Ruli Darliana 1. Vidya Pratiwi, S.Pd. 2

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 6 ISSN X

RICO RASMARA NIM : A54 A100158

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE CERAMAH KELAS V. Nurul Hamsi SD Negeri Sumber V Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo

Jurnal Ilmiah d ComPutarE Volume 2 Juni 2012

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

PENERAPAN METODE LEARNING TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR DENGAN MENERAPKAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DI SDN BANYUAJUH 2 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN KELAS III SDN 8 KENINJAL KABUPATEN MELAWI ARTIKEL PENELITIAN OLEH HARTONO NIM F

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VI SD NGAMPAL 1

MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER DALAM MENGENAL IBADAH DI BULAN RAMADAN. Nurohmah

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KOMPONEN PETA

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika di FKIP Universitas Mataram.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

Mutiah GuruSDN Tlogohaji IKec.SumberrejoKab. Bojonegoro

Ahmad Yasin 5. Kata Kunci: metode kooperatif model group investigation, hasil belajar. Guru SDN 03 Tlogosari

Volume 6 Nomor 2-Juli 2015 ISSN:

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY)

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Imam Rosyidi SDN Paciran I, Kecamatan Paciran, Kab.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

Oleh : SUGIYATMI NIM. A54A100088

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAME TOURNAMENT

PENINGKATAN KOMPETENSI KETERAMPILAN MENULIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334)

PENERAPAN MOTODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Pembelajaran Kooperatif

BAB I PENDAHULUAN. berhenti. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah/madrasah,

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: REPSA YUNITA NPM

Department of Chemistry Education Faculty of Teacher and Education University of Riau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

Jurnal Florea Volume 2 No. 1, April 2015 (13-17)

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

Oleh: Rahmat Yulianto, Fakultas Ilmu Pendidikan, Abstrak

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

Sitti Rosida 1 Syarif Ibnu Rusydi, S.S 2

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MATERI GEOGRAFI POLITIK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DAN SMALL GROUP DISCUSSION DI KELAS A/B STKIP PGRI PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN ROSULULLAH SAW PERIODE MEKAH. Oon Rehaeni.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENERAPKAN MODEL STAD DAN ROLE PLAYING

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

Sri Wahyuni 1 Amalia Risqi, S.Psi. 2

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

Kata Kunci: cooperative learning of jigsaw type, student activities and learning outcomes

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI ROTATING TRIO EXCHANGE

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING

Kurnia Restu, Lazim N, Zariul Antosa

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM POKOK BAHASAN PENGURUSAN JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPAMELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER SMP NEGERI 7 MEDAN

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

ABSTRAK MODEL ARIES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR COGNITIF SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

IMPLEMENTASI PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Economic Education Analysis Journal

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

Devi Yuniar 16, Hobri 17, Titik Sugiarti 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IIC SDN 91 PEKANBARU

PROSIDING ISBN :

Kata Kunci : Reading Guid dan Index Card Matc, Pendidikan Kewarganegaraan.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

Naomi Edy Kantor Kemenag Kota Kupang, Jl. SK Lerik, Kota Baru Kupang

Idawati Mahanurani 1, Toto Bara Setiawan 2, Ervin Oktavianingtyas 3

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

Tjiptaning Suprihati, Mirisa Izzatun Haniyah. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI TEKNIK PICK UP CARDS GAME DI SDN KEBONSARI 04 KABUPATEN JEMBER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Mimbala Pada Pokok Bahasan Proses Pencernaan Melalui Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Dwi Septi 25,Hobri 26, Arika Indah K. 27

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN ROSULULLAH SAW PERIODE MEKAH. Oon Rehaeni.

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BESUKI TAHUN PELAJARAN 2012 / Mirna Winarni 1 Nur Cholifatuzzahro, S.Pd. 2

