PEMBANGUNAN GIANT SEA WALL: BERMANFAATKAH BAGI MASYARAKAT PERIKANAN?

dokumen-dokumen yang mirip
Pembangunan Pulau Reklamasi dan Perubahan Sosial pada Masyarakat Perikanan di Teluk Jakarta

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB II GAMBARAN UMUM PEKERJA ANAK DI KOTA TANJUNGBALAI

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

Perempuan dan Industri Rumahan

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara maritim sebagian besar penduduk menggantungkan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan Indonesia, telah menjadi

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak yang dikelilingi oleh laut seluas 7,7

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

STATISTIK KOMUTER KOTA BEKASI 2014 HASIL SURVEI KOMUTER JABODETABEK 2014

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK PENDAHULUAN. Penetapan Daerah Perlindungan Laut (DPL) ini tujuan untuk melindungi

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Mangrove di Beberapa Desa Pesisir Kabupaten Rembang: Tinjauan Berdasarkan Tahap Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 1 No. 3, Desember 014: 19-134 ISSN : 355-66 PEMBANGUNAN GIANT SEA WALL: BERMANFAATKAH BAGI MASYARAKAT PERIKANAN? Armen Zulham Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Jl. Pasir Putih No. 1 Ancol Timur - Jakarta Utara E-mail : keude_bing@yahoo.co.id RINGKASAN Pembangunan Giant Sea Wall (GSW) di Teluk Jakarta merupakan program lintas kementerian, yang dirancang untuk mendukung perekonomian dan mengendalikan banjir di Jakarta. Permasalahan GSW tersebut, tidak hanya terkait dengan aspek teknis kontruksi dan lingkungan, tetapi terkait juga dengan aspek sosial ekonomi tentang investasi dan pertumbuhan usaha perikanan. Saat ini, pada kawasan itu terdapat berbagai investasi dan lapangan usaha perikanan. Data statistik, menunjukkan peran lapangan usaha perikanan dalam perekonomian Jakarta Utara menurun dari 0,10% pada tahun 006 menjadi 0,08% pada tahun 01. Penurunan peran ini, bukan berarti lapangan usaha perikanan ini tidak penting. Selama ini, lapangan usaha perikanan di kawasan itu merupakan sabuk pengaman yang mampu menyediakan lapangan kerja untuk 30 ribu orang dari berbagai kelompok masyarakat di Teluk Jakarta. Invasi investasi sekitar Rp. 600 triliun untuk pembangunan GSW sampai tahun 030, merupakan instrumen fiskal penting yang dapat mempercepat tumbuhnya perekonomian di kawasan tersebut. Instrumen ini menurut beberapa pihak, dapat menjadi stimulus pembangunan, namun pihak lain menganggap, dapat menjadi jebakan fiskal untuk sektor perikanan. Tulisan ini melihat, pembangunan GSW tersebut membuka peluang usaha baru bagi masyarakat perikanan. Namun, untuk memanfaatkan peluang itu diperlukan berbagai kebijakan yang inovatif. Kata kunci : giant sea wall, demografi, nelayan, pembudidaya, pengolah PERNYATAAN KUNCI Pembangunan GSW akan menghasilkan diferensiasi struktural dan peningkatan kompleksitas sosial di kawasan itu. Kondisi ini terjadi, karena perubahan radikal di Teluk Jakarta. Pembangunan Giant Sea Wall menimbulkan dampak positif dan negatif pada masyarakat. Dampak negatif kebijakan pembangunan GSW umumnya kurang disadari. Pembangunan Giant Sea Wall (GSW) diprediksi akan memberi dampak negatif kepada pelaku usaha perikanan, karena mereka kehilangan akses terhadap sumberdaya, perairan, lahan pesisir dan perdagangan. Selain itu, pembangunan GSW mendorong 19

