Maltosa Mempertahankan Viabilitas Spermatozoa Epididimis Kerbau Belang yang Disimpan dalam Bentuk Cair

dokumen-dokumen yang mirip
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta 2. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong 3

Kualitas Spermatozoa Epididimis Kerbau Belang pada Penambahan Raffinosa sebagai Krioprotektan Ekstraseluler

Kualitas Semen Cair Asal Epididimis Kerbau Belang dalam Bahan Pengencer Andromed yang Mendapat Penambahan Sukrosa

Kualitas Semen Cair Domba Garut pada Penambahan Sukrosa dalam Pengencer Tris Kuning Telur

KUALITAS SPERMA SAPI BEKU DALAM MEDIA TRIS KUNING TELUR DENGAN KONSENTRASI RAFFINOSA YANG BERBEDA

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

POTENSI REPRODUKSI DAN UPAYA PENGEMBANGBIAKAN KERBAU BELANG TANA TORAJA

Kualitas Spermatozoa Kauda Epididimis Sapi Bali dengan Penambahan Laktosa atau Maltosa yang Dipreservasi pada Suhu 3 5 o C

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

Pengaruh Penambahan Trehalosa dalam Pengencer Tris terhadap Kualitas Semen Cair Domba Garut (Ovis aries)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT PADA PENGENCER SKIM KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BALI

PERAN MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

PENGARUH MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SEMEN BEKU GUNA MENDUKUNG KEBERHASILAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN

PENAMBAHAN BEBERAPA JENIS GULA DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS SPERMATOZOA BEKU ASAL EPIDIDIMIS TERNAK DOMBA

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

Peningkatan Kualitas Spermatozoa Epididimis Kerbau Belang yang Dikriopreservasi dengan Beberapa Konsentrasi Sukrosa

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Kualitas Spermatozoa Epididimis Anjing selama Penyimpanan pada Suhu 4 C

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan Beberapa Jenis Gula dalam Meningkatkan Kualitas Semen Beku Domba Garut

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

PENGARUH PENAMBAHAN LAKTOSA DI DALAM PENGENCER TRIS TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR DOMBA GARUT

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

PEMANFAATAN SARI WORTEL SEBAGAI PENGENCER ALTERNATIF SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI BALI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. DAYA TAHAN SPERMATOZOA SAPI FRISIEN HOLSTEIN DALAM BERBAGAI BAHAN PENGENCER PADA SUHU 5 o C BIDANG KEGIATAN : PKM-AI

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

INTEGRITAS SPERMATOZOA KERBAU LUMPUR (BUBALUS BUBALIS) PADA BERBAGAI METODE PEMBEKUAN SEMEN

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

Penambahan Fruktosa Mempertahankan Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Kalkun yang Disimpan pada Suhu 4 C

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

I. PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan daging di

Penambahan Vitamin C Pada Pengencer Fosfat Kuning Telur Semen Kalkun Yang Disimpan Pada Suhu 5 C

Daya Hidup Spermatozoa Epididimis Sapi Bali yang Dipreservasi pada Suhu 3 5 o C dalam Pengencer Tris dengan Konsentrasi Laktosa yang Berbeda

Z. Udin, Jaswandi, dan M. Hiliyati Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang ABSTRAK

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA PENGENCER YANG BERBEDA SELAMA PENDINGINAN

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

OPTIMALISASI KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT MELALUI PENAMBAHAN TREHALOSA KE DALAM PENGENCER TRIS KUNING TELUR

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta 2. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon 3

MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA SEMEN SEXING MENGGUNAKAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR DENGAN PENGENCER YANG BERBEDA

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inseminasi Buatan (IB)

KAJI BANDING KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN, DAN FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PROSES PEMBEKUAN

TEHNIK PENGENCERAN PADA PEMBUATAN CHILLING SEMEN SAPI

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

PENGARUH AIR KELAPA MERAH YANG MUDA DAN TUA SEBAGAI PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA PENYIMPANAN DINGIN

Motilitas Spermatozoa Sapi Brahman dengan Berbagai Konsentrasi dalam Pengencer CEP-D yang Disimpan dalamrefrigerator

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

Motility of Spermatozoa Brahman Bull in CEP-D Diluent with Egg Yolk Suplementation of Gallus sp. of Hisex Brown Strain during Refrigerator Storage

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

Transkripsi:

ISSN : 1411-8327 Maltosa Mempertahankan Viabilitas Spermatozoa Epididimis Kerbau Belang yang Disimpan dalam Bentuk Cair (MALTOSE MAINTAIN THE VIABILITY OF SPOTTED BUFFALO EPIDIDYMAL SPERMATOZOA DURING LIQUID STORAGE) Yulnawati 1*, Hera Maheshwari 2, Muhammad Rizal 3, Herdis 4 1* Pusat Penelitian Bioteknologi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jl. Raya Bogor km. 46, Cibinong, 16911, email: yulnawati@yahoo.com 2 Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Agatis, Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680 3 Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura, Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka, Ambon, 97233 4 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Gedung II BPPT Lt. 16, Jl. M. H. Thamrin No. 8, Jakarta Pusat, 10340 ABSTRACT A study to determine the effect of maltose supplement in andromed based semen extender on the viability of buffalo s epididymal spermatozoa following 12 and 24 hour storage as liquid semen. Epididymal spermatozoa were collected by combined methods of slicing, flushing and tissue pressure. The spermatozoa was then diluted with three different extenders, i.e Andromed only (A) as control, Andromed + 0.2% w/v Maltose (M1) and Andromed + 0.4% w/v Maltose (M2) as treatments. The percentages of progressively motil spermatozoa in the liquid semen in the following treatment of A, M1 and M2 were 48.33%; 53.33% and 55% respectively (after 12h of storage), and 45%; 46.67% dan 45% respectively (after 24h of storage). Besides, the percentage of live spermatozoa in A, M1 and M2 after 12h of storage were 70.33%; 72 % and 72.33 % and after 24h of storage were 66.33%; 70% and 70.67 %. In conclusion, the addition of 0.2% and 0.4% w/v maltose into Andromed extender could maintain the life of the spotted buffalo epididymal spermatozoa after storage for 4 C up to 24 hours. Key words: maltose, viability, epididymal spermatozoa, spotted buffalo PENDAHULUAN Kerbau belang (Tedong bonga) merupakan salah satu fauna khas Indonesia yang dipercaya masyarakat hanya dapat hidup dan berkembang biak di daerah Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Hewan ini memiliki fungsi sosial budaya yang sangat penting bagi masyarakat Toraja. Kerbau belang jantan selalu digunakan sebagai hewan persembahan pada setiap upacara adat, terutama pada saat upacara kematian. Sebagai akibatnya, populasi hewan ini terus menurun setiap tahunnya (Dinas Peternakan Kab. Tana Toraja, 2004). Salah satu upaya nyata yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya kepunahan tanpa mengganggu adat masyarakat setempat adalah dengan menyelamatkan saluran reproduksi berupa jaringan epididimis yang merupakan tempat penyimpanan spermatozoa pada saat pemotongan kerbau belang untuk upacara adat. Jaringan epididimis terutama pada bagian kauda merupakan tempat penyimpanan spermatozoa sebelum ejakulasi. Spermatozoa epididimis diketahui memiliki daya fertilitas yang sama dengan spermatozoa asal ejakulat (Hafez dan Hafez, 2000). Hal tersebut juga didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yang menggunakan berbagai jenis spesies seperti rusa eland (Bisset dan Bernard, 2005), anjing (Setiadi et al., 2007), kucing (Yulnawati dan Setiadi, 2005), sapi (Graham, 1994), dan kerbau afrika (Herrick et. al., 2004; Herold et al., 2004; Herold et al., 2006), diketahui memiliki kualitas setara dengan spermatozoa hasil ejakulasi. Spermatozoa pada epididimis kerbau belang dapat dikoleksi dengan berbagai metode, seperti penyayatan / slicing, aspirasi dan pembilasan / flushing. 126

Yulnawati etal Jurnal Veteriner Spermatozoa yang diambil dari epididimis tersebut selanjutnya dapat disimpan dalam bentuk cair mau pun beku menggunakan bahan pengencer yang mengandung zat-zat penting yang dibutuhkan sel spermatozoa selama penyimpanan. Persyaratan utama yang harus dimiliki oleh suatu bahan pengencer semen adalah mengandung sumber energi, buffer, dan antibiotik untuk mencegah pertumbuhan kuman (Toelihere, 1993). Di samping itu, penambahan bahan pelindung berupa senyawa krioprotektan juga perlu dilakukan untuk mempertahankan kualitas spermatozoa dengan cara mencegah kerusakan membran plasma sel selama penyimpanan pada suhu rendah. Menurut Supriatna dan Pasaribu (1992) senyawa krioprotektan terdiri atas dua golongan, yakni krioprotektan intraseluler dan ekstraseluler. Senyawa krioprotektan intraseluler seperti gliserol melindungi sel dengan cara masuk ke sitoplasma, sedangkan krioprotektan ekstraseluler seperti gula melindungi sel dari luar. Andromed sebagai bahan pengencer dasar yang telah dikomersialkan, terdiri dari tris hydroxy aminomethane sebagai buffer, fruktosa sebagai sumber energi, asam sitrat, gliserol sebagai cryoprotectant dan beberapa jenis antibiotik (Minitub 2001). Maltosa atau gula gandum termasuk golongan disakarida yang terdiri atas dua molekul glukosa. Maltosa diharapkan berfungsi ganda, yakni sebagai substrat sumber energi dan krioprotektan ekstraseluler bagi sel selama penyimpanan. Pada penelitian ini akan diamati pengaruh penambahan maltosa ke dalam bahan pengencer dasar Andromed terhadap kualitas spermatozoa yang diambil dari epididimis kerbau belang setelah 12 dan 24 jam penyimpanan pada suhu rendah (4 o C) dalam bentuk cair. METODE PENELITIAN Saluran kauda epididimis diperoleh saat pemotongan kerbau belang jantan pada upacara adat di Kecamatan Rante Pao, Kabupaten Tana Toraja. Saluran tersebut dibilas dan disimpan dalam larutan NaCl fisiologis (0,9%) sebagai media transportasi. Koleksi spermatozoa segera dilakukan dengan menggunakan kombinasi teknik slicing, pembilasan dan penekanan pada setiap jaringan kauda (Rizal et al., 2004) menggunakan larutan Andromed (Minitub, Germany) sebagai bahan pengencer. Spermatozoa hasil koleksi disentrifugasi dengan kecepatan 500 G selama 20 menit pada suhu kamar. Supernatan dibuang dan sedimen yang mengandung spermatozoa diencerkan kembali dengan bahan pengencer yang disesuaikan dengan perlakuan yang akan dilakukan. Jumlah pengencer yang digunakan disesuaikan berdasarkan hasil perhitungan konsentrasi yang telah dilakukan sebelumnya. Spermatozoa segar hasil koleksi dievaluasi kualitasnya meliputi persentase motilitas dan persentase spermatozoa hidup. Spermatozoa yang diperoleh dibagi ke dalam tiga bahan pengencer yang telah disiapkan, yaitu Andromed (A) sebagai kontrol, Andromed +Maltosa 0,2% w/v (M1) dan Andromed +Maltosa 0,4% w/v (M2) sebagai perlakuan. Pengamatan dilakukan setelah 12 dan 24 jam penyimpanan dalam bentuk cair pada suhu ±4 C. Peubah yang diamati terhadap kualitas spermatozoa yang diambil dari epididimis adalah: persentase motilitas dan persentase spermatozoa hidup. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari lima ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (Anova). Perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji beda nyata terkecil (Steel dan Torrie, 1993). Persentase motilitas progresif (bergerak ke depan) spermatozoa dihitung secara subjektif pada delapan lapang pandang yang berbeda dengan mikroskop cahaya, pembesaran lensa objektif 40x (Rasul et al., 2001). Angka yang diberikan berkisar antara 0 dan 100% dengan skala 5%. Untuk menghitung persentase hidup, digunakan pewarnaan eosin B. Spermatozoa hidup ditandai oleh kepala yang berwarna putih, sedangkan yang mati ditandai oleh kepala yang berwarna merah (Toelihere, 1993). Sedikitnya 200 spermatozoa dievaluasi menggunakan mikroskop cahaya pembesaran 400x untuk masing-masing peubah yang dievaluasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa setelah penyimpanan 12 dan 24 jam pada suhu 4 C, secara umum kualitas spermatozoa yang diambil dari epididimis kerbau belang cenderung mengalami penurunan (Tabel 1). Hal tersebut sesuai dengan 127

penelitian sebelumnya pada berbagai spesies hewan, bahwa motilitas dan viabilitas spermatozoa mengalami penurunan secara bertahap selama disimpan pada suhu 4 C (Bissett dan Bernard, 2005). Standar minimal persentase motilitas spermatozoa yang masih layak untuk digunakan pada kegiatan inseminasi buatan (IB) adalah sebesar 40% pada berbagai spesies ternak (Hafez dan Hafez, 2000). Persentase motilitas spermatozoa yang diambil dari epididimis dalam ketiga bahan pengencer pada 0 jam penyimpanan dalam penelitian ini adalah sebesar 65,00% (P>0,05). Namun, kemudian mengalami penurunan setelah disimpan selama 12 jam (A: 48,33%, M1: 53,33% dan M2: 55%). Secara statistika, tidak ada perbedaan nyata (P>0,05) persentase motilitas spermatozoa yang diambil dari epididimis kerbau belang setelah penyimpanan 12 dan 24 jam, dalam ketiga jenis bahan pengencer. Setelah 24 jam penyimpanan, persentase motilitas dalam bahan pengencer A, M1 dan M2 secara berturut-turut adalah 45,00; 46,67 dan 45,00%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setelah 24 jam penyimpanan pada suhu 4 C spermatozoa kerbau belang yang digunakan pada penelitian ini masih layak digunakan untuk IB. Penelitian pada semen cair asal ejakulat domba garut yang menggunakan bahan pengencer dasar Tris kuning telur ditambah maltosa 0,6 dan 1,2 % w/v menunjukkan persentase motilitas setelah disimpan 24 jam adalah sebesar 65,0 dan 67,5 % (Herdis, 2005). Perbedaan ini diduga akibat perbedaan jenis semen dan spesies ternak serta bahan pengencer yang digunakan. Persentase hidup spermatozoa yang diambil dari epididimis kerbau belang secara nyata lebih baik (P<0,05) dalam bahan pengencer perlakuan (M1 dan M2) daripada kontrol (A) setelah 24 jam penyimpanan pada suhu rendah. Diduga keberadaan maltosa sebagai tambahan substrat sumber energi dalam bahan pengencer dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa selama penyimpanan dalam bentuk cair. Di samping sebagai sumber energi, maltosa juga berperan sebagai krioprotektan ekstraseluler. Krioprotektan ekstraseluler diperlukan untuk melindungi membran plasma spermatozoa terhadap terjadinya kejutan dingin (cold shock) selama penyimpanan pada suhu rendah (4 C). Membran plasma sel yang baik akan memungkinkan proses metabolisme berjalan lancar, sehingga berpengaruh positif terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa. Gula dapat menjadikan membran plasma sel spermatozoa lebih stabil selama proses penyimpanan beku (Strauses et al., 1986; Anchordoguy et al., 1987; Bakas dan Disalvo, 1991). Gula juga memegang peranan penting dalam menurunkan kandungan garam larutan pengencer, sehingga dapat mengurangi solution effect (Supriatna dan Pasaribu, 1992). Hal tersebut menyebabkan gula dapat mencegah perusakan sel akibat meningkatnya kadar garam (Nicollajsen dan Hvidt, 1994). Penyimpanan pada suhu rendah (4 C) menyebabkan penurunan metabolisme dan mendekati apoptosis sel. Hal tersebut menyebabkan persentase motilitas dan hidup spermatozoa menurun seiring dengan lamanya masa penyimpanan. Oleh karena itu, ketersediaan substrat sumber energi yang cukup dalam bahan pengencer yang digunakan, memegang peranan penting untuk mempertahankan kualitas spermatozoa selama penyimpanan pada suhu rendah. Maltosa (C 12 H 22 O 11 ) merupakan gula disakarida yang terdiri atas dua unit glukosa (ikatan 1-4a). Unit glukosa tersebut akan dimetabolisme oleh sel melalui jalur glikolisis dan Tabel 1. Rataan persentase motilitas dan hidup spermatozoa yang diambil dari epididimis kerbau belang pada penyimpanan (4 C) dalam bentuk cair Perlakuan 0 jam (segar) 12 jam 24 jam % M % H-M % M % H-M % M % H-M Andromed (A) 65,00±0,00 a 76,00±2,83 a 48,33±2,36 a 70,33±0,47 a 45,00±4,08 a 66,33±1,25 a Maltosa 0,2 % (M1) 65,00±0,00 a 76,67±3,86 a 53,33±2,36 a 72,00±1,63 a 46,67±2,36 a 70,00±0,82 b Maltosa 0,4 % (M2) 65,00±0,00 a 79,33±2,49 a 55,00±4,08 a 72,33±0,94 a 45,00±4,08 a 70,67±1,25 b Ket. a,b Superskrip yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). M: Motilitas, H-M: jumlah spermatozoa yang hidup 128

Yulnawati etal Jurnal Veteriner siklus Krebs untuk menghasilkan energi berupa adenosine tri phospate (ATP). ATP sangat diperlukan oleh sel untuk pergerakan (motilitas) spermatozoa. Energi yang diperoleh dari hasil metabolisme fruktosa serta maltosa digunakan oleh sel untuk sintesis protein dalam rangka mempertahankan organel sel agar tetap aktif menjalankan fungsi sel. Menurut Subowo (1995) di dalam membran plasma sel terdapat banyak makromolekul seperti protein, liporotein, glikoprotein, dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai enzim, reseptor, saluran, atau pembawa (carrier). Makromolekul-makromolekul tersebut memfasilitasi lalu lintas masuk dan keluar sel seluruh substrat dan elektrolit yang dibutuhkan dalam proses metabolisme. Dalam kelompok perlakuan pada penelitian ini, penambahan maltosa ke dalam pengencer Andromed yang juga telah mengandung gula fruktosa terbukti dapat mempertahankan tingkat metabolisme sel lebih baik daripada bahan pengencer Andromed yang tidak mendapat penambahan maltosa (kontrol). SIMPULAN Dari hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa penambahan maltosa 0,2 dan 0,4% ke dalam bahan pengencer Andromed dapat mempertahankan motilitas dan jumlah spermatozoa hidup yang diambil dari epididimis kerbau belang setelah 24 jam penyimpanan 4 C. Di samping itu, setelah 24 jam penyimpanan dalam bentuk semen cair, spermatozoa yang diambil dari epididimis kerbau belang masih layak digunakan untuk kegiatan IB,. SARAN Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan hasil penelitian ini dalam kegiatan IB pada kerbau UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini didanai oleh DIPA BIOTROP 2008 dengan nomor kontrak No. 047.1/PSRP- SP/III/2008. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sub Dinas Peternakan Kabupaten Tana Toraja, Keluarga dr. Yulius dan Bapak Slamet Sumitro yang telah membantu dalam penyediaan peralatan laboratorium, pengadaan dan pengambilan sampel epididimis kerbau belang. DAFTAR PUSTAKA Anchordoguy TJ, Rudolph AS, Carpenter JF, Crowe JH.. 1987. Modes of interaction of cryoprotectants with membrane phospholipids during freezing. Cryobiology 24:324-331. Bakas LS, Disalvo EA. 1991. Effects of Ca 2+ on the cryoprotective action of trehalose. Cryobiology 28:347-353. Bissett C, Bernard RTF. 2005. The effect of prolongad cold storage of eland (Taurotragus oryx) kauda epididymides on the spermatozoa: possible implications for the conservation of biodiversity. Theriogenology 63: 1592-1604. Dinas Peternakan Kabupaten Tana Toraja. 2004. Laporan Tahunan. Graham JK. 1994. Effect of seminal plasma on the motility of epididymal and ejaculated spermatozoa of the ram and bull during cryopreservation process. Theriogenology 46:1151-1162. Hafez ESE, Hafez B. 2000. Reproduction in farm animals. 7 th Edition. Baltimore: Lippicott Williams & Wilkins. Herdis. 2005. Optimalisasi Inseminasi Buatan Melalui Aplikasi Teknologi Laserpunktur pada Domba Garut (Ovis aries). Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Herold FC, Aurich JE, Gerber D. 2004. Epididymal sperm from the African buffalo (Syncerus caffer) can be frozen successfully with Andromed â and Triladylä but the addition of bovine seminal plasma is detrimental. Theriogenology 61: 715-724. Herold FC, de Haas K, Colenbrander B, Gerber D. 2006. Comparison of equilibration times when freezing epididymal sperm from African buffalo (Syncerus caffer) using Triladylä or Andromed â. Theriogenology 66: 1123-1130. Herrick JR, Bartels P, Krisher RL. 2004. Postthaw evaluation of in vitro function of epididymal spermatozoa from four species of free-ranging African bovids. Biol. Reprod. 71: 948-958. Minitub. 2001. Certificate Andromed. Minitub Abfull und Labortechnik GmbH & Co KG. Germany. 129

Nicollajsen H, Hvidt A. 1994. Phase behaviour of the system trehalose-nacl-water. Cryobiology 31:199-205. Rasul Z, Ahmad N, Anzar M. 2001. Changes in motion characteristics, plasma membrane integrity and acrosome morphology during cryopreservation of buffalo spermatozoa. J Androl 22:278-283. Rizal M, Herdis, Boediono A. 2004. Daya hidup sperma epididimis domba setelah disimpan pada suhu rendah (5 C). J Anim Prod 6(1): 30-36. Setiadi MA, Yulnawati, Suprayogi A. 2007. Kualitas spermatozoa epididimis anjing selama penyimpanan pada suhu 4 C. JITV. 12 (2): 134-138. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Strausess G, Schurtenberger P, Huser H. 1986. The interaction of saccharides with lipid bilayer: Stabilizationduring freeze-thawing and freeze-drying. Biochem Biophys Acta 858:169-180. Subowo. 1995. Biologi Sel. Bandung: Angkasa. Supritana I, Pasaribu FH. 1992. In Vitro Fertilisasi, Transfer Embrio, dan Pembekuan Embrio. Bogor: Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Toelihere MR. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung: Angkasa. Yulnawati, Setiadi MA. 2005. Motilitas dan keutuhan membran plasma spermatozoa epididimis kucing selama penyimpanan pada suhu 4 C. J Med Vet 21(3): 100-104. 130