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI MODEL INKUIRI DI MA

Deztyra Nur Imamah 25, Hobri 26 dan Arika Indah K 27

Jus Sulastri SDN 009 Tanjung Palas

Premiere Educandum Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

Pendahuluan. Meliana et al., Penerapan Metode Permainan... 1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN PIKIRAN POKOK TEKS BACAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai proses pembelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL COOPERATIF SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PELAJARAN IPA MATERI FUNGSI ALAT INDERA DAN PEMELIHARAANNYA SEMESTER GANJIL DI SDN I TAMAN KECAMATAN SUMBERMALANG KABUPATEN SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Ruli Darliana 1 Vidya Pratiwi, S.Pd. 2 Abstract: The method can be used to improve student learning outcomes is "Cooperative Script is a method of learning in which students work together in pairs and take turns orally summarizing part dipelajari.jenis part of the material of this study is action research (PTK).At first cycle, by 60% while the second cycle 90%.Berdasarkan above description of student activity in the classical persiklus continue meningkat.berdasarkan results of the analysis of student activity. Cooperative learning science with models Script increased in each cycle. In the first cycle as a whole obtained a percentage of student activity () = 68.74%, when adjusted for student activities such as the criteria in Table 3.1, it is classified as a category is quite active. While in the second cycle of learning has increased by 19.79% from 68.74% to 88.75%, in which case the activity of students during the learning Cooperative Script relatively active. KeyWord: Cooperative Script, learning, and students 1 Alumni FKIP PGSD UNARS Situbondo 2 Dosen FKIP PGSD UNARS Situbondo

PENDAHULUAN Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahanperubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu penerapan menjelaskan bahwa Cooperative Script merupakan metode belajar dimana murid bekerjasama berpasangan, dan secara lisan bergantian mengikhtisarkan bagian bagian dari materi yang dipelajari. Menurut Brosseau yang dikutip oleh Hadi (2007:18) pembelajaran cooperativescript adalah kontrak belajar yang eksplisit antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara-cara berkolaborasi. Siswa bersama

dengan pesangannya memecahkan masalah secara bersama-sama. Siswa dituntut untuk beraktivitas sendiri, Siswa menemukan sendiri suatu konsep atau mampu memecahkan masalah sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, dalam pembelajaran cooperative script terjadi suatu kesepakatan untuk berkolaborasi memecahkan suatu masalah dengan mandiri. Pada pembelajaran cooperative script masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu, guru mengontrol siswa selama pembelajaran berlangsung dan guru memberikan pengarahan jika siswa merasa kesulitan. Pada interaksi siswa selama pembelajaran berlangsung terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan bersama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran cooperative script benar-benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan yang telah didapatkan dan juga keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai jika digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam penyelesaian masalah Dalam metode pembelajaran cooperative script siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah dan untuk melakukan kerjasamanya dengan teman-temannya sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu. Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul Penerapan Model Cooperatif Script Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Pelajaran IPA Materi Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya Semester Ganjil Di SDN 1 Taman Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Bagaimanakah langkah langkah peningkatan hasil belajar

siwa dengan diterapkannya pembelajaran Model Cooperatif Script? b) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran Model Cooperatif Script terhadap hasil belajar siswa? Sementara itu tujuan penelitian ini adalah a) Untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa kelas 4 setelah diterapkannya pembelajaran Model Cooperatif Script pada pelajaran IPA materi fungsi alat indra dan pemeliharaanya semester ganjil SDN I Taman Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013. b) Untuk meningkatkan belajar siswa kelas 4 pada pelajaran IPA materi fungsi alat indra dan pemeliharaanya semester ganjil SDN I Taman Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: 1) Penelitian tindakan guru sebagai peneliti 2) Penelitian tindakan kolaboratif 3) Penelitian tindakan simultan terintegratif 4) Penelitian tindakan sosial eksperimental. Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciriciri dari setiap penelitian tergantung pada: 1) Tujuan utamanya atau pada tekanannya 2) Tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar

3) Proses yang digunakan dalam melakukan penelitian 4) Hubungan antara proyek dengan sekolah. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga siklus/putaran.observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, dan 2dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. HASIL PEMBAHASAN PELAKSANAAN SIKLUS I Perencanaan Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan yang meliputi penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), wacana yang akan dibuat ikhtisar, soal latihan individu, dan pedoman observasi aktifitas siswa. Tindakan Siklus I Sesuai dengan rencana yang telah disusun, pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal pembelajaran di Kelas IV SDN 1 Taman. Untuk siklus I ini dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan rincian pertemuan I untuk pre-tes dan pertemuan II untuk menerapkan model pembelajaran Cooperatif Script sekaligus pemberian post-tes. 1) Pertemuan I (Selasa, 03 Juli 2012) Pada pertemuan pertama, peneliti memberikan pre-tes dengan

materi Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaanya. Tujuan dilakukan pre-tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya dan mengetahui kesiapan siswa sebelum menerima materi yang berkaitan dengan Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya. Sebelum tes dilakukan, yaitu pada waktu akhir observasi kelas pada 03 Juli 2012, diberikan informasi kepada siswa untuk mempelajari materi tentang Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya. Jumlah soal pada pre-test pada materi Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya terdapat 5 soal, soal bersifat subjektif (essay). Hasil pre-tes tersebut juga digunakan sebagai pertimbangan dalam menyusun pasangan belajar yang disusun berdasarkan kemampuan siswa yaitu siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan tes tersebut, dapat diketahui bahwa 20% saja dari jumlah keseluruhan siswa yang telah mencapai ketuntasan. Kendala yang dihadapi terutama kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya, dan siswa kesulitan mengerjakan soal subjektif. Sehingga, soal-soal tersebut menjadi permasalahan bagi mereka. 2) Pertemuan II (Selasa, 17 Juli 2012) Pertemuan kedua, guru (peneliti) melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan model Cooperative Script dengan materi Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya. Sebelum pelajaran dimulai, guru (peneliti) menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran IPA yaitu Cooperative Scriptdan menjelaskan sekilas tentang jalannya pembelajaran IPA, aturan dan langkah-langkah pembelajaran Cooperative Script. a. Pada awal pelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. Kemudian guru mengajak siswa untuk mengenal sumber- Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya. Setelah semua siswa siap menerima pelajaran kemudian guru menjelaskan

pelajaran secara klasikal dan memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. b. Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi siswa antusias memperhatikan meskipun terdapat beberapa siswa yang kurang memperhatikan karena siswa tersebut duduk pada bangku paling belakang sehingga tidak terfokus pada penjelasan guru. Kemudian guru membagi siswa dalam bentuk berpasangan sesuai dengan daftar yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya. Siswa dibagi dalam 10 pasang karena jumlah seluruh siswa dalam kelas tersebut ada 20 siswa. Guru juga menetapkan siapa yang terlebih dulu menjadi pembicara dan siapa yang menjadi pendengar. Pada saat pembentukan pasangan, suasana kelas tampak gaduh karena siswa sibuk mencari pasangannya, bahkan ada yang berteriak-teriak mencari pasangannya. Akan tetapi kegaduhan tersebut bisa cepat teratasi dan tidak berlangsung lama, sehingga suasana kelas pun dapat dikendalikan.setelah siswa duduk dengan pasangannya masing-masing, guru memberikan wacana untuk dibaca dan dibuat ikhtisar atau ringkasan secara berpasangan. Pada saat membuat ikhtisar atau ringkasan, siswa masih bekerja sendiri-sendiri dan tidak membantu rekannya yang mengalami kesulitan, sehingga kerja sama masih terlihat pasif, bahkan ada siswa yang enggan memberi tahu temannya yang mengalami kesulitan. Hal itu disebabkan, siswa terlihat belum terbiasa dengan situasi tersebut, interaksi antar siswa dengan pasangannya belum terlihat, ada 2 siswa yang masih tidak mau mengerjakan secara berpasangan dan cenderung ramai sendiri. Siswa yang pintar cenderung diam dan tidak membantu siswa yang kesulitan. Ketika pembuatan ikhtisar atau ringkasan berlangsung guru (peneliti) berkeliling melakukan bimbingan kepada pasangan yang membutuhkan penjelasan dan terus memotivasi siswa supaya saling bekerjasama untuk

membantu pasangannya.setelah semua selesai membuat ikhtisarnya, guru meminta siswa mempresentasikan hasil setiap pasangan. Guru (peneliti) meminta siswa yang menjadi pembicara untuk maju ke depan kelas dan membacakan ikhtisarnya secara lengkap sambil memasukkan ide dalam ringkasannya, sementara pendengar memperhatikan, mengoreksi, menunjukkan ide yang kurang lengkap serta membantu mengingat, menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya. Setelah pembicara selesai membacakan ikhtisarnya, giliran pendengar yang menjadi pembicara (bertukar peran). Begitu seterusnya dengan pasangan yang lain. Dalam kegiatan presentasi ini guru atau peneliti membimbing siswa supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan lancar. Tetapi dalam pelaksanaan presentasi siswa terlihat gugup, malu, canggung dan takut. Selain itu siswa kurang dapat mengkomunikasikan pengetahuannya sehingga siswa lain mengalami kebingungan. Hal ini disebabkan karena siswa tidak terbiasa untuk presentasi di depan kelas, sehingga keberanian siswa untuk berbicara dan menyampaikan hasil diskusi kurang. Guru membimbing siswa dalam presentasi kelas dan memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang kurang dipahami. Setelah presentasi kelas selesai dan seluruh pasangan telah menguasai materi kemudian guru memberikan soal latihan individu untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa dalam menerima pelajaran dengan model pembelajaran yang telah diajarkan. Hal ini bertujuan supaya siswa terbiasa dalam mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang diberikan dalam bentuk soal subjektif. Dalam mengerjakan soal latihan individu, setiap siswa tidak boleh memberikan bantuan kepada siswa lain. Selama siswa mengerjakan latihan soal, guru (peneliti)

melihat beberapa perbedaan cara siswa dalam merencanakan pola, akan tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah karena perbedaan ide dalam pembelajaran IPA sangatlah ditekankan. c. Kegiatan akhir, guru (peneliti) melakukan evaluasi terhadap jalannya pembelajaran yang telah dilakukan dan membimbing siswa dalam menyimpulkan materi sekaligus melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi yang telah dipelajarinya, khususnya yang berkaitan dengan topik yaitu Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya dan memecahkan permasalahan sehari-hari. Kemudian diadakan pos-tes yaitu, siswa diberikan soal tes dengan jumlah 5 soal essay, dengan materi Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya dan memecahkan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya. Tes ini diadakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa melalui penerapan model Cooperative Script. Selama berlangsungnya tes, keadaan siswa dalam kelas tampak cukup tenang. Namun, ada 4 siswa yang masih belum siap dan kurang paham terhadap pelajaran IPA yang telah diajarkan, sehingga pengerjaan tes kurang diperhatikan dan cenderung melihat dan mengganggu pekerjaan temannya, tetapi guru (peneliti) terus mengawasi dan menekankan untuk mengerjakan soal sendiri. Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati semua kegiatan selama pembelajaran dengan model Cooperative Scriptberlangsung. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan observasi dilakukan pada saat guru dan siswa sedang melaksanakan proses pembelajaran, maupun pada saat siswa sedang membuat ikhtisar dengan pasangannya.

Observasi pada siswa pada saat membuat ikhtisar dengan pasangannya dan mempresentasikan hasil ikhtisarnya. Aktifitas siswa yang diamati yaitu kriteria memperhatikan penjelasan guru, bertanya kepada guru, kerjasama dengan pasangannya, dan semangat dalam pembelajaran. Pada siklus I secara keseluruhan siswa cenderung pasif, yaitu ketika pembelajaran siswa kurang berani mengajukan pertanyaan dan kurang memperhatikan guru. Prosentase ketuntasan belajar a. Ketuntasan perorangan, seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor 63 dari skor maksimal 100. Jumlah siswa yang tuntas secara perorangan = 12 siswa Jumlah siswa yang tidak tuntas secara perorangan = 8 siswa b. Ketuntasan klasikal, suatu kelas dinyatakan tuntas apabila terdapat minimal 85% telah mencapai ketuntasan individual 63 dari skor maksimal 100. Persentase ketuntasan klasikal: E = jumlah siswa yang tuntas perorangan jumlah siswa 12 = 100 %= 60 % 20 Refleksi Berdasarkan data analisis aktifitas siswa dalam pembelajaran diperoleh hasil persentase aktifitas siswa pada siklus I, yaitu kriteria memperhatikan penjelasan guru = 75.00 %; bertanya kepada guru = 62.50 %; kerjasama dengan pasangan = 66.66 %; dan semangat dalam pembelajaran = 70.83 %. Dari data di atas diperoleh aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan model Cooperative Script secara kalsikal pada siklus I sebesar ( p a ) = 68.74%. Apabila disesuaikan dengan kriteria aktifitas siswa seperti pada tabel 3.1, maka nilai 68.74 % tergolong kategori cukup aktif. Sedangkan berdasarkan hasil analisis pos-tes pada siklus I, menunjukkan bahwasiswa yang mengikuti pos-test dengan jumlah 20 siswa yang tuntas secara perorangan sejumlah 12 siswa dan siswa yang tidak tuntas secara perorangan sebanyak 8 siswa. Persentase x100%

ketuntasan belajar klasikal melalui modelcooperative Script pembelajaran pada siklus I sebesar 60 %. Sesuai dengan kriteria ketuntasan, persentase tersebut dikatakan belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Persentase keaktifan siswa dan ketuntasan belajar dengan nilai tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti, maka dilakukan perbaikan dalam hal perencanaan untuk pembelajaran berikutnya yang dilakukan dalam siklus II. Berdasarkan data tes dan hasil observasi siswa pada siklus I, terdapat kelemahan antara lain: 1). Persentase aktifitas siswa belum mancapai 75 % dan ketuntasan hasil belajar belum mencapai 85 %. 2). Siswa kesulitan dalam bertanya dan kurangnya beranian dalam mengajukan pertanyaan. 3). Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan kurangnya kekompakan diskusi dengan pasangannya. 4). Siswa kurang memamahi soal. Berdasarkan kelemahankelemahan pada siklus I tersebut, maka dilakukan perbaikan langkahlangkah pembelajaran pada siklus II yang meliputi: 1). Guru meminta siswa mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diberikan. 2). Guru memberikan informasi terlebih dahulu sebelum dilakukan penilaian dengan menyebutkan aspek-aspek yang akan dinilai. 3). Jumlah soal latihan yang berupa soal subjektif ditambah. Secara umum pembelajaran pada siklus I masih terdapat banyak kekurangan sehingga perlu ditingkatkan lagi pada siklus II. PELAKSANAAN SIKLUS II Perencanaan Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan yang meliputi penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), wacana yang akan dibuat ikhtisar, soal latihan individu dan pedoman observasi aktifitas siswa.

Pemberian Tindakan Siklus II Sesuai dengan rencana yang telah disusun, pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal pembelajaran di Kelas IV SDN 1 Taman. Untuk siklus II ini dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan rincian pertemuan I untuk pembelajaran Siklus II dan pertemuan II untuk pemberian posttes. 1. Pertemuan I (Selasa, 04September 2012) Pada pertemuan pertama, guru (peneliti) tetap melaksanakan pembelajaran Cooperative Script dengan materi sifat-sifat Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya. Sebelum pembelajaran dimulai, A. Kegiatan awal guru menjelaskan kembali tentang proses pembelajaran dengan model Cooperative Script. Pada awal pelajaran guru menyampaikan materi yaitu Fungsi Alat Indera dan Pemeliharaannya dengan tujuan pembelajarannya, kemudian guru memotivasi siswa tentang kaitan antara pembelajaran yang akan dipelajari dengan realitas yang dikenal siswa. Pertanyaan tersebut yang dapat memancing perhatian siswa untuk lebih mengetahui tentang materi yang akan disampaikan. Pada awal pembelajaran kali ini, siswa terlihat lebih siap dan sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan. B. Kegiatan Inti dilanjutkan dengan presentasi kelas atau penjelasan guru tentang sifatsifat, dan tidak lupa memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dari penjelasan materi yang belum dipahami. Pada saat guru menerangkan materi siswa terlihat antusias dan mudah memahami materi, namun ada 3 orang siswa yang mengacungkan tangan dan bertanya karena belum paham dengan yang dijelaskan oleh guru. Kemudian guru menanyakan pada siswa tersebut tentang hal yang

belum dimengerti, guru mengulang kembali penjelasan materi dan memberi contoh soal untuk dikerjakan secara klasikal supaya pemahaman materi lebih cepat. Seperti pembelajaran sebelumnya yaitu siswa dibagi menjadi beberapa pasangan, pembagian pasangan tetap seperti pada pembelajaran siklus I. Pada saat pembentukan pasangan kali ini berjalan dengan baik dan tenang karena siswa telah mengetahui pasangan masing-masing. Setelah siswa duduk dengan pasangannya masing-masing, guru memberikan wacana yang akan dibuat ikhtisar oleh masing-masing pasangan. Peneliti melihat secara keseluruhan aktifitas siswa dalam kelompok kali ini mulai mengalami perkembangan. Siswa lebih paham akan maksud soal, interaksi lebih terjalin, keramaian masih terjadi tetapi lebih cenderung kepada saling bertukar pendapat dengan pasangannya. Pada saat proses kegiatan tersebut berlangsung, guru (peneliti) mulai melakukan kegiatan pengamatannya kembali yaitu mengamati aktifitas siswa dengan melakukan pensekoran pada lembar observasi, dan guru kelas melakukan observasi terhadap guru (peneliti) dalam melakukan pembelajaran. Guru (peneliti) berkeliling melakukan bimbingan kepada pasangan yang membutuhkan penjelasan dan terus memotivasi siswa supaya saling bekerjasama untuk membantu teman sekelompoknya.setelah kegiatan membuat ikhtisar selesai selesai, tiap pasangan membacakan ikhtisarnya secara bergantian. Pada setiap pasangan, yang menjadi pembicara membacakan hasil ikhtisarnya kemudian bertukan peran dengan pasangannya yang semula menjadi pendengar sekarang

