupakan sampel dengan komposisi yang optimal karena sampel 11 memenuhi empat standart yang menentukan keoptimalan komposisi. Pertama adalah persen jumlah nano yang ada dalam koloid nanopartikel menunjukkan angka yang paling besar, yaitu 95,2%. Kedua adalah ukuran nano menujukkan rentang 339 877 nm, rentang tersebut masih dalam kategori partikel berukuran nano (< 1000 nm). Persen nano yang terbanyak 39

kedua adalah sampel 9 dan terdapat partikel dengan ukuran 197 nm, namun tidak terlihat perbedaan yang signifikan dikarenakan jumlah partikel dengan ukuran 197 nm tersebut hanya sebanyak 0,3 % dari total partikel yang terbentuk. Untuk mengetahui data yang lebih lengkap mengenai jumlah persen nano disetiap ukuran partikel nano pada sampel 9 dan 11 dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 16. Ketiga, berat endapan yang terbentuk pada sampel 11 adalah 0,182 gram, berat tersebut menunjukkan berat yang lebih kecil dibandingkan sampel 9, meskipun ada berat endapan yang lebih kecil (sampel 7), sampel tersebut tidak menunjukkan jumlah nano yang lebih banyak dari sampel 11. Keempat, nilai rerata zeta potensial sampel 11 adalah -72,1 mv, yaitu nilai zeta potensial yang sudah dalam kategori baik (>30 mv, tanda +/- tidak berpengaruh pada nilai). Zeta potensial akan memberikan gambaran adanya gaya tolakan antar partikel dan menyebabkan sistem dispersi stabil. Dengan mempertimbangkan keempat standar komposisi yang optimal, sampel 11 merupakan sampel yang memiliki keempat standart tersebut. 3. Endapan dalam Larutan Nanopartikel dan karakterisasi menggunakan SEM Koloid nanopartikel ekstrak temu kunci yang sudah diukur diameter ukuran partikel dan nilai zeta potensial dipisahkan endapannya dengan dipusingkan menggunakan centrifuge. Menurut Pupuh dan Sari (2014), endapan terbentuk dari ikatan antara ion Ca 2+ dengan gugus karboksilat dari alginat. Pada proses pelarutan alginat, terjadi dekompleksasi karena ion Na + terlepas dan terbentuk struktur alginat ionik. Ketika larutan alginat dimasukan 40

dalam CaCl 2, terjadi kompleksasi gugus karboksilat dalam alginat dengan ion divalen Ca 2+ sehingga terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk dari proses sentrifugasi dicuci degan akuades untuk menghilangkan sisa C. Endapan yang telah dicuci dengan akuades dimasukan dalam freezer (± - 4 C) selama ± 2 hari dan setelah itu disimpan dalam lemari es (3 C) sampai terbentuk endapan kering. Endapan yang sudah kering berwarna coklat dengan struktur bubuk halus. Endapan tersebut dikarakterisasi menggunakan SEM untuk mengetahui bentuk 3 dimensinya atau morfologi permukaan partikel. Penggunaan CaCl 2 dengan konsentrasi yang rendah dimaksudkan agar tidak terjadi ikatan yang telalu banyak antara ion Ca 2+ dengan gugus karboksilat dari alginat. Ikatan-ikatan yang terbentuk tersebut menyebabkan terbentuknya endapan pada larutan nanopartikel ekstrak temu kunci (Boesenbergia pandurata), endapan yang terbentuk berpengaruh pada hasil pengukuran diameter partikel dengan PSA. Komposisi CaCl 2 yang tinggi menyebabkan ukuran partikel pada larutan berukuran besar atau mikropartikel, sehingga persentase nano dalam partikel hanya mencapai 16,5 %, sedangkan komposisi dengan CaCl 2 kosentrasi rendah persentase nanopartikel semakin besar dari 65,5% - 95,2 %. Koloid dengan persentase nanopartikel kecil menghasilkan endapan kering berbobot 0,569 gram 0,894 gram. Berbeda dengan koloid berpersentase nanopartikel besar, endapan keringnya hanya berbobot 0,167 gram 0,246 gram. Data lengkap mengenai berat endapan kering dapat dilihat pada Tabel 2. 41

