PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA MALANG

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG

Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK SEKTOR PERMUKIMAN UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN BANYUWANGI

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Nilai Emisi CO 2 di Kawasan Industri Surabaya

Pemanfaatan Sifat dan Ketersediaan Data sesuai Karakteristik Kabupaten/Kota untuk Estimasi Emisi Spesifik Karbon

PENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

Studi Carbon Footprint dari Aktivitas Rumah Tangga di Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

Sekapur Sirih. Sumenep, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep. Maryadi, SH, M.Hum

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3)

ANALISIS CARBON FOOTPRINT YANG DIHASILKAN DARI AKTIVITAS RUMAH TANGGA DI KELURAHAN LIMBUNGAN BARU KOTA PEKANBARU

III. METODOLOGI PENELITIAN

EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

Perhitungan Emisi Karbon dan Kecukupan Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Kampus (Studi Kasus: Kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya)

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

Beragam aktivitas manusia menyebabkan tingginya tingkat polusi atau pencemaran udara. Di Kota Surabaya emisi karbon yang ditimbulkan terlihat pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram blok penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan pada Gambar 3.1 sebagai berikut :

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

Muhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2)

STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca Tahun

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah

KAJIAN CARBON FOOTPRINT DARI KEGIATAN INDUSTRI DI KOTA SURABAYA STUDY OF CARBON FOOTPRINT FROM INDUSTRIAL ACTIVITY IN SURABAYA CITY

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur. Oleh: Fitri Arini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

PENGURANGAN PENCEMARAN UDARA

Oleh: Renandia Tegar Asririzky. Dosen Pembimbing: IDAA. Warmadewanthi, ST, MT, PhD.

Evaluasi Perubahan Emisi Gas NO x dan SO 2 dari Kegiatan Transportasi di Kamal-Bangkalan Akibat Pengoperasian Jembatan Suramadu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BEBAN EMISI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA YOGYAKARTA

ESTIMASI EMISI KARBONDIOKSIDA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN IPCC GUIDELINES

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

I. PENDAHULUAN. hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN Jalan Urip Sumoharjo No. 6 Telpon (0328) S U M E N E P

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

disertakan, maka penduduk sering makmur. Jika emisi Rulli Pratiwi Setiawan Paper ini mengkaji urban. Gresik, Kabupaten urban peri-urban, permukiman,

PERHITUNGAN FAKTOR EMISI CO2 PLTU BATUBARA DAN PLTN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

BAB IV. BASELINE ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OP-030 Uji Validasi Program Caline4 terhadap Dispersi Gas NO2 dari Sektor Transportasi di Kota Padang

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Keputih-Sukolilo, Surabaya Abstrak

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) D-197

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

Tabel 14. Emisi Karbon Dioksida yang Dihasilkan dari Penggunaan Listrik

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi Bandung

KAJIAN JEJAK EMISI KARBON-DIOKSIDA DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi,

Studi Carbon Footprint Dari Kegiatan Industri Pabrik Kelapa Sawit

Gambar 1.1 Statistik Energi total Indonesia (sumber:bppt, Outlook Energi Indonesia. 2013)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Sumenep Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV Metodologi Penelitian

PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG RENDAH KARBON: PERBANDINGAN KASUS KOTA JAKARTA, YOGYAKARTA DAN SEMARANG

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kajian Penggunaan Faktor Emisi Lokal (Tier 2) dalam Inventarisasi GRK Sektor Energi

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

Gambar 1. 1 Pola konsumsi energi di Indonesia ditinjau dari sumbernya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

Transkripsi:

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR Qorry Nugrahayu 1), Rachmat Boedisantoso 2) dan Joni Hermana 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: qorry.nugrahayu@gmail.com 1 ABSTRAK Salah satu sektor terbesar penyumbang emisi karbon di udara adalah sektor transportasi. Semakin pesat perkembangan sektor transportasi, semakin besar pula emisi karbon yang dihasilkan sehingga menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Maka negara melalui Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 mewajibkan pemerintah provinsi dan kabupaten untuk melakukan inventarisasi Gas Rumah Kaca salah satunya adalah perhitungan emisi karbon. Tujuan penelitian ini adalah menentukan Faktor Emisi Spesifik (FES) dan estimasi tapak karbon dari sektor transportasi dan industri dengan fungsi pengembangan wilayah pertanian/hortikultura di Kabupaten Sumenep - Jawa Timur serta memetakan tapak karbon yang telah diperoleh. Selain itu penelitian ini akan menentukan rekomendasi yang dihasilkan dari aspek lingkungan dan aspek hukum. Hasil dari penelitian ini adalah tapak karbon dari sektor transportasi yaitu 207.083,66 ton CO 2 /tahun dan 1692,60 ton CO2/tahun. Lalu FES dari sektor transportasi, 4,34 ton CO2/SMP (Satuan Mobil Penumpang) bahan bakar gasolin, 14,39 ton CO2/ SMP bahan bakar solar dan 5,94 ton CO 2 / SMP. Pada aspek lingkungan skenario terbaik untuk sektor transportasi adalah skenario 1 dengan besar penurunan adalah sebesar 21,6% bila dibandingkan dengan emisi karbon eksisting. Pada aspek hukum diharapkan pemerintah Kabupaten Sumenep memiliki perda mengenai penggunaan CNG untuk sektor transportasi yang mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 64 Tahun 2012. Kata kunci: Faktor Emisi Spesifik, Sumenep, Tapak Karbon, Transportasi. PENDAHULUAN Salah satu sektor terbesar penyumbang emisi karbon di udara adalah sektor transportasi. Semakin pesat perkembangan sektor transportasi, semakin besar pula emisi karbon yang dihasilkan sehingga menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Kegiatan transportasi mempunyai kontribusi terhadap polusi udara atmosfir. Setiap liter bahan bakar yang dibakar akan mengemisikan sekitar 100 gram Karbon Monoksida; 30 gram Oksida Nitrogen; 2,5 kg Karbon Dioksida dan berbagai senyawa lainnya termasuk senyawa sulfur (Hickman, 1999). Maka negara melalui Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 mewajibkan pemerintah provinsi dan kabupaten untuk melakukan inventarisasi Gas Rumah Kaca salah satunya adalah perhitungan emisi karbon. Tujuan penelitian ini adalah menentukan Faktor Emisi Spesifik (FES) dan estimasi tapak karbon dari sektor transportasi dan industri dengan fungsi pengembangan wilayah pertanian/hortikultura di Kabupaten Sumenep - Jawa Timur serta memetakan tapak A-54-1

karbon yang telah diperoleh. Nilai FES yang diperoleh nantinya dapat digunakan untuk membantu daerah berkarakteristik sejenis dan memiliki fungsi pengembangan daerah yang sama dengan Kabupaten Sumenep untuk melakukan inventarisasi emisi, dimana daerah tersebut belum memiliki data yang valid dan lengkap. Selain itu penelitian ini akan menentukan rekomendasi yang dihasilkan dari aspek lingkungan dan aspek hukum. Parameter dari penelitian ini adalah CO 2. Data perhitungan yang digunakan adalah data tahun 2012 dan emisi CO2 yang dihitung adalah emisi primer. Dan sektor transportasi yang dihitung adalah transportasi darat. Menurut Pirkko dan Nyronen (1990) kontribusi emisi karbondioksida terhadap efek rumah kaca sebesar 48% yang diikuti oleh sumber emisi lain seperti Freon (26%), ozon (10%), metan (8%), dinitrogendioksida (6%) dan gas lain (2%). Faktor Emisi Spesifik (FES) berdasarkan IPCC (2006) merupakan faktor emisi yang diperoleh dari perhitungan menggunakan data aktivitas dari suatu negara atau daerah. Sehingga faktor emisi spesifik yang telah diperoleh dapat digunakan untuk menghitung emisi di negara atau daerah yang sejenis atau setipe dengan negara atau daerah asal perhitungan faktor emisi spesifik. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung emisi karbon berdasarkan IPCC (2006) adalah sebagai berikut: Emisi CO2 = FC x CEF x NCV.1 Keterangan: Emisi CO2 FC CEF NCV = Jumlah emisi CO2 (Satuan Massa) = Jumlah bahan bakar fosil yang digunakan (massa) = Carbon Emission Factor (ton CO2/TJ) = Nilai Net Calorific Volume (energy content) per unit massa atau volume bahan bakar (TJ/ton fuel) Nilai dari faktor emisi dan nilai kalor tergantung pada bahan bakar yang digunakan. Untuk menghitung faktor emisi spesifik rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: FES = Emisi Karbon (CO2) : Data Aktivitas 2 METODE Metode yang digunakan terdiri dari: 1. Pengambilan data dilapangan Data meliputi data sekunder. Data sekunder yang dibutuhkan adalah: Jumlah kendaraan untuk tiap jenis kendaraan dan tiap kecamatan Jumlah kendaraan untuk tiap jenis kendaraan dan tiap kecamatan diperoleh dari Dinas Pendapatan Kabupaten Sumenep Jumlah penggunaan BBM di sektor transportasi Jumlah penggunaan BBM di sektor transportasi diperoleh dari Disperindag Kabupaten Sumenep. Data ini merupakan data penjualan BBM di tiap SPBU di Kabupaten Sumenep, dimana penjualan BBM ditiap SPBU merupakan konsumsi BBM di sektor transportasi, karena semua pasokan BBM yang masuk ke tiap SPBU (penjualan) akan habis dikonsumsi masyarakat. Peraturan-peraturan pemerintah daerah terkait penggunaan BBG (Bahan Bakar Gas) 2. Aspek Penelitian Aspek Teknis A-54-2

Aspek ini terdiri dari Pada aspek teknis akan dilakukan penjelasan mengenai perhitungan sesuai dengan pengolahan data yang telah dilakukan. Yaitu mulai dari perhitungan estimasi tapak karbon menggunakan Tier 1, perhitungan faktor emisi spesifik dan memetakan tapak karbon yang telah dihitung. Dari pemetaan tapak karbon yang telah digambar, dapat digunakan untuk menyusun langkah strategis guna mengurangi emisi CO 2 atau tapak karbon yang telah tersebar. Aspek Lingkungan Pada aspek lingkungan ini akan ditentukan beberapa skenario-skenario. Pembuatan skenario berfungsi sebagai upaya atau langkah alternatif dalam rangka mengurangi emisi karbon di Kabupaten Sumenep berdasarkan emisi karbon eksisting yang dihasilkan. Dari alternatif skenario-skenario yang ditentukan, dapat diketahui penurunan emisi sebagai bahan pertimbangan pemilihan alternatif. Adapun skenario-skenario dari tiap sektor adalah sebagai berikut. Skenario 1 : Berapa emisi CO 2 yang dihasilkan apabila seluruh masyarakat di Kabupaten Sumenep menggunakan BBG (Bahan Bakar Gas) sebagai bahan bakar kendaraan menggantikan BBM. Menimbang pemerintah sedang dalam proses mengganti BBM menjadi BBG karena persediaan BBM yang semakin menipis. Skenario 2 : Berapa emis CO 2 yang dihasilkan apabila hanya kendaraan yang menggunakan bahan bakar gasolin yang menggunakan BBG (Bahan Bakar Gas) sebagai bahan bakar kendaraan menggantikan BBM. Skenario 3 : Berapa emis CO2 yang dihasilkan apabila hanya kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar yang menggunakan BBG (Bahan Bakar Gas) sebagai bahan bakar kendaraan menggantikan BBM. Aspek Hukum Aspek hukum akan menjelaskan mengenai hukum/peraturan di Kabupaten Sumenep yang mengatur mengenai sektor transportasi. Dari kondisi eksisting tersebut akan dibuat suatu rekomendasi peraturan yang lebih baik terkait emisi yang dihasilkan oleh sektor transportasi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Aspek Teknis Perhitungan Tapak Karbon Perhitungan emisi dihitung berdasarkan konsumsi BBM di Kabupaten Sumenep yaitu Jenis gasolin dan solar. Perhitungan tapak karbon ini menggunakan persamaan (1) dengan nilai faktor emisi dan NCV masing-masing bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Faktor Emisi dan NCV Masing-Masing Bahan Bakar Bahan Bakar Faktor Emisi (kg CO2/TJ) Nilai Kalor (TJ/L) Gasolin 69.300 33 x 10-6 Solar 74.100 36 x 10-6 Sumber: KLH (2012) A-54-3

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh tapak karbon dari penggunaan bahan bakar gasolin adalah sebesar 127.471,81 ton CO2/tahun, bahan bakar solar sebesar 79.627,860 ton CO2/tahun. Sehingga emisi total yang dihasilkan dari sektor transportasi adalah sebesar 207.099,67 ton CO 2 /tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Emisi Sektor Transportasi Berdasarkan Bahan Bakar Jenis Bahan Bakar Emisi Total (ton CO2/tahun) Gasolin 127.471,81 Solar 79.627,860 Total 207.099,67 Sumber : Hasil Perhitungan Dari hasil perhitungan terlihat bahwa emisi CO2 yang dihasilkan dari bahan bakar gasolin lebih besar dibandingkan dengan nilai emisi CO2 yang dihasilkan dari bahan bakar solar. Hal ini disebabkan karena jumlah pasokan atau konsumsi bahan bakar gasolin lebih banyak dibandingkan solar. Perhitungan Faktor Emisi Spesifik (FES) Perhitungan FES diperoleh setelah menghitung tapak karbon. Dari tapak karbon yang telah diperoleh selanjutnya dibagi dengan data aktivitas. Data aktivitas yang digunakan adalah jumlah kendaraan. Jumlah kendaraan tersebut dikonversi kedalam bentuk SMP (Satuan Mobil Penumpang). Perhitungan FES sektor transportasi ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perhitungan FES Sektor Transportasi Bahan Bakar Emisi CO2 (Ton CO2/tahun) [A] Jumlah Kendaraan (SMP) [B] FES (ton CO2/tahun.SMP) [C]=[A]/[B] Gasolin 127.471,81 29.358 4,34 Solar 79.611,85 5.532 14,39 Total 207.083,66 34.890 5,94 Sumber: Hasil Perhitungan Dari hasil perhitungan FES untuk jenis bahan bakar gasolin dan solar, diperoleh bahwa FES untuk bahan bakar solar lebih besar dibandingkan dengan FES bahan bakar gasolin. Hal ini dikarenakan jumlah kendaraan berbahan bakar solar lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kendaraan berbahan bakar gasolin. Selain itu jumlah konsumsi bahan bakar solar tersebut tidak semuanya digunakan untuk transportasi darat. Berdasarkan perekonomian, sebagian besar masyarakat Kabupaten Sumenep bermata pencarian dibidang pertanian, perburuan dan perikanan. Hal ini didukung dengan luasnya lautan yang dimiliki Kabupaten Sumenep. Untuk melaut, para nelayan banyak yang menggunakan bahan bakar solar. Solar tersebut diperoleh dari beberapa SPBU di Kabupaten Sumenep. Akibatnya nilai FES yang diperoleh untuk bahan bakar solar jauh lebih besar dibandingkan FES bahan bakar gasolin. FES bahan bakar solar ini A-54-4

dapat digunakan untuk mengetahui emisi dari perkapalan yang dinyatakan dalam bentuk satuan mobil penumpang, begitu juga dengan FES transportasi yang diperoleh. FES ini dapat digunakan untuk daerah dengan fungsi pengembangan wilayah pertanian/hortikultura yang memiliki perairan atau pesisir pantai. Pemetaan Tapak Karbon Pemetaan tapak karbon ini merupakan pemetaan emisi karbon yang dihasilkan tiap kecamatan. Dibutuhkan data mengenai jumlah kendaraan tiap kecamatan yang selanjutnya dikonversi kedalam bentuk SMP. Lalu nilai SMP tiap kecamatan tersebut dikali dengan nilai FES transportasi sehingga diperoleh emisi total dari tiap kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perhitungan Emisi Karbon Tiap Kecamatan Sektor Transportasi No Kecamatan Total (SMA) [A] FES Transportasi (Ton CO2/SMA) [B] Emisi (Ton CO2) [C]=[A]*[B] 1 Sumenep 10635 5.94 63172.79 2 Kalianget 2593 5.94 15401.83 3 Manding 1507 5.94 8950.99 4 Bluto 1786 5.94 10606.46 5 Saronggi 1928 5.94 11454.40 6 Lenteng 2305 5.94 13693.78 7 Guluk-guluk 753 5.94 4471.63 8 Ganding 904 5.94 5372.14 9 Pragaan 1315 5.94 7810.21 10 Ambunten 1433 5.94 8513.21 11 Pasongsongan 967 5.94 5741.31 12 Dasuk 1215 5.94 7217.40 13 Rubaru 1325 5.94 7867.83 14 Batu Putih 1454 5.94 8637.95 15 Batang-batang 1426 5.94 8470.44 16 Dungkek 933 5.94 5543.80 17 Gapura 1524 5.94 9053.15 18 Batuan 852 5.94 5059.10 Sumber: Hasil Perhitungan Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4 kecamatan yang memiliki emisi CO2 paling besar adalah Kecamatan Sumenep yaitu sebesar 63.172,79 Ton CO 2, hal ini karena emisi CO2 yang dihasilkan sebanding dengan jumlah kendaraan yang dimiliki di tiap kecamatan. Kecamatan Sumenep memiliki jumlah kendaraan paling besar dibanding kecamatan-kecamatan lain. Sedangkan kecamatan yang memiliki emisi CO2 paling kecil adalah Kecamatan Gulukguluk dengan jumlah sebesar 4471.63 ton CO2. Hal ini karena total kendaraan di Kecamatan Batuan paling sedikit dibanding kecamatan lainnya. Selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap total emisi CO2 tiap kecamatan-kecamatan tersebut agar dapat terlihat tingkat konsentrasi CO2 di tiap kecamatan di Kabupaten Sumenep dari sektor transportasi. Pemetaan ini berfungsi untuk A-54-5

memudahkan melihat total dan tingkat emisi ditiap kecamatan melalui warna. Melalui warna tersebut dapat diketahui dengan mudah kecamatan mana yang memiliki emisi paling besar dan paling kecil. Pemetaan emisi CO2 atau tapak karbon dari sektor transportasi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Pemetaan Emisi Karbon Sektor Transportasi Kabupaten Sumenp 2. Aspek Lingkungan Adapun hasil perhitungan dari beberapa skenario yang ditetapkan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan Nilai-Nilai Skenario dengan Emisi Eksisting Emisi Karbon (ton CO2/tahun) Persentasi Penurunan (%) Eksisting 207.083,66 - Skenario 1 162.397,05 21,6 Skenario 2 179.989 13 Skenario 3 189.491,71 8,5 Sumber: Hasil Perhitungan Dari hasil perhitungan skenario, terlihat bahwa scenario 1 merupakan scenario terbaik karena menghasilkan penurunan emisi paling besar yaitu sebesar 21,6%. 3. Aspek Hukum Aspek hukum berfungsi sebagai pendukung implementasi scenario yang dipilih. Pada saat ini belum ada perda Kabupaten Sumenep mengenai kewajiban menggunakan CNG sebagai bahan bakar sektor transportasi. Saat ini peraturan yang A-54-6

mengatur mengenai penyediaan dan pendistribusian BBG masih dikeluarkan oleh presiden melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 64 Tahun 2012 Tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas Untuk Transportasi Jalan. Oleh karena itu diharapkan pemerintah Kabupaten Sumenep memiliki perda yang mengacu pada Perpres No. 64 Tahun 2012. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil dari penelitian ini adalah tapak karbon dari sektor transportasi yaitu 207.083,66 ton CO 2 /tahun dan 1692,60 ton CO2/tahun. Lalu FES dari sektor transportasi, 4,34 ton CO2/SMP (Satuan Mobil Penumpang) bahan bakar gasolin, 14,39 ton CO 2 / SMP bahan bakar solar dan 5,94 ton CO2/ SMP. Pada aspek lingkungan skenario terbaik untuk sektor transportasi adalah skenario 1 dengan besar penurunan adalah sebesar 21,6% bila dibandingkan dengan emisi karbon eksisting. Pada aspek hukum diharapkan pemerintah Kabupaten Sumenep memiliki perda mengenai penggunaan CNG untuk sektor transportasi yang mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 64 Tahun 2012. Saran Diperlukan penelitian lanjutan untuk menghitung emisi karbon sekunder dan emisi dari seluruh sektor transportasi baik darat, laut dan udara. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Perguruan Tinggi melalui program beasiswa freshgraduate dan LPPM ITS yang sudah mau mendanai penelitian PUPT 2014. DAFTAR PUSTAKA Hickman A J. (1999). Methodology for Calculating Transport Emissions and Energy Consumption. Transport Research Laboratory. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (2006). Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Hayama, Japan. Kementrian Lingkungan Hidup. (2012). Pedoman Inventori Gas Rumah Kaca. Peraturan Presiden No.71. (2011). Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Peraturan Presiden No.64. (2012). Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas Untuk Transportasi Jalan. Pirkko, S., Nyronen. 1990. The Carbon Dioxide Emissions and Peat Production. International Conference on Peat Production and Use. Jiväskylä Finland. 1:150-157 A-54-7