I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Perikanan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dan menghadapi. nasional (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015).

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

I. PENDAHULUAN. tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Kekayaan dan keragaman sumber daya laut tersebut telah

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Penambahan Pasta Tomat Terhadap Daya Ikat Air Naget Ayam. penambahan pasta tomat, disajikan pada Tabel 7.

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

KUALITAS FISIKOKIMIA NAGET AYAM YANG MENGGUNAKAN FILER TEPUNG SUWEG (Amorphophallus campanulatus B1). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

BABI PENDAHULUAN. potongan daging yang relatifkecil dan tidak beraturan yang kemudian dilekatkan

Jajang Gumilar, Obin Rachmawan, dan Winda Nurdyanti Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

METODE. Waktu dan Tempat

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 21,97% (db) (Kramlich,1973). Daging dikenal mengandung kolesterol (50

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam umbi-umbian dapat dipergunakan sebagai sumber. kalori/karbohidrat, salah satunya adalah singkong. Singkong kaya akan

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS... ABSTRAK... HALAMAN PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP PENULIS... vi KATA PENGANTAR...

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

Kata Kunci : Nugget, Uji Organoleptik.

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

PENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan

I. PENDAHULUAN. lemak dan kolesterol tinggi (Astiti dkk., 2008). Bahan pangan hewani sebagai

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. adalahberasal dari jenis Coturnix-coturnix japonica. Adapun klasifikasi zoologi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat setiap tahunnya. Konsumsi daging ayam pada tahun 2013

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan dan

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. selongsong. Sosis dapat diolah dari daging sapi, ayam, babi, ikan dan lainnya.

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk pangan semakin meningkat, sehingga berdampak pada peningkatan permintaan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi. Salah satu jenis bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi diperoleh dari produk ternak seperti daging. Burung puyuh merupakan salah satu ternak unggas yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber bahan pangan hewani, karena dapat dimanfaatkan sebagai penghasil telur maupun penghasil daging, namun hingga saat ini lebih banyak digunakan untuk menghasilkan telur, sehingga pemanfaatan dagingnya kurang diperhatikan. Pemanfaatan daging puyuh, dapat digunakan dalam proses pengolahan daging. Pengolahan daging puyuh menjadi naget diharapkan dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap daging puyuh, selain itu sebagai cara untuk penganekaragaman pangan,. Naget adalah olahan daging yang tidak asing lagi dikonsumsi masyarakat, merupakan produk olahan daging yang dicetak, dimasak dan dibekukan serta terbuat dari campuran daging giling yang diberi bahan pelapis dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan yang diizinkan (Badan Standardisasi Nasional, 2002). Dalam proses pembuatan naget, selain daging sebagai bahan utama, juga membutuhkan bahan tambahan seperti bumbu, bahan pengisi, dan bahan pengikat. Bahan tambahan berfungsi untuk memperbaiki stabilitas emulsi, dan mengurangi biaya produksi. Bahan tambahan yang digunakan umumnya berupa karbohidrat, misalnya tepung tapioka, tepung terigu, atau karagenan. Bahan pengisi adalah bahan yang mampu mengikat sejumlah air tapi mempunyai pengaruh kecil terhadap emulsifikasi. Bahan pengisi umumnya

2 hanya terdiri dari karbohidrat yang mampu mengikat air. Bahan pengikat adalah bahan yang digunakan dalam makanan untuk mengikat air yang terdapat dalam adonan, sehingga adonan terbentuk dengan baik. Naget merupakan produk daging siap saji dan mudah diperoleh serta mudah dikonsumsi, karena produk ini siap masak dan hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk siap dikonsumsi, selain mempunyai rasa yang enak. Umumnya naget yang banyak diproduksi dan dijual menggunakan daging ayam. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap daging ayam, dapat menggunakan daging unggas lain, misalnya daging puyuh. Usaha untuk meningkatkan sifat fisik dan organoleptik naget puyuh adalah dengan cara menggunakan bahan tambahan makanan yang aman, misalnya karagenan. Karagenan merupakan bahan tambahan pangan alami yang baik sebagai penstabil, sehingga diharapkan naget yang dihasilkan memiliki sifat-sifat fisik dan organoleptik yang baik. Permasalahan yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini adalah belum diperoleh formula yang tepat mengenai kadar karagenan yang dapat ditambahkan dalam pembuatan naget puyuh. Hal ini yang menyebabkan penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat penambahan karagenan terhadap sifat fisik dan organoleptik naget puyuh. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Bagaimana pengaruh penambahan karagenan terhadap sifat fisik (daya ikat air, susut masak, keempukan) dan organoleptik (rasa, aroma, warna, keempukan dan total penerimaan) naget puyuh.