Analisis menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) dilakukan pada sampel 11 yang menunjukkan ukuran % nano paling banyak yaitu 95,2 %. Perbesaran 100x hingga 5000x hasil SEM padatan atau endapan larutan nanopartikel tersebut dapat dilihat secara jelas bentuk morfologinya pada permukaan partikel dan dapat juga dilihat ukuran partikel pada partikel padat nanopartikel ekstrak etanol temu kunci. Kesepuluh perbedaan electron micrograph terletak pada perbesarannya dapat dilihat pada Lampiran 22. Perbesaran 5000x merupakan perbesaran yang paling jelas menunjukan bentuk partikel nanopartikel ekstrak etanol temu kunci yaitu berbentuk lonjong. Ukuran partikel padatan dari koloid nanopartikel ekstrak etanol temu kunci dengan alginat berkisar 0,752 1,764 µm. 4. Hasil KLT Hasil pembuatan nanopartikel ekstrak etanol temu kunci berupa serbuk berwarna coklat diidentifikasi menggunakan KLT.Analisis kromatografi lapis tipis ini bertujuan untuk identifikasi senyawa yang terdapat pada hasil pembuatan nanopartikel ekstrak etanol temu kunci dan eksrak etanol temu kunci. Analisis senyawa dengan kromatografi lapis tipis ini dimulai dengan melarutkan sampel ke dalam etanol p.a. Sampel yang diidentifikasi adalah sampel 7 sampai sampel 11 dan ekstrak etanol temu kunci untuk membandingkan hasil pembuatan nanopartikel ekstrak etanol temu kunci dengan ekstrak etanol temu kunci. Sampel 7 sampai sampel 11 dianggap sebagai sampel yang berhasil menghasilkan nanopartikel ekstrak etanol temu 42

kunci. Etanol digunakan sebagai pelarut karena senyawa hasil nanopartikel ekstrak etanol temu kunci dan ekstrak etanol temu kunci bersifat polar. Kemudian sampel yang sudah dilarutkan dengan etanol p.a dan ditotolkan pada plat silika untuk masing-masing sampel dengan jarak antar sampel sebesar 1 cm. Pengaturan jarak ini dibuat sebesar 1 cm agar tidak terjadi percampuran noda pada tiap sampel selama proses elusidasi. Selanjutnya plat dimasukkan dalam chamber yang berisi eluen (fasa gerak). Pemilihan eluen dalam kromatografi lapis tipis ini sebaiknya menggunakan pelarut organik yang mempunyai polaritas serendah mungkin.hal ini bertujuan untuk mengurangi serapan dari setiap komponen dari campuran pelarut sehingga sampel lebih terikat pada fasa diam daripada fasa geraknya. Sehingga eluen yang digunakan adalah kloroform. Proses elusidasi ini membawa totolan tiap sampel tampak sebagai bercak kuning kecoklatan. Dengan bantuan lampu UV pada panjang gelombang 366 nm hasil KLT pemisahan yang cukup baik dengan standart Rf yang baik berkisar antara 0,2 0,8. Perhitungan Rf menunjukkan hasil Rf A = 0,66; Rf B = 0,61; Rf C = 0,60; Rf D = 0,60; Rf E = 0,65; dan Rf F = 0,71. Perhitungan nilai Rf dapat dilihat pada Lampiran 2. Karena harga Rf yang hampir sama dapat disimpulkan bahwa keenam sampel tersebut menghasilkan senyawa yang sama. Dengan kata lain kandungan temu kunci yang ada pada ekstrak etanol temu kunci tetap ada dalam nanopartikel ekstrak temu kunci. 43