KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI IPA SMAN 1 AMBUNTEN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA GUNUNG SARI MAKASSAR JURNAL

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 4 BINTAN TAHUN AJARAN

Hubungan Antara Kebiasaan Membaca Dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 69 Kota Bengkulu

PENDAHULUAN. semakin pesat, terutama dalam teknologi percetakan maka semakin banyak. Dengan membaca siswa akan memperoleh berbagai informasi yang

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMK MANDIRI PONTIANAK TAHUN 2013

KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL

PENGARUH PENGUASAAN KONTEKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN OLEH SISWA KELAS VII SMP SWASTA JOSUA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh. Noni Nim

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING

Kata Kunci: Struktur, Ciri Kebahasaan, Menulis, Teks Prosedur Kompleks.

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SAPURAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS, KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MELANJUTKAN CERITA DI KELAS V SDN SUKASENANG 1 BANYURESMI GARUT MAKALAH.

HUBUNGAN PENGUASAAN RELASI MAKNA DENGAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KALIMAT KELAS IX SMP NEGERI 3 BARUSJAHE

Pengaruh Kemampuan Membaca Terhadap Kemampuan Menganalisis Resensi Buku Oleh Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA KEMAHIRAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAHIRAN MENULIS RINGKASAN TEKS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS MAITREYAWIRA

PENGARUH KEEFEKTIFAN MEMBACA CEPAT TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN SISWA MENGAPRESIASI CERPEN DI SMP

KEMAHIRAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XII SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MAITREYAWIRA TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Kata kunci: paragraf deskripsi, metode pembelajaran di luar ruang kelas

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF DENGAN KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF SISWA KELAS VIII SMP PENCAWAN MEDAN TAHUN PELAJARAN

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK

HUBUNGAN MEMBACA KRITIS DENGAN KEMAMPUAN MERESENSI NOVEL REMBULAN MERAH OLEH SISWA KELAS XI SMA DHARMA BAKTI MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Peningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Dengan Model Cooperative Think Pair Sahre Pada Siswa Kelas XI Ipa 3 MAN Model Singkawang

PENGUASAAN KOSAKATA BAKU BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR. Oleh Ismawirna*

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tersebut kita mampu berkomunikasi dengan orang-orang Indonesia di

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN METODE MIND MAPPING

Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Keterampilan Menulis Paragraf Deduktif siswa kelas XI SMA Negeri I Dua Koto Kabupaten Pasman.

MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu

Oleh Rezki Agus Pandai Yani Tanjung

PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF DAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI PADA SISWA SMP

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN SISWA MENGAPRESIASI CERPEN DI SMP

SKRIPSI. Oleh: AVANDA MELAWATI NIM

Oleh: Eko Gusnawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia

Oleh: Sinta Anggun Destyanningrum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

`KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS X2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENCERITAKAN KEMBALI DI SMA NEGERI 1 SOLOK SELATAN

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING PADA SISWA KELAS V SDN CILALAWI

KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VI SDN 1 JOSARI KABUPATEN PONOROGO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SUGESTIF MELALUI MEDIA FILM KARTUN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 43 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis

Hubungan Kemampuan Menggunakan Diksi Dalam Menulis Puisi Siswa Kelas VII MTs. Al Hidayah Laras

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Ditinjau dari obyeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field

Hubungan Kemampuan Membaca Intensif Terhadap Kemampuan Ide Pokok Dalam Wacana Siswa Kelas VII MTs Muhammadyah 25 Marubun Jaya

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KETERAMPILAN MENULIS RESENSI NOVEL KARYA GOL A. GONG SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS RANGKUMAN DENGAN METODE INKUIRI DI KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH KADUNGORA GARUT MAKALAH. Oleh. Dede Anisa 1021.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI MELALUI MEDIA KARIKATUR PADA SISWA KELAS XI SMK BATIK PERBAIK PURWOREJO TAHUN AJARAN 2013/2014

MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE POINT

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BATANG KAPAS ARTIKEL ILMIAH

PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS X SMAN 14 GARUT TAHUN AJARAN MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

KORELASI ANTARA HASIL BELAJAR SISWA SEMESTER AKHIR DENGAN HASIL UJIAN AKHIR NASIONAL SISWA KELAS VI SD NEGERI 13 SUNGAI KAWAT. Dwi Cahyadi Wibowo 1

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI DENGAN MEDIA KARIKATUR PADA SISWA KELAS XI SMK TAMTAMA PREMBUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KEMAMPUAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 KOTA GORONTALO MEMBEDAKAN FAKTA DAN OPINI PADA EDITORIAL GORONTALO POST OLEH ABSTRAK

Ahmad Nurul Hidayat. Mahasiswa Magiter Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: korelasi, strategi metakognitif, menyimak, membaca

PENGARUH MEDIA AUDIO DIDUKUNG MEDIA BAGAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR CERITA SISWA KELAS V SDN CAMPUREJO 2 KOTA KEDIRI

Volume 7 Nomor 2-Juli 2016 ISSN:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Rahmat Kartolo 1 Sutikno 2 Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Abstrak

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS XI SMK SETIA KARYA DEPOK

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Herni Febri Ariastanti Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRAMATISASI PADA SISWA KELAS X SMA YPI SUKAWENING GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MALAKAH

M A K A L A H. Disusun oleh : NURHAYATI NIM

HUBUNGAN PENGUASAAN KALIMAT EFEKTIF DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO OLEH SISWA KELAS XI SMA IPA BUDI ANGUNG MEDAN

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

Analisis Kesalahan Ortografi dalam Karangan Narasi Berbahasa Jawa Siswa Kelas XI di SMA N 6 Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013

PENERAPAN TEKNIK GROUP CLOSE DALAM MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII SMP PEMBANGUNAN UNP PADANG

L I S N I A W A T I NPM

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL. Disusun dan diajukan oleh: FERNANDO M N NIM Telah Diverifikasi dan Dinyatakan Memenuhi Syarat. untuk Diunggah pada Jurnal Online

BAB I PENDAHULUAN. tulisan. Keterampilan dan kemampuan berbahasa sangat berhubungan erat dengan

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INKUIRI PADA SISWA KELAS IX

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

Oleh: Istiana Ita Saputri NIM Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen keterampilan.

MODEL PEMBELAJARAN BERPIDATO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MEMORITER PADA SISWA DI KELAS VIII SMPN 5 TAROGONG TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGARUH PERSEPSI SISWA PADA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN METODE INQUIRY DI KELAS V MI ISLAMIYAH PAMOYANAN

Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Pembelajaran Video Stop Motion Untuk Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Semanu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati

Jurnal Noken 2(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

ASMUNI UPTD Pendidikan TK dan SD Kec. Pagu Kab. Kediri

KONTRIBUSI PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 IV NAGARI BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN METODE CONTEKSTUAL TEACHING and LEARNING PADA KELAS XI SMAN 1 TAROGONG KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 26 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata menduduki posisi yang sangat penting, dalam keterampilan berbahasa. Hal ini didukung oleh pendapat Keraf (2003:10) yang menyatakan bahwa,

Oleh: Prihatini Mualifah Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

PEMBELAJARAN MENDENGARKAN ISI BERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMPN 2 MALANGBONG GARUT MAKALAH

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

Oleh: lis Supriyati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Transkripsi:

KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI IPA SMAN 1 AMBUNTEN Drs. Sauturrasik Pengajar SMANegeri 1 Ambunten joni.santoso19@yahoo.co.id ABSTRAK Sebagian besar soal-soal Ujian Akhir Sekolah menuntut pemahaman siswa dalam mencari dan menentukan pikiran pokok, kalimat utama, membaca grafik, alur/plot, amanat, setting, dan sebagainya. Tanpa kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, mustahil siswa dapat menjawab soal-soal tersebut. Di sinilah peran penting membaca pemahaman untuk menentukan jawaban yang benar. Belum lagi dengan adanya standar nilai kelulusan, hal ini memicu guru bahasa Indonesia khususnya untuk dapat mencapai target nilai tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ambunten? Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar korelasi antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ambunten. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Analisis Korelasional. Populasi siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ambunten tahun ajaran 2014-2015 terdiri dari tiga kelas, dengan jumlah siswa 102 orang. Adapun sampel yang akan diteliti sejumlah 50 orang, Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling (acak). Random ini dilakukan dengan cara pengundian. Berdasarkan Hasil penelitian statistik menunjukkan bahwa nilai r hitung adalah 0,754 sedangkan r tabel adalah 0,279 dengan batas signifikasi 5%. Artinya bahwa nilai r hitung lebih besar daripada nilai r tabel, yakni 0,754> 0,279.Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan hipotesis yang diajukan bahwa H 0 ditolak pada taraf signifikasi 5%. Sedangkan hipotesis alternatif (H 1 ) diterima, yang berarti terdapat korelasi yang positif antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman. Kriteria tingkat korelasi di atas, di mana nilai r hitung adalah 0,754 berarti berada pada rentang nilai di antara 0,600 sampai dengan 0,800, maka dapat dikatakan bahwa nilai-nilai kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ambunten mempunyai tingkat korelasi cukup. Kata Kunci : Kebiasaan Membaca, Kemampuan Membaca Pemahaman, Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, terutama dalam teknologi percetakan maka semakin banyak informasi yang tersimpan di dalam buku. Pada semua jenjang pendidikan, kemampuan membaca menjadi skala prioritas yang harus dikuasai siswa. Dengan membaca siswa akan memperoleh berbagai informasi yang sebelumnya belum pernah didapatkan. Semakin banyak membaca semakin banyak pula informasi yang diperoleh. Oleh karena itu, membaca merupakan jendela dunia, siapa pun yang membuka jendela tersebut dapat melihat dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi. Baik peristiwa yang terjadi pada masa lampau, sekarang, bahkan yang akan datang. Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca. Oleh karena itu, sepantasnyalah siswa harus melakukannya atas dasar kebutuhan, bukan karena suatu paksaan. Jika siswa Jurnal Lensa, Volume 5 Jilid I Mei 2015 25

membaca atas dasar kebutuhan, maka ia akan mendapatkan segala informasi yang ia inginkan. Namun sebaliknya, jika siswa membaca atas dasar paksaan, maka informasi yang ia peroleh tidak akan maksimal. Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang yang tertulis semata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca, agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya agar lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya. Kegiatan membaca juga merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat aktif reseptif. Dikatakan aktif, karena di dalam kegiatan membaca sesungguhnya terjadi interaksi antara pembaca dan penulisnya, dan dikatakan reseptif, karena si pembaca bertindak selaku penerima pesan dalam suatu korelasi komunikasi antara penulis dan pembaca yang bersifat langsung. Bagi siswa, membaca tidak hanya berperan dalam menguasai bidang studi yang dipelajarinya saja. Namun membaca juga berperan dalam mengetahui berbagai macam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Melalui membaca, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui dan dipahami sebelum dapat diaplikasikan. Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis sedangkan pendapat DP Tampubolon, Membaca merupakan satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Adapun kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu : a. Keterampilan menyimak/mendengarkan (Listening Skills) b. Keterampilan berbicara (Speaking Skills) c. Keterampilan membaca (Reading Skills) d. Keterampilan Menulis (Writing Skills) Empat keterampilan berbahasa tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat satu sama lain, dan saling berkorelasi. Seorang bayi pada tahap awal, ia hanya dapat mendengar, dan menyimak apa yang di katakan orang di sekitarnya. Kemudian karena seringnya mendengar dan menyimak secara berangsur ia akan menirukan suara atau kata-kata yang didengarnya dengan belajar berbicara. Setelah memasuki usia sekolah, ia akan belajar membaca mulai dari mengenal huruf sampai merangkai huruf-huruf tersebut menjadi sebuah kata bahkan menjadi sebuah kalimat. Kemudian ia akan mulai belajar menulis huruf, kata, dan kalimat. Keterampilan berbahasa berkorelasi dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. sehingga ada sebuah ungkapan, bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Kegiatan membaca perlu dibiasakan sejak dini, yakni mulai dari anak mengenal huruf. Jadikanlah kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan dan menjadi hal yang menyenangkan bagi siswa. Membaca dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja asalkan ada keinginan, semangat, dan motivasi. Jika hal ini terwujud, diharapkan membaca dapat menjadi bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan seperti sebuah slogan yang mengatakan tiada hari tanpa membaca. Tentunya ini memerlukan ketekunan dan latihan yang berkesinambungan untuk melatih kebiasaan membaca agar kemampuan membaca, khususnya membaca pemahaman dapat 26 Jurnal Lensa, Volume 5 Jilid I Mei 2015

dicapai. Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Kenyataan menunjukkan soal-soal Ujian Akhir Sekolah (UAS) sebagian besar menuntut pemahaman siswa dalam mencari dan menentukan pikiran pokok, kalimat utama, membaca grafik, alur/plot, amanat, setting, dan sebagainya. Tanpa kemampuan membaca pemahaman yang tinggi, mustahil siswa dapat menjawab soal-soal tersebut. Di sinilah peran penting membaca pemahaman untuk menentukan jawaban yang benar. Belum lagi dengan adanya standar nilai kelulusan, hal ini memicu guru bahasa Indonesia khususnya untuk dapat mencapai target nilai tersebut. Inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui bagaimana kebiasaan membaca dan pemahaman siswa di Sekolah Menengah Atas. Penulis akan menuangkannya dalam skripsi dengan judul Korelasi Antara Kebiasaan Membaca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Kelas XI IPA SMAN 1 Ambunten. METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Korelasional. b. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang penulis gunakan, yaitu : 1. Variabel Bebas Sebagai variabel bebasnya adalah kebiasaan membaca yang dilambangkan dengan huruf X. 2. Variabel Terikat Sebagai variabel terikatnya adalah kemampuan membaca pemahaman yang dilambangkan dengan huruf Y. c. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dari dua sumber yakni data nilai angket kebiasaan membaca dari hasil pengisian angket, dan nilai kemampuan membaca pemahaman dari hasil tes kemampuan membaca pemahaman. Penulis terlebih dahulu membagikan angket/kuesioner tentang kebiasaan membaca yang berjumlah 20 pertanyaan kebiasaan membaca yang berbentuk pilihan ganda dengan pilihan A, B, C, D, atau E. Instrumen angket kebiasaan membaca digunakan nilai/skor antara 1 sampai dengan 5. Skor 1 untuk jawaban E, skor 2 untuk jawaban D, skor 3 untuk jawaban C, skor 4 untuk jawaban B, dan skor 5 untuk jawaban A. Jadi masing-masing pilihan jawaban itu dimaksudkan untuk melambangkan perbedaan kadar atau kualitas kebiasaan membaca yang dimiliki siswa secara tafsiran kuantitatif. Kemudian melakukan tes kemampuan membaca pemahaman siswa dengan memberikan soal isian singkat dengan jumlah soal sepuluh. Dengan kriteria penilaian setiap jawaban yang benar diberi nilai/skor sepuluh. d. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah tes, dan non tes. Tes dilakukan dengan memberikan soal-soal isian yang berjumlah 10. Sedangkan untuk instrumen non tes dengan memberikan angket/kuesioner tentang data kebiasaan membaca siswa. Angket/Kuesioner yang diberikan berbentuk pilihan ganda, sebuah daftar pertanyaan di mana responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan kebiasaan membacanya masing-masing dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang dipilih (tes dan angket terlampir). e. Teknik Analisis Data Prosedur yang dilaksanakan dalam menganalisis data sebagai berikut : Jurnal Lensa, Volume 5 Jilid I Mei 2015 27

1. Pemeriksaan dan pemberian nilai pada setiap angket dan hasil tes. 2. Untuk angket/kuesioner kebiasaan membaca diberi nilai antara 1 sampai dengan 5. 3. Hasil tes kemampuan membaca pemahaman, setiap jawaban yang benar diberi nilai sepuluh, jawaban yang mendekati benar diberi nilai 5, dan yang salah diberi nilai nol. 4. Menghitung hasil nilai angket/ kuesioner kebiasaan membaca siswa yang dijadikan sampel dengan simbol X, X 2, dan XY. 5. Menghitung hasil nilai kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan simbol Y, Y 2, dan XY. 6. Menjumlahkan hasil perkalian antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman. 7. Menghubungkan kedua nilai tersebut dengan menggunakan rumus korelasi product moment, untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan pada kedua variabel tersebut. Adapun rumus korelasi product moment yang digunakan penulis adalah sebagai berikut : Keterangan : r xy = Korelasi antara variabel X dan Y X = Hasil kebiasaan membaca siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ambunten Y = Hasil kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ambunten XY = Hasil kali dua variabel antara X dan Y N = Jumlah sampel penelitian PEMBAHASAN Berikut ini adalah data yang dikumpulkan penulis dari dua sumber, yakni data nilai tes kebiasaan membaca dan nilai tes kemampuan membaca pemahaman. Tabel 1. Hasil Tes Kebiasaan Membaca No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai 1 AR 80 11 KU 76 21 RS 77 31 SD 76 41 ARF 79 2 AN 79 12 KJ 77 22 RY 79 32 SH 77 42 ARM 80 3 AF 76 13 KR 80 23 RE 79 33 SAR 82 43 ARN 76 4 BQ 79 14 LO 76 24 RP 75 34 UA 80 44 AMH 75 5 CN 79 15 MB 80 25 R 77 35 ZR 76 45 ATK 75 6 D 79 16 MH 78 26 RD 78 36 HM 80 46 AFD 77 7 E 75 17 NF 79 27 R 78 37 AY 80 47 BR 75 8 FR 80 18 NH 79 28 SA 75 38 AW 77 48 BTD 75 9 GU 77 19 NT 78 29 SM 77 39 ARS 76 49 ES 80 10 H 80 20 NH 78 30 SN 80 40 AFS 77 50 FS 80 JUMLAH 3.893 Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat bahwa dari 50 siswa yang mengikuti tes kebiasaan membaca terdapat 7 orang yang mendapat nilai 75, 7 orang yang mendapat nilai 76, 9 orang yang mendapat nilai 77, 5 orang yang mendapat nilai 78, 9 orang yang mendapat nilai 79, 12 orang yang mendapat nilai 80, 1 orang yang mendapat nilai 82. Dari hasil tersebut dapat diketahui nilai rata-rata sebesar 77,86. 28 Jurnal Lensa, Volume 5 Jilid I Mei 2015

Tabel 2. Hasil Tes Kemampuan Membaca Pemahaman No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai 1 AR 85 11 KU 80 21 RS 80 31 SD 80 41 ARF 85 2 AN 85 12 KJ 80 22 RY 90 32 SH 80 42 ARM 85 3 AF 80 13 KR 85 23 RE 85 33 SAR 90 43 ARN 80 4 BQ 85 14 LO 80 24 RP 80 34 UA 85 44 AMH 80 5 CN 85 15 MB 85 25 R 80 35 ZR 80 45 ATK 85 6 D 90 16 MH 80 26 RD 85 36 HM 85 46 AFD 80 7 E 80 17 NF 90 27 R 85 37 AY 85 47 BR 80 8 FR 85 18 NH 85 28 SA 80 38 AW 80 48 BTD 80 9 GU 85 19 NT 80 29 SM 80 39 ARS 80 49 ES 85 10 H 85 20 NH 80 30 SN 85 40 AFS 80 50 FS 85 JUMLAH 4.150 Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat bahwa dari 50 siswa yang mengikuti tes kemampuan membaca pemahaman terdapat 24 orang yang mendapat nilai 80, 22 orang yang mendapat nilai 85, 4 orang yang mendapat nilai 90. Dari hasil tersebut dapat diketahui nilai rata-rata sebesar 83,00. a. Deskripsi Data Setelah Penulis memperoleh data sampel penelitian dalam hal kebiasaan membaca dan membaca pemahaman siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ambunten, Penulis dapat mengetahui rata-rata tingkat kebiasaan membaca siswa tergolong tinggi, dengan rata-rata skor 77,86. Begitu pula dengan data kemampuan membaca pemahaman siswa tergolong tinggi dengan rata-rata skor 83,00. b. Analisis Data Data yang telah dikumpulkan kemudian Penulis hitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment, yakni : N xy - x y r xy 2 2 2 N x - x N y - y 2 Diketahui : N = 50 X = 3.893 Y = 4.150 X 2 = 303.281 Y 2 = 344.950 XY = 323.340 (X) 2 = 15.155.449 (Y) 2 = 17.222.500 r xy = r xy = r xy = N xy - x y N x 2 - x 2 N y 2 - y 2 50 x 323.340-3.893 4.150 50 x 303.281-15.155.449 50 x 344.950-17.222.500 16.167.000-16.155.950 15.164.050-15.155.449 17.247.500-17.222.500 11.050 = 8.601 x 25.000 11.050 = 215.025.000 11.050 0,754 r hitung 14.663,73 = Jurnal Lensa, Volume 5 Jilid I Mei 2015 29

Dari hasil penelitian statistik di atas, diketahui bahwa nilai r hitung adalah 0,754 sedangkan r tabel adalah 0,279 dengan batas signifikasi 5%. Artinya bahwa nilai r hitung lebih besar daripada nilai r tabel, yakni0,754>0,279. Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan hipotesis yang diajukan bahwa H 0 ditolak pada taraf signifikasi 5%. Sedangkan hipotesis alternatif (H 1 ) diterima, yang berarti terdapat korelasi yang positif antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman. Untuk menyatakan dan menentukan tingkat korelasi antara kebiasaan membaca dan kemampuan membaca pemahaman. Penulis menggunakan kriteria rentang nilai korelasi koefisien yang Penulis kutip dari buku acuan Suharsimi Arikunto. Adapun kriterianya sebagai berikut : 0,800 s.d 1,000 = Tinggi 0,600 s.d 0,800 = Cukup 0,400 s.d 0,600 = Agak rendah 0,200 s.d 0,400 = Rendah 0,000 s.d 0,200 = Sangat rendah (tidak ada korelasi) Berdasarkan kriteria tingkat korelasi di atas, di mana nilai r hitung adalah 0,754 berarti berada pada rentang nilai di antara 0,600 sampai dengan 0,800, maka dapat dikatakan bahwa nilai-nilai kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ambunten mempunyai tingkat korelasi cukup. c. Interpretasi Data Dari hasil pengumpulan dan pengelolaan data, dapat diberikan interpretasi terhadap kebiasaan membaca dan kemampuan membaca pemahaman. Untuk memberikan interpretasi terhadap data, penulis menggunakan acuan nilai sebagai berikut: Untuk nilai 0 s.d 60 rendah Untuk nilai 61 s.d 75 sedang Untuk nilai 76 s.d 100 tinggi Untuk kebiasaan membaca, pada umumnya siswa memiliki tingkat kebiasaan membaca tinggi. Hal ini terbukti dari 50 siswa hanya terdapat 7 orang yang memiliki kebiasaan membaca tingkat sedang dan 43 orang memiliki tingkat kebiasaan yang tinggi. Artinya hanya 14% yang memiliki kebiasaan membaca tingkat sedang dan 86% memiliki kebiasaan membaca tingkat tinggi. Demikian pula kemampuan membaca pemahaman, semua siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman tingkat tinggi. Ini terbukti dari 50 siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman tingkat tinggi. Artinya 100% siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman tingkat tinggi. d. Usaha Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Banyak usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengembangkan minat dan kebiasaan membaca. Namun usaha-usaha itu memiliki sasaran yang berbeda. Bagi anak-anak yang belum dapat membaca, bertujuan utama untuk menumbuhkan minat membaca, yang sendirinya juga untuk mencapai kesiapan membaca. Akan tetapi, bagi anak-anak yang sudah dapat membaca, usaha-usaha itu mempunyai tujuan bukan hanya menumbuhkan, melainkan juga mengembangkan minat dan kebiasaan membaca. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Pengaruh dan Peranan Orang tua Komisi Plowden (1964) mengadakan survei nasional atas Sekolah-sekolