bereproduksi (Yusuf, 2011). Suatu analisis cermat mengenai semua aspek perkembangan remaja secara global berlangsung antara umur tahun yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja menurut Organisasi Kesegatan Dunia (WHO) adalah individu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Nations Office Drugs and Crime pada tahun 2009 melaporkan ada 149

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan berbagai macam penyakit kanker dan penyakit kronis. Penyakit

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari seorang anak menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. balita adalah masa emas atau golden age dalam rentang perkembangan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah harapan suatu bangsa, karena masa depan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus di perhatikan. Video game yang memiliki unsur kekerasan kini

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan.kualitas sumber. daya manusia (SDM) memainkan peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja ditandai oleh perubahan besar diantaranya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk muda yaitu umur tahun. Menurut Badan Pusat Statistik DIY

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Yusuf, 2011). Suatu analisis cermat mengenai semua aspek perkembangan remaja secara global berlangsung antara umur 12-21 tahun yang terdiri dari tiga tahapan yaitu, remaja awal 12-15 tahun, remaja pertengahan 15-18 tahun dan remaja akhir 18-21 tahun (MÖnks, et al., 2002). Remaja yang sudah duduk di bangku SMA hampir sepertiga dari waktunya setiap hari dilewatkan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh sekolah terhadap perkembangan jiwa remaja cukup besar (Sarwono, 2011). Remaja memiliki faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi kehadiran dan penampilan di sekolah. Faktor tersebut adalah masalah emosi remaja dan keluarga yang perlu mendapat perhatian bila seorang individu mengalami prestasi yang kurang yakni penurunan prestasi belajar di sekolah (Kardana & Soetjiningsih, 2004). Prestasi belajar atau pencapaian belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah (Syah, 2003) Emosi yang dialami seorang remaja yang tidak berhasil mengatasi situasisituasi kritis dalam konflik perannya karena ia terlalu mengikuti gejolak emosinya, maka besar kemungkinannya ia akan terperangkap masuk ke jalan 1

2 yang salah, seperti penyalahgunaan obat, penyalahgunaan seks, dan kenakalan remaja yang lain sering disebabkan oleh kurang adanya kemampuan remaja untuk mengarahkan emosinya secara positif, dan kurangnya kecerdasan dan kecerdasan emosional remaja berawal dari kurangnya dukungan positif dan lingkungan terdekat remaja itu sendiri, termasuk dari orang tuanya sendiri (Sarwono, 2011) Faktor selanjutnya adalah keluarga, suasana keluarga yang berorientasai pada kemajuan dan tinggi rendahnya dorongan berprestasi di sekolah sangatlah bergantung pada proses belajar mengajar anak dan guru yang dipengaruhi lebih lanjut oleh keseluruhan sistem yang ada di sekolah (Gunarsa & Gunarsa, 1995) Tampak jelas faktor-faktor di atas sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan perilaku remaja, hal ini tampak perilaku menyimpang dan cenderung ke sikap antisosial. Kepribadian antisosial cenderung berperilaku melawan atau melanggar hukum dan kepribadian ini disebut sebagai psikopat atau sosiopat (Satiadarma, 2002). Perilaku antisosial tersebut terkait dengan penurunan prestasi belajar yang dapat muncul secara kompleks dan tidak langsung. Perilaku antisosial pada remaja jelas terkait dengan kegagalan atau rendahya prestasi belajar, tetapi tidak semuanya remaja yang memiliki perilaku antisosial mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Selain itu yang menghubungkan antara prestasi belajar rendah dengan perilaku antisosial adalah kemiskinan, lembaga pendidikan seperti sekolah yang kurang kompeten dalam mendidik siswanya serta orang tua yang tidak mendukung prestasi akademis

3 yang mana dukungan orang tua sangatlah penting sebagai motivasi guna untuk meningkatkan prestasi belajar pada anak mereka (Connor, 2004). Gangguan kepribadian antisosial ditandai oleh tindakan antisosial atau kriminal terus menerus tetapi tidak sama dengan kriminalitas, prevalensi gangguan kepribadian antisosial ini adalah 3 persen pada laki-laki dan 1 persen pada wanita (Kaplan, et al., 1997). Siswa yang bersekolah di sekolah menengah atau SMA Negeri merupakan siswa unggulan yang mempunyai prestasi belajar yang baik dan menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis, berupa sikap, keterampilan, kebiasaan dan pemecahan masalah atau berfikir. Sejak tahun 2007/2008, SMA Negeri 2 Bantul termasuk Sekolah Standar Nasional yang memberikan konsekuensi logis untuk meningkatkan dan mengembangkan diri dari berbagai aspek (Sudiyono, 2011). Namun tidak demikian dengan kenyataanya, hal ini terbukti dengan masih adanya individu yang mempunyai masalah antara lain disebabkan oleh diri individu sendiri yang bisa berpengaruh khususnya pada prestasi belajarnya. Seperti yang peneliti jumpai di tempat penelitian masih ada siswa yang mendapatkan hasil ulangan atau ujian yang kurang memuaskan dan juga adanya siswa yang cenderung kurang memperhatikan guru saat mengajar di kelas. Berdasarkan sumber dari bagian BK (bimbingan konseling) yang dikhususkan menangani masalah siswa di sekolah bahwa masalah yang sering timbul pada siswa kelas XI (kelas 2) adalah kurang mampunya beradaptasi dengan lingkungan sekolah serta belum merasa terbebani oleh ujian nasional dan

4 memikirkan kelulusan sehingga mereka masih merasa bebas sehingga sering timbul masalah dalam prestasi belajarnya. Peneliti tertarik untuk memilih SMA Negeri 2 bantul karena sekolah tersebut memiliki keadaan-keadaan seperti tersebut di atas, sehingga peneliti mengadakan penelitian ini untuk mencari hubungan kecenderungan antisosial terhadap prestasi belajarnya. perilaku antisosial: Artinya : (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan itulah orang- B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu apakah ada hubungan antara kecendrungan antisosial dengan prestasi belajar pada remaja?

5 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kecenderungan antisosial dengan prestasi belajar pada remaja. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat peneliti Menambah pengetahuan lebih mendalam bagi peneliti tentang peranan dan pengaruh sikap kecenderungan antisosial terhadap prestasi belajar pada remaja dan anak serta dapat membantu dalam keberhasilan penatalaksanaan perilaku atau kepribadian tersebut. 2. Bagi keluarga atau orang tua Menjadi salah satu sumber informasi dalam menetapkan nilai-nilai perilaku terhadap keluarga dan anak-anak mereka. 3. Bagi lembaga pendidikan memberikan gambaran terhadap prestasi belajar bagi para siswanya yang berhubungan dengan perilaku yang berkaitan dengan kecenderungan anti soaial pada remaja. 4. Bagi siswa Memberikan masukan pada siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya dan dapat mengetahui perilaku yang menyimpang dan tidak menyimpang yang berhubungan dengan perilaku antisosial, serta dapat mengevaluasi diri.

6 5. Bagi pendidik Sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan pendidikan yang baik pada remaja di sekolah dalam mengatasi perilaku serta meningkatkan prestasi belajar secara optimal. 6. Bagi peneliti lain Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan serta dikembangkan sebagai landasan bagi penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, penelitian tentang hubungan antara kecenderungan antisosial dengan prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 2 bantul belum pernah dilakukan. Namun ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan kecenderungan antisosial dan prestasi belajar : 1. kraban Orang Tua-Anak Terhadap Kecenderungan Antisosial pada Remaja Pelajar SMU menggunakan rancangan potong lintang yang bersifat retrospektif. Hasil penelitian ini menunjukkan ada korelasi bermakna antara keakraban remaja orang tua terhadap kecenderungan antisosial (p< 0,01). Sumbangan pengaruh tertinggi terhadap kecenderungan antisosial adalah keakraban remaja dengan ibu (r = -0,155514, p<0,01). Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut yaitu, sama-sama ingin mengungkap perilaku kecenderungan antisosial terhadap anak remaja. Perbedaannya terletak pada pengaruh

7 keakraban orang tua-anak terhadap kecenderungan antisosial pada remaja pelajar SMU dengan memberikan instrument Keakraban Remaja-Orang tua atau IKRO dan Instrument kecenderungan antisosial. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara kecenderungan antisosial dengan prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 2 Bantul. 2. Antisosial dengan Kecanduan Online Game di Kabupaten Sleman Spearman rank membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan antara kepribadian antisosial dengan kecanduan online game dengan p value 0,780 (p >0,05). Penelitian ini dilakukan dengan model deskriptif noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional study. Persamaan penelitian ini sama-sama mengungkapkan perilaku kepribadian antisosial. Perbedaannya terletak pada variabel tergantung yakni kecanduan online game, sedangkan pada penelitian ini peneliti mencari hubungannya terhadap prestasi belajar pada siswa SMA Negeri 2 Bantul. 3. Rinestaelsa (2008) dengan judul penelitian : merupakan penelitian kuantitatif non eksperimental. Menggunakan rancangan analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Persamaan penelitian ini pada variabel tergantungnya yaitu prestasi belajar dan perbedaannya terletak pada variabel bebas yaitu pola asuh sedangkan pada penelitian ini variabel bebas peneliti adalah kecenderungan antisosial.