BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN HIDUP MEMBIARA: STUDI KASUS PADA BIARAWATI KATOLIK DAN BUDDHA SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

SPIRITUALITAS STUDI: KESUNGGUHAN BELAJAR Rohani, September 2012, hal Paul Suparno, S.J.

PERAYAAN HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA Rohani, Maret 2012, hal Paul Suparno, S.J.

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

DAYA TAHAN LEMAH: TANTANGAN KAUL DARI DIRI SENDIRI Rohani, Oktober 2013, hal Paul Suparno, S.J.

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

LAMPIRAN A-1 SKALA KOMPETENSI INTERPERSONAL

Prinsip Tempat Kerja yang Saling Menghormati

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. murid-murid dengan baik dan hasilnya tidak mengecewakan. Diperlukan

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS

Terlanjur sayang? 1. Saya tidak akan menemukan orang yang lebih baik 2. Saya tidak ingin sendiri/takut kesepian

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

HARDINESS PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. duka cita dan strategi coping stres pada wanita dewasa awal atas kematian ayah,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KOMUNITAS. B. Nyanabhadra Sesi ke-8 11 Mei 2016

KITAB AYUB PERTANYAAN DISKUSI

Perayaan Dwiabad Agama Baha i: Pentingnya Persatuan Manusia. Musdah Mulia

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

Dengan ini saya mengharapkan bantuan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner terlampir sesuai dengan persepsi Bapak//Ibu/Saudara sekalian.

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

KUESIONER ANALISIS PERBEDAAN KINERJA AUDITOR DILIHAT DARI SEGI GENDER PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI JAKARTA. Diajukan Oleh: Nama : Tedi Setiawan

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

Written by Administrator Wednesday, 25 January :43 - Last Updated Saturday, 28 January :28

BUDAYA MENJATUHKAN TEMAN DALAM KONGREGASI Rohani, Juli 2012, hal Paul Suparno, S.J.

C. Hubungan pimpinan dan anggota Dalam pendampingan dan kepemimpinan, relasi yang diharapkan adalah:


KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

Lesson 7 for May 13, 2017 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI

L1. Aktivis Gereja. Universitas Kristen Maranatha

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KEPEMIMPINAN SEBAGAI GEMBALA DAN PENGURUS DI BIARA Rohani, Juli 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kinerja karyawan meningkat. Menurut Wirawan (2005) dalam Potu

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

Pelatihan Keterampilan Konseling dan Konseling Kelompok bagi Guru BK Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

GOSIP DALAM BIARA Rohani, Mei 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fase perkembangannya memiliki keunikan tersendiri. Papalia (2008) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Kesabaran Pada Ibu Asuh Di SOS Children s Village (SOS Kinderdorf) Lembang

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

BAB II TINJAUAN TEORETIS

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

KUESIONER PENELITIAN. Nama KAP :... Identitas Responden : Nama :... Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (*coret yang tidak perlu)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

- - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BERPIKIR POSITIF MINIMALKAN PARANOID Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si., psikolog*

WAWANCARA. Marheni Eka Saputri

Adapted from

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, unsur pelayanan

Motto. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan (Yeremia

LAMPIRAN A. Alat Ukur Tryout

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

TOLERANSI BERAGAMA MENURUT PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR. 1. Validitas dan Reliabilitas Dimensi Jarak Kekuasaan

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai

Contoh Pidato Persuasif : Kebersihan Lingkungan

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 2007 ini, negara Indonesia dihadapkan pada tantangan dunia

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu

Suster-suster Notre Dame

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil pembahasan analisis data, yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan observasi keempat partisipan, pada bab sebelumnya. Beberapa saran yang ditujukan bagi penelitian selanjutnya, bagi psikolog dan konselor, dan juga bagi masyarakat umum dan komunitas agama. A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data, dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan mengenai proses pengambilan keputusan hidup membiara pada biarawati Katolik dan Buddha, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Ketiga partisipan memiliki ketertarikan pada kehidupan membiara sejak masih sekolah dasar, ketika mereka bertemu dengan rohaniawan (suster maupun bhikkhu). Rasa kagum pada rohaniawan tersebut menjadi awal dari minat mereka pada hidup membiara. Berbeda pada partisipan keempat, yang ketertarikan pada kehidupan membiara dirasakan saat duduk di bangku SMA, yang kemudian diperkuat setelah melihat kakaknya yang gagal (tidak mendapat ijin) untuk hidup membiara. 2. Pengaruh dari orang lain (significant other), menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keempat partisipan dalam mengambil keputusan membiara. Pada partisipan pertama dan keempat, yang menjadi significant other bagi mereka merupakan anggota keluarga mereka sendiri. Significant other inilah yang membantu mereka 202

203 dalam menumbuhkan minat mereka pada kehidupan mereka, dan significant other sekaligus menjadi salah satu inspirasi mereka di awal-awal mereka mengambil keputusan hidup membiara. Sedangkan pada partisipan kedua dan ketiga mereka yang menjadi significant other tidak berasal dari keluarganya sendiri. Seperti pada partisipan kedua yang menjadikan suster yang dilihatnya saat masih kecil sebagai orang yang dikaguminya dan menjadi inspirasi baginya untuk mengambil keputusan membiara, dan pimpinan dan teman sejawat dalam komunitas menjadi orang-orang yang penting bagi partisipan kedua. Tidak jauh berbeda dengan partisipan kedua, pada partisipan keempat guru (bhante) dan senior-senior yang sudah dianggap oleh partisipan sebagai keluarganya, menjadi orang-orang yang mendukung dirinya untuk mantap mengambil keputusan membiara. 3. Ketiga partisipan sebelum memutuskan hidup membiara, ada perasaan hampa pada diri mereka dalam menjalani kehidupan mereka. Pada partisipan pertama merasakan kehidupan di luar komunitas biara membuatnya tidak merasa nyaman, sehingga itulah yang membuatnya mendekatkan diri pada komunitas biara dan bekerja di sana. Ketika panggilan datang pada dirinya partisipan merasakan kehidupannya memiliki keamanan dan memiliki tujuan hidup dengan melayani anak-anak cacat. Sedangkan pada partisipan ketiga, kehidupan dunia (di luar biara) sudah lama dijalaninya, hidup berkelebihan, dan pekerjaan yang mapan dengan gaji yang besar tidak membuatnya merasa hidup. Rasa kesia-sian telah

204 bekerja keras dan memiliki uang yang banyak tanpa kehadiran keluarga membuat partisipan merasakan hampa pada dirinya. Kehilangan keluarga karena musibah, membuat dirinya tidak lagi memiliki tujuan dalam hidupnya. Ketika panggilan membiara itu datang partisipan merasakan kembali memiliki tujuan hidup dan yang paling utama baginya adalah, dia menemukan keluarga di tengah-tengah komunitasnya. Hal yang berbeda terjadi pada partisipan keempat, rasa putus asa dengan kehidupannya karena penyakit yang dideritanya dan konflik yang sering terjadi antara dia dan kedua orang tuanya, membuat dirinya merasakan putus asa, dan dalam keputusasaannya itu partisipan memiliki kerinduan untuk menjalani hidup membiara. Saat panggilan itu datang pada dirinya, partisipan merasakan kembali memiliki tujuan dalam hidupnya, tujuan untuk dapat menjadi orang yang lebih baik lagi dan inilah waktu bagi dia untuk mendekat pada Pencipta dan menemukan kedamaian dalam hidupnya. Partisipan juga memiliki tujuan untuk membantu kedua orang tuanya agar lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta, sehingga keluarga mereka pun dapat dipulihkan. 4. Dalam mempertimbangkan keputusan hidup membiara, keempat partisipan meminta pendapat dari keluarga. Saat panggilan hidup membiara datang pada mereka, mereka melibatkan keluarga dan meminta persetujuan dari keluarga sebelum mereka mengambil keputusan hidup membiara. Keterlibatan keluarga dalam proses pertimbangan menghasilkan respons-respons yang berbeda dari masing-masing anggota keluarga. Dalam keluarga keempat

205 partisipan ada yang menyetujui dengan keinginan partisipan untuk membiara, tetapi ada pula yang menentang minat partisipan untuk hidup membiara. Pada partisipan pertama keterlibatan keluarga menjadi hal yang sangat penting bagi dirinya karena bagi partisipan keluarganya tahu mana yang terbaik bagi dirinya, dan partisipan pertama pun mendapatkan respon yang baik dari keluarganya, keluarganya memberikan dukungan dan kebebasan pada keputusan yang diambil oleh partisipan. Sedangkan pada partisipan kedua, ketiga, dan keempat ketika keluarga mengetahui minat mereka, keluarga memberikan respon menentang dengan keras dan tidak memberika ijin pada mereka untuk menjalani hidup membiara. Pada partisipan keempat dan kedua pertentangan yang diberikan oleh keluarga membuat mereka nekat untuk menjalani kehidupan membiara walaupun tanpa persetujuan keluarga. 5. Pada umumnya, ketika dihadapkan pada persoalan mengambil keputusan hidup membiara, masing-masing partisipan melakukan pola coping yang berbeda-beda dalam mengatasinya. Pada partisipan pertama pola coping yang digunakan adalah vigilance, yaitu sebelum mengambil keputusan partisipan menggali informasi secara mendalam, menyeluruh, dan menganalisisnya untuk memperoleh keputusan dengan kualitas yang tinggi. Sedangkan pada partisipan kedua dan keempat menggunakan pola unconflicted intertia, yaitu partisipan melanjutkan saja kepercayaan atau tindakan yang sebelumnya dilakukan. Pada partisipan ketiga

206 melakukan defensive avoidance, yaitu partisipan melakukan penundaan dalam mengambil keputusan. 6. Dukungan keluarga menjadi hal yang penting dalam mengambil keputusan hidup membiara, karena dengan adanya dukungan dari keluarga kehidupan membiara pun dapat dengan mudah dijalani. Seperti pada partisipan pertama ketika mengalami fase pasang surut pada panggilannya, dia mendapatkan kembali motivasi dan dukungan dari seluruh keluarga untuk terus kuat pada panggilannya. Pada partisipan keempat, kakaknya yang terus mendukung dan memberikan motivasi saat menghadapi persoalan dalam panggilannya. Sedangkan pada partisipan kedua dan ketiga ketika menghadapi pasang surut panggilan mereka, komunitaslah yang membantu mereka dalam menghadapi persoalan mereka. Adapun upaya dari keempat partisipan sendiri dalam mengatasi fase pasang surut dalam kehidupan membiaranya, berbeda-beda. Partisipan pertama dan keempat akan datang pada Tuhan dengan berdoa jika menghadapi masalah pada hidup membiaranya, sedangkan pada partisipan kedua dia akan mengingat anak-anak asuhnya jika keinginan untuk meninggalkan panggilannya karena persoalan hidup membiara yang berat dihadapinya 7. Keempat partisian akan mengingat kembali motivasi awal mereka untuk hidup membiara ketika mereka merasakan keraguan saat dalam hidup membiara. Keempat partisipan mengingat perjuangan mereka, kesulitan-kesulitan, dan tantangan yang telah mereka lewati saat proses mengambil keputusan membiara. Hal tersebut membuat

207 mereka kembali kuat dan teguh untuk tetap setia pada panggilannya. B. Saran 1. Bagi penelitian selanjutnya Pada penelitian ini, peneliti berfokus pada proses pengambilan keputusan hidup membiara, tantangan yang dihadapi dari keluarga dan diri sendiri, fase pasang surut dalam hidup membiara, hingga pada menemukan kedamaian dalam hidup membiara. Banyak hal yang perlu untuk dipahami dalam topik ini yang dapat dimanfaatkan bagi penelitian selanjutnya, seperti dari segi peraturan dalam hidup membiara (hidup kaul) dapat dibahas lebih dalam lagi dan juga perbedaan kebudayaan dalam keluarga dan masyarakat membuat perbedaan pendapat mengenai kehidupan membiara seperti penelitian yang dilakukan oleh Tomalin (2006) di Thailand, yang mengungkapkan bahwa status bhikkuni (biarwati Buddha) merupakan status yang dapat mengangkat martabat wanita. Dapat juga melihat persamaan dari segi peraturan dari kedua latar belakang agama tersebut untuk dikembangkan bagi penelitian teologi. Hal tersebut menjadi menarik untuk diteliti sehingga pengetahuan akan hidup membiara bagi masyarakat awam pun dapat terpenuhi. Dapat juga meneliti untuk komunitas agama lain yang mempunyai ciri serupa dengan jenis yang lebih besar atau dengan biara yang berbeda aliran ataupun berbeda peraturannya. 2. Bagi calon biarawati

208 Setiap calon biarawati yang mengambil keputusan hidup membiara, mengalami proses yang panjang dalam hidupnya. Persoalan dan tantangan yang datang dari dalam diri indivdu dan dari orang lain menjadi hal yang sewajarnya terjadi dalam proses memutuskan hidup membiara. Maka dari itu bagi para calon biarawati hendaknya selalu mengingat panggilannya dan juga mengingat motivasi awal, sehingga saat menghadapi tantangan dalam proses mengambil keputusan, calon biarawati akan dapat mengatasi dengan baik. Beberapa cara yang dapat partisipan lakukan ketika menghadapi fase pasang surut hidup membiara, yaitu dengan membuat jurnal (catatan harian) sebagai cara merefeleksikan kehidupan membiaranya. Karena panggilan adalah proses yang tidak pernah berhenti untuk terus-menerus mendapatkan respons dari pribadi yang menjalaninya. Inilah yang juga membedakannya dengan profesi lain. Oleh karena itu bimbingan dan pendampingan rohani pun menjadi sangat penting bagi orang yang hidup dalam biara. 3. Bagi komunitas dan masyarakat Hendaknya bagi masyarakat dapat menghormati setiap keputusan yang diambil oleh calon biarawati dan dapat berpikir terbuka akan panggilan mereka akan kehidupan membiara (memiliki sikap netral) dan bagi komunitas dan pimpinan biara, kiranya dapat mendukung dan memberi perhatian lebih pada calon biarawati di masa-masa awal masuk dalam hidup membiara karena pada masa itukah calon biarawati sering mengalami fase pasang

209 surut dalam hidupnya dan bantulah para calon biarawati untuk tetap kuat pada panggilannya, karena menjadi sangat penting calon biarawati mendapatkan bimbingan dan pendampingan dari superior maupun secara kolektif. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan dialog dengan pimpinan atau guru dan rekan-rekan sebagai cara untuk memotivasi satu sama lain agar tetap kuat dalam menjalani hidup membiara meski banyak tantangan.