Armen Zulham Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan terjadi perubahan relasi pada aspek sosial dan kelembagaan pada berbagai pelaku usaha. Perubahan terjadi juga pada aspek ekonomi, terkait dengan struktur dan sumber pendapatan, input dan output produksi, struktur pasar dan tenaga kerja, penguasaan aset produksi, modal dan investasi. Pada aspek budaya terjadi pergeseran relasi dalam masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya, akses terhadap sumber modal, dan strategi menembus pasar. Permasalahan GSW tersebut harus dikelola dengan baik melalui berbagai kebijakan agar masyarakat dapat memanfaatkan peluang dari pembangunan Giant Sea Wall. REKOMENDASI KEBIJAKAN Invasi investasi pada pembangunan GSW, dapat meningkatkan prospek ekonomi pada masyarakat di kawasan itu. Oleh sebab itu, bagi masyarakat perikanan untuk mendapat peluang itu, perlu disiapkan langkah-langkah beriku : 1. Mengembangkan inovasi teknologi pada masyarakat perikanan melalui pendampingan, pelatihan dan bantuan modal pada usaha yang prospektif. Kegiatan tersebut harus direncanakan pada tahun 015 dan aksinya dimulai pada tahun 016 sampai 018.. Menyiapkan inovasi kebijakan yang responsif dalam mengembangkan mata pencaharian alternatif pada kawasan Giant Sea Wall. Inovasi kebijakn itu terkait dengan replikasi pengembangan inovasi teknologi baru atau perbaikan teknologi lama untuk mendukung mata pencaharian alternatif agar tumbuh SosioEcoPreneur dalam masyarakat. 3. Menyusun regulasi penataan 17 pulau hasil reklamasi, dan menetapkan tiga pulau sebagai kawasan untuk pengembangan usaha perikanan. - Satu pulau dijadikan sebagai kawasan ecowisata dan wisata bahari. - Pulau kedua sebagai sentra pengembangan usaha perikanan tangkap skala kecil dan pengolahan hasil perikanan. - Pulau ketiga sebagai basis pengembangan perikanan budidaya dan industri pengolahan. Ketiga langkah yang disebutkan tersebut, dilaksanakan melalui asistensi dan pelatihan kepada masyarakat nelayan, pembudidaya dan pengolah hasil perikanan. Tujuannya adalah agar mereka mampu memanfaatkan potensi sosial dari pelapisan sosial yang ada; serta mampu memanfaatkan dan mengembangkan berbagai relasi sosial untuk mengembangkan usaha baru dan memperkuat usaha yang telah ada. Program di atas dilaksanakan dengan menempatkan masyarakat perikanan sebagai subjek pembangunan dalam menghadapi transformasi pembangunan pada kawasan tersebut. I. PENDAHULUAN Pembangunan Giant Sea Wall di Teluk Jakarta merupakan program pembangunan yang diluncurkan pemerintah sejak tahun 010. Program ini pada awalnya diluncurkan untuk pengendalian banjir Kota Jakarta, namun berkembang keberbagai sektor untuk pengembangan perekonomian daerah. Keberadaan program ini dalam pembangunan Kota Jakarta penuh dengan kontroversi, hal ini disebabkan kurang sosialisasi pada tingkat grassroot dan pada berbagai pemangku kepentingan (zulham, et al, 014). 130

Vol. 1 No. 3, Desember 014 Pembangunan Giant Sea Wall: Bermanfaatkah Bagi Masyarakat Perikanan? Pada grassroot, persepsi masyarakat perikanan terhadap program ini sangat beragam, sebagian besar masyarakat pada kawasan ini menolak kehadiran GSW karena investasi usaha mereka cukup besar dan kehidupan perekonomian mereka sudah sangat mapan. Pada tingkat pemangku kepentingan tanggapan tentang program ini juga sangat beragam (Zulham, et al, 014). Sebagian pakar yang terkait dengan aspek ekologi dan kesehatan lingkungan pesisir menolak keberadaan program ini (Muin, 011). Sementara itu, pakar yang terkait deng an peng embang an ekonomi dan pembangunan wilayah sangat mendukung program ini, karena dapat menumbuhkan usaha baru, menyediakan lapangan kerja dan memperuas akses pasar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi (Zulham, et al, 014). Dukungan dan penolakan tersebut menurut Hettne (011), terkait dengan peran Kota Jakarta sebagai kota multifungsi yang berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat produksi, pusat perdagangan barang dan jasa, pusat industri serta pasar berbagai jenis barang dan jasa maupun distribusi barang dan jasa. Dengan peran yang demikian maka Kota Jakarta menjadi destinasi yang menarik bagi penduduk Indonesia dan Mancanegara untuk berinvestasi dan berusaha. Perkembangan kota Jakarta yang demikian mendorong minat penduduk Indonesia bermigrasi ke Jakarta baik sebagai migran permanen (pendatang yang telah menetap), migran sirkuler dan migran komuter. Akibatnya, beban ekologi dan lingkungan, demografi, sosial dan ekonomi Kota Jakarta makin bertambah pada siang hari, karena kehadiran migran komuter dari Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang (Afrizal, 010). Pembangunan GSW ini, diperkirakan akan mendorong terjadinya trade off pada lapangan usaha perikanan, namun akan memberi peluang besar bagi masyarakat perikanan karena munculnya berbagai lapangan usaha baru seperti yang pernah dikemukakan oleh Suharto (008). Tujuan dari tulisan ini adalah untuk merumuskan rekomendasi kebijakan tentang pembangunan ekonomi masyarakat perikanan akibat dari pembangunan Giant Sea Wall. II. SITUASI TERKINI MASYRAKAT NELAYAN DI TELUK JAKARTA Bagian ini menunjukkan bahasan tentang kondisi terkini dari responden pada lima lokasi masyarakat di Teluk Jakarta. Gambaran Demografi Pada berbagai dokumen, wilayah Jakarta tercatat seluas 664.01 km dengan jumlah tercatat seluas 664.01 km dengan jumlah penduduk sebanyak 9.809.857 jiwa (Permendagri Nomor 66 Tahun 011). Berdasarkan estimasi Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun 013 adalah sebesar 10.001.943 jiwa. Pertumbuhan penduduk DKI Jakarta dari tahun 008-01 cenderung meningkat. Kepadatan penduduk di DKI Jakarta berkisar antara 13,8 ribu jiwa /Km tahun 008 sampai 15 ribu jiwa /Km tahun 01. Pertumbuhan penduduk pada tahun 008 adalah 1% dan pada tahun 01 menjadi 4%. Dari total jumlah penduduk Jakarta, maka sekitar 16% penduduk Jakarta, berada di Jakarta Utara. Rasio laki-laki terhadap total penduduk di Jakarta Utara menunjukkan pergeseran dari sekitar 48,5% pada tahun 008 menjadi 51,7% pada tahun 01. Angka ini menunjukkan pertumbuhan penduduk laki-laki di Jakarta Utara 131

Armen Zulham Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan relatif lebih cepat dibandingkan dengan penduduk perempuan. Selama periode 008-01, laju pertumbuhan penduduk laki-laki di Jakarta Utara sekitar 3,7% per tahun sementara laju pertumbuhan penduduk perempuan di Jakarta Utara adalah 1,1 % per tahun. Angka diatas memberi indikasi bahwa peran laki-laki dalam kehidupan masyarakat di Jakarta Utara lebih dominan, baik dalam pengambilan keputusan terkait dengan aspek perekonomian, serta kehidupan sosial dan budaya. Sebaran Mata Pencaharian - Nelayan Hasil survey menunjukkan, di Marunda pekerjaan responden 94 % adalah dari nelayan dan sisanya 3% tergantung pada pekerjaan lainnya. Sedangkan istri nelayan 88% adalah ibu rumah tangga, 6% merupakan pedagang dan 6% melakukan pekerjaan lainnya. Sedangkan anak nelayan di Marunda 15% menjadi nelayan, 5% sebagai pedagang, 37% masih sekolah, 18 % bekerja pada perusahaan swasta, 11% menjadi buruh dan 14% di rumah tangga. Di Cilincing responden nelayan selain bekerja sebagai nelayan (8%), mereka juga bekerja sebagai pedagang (18%). Sementara istri nelayan sekitar 79% bekerja sebagai ibu rumah tangga terdapat 6% yang bekerja sebagai pedagang. Di Cilincing hanya 3% anak nelayan yang bekerja sebagai nelayan dan 57 % tetap bersekolah. Di Kamal Muara 81% responden bekerja sebagai nelayan, 17% sebagai pedagang sementara di Muara angke 93 % pekerjaan utama responden adalah nelayan, dan 7% adalah sebagai pedagang. Hanya di Kalibaru responden nelayan yang bekerja 100 % pada kegiatan penangkapan ikan. Informasi tersebut menunjukkan terdapat hubungan linier pekerjaan responden sebagai nelayan dan pedagang. Artinya walaupun sebagian besar responden tersebut bermata-pencaharian utama sebagai nelayan tetapi mereka merangkap sebagai pedagang, hal ini dilakukan untuk mendapat jaminan harga yang layak dari hasil tangkapan mereka, selain itu adalah untuk mendapat margin dari pemasaran ikan. Variasi pekerjaan terlihat pada istri nelayan, walaupun sebagian besar mereka sebagai ibu rumah tangga, tetapi terdapat istri nelayan yang bekerja sebagai pedagang, buruh dan pegawai swasta (umumnya pada pabrik di sekitar lokasi). Hal ini menunjukkan istri nelayan merupakan sumber penopang kehidupan ekonomi rumahtangga pada lokasi penelitian. Anak nelayan sebagian besar masih bersekolah, namun terdapat juga anak nelayan yang ikut bekerja sebagai nelayan: di Muara Angke (7%), Kamal Muara (9%), Kalibaru (4%), Cilincing (3%), dan Marunda (15%). Hal ini menunjukkan potensi tenaga kerja sebagai nelayan masih tetap ada di lokasi penelitian. Selain itu, sebagian anak nelayan tersebut bekerja sebagai buruh dan pegawai pada perusahaan swasta yang terdapat pada kawasan tersebut. Anak nelayan yang bekerja sebagai buruh terdapat di Marunda (11%) dan Muara angke (5%). Perlu dicatat, kecenderungan anak nelayan bekerja pada perusahaan swasta pada kawasan tersebut cukup besar, di Marunda sekitar 18%, di Cilincing 37%, Kalibaru 18%, Kamal Muara 1% dan Muara Angke 11%. Dengan kondisi sebaran mata pencaharian pada nelayan dan keluarganya itu, menunjukkan pembangunan Giant Sea Wall akan dapat menumbuhkan berbagai lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat, dengan catatan upah yang mereka terima harus lebih kompetitif. Saat ini jika mereka pada perusahaan reklamasi laut, upah yang 13

Vol. 1 No. 3, Desember 014 Pembangunan Giant Sea Wall: Bermanfaatkah Bagi Masyarakat Perikanan? mereka terima hanya Rp. 50 ribu per hari. Tingkat upah tersebut tidak kompetitif, sehingga sebagian besar masyarakat setempat tidak bekerja pada perusahaan reklamasi tersebut. - Pembudidaya Di Kalibaru dan Kamal Muara 100% responden hanya menjalankan usaha budidaya kerang hijau. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki areal budidaya kerang hijau yang luas di berbagai lokasi di Teluk Jakarta. Kawasan budidaya tersebut harus diawasi sehingga diperlukan waktu yang banyak untuk memantau kawasan budidaya tersebut. Di Kalibaru istri pembudidaya 33% bekerja sebagai pembudidaya dan sisanya 67% adalah ibu rumah tangga. Sementara anak pembudidaya selain bersekolah (60%), 40% lainnya bekerja pada perusahaan swasta yang ada di kawasan itu. Di Kamal Muara, 80% istri pembudidaya adalah ibu rumah tangga, 10% bekerja sebagai pembudidaya kerang hijau dan 10% sebagai pedagang kerang hijau. Sementara anak pembudidaya sekitar 8% bekerja sebagai pembudidaya, 8% sebagai pedagang, 58% bersekolah, 17% bekerja pada perusahaan swasta dan 8% sebagai buruh. Kelompok pembudidaya ini merupakan kelompok yang sangat rentan dari pembangunan Giant Sea Wall. - Pengolah Sebaran pekerjaan utama responden pengolahan di Kalibaru dan Kamal Muara. 80% responden pengolah di Kalibaru mengalokasikan waktu sebagai pengolah dan 0% mereka bekerja sebagi buruh. Sedangkan di Kamal Muara 88% dari responden tersebut merupakan pengolah dan 13% bekerja di bidang lainnya. Di Kalibaru istri pengolah 100% berusaha sebagai pengolah dan pada lokasi ini diperkirakan istri pengolah berperan sebagai pengelola usaha pengolahan dan dapat mengambil keputusan penting tentang usaha yang dijalankan. Sementara di Kamal Muara hanya sekitar 5% dari istri responden ikut bekerja sebagai pengolah, 75% istri nelayan lainnya adalah sebagai ibu rumah tangga. Selain itu, diketahui juga anak pengolah di Kalibaru sekitar 31% bekerja sebagai nelayan, 38% bekerja sebagai karyawan di perusahan swasta pada daerah tersebut, dan 31% di rumah mengurus rumahtangga. Hasil survey ini tidak mencatat terdapat anak pengolah bekerja sebagai pengolah atau yang masih bersekolah. Sementara itu di Kamal Muara 19% anak pengolah tersebut bekerja sebagai pengolah, 4% sebagai pedagang, 33% bersekolah, 4% bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta, dan masing-masing 10% mengurus rumah tangga dan usaha lainnya. Keragaman mata pencaharian tersebut hanya terlihat di Kamal Muara, hal ini diperkirakan karena pada lokasi ini terdapat berbagai fasilitas pendidikan, perusahaan swasta dan pasar yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. III. PROSPEK TUMBUHNYA USAHA BARU Berdasarkan uraian diatas dapat diprediksi, jika pembangunan Giant Sea Wall dapat diwujudkan maka pekerjaan yang terkait dengan produksi barang primer dan produk sekunder dari perairan akan terkena dampak yang luas, karena ekosistem dan sumber aktivitas ekonomi mereka akan hilang (Kusmana, 014). Namun, pembangunan tersebut akan mendorong tumbuhnya usaha baru yang lebih prospektif, baik yang terkait dengan perairan maupun yang terkait dengan jasa properti. Semua peluang itu memerlukan ketrampilan dan 133

Armen Zulham Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan dukungan pendampingan dan permodalan. Dukungan pelatihan dan asistensi tersebut harus sesuai dengan potensi usaha baru yang tumbuh, sehingga akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Peluang usaha baru itu antara lain adalah: jasa wisata bahari, perdagangan barang dan jasa untuk keperluan masyarakat setempat dan lain sebagainya (Zulham, et al, 014). Peluang usaha baru tersebut dapat menjadi mata pencaharian alternatif masyarakat karena, sebagian masyarakat bersedia di relokasi dan sisanya tidak bersedia direlokasi. Apalagi di Kamal Muara sekitar 58% nelayan tersebut tidak bersedia direlokasi. Di Muara Angke, Cilincing, Kalibaru dan Marunda persentase nelayan yang bersedia di relokasi ke lokasi lain lebih besar dari persentase nelayan yang tidak bersedia di relokasi. Nelayan tersebut bersedia direlokasi asalkan pemerintah memberi ganti untung dan lokasi yang baru tersebut dekat dengan laut dan telah disediakan berbagai fasilitas yang mendukung usaha penangkapan ikan. Sedangkan sekitar 40% pengolah di Kamal Muara, bersedia dipindahkan dengan mendapat kompensasi yang menguntungkan, dan sekitar 60% responden pengolah lainnya tidak ingin pindah dan tetap bertahan di lokasi. Perilaku mereka untuk bertahan ini terkait dengan investasi yang telah mereka bangun dilokasi dan jaringan usaha yang telah berkembang dengan baik. Apalagi di Kamal Muara terdapat pasar yang dimulai pada tengah malam sampai pukul 8.00 atau 9.00 pagi. REFERENSI Afrizal. 010. Menganalisis Dampak Sosial Pembangunan. Working Paper. Unspecified. Unpublished. http:// repositor y. Unand.ac.id/5. [0 Februari 014]. Hettne, B. 001. Teori Pembangunan dan Tiga Dunia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Kusmana, C. 014. Manggrove Teluk Jakarta: Kawasan Pantai DKI Jakarta. Muin, M. 011. Jakarta don't Need Giant Sea Wall. Ocean Engineering Research Group (OERG). Institut Teknologi Bandung Muslim, E. 014. Clear and Present Danger. Bahan disamapaikan pada diskusi terbatas pembangunan tentang Pembangunan G i a n t S e a Wa l l. K e m e n t e r i a n Perekonmian RI. Unpublish. Suharto, Edi. 008. Analisis Kebijakan Publik : Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung : Penerbit ALFABETA. Edisi revisi. 37 hal Zulham, A., Z, Nasution., R, Muhartono., Nurlaili., F, Nurpriatna. 014. Kajian Sosial Ekonomi Terhadap Rencana Pembangunan Giant Sea Wall. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanana. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. [Unpublished]. 134