menjadi pembicara Antara pembicara dengan pendengar saling memperhatikan, mengoreksi, melengkapi ideide yang kurang lengkapdengan menghubungkan dengan materi sebelumnya. Selama presentasi di depan kelas, terlihat siswa lebih tertib dan berkonsentrasi pada pembacaan ikhtisar temannya yang sedang maju. Kali ini, siswa tidak ada yang meremehkan pekerjaan temannya dan lebih menghargai pekerjaan temannya. C. Pada akhir pembelajaran, guru (peneliti) mengevaluasi jalannya pembelajaran dan membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya guru (peneliti) menyampaikan informasi kepada siswa bahwa akan dilaksanakan pos-tespada pertemuan berikutnya yaitu pada hari selasa, 11 September 2012 dan menghimbau siswa untuk belajar di rumah tentang materi sifat-sifat Energi dan Penggunaanya. 2. Pertemuan II (Selasa, 11 September 2012) Pada pertemuan kedua, diadakan pos-tes yaitu dengan materi sifat-sifat Energi dan Penggunaanya, sebanyak 10 soal subjektif. Tes ini diadakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa melalui penerapan model Cooperative Script. Selama pos-tes II berlangsung, suasana kelas sangat tenang dan tertib. Siswa terlihat sudah lebih siap dan antusias untuk mengerjakan secara individu. Ada 2 siswa mengajukan pertanyaan, mereka belum mengerti dari soal yang diberikan dan guru (peneliti) langsung memberikan penjelasan. Observasi Pada siklus II kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. Aktifitas siswa

pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Siswa telah berani mengajukan pertanyaan kepada guru, siswa juga antusias memperhatikan penjelasan b. Ketuntasan klasikal, suatu kelas dinyatakan tuntas apabila terdapat minimal 85% telah mencapai ketuntasan individual 63 dari skor maksimal 100. guru meskipun masih ada yang bercanda dengan teman sebangkunya terutama siswa yang duduk di bangku paling belakang, siswa aktif Persentase klasikal: ketuntasan dalam bekerjasama dengan pasangannya terlihat adanya interaksi yang baik dalam kegiatan pembelajaran yaitu siswa saling membantu teman yang kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Secara umum pembelajaran pada siklus II telah berjalan dengan baik dan siswa dalam pembelajaran telah aktif. Prosentase ketuntasan belajar kelas eksperimen a. Ketuntasan perorangan, seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor 63 dari skor maksimal 100. Jumlah siswa yang tuntas secara perorangan = 18 siswa Jumlah siswa yang tidak tuntas secara perorangan = 2 siswa E = jumlah siswa yang tuntas perorangan jumlah siswa 18 = 100 %= 90 % 20 Refleksi Berdasarkan data analisis aktifitas pembelajaran pada siklus II, aktifitas siswa pada siklus II pembelajaran rata-rata seluruh aktifitas belajar sebesar 88.75 % dan dapat dikategorikan aktif. Sedangkan berdasarkan hasil analisis pos-tes pada siklus II menunjukkkan bahwasiswa yang mengikuti pos-tes dengan jumlah 20 siswa yang tuntas secara perorangan sejumlah 18 siswa dan siswa yang tidak tuntas secara perorangan sebanyak 2 siswa. Persentase ketuntasan belajar klasikal melalui model Cooperative x100% Script pada siklus II sebesar 90 %. Sesuai dengan kriteria ketuntasan,

persentase tersebut tuntas belajar secara klasikal. oleh peneliti, maka penelitian tindakan kelas ini dinyatakan selesai. Berdasarkan data di atas pada siklus II, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar dan aktifitas siswa. Persentase aktifitas siswa telah mencapai 88.75 % dan persentase ketuntasan hasil belajar telah mencapai 90 %. Oleh karena telah terjadi peningkatan yang diharapkan RINGKASAN HASIL ANALISIS AKTIFITAS SISWA ANALISIS AKTIFITAS SISWA Berdasarkan hasil analisis aktifitas siswa selama pembelajaran dengan model Cooperative Script berlangsung diperoleh data aktifitas siswa seperti pada tabel berikut: Pembelajaran Aspek Penilaian Aktifitas Siswa Rata-rata 1 2 3 4 Siklus I 75.00 62.50 66.66 70.83 68.74 Siklus II 85 75 95 100 88.75 Rata- rata 80.00 % 68.75 % 80.83 % 85.37 % 78,73 % Keterangan: 1) memperhatikan pelajaran guru; 2) bertanya kepada guru; 3) kerjasama dengan pasangan; 4) semangat dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis aktifitas siswa, pembelajaran IPA dengan model Cooperative Script mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I secara keseluruhan didapat persentase aktifitas siswa ( p a ) = 68.74 %, apabila disesuaikan dengan kriteria aktifitas siswa seperti pada tabel 3.1, maka tergolong kategori cukup aktif. Sedangkan pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan sebesar 19.79 % yaitu dari 68.74 % menjadi 88.75 %, dalam hal ini aktifitas siswa selama pembelajaran Cooperative Script tergolong aktif. ANALISIS KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA Ringkasan ketuntasan belajar siswa Kelas IV SDN 1 Taman

Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo dapat ditunjukkan dalam tabel 4.6 sebagai berikut: RINGKASAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA Pembelajaran Jumlah siswa Persentase Tuntas Tidak tuntas ketuntasan Siklus I 12 8 60 Siklus II 18 2 90 Berdasarkan data analisis ketuntasan belajar pada tabel 4.4, pembelajaran melalui model Cooperative Script mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hasil analisis data ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa dari 20 siswa yang mengikuti pos-test, terdapat 12 siswa yang tuntas secara perorangan dan siswa yang tidak tuntas secara perorangan sebanyak 8 siswa. Sehingga diperoleh persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal melalui model Cooperative Script pada siklus I sebesar 60 %. Sesuai dengan kriteria ketuntasan, persentase tersebut dikatakan belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Hasil analisis data ketuntasan belajar pada siklus II menunjukkan bahwa dari 20 siswa yang mengikuti postest, terdapat 18 siswa yang tuntas secara perorangan dan siswa yang tidak tuntas secara perorangan sebanyak 2 siswa. Sehingga diperoleh persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal melalui model Cooperative Script pada siklus II sebesar 90 %. Sesuai dengan kriteria ketuntasan, persentase tersebut dapat dikatakan sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini dinyatakan selesai. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: Prestasi belajar mata pelajaran IPA pada siswa Kelas IV SDN 1 Taman Kecamatan Sumbermalang Kabupaten

Situbondo sebelum digunakannya model pembelajaran Cooperative Scrip masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan pada hasil pre-test terdapat 4 siswa atau 20% yang mencapai ketuntasan belajar. Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran melalui model Cooperative Script mengalami peningkatan dan tergolong kriteria aktivitas siswa aktif. Hal tersebut ditunjukkan dengan analisis aktifitas siswa secara klasikal pada pembelajaran Cooperative Learning, pada siklus I persentase aktifitas siswa sebesar 68.74 % dengan kategori cukup aktif, dan pada siklus II mencapai 88.75% dengan kategori aktif. Pembelajaran IPA dengan model Cooperative Script lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dengan ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dan juga secara perorangan pada kelas IV SDN 1 Taman. Pada siklus I diperoleh persentase secara klasikal sebesar 60 % (tidak tuntas), dan pada siklus II mencapai 90 % (tuntas). DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineksa Cipta. Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston. Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidiakan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta:Rineksa Cipta.

Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hamalik,Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hariono, Eko. 2001. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika SLTP Berdasarkan Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery). Makalah dijaukan sebagai salah satu syarat mengikuti ujian komprehensif. Program Pascasarjana Uneversitas Negeri Surabaya. Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press. Kurniawan, Arif. 2003. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dengan Menggunakan Metode PenemuanTerbimbing pada Pokok Bahasan Gaya di SDN III Kediri. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Surabaya. Lestari, Eko Puji. 2002. Pengaruh Strategi Pembelajaran Penemuan Terbimbing melalui Diskusi terhapad Peningkatan Pola Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa untuk Pokok Bahasan Dinamika Gerak Lurus. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Surabaya. Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.