3 2. Pada tingkat berapa persen, penambahan karagenan menghasilkan sifat fisik terbaik (daya ikat air, susut masak, keempukan) dan organoleptik (rasa, aroma, warna, keempukan dan total penerimaan) naget puyuh yang paling disukai. 1.3 Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui pengaruh tingkat penambahan karagenan terhadap sifat fisik (daya ikat air, susut masak, keempukan) dan organoleptik (rasa, aroma, warna, keempukan, dan total penerimaan) naget puyuh. 2. Mendapatkan berapa persen, penambahan karagenan menghasilkan sifat fisik terbaik (daya ikat air, susut masak, keempukan) dan organoleptik (rasa, aroma, warna, keempukan dan total penerimaan) naget puyuh yang paling disukai. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk para peneliti dan memberikan tambahan informasi kepada masyarakat dan industri pengolahan pangan, khususnya industri pengolahan naget mengenai penggunaan dan manfaat karagenan sebagai bahan pengisi alternatif dalam pembuatan naget puyuh, sehingga dapat dihasilkan produk naget puyuh dengan sifat fisik terbaik dan organoleptik yang paling disukai.

4 1.5 Kerangka Pemikiran Meningkatnya jumlah penduduk, juga semakin baiknya tingkat ekonomi masyarakat, menyebabkan daya beli masyarakat juga meningkat. Sejalan dengan itu, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mengkonsumsi pangan dengan gizi yang seimbang, memaksa penyediaan pangan khususnya yang berupa produk peternakan harus segera dihasilkan, agar dapat mengimbangi kebutuhan masyarakat dan mengatasi masalah kekurangan gizi. Pembangunan sub-sektor peternakan pada masa ini telah diarahkan kepada pengembangan aneka ternak sebagai sumber protein daging; termasuk burung puyuh. Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) banyak diternakkan karena memiliki banyak keuntungan, pemeliharaannya tidak membutuhkan lahan yang luas dan modal yang dibutuhkan relatif kecil. Selain itu, puyuh dapat digunakan sebagai penghasil telur maupun daging yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi. Produksi telur bisa mencapai 250-300 butir/tahun dan, produksi daging dapat diambil dari burung puyuh pejantan yang digemukkan atau bisa juga diambil dari puyuh betina yang sudah afkir karena sudah menurun produktivitas telurnya. (Johan, dkk., 2014). Kandungan gizi daging puyuh tidak jauh berbeda dengan unggas lain. Berdasarkan hasil analisis komposisi kimia, daging puyuh mengandung kadar air 73,2%, protein 22,5%, lemak 2,5% dan abu 0,94%. Daging puyuh juga mengandung asam lemak omega yang lengkap, yaitu omega 3, 6, dan 9 (Anugrah, dkk., 2009). Lebih lanjut dikemukakan oleh Boni, dkk., (2010) daging puyuh muda memiliki kadar protein 18,99%, lemak 9,21%, abu 1,52% dan kadar air 68,98%. Aktivitas masyarakat yang tinggi, menyebabkan dibutuhkan tersedianya makanan cepat saji yang mempunyai nilai gizi dan aman untuk dikonsumsi, naget adalah salah satu jenis makanan yang memenuhi syarat di atas. Untuk itu

5 dibutuhkan inovasi pengolahan pangan dengan bahan berkualitas. Naget merupakan salah satu jenis makanan yang memenuhi kebutuhan ini. Naget mulai dipopulerkan di Amerika Serikat karena cocok untuk kondisi masyarakat Amerika yang sangat sibuk. Indonesia saat ini adalah negara yang sedang menuju ke suatu kondisi dimana kaum ibu juga banyak yang bekerja, sehingga tuntutan terhadap makanan cepat saji juga mulai terasa (Ginting dan Namida, 2005). Untuk itu perlu dilakukan usaha peningkatan sifat-sifat naget misalnya dengan penambahan bumbu, bahan pengisi, dan bahan tambahan yang tepat. Salah satu bahan tambahan yang berasal dari bahan alami adalah karagenan. Karagenan adalah hidrokoloid hasil ekstraksi dari rumput laut merah (Rhodophyceae) yang semakin luas digunakan dalam produk pangan. Karagenan merupakan serat alami yang menunjukkan sifat hipokolesterolemik (penurun kadar kolesterol) yang bermanfaat untuk mengurangi risiko mengalami serangan jantung. Hal ini sangat sesuai dengan minat masyarakat akhir-akhir ini yang lebih memilih makanan dengan kadar kolesterol rendah (Abubakar, dkk., 2011). Penambahan karagenan dapat meningkatkan rendemen, stabilitas kontrol irisan dan juiceness (Petracci dan Bianchi, 2012). Karagenan tidak berinteraksi dengan protein daging dalam jaringan, karena secara alami tercampur dengan protein; akibatnya jaringan karagenan menjadi tidak berbeda dengan jaringan protein. Karagenan berada pada ruang interstisial jaringan protein, dimana mengikat air dan dapat membentuk fragmen gel setelah dingin (Verbecken, dkk., 2005). Bater, dkk., (1992) mengemukakan penggunaan karagenan akan meningkatkan rendemen, stabilitas irisan, dan tingkat kekerasan produk serta menurunkan kadar air pada sosis kalkun. Selanjutnya dikemukakan oleh Ayadi, dkk., (2009) penambahan karagenan meningkatkan daya ikat air dan tekstur serta

6 mikrostruktur sosis kalkun. Penambahan konsentrasi karagenan menyebabkan sosis lebih kompak, dan berpengaruh pada peningkatan elastisitas gel, namun penambahan karagenan yang terlalu tinggi secara signifikan akan nilai kekenyalan. Lebih lanjut, menurut Mohamad, dkk., (2014) menurunkan penambahan karagenan hingga 2,5% pada sosis ikan kurisi dan sosis ikan nila menghasilkan kenampakan, aroma, rasa dan tekstur yang lebih baik dibandingkan tanpa penambahan karagenan. Namun, menurut Abubakar, dkk., (2011) penambahan karagenan sampai konsentrasi 2% tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya mengikat air, rendemen dan kekerasan naget daging itik, tetapi sangat nyata meningkatkan stabilitas emulsi. karagenan semakin baik stabilitas emulsinya. Semakin besar penambahan Penambahan karagenan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tekstur, aroma, rasa, kekerasan dan penampakan umum, tetapi berpengaruh nyata terhadap warna. Penambahan karagenan sebesar 1,5% pada pengolahan naget ikan cucut tidak berpengaruh terhadap parameter warna, aroma, dan rasa naget ikan cucut, namun berpengaruh terhadap tekstur (kekenyalan), dan paling disukai panelis (Hidayatun, dkk., 2012). Penggunaan karagenan berpengaruh terhadap sifat fisik dan organoleptik dari produk olahan daging. Menurut Winarno (1996 ), penggunaan karagenan biasanya dilakukan pada konsentrasi antara 0,005 % sampai 3 %; tergantung produk yang ingin diolah. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil hipotesis bahwa penambahan karagenan 1,5 % menghasilkan sifat fisik dan organoleptik terbaik bagi naget puyuh.

7 1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 8-11 Mei 2015 di Laboratorium Teknologi Pengolahan Produk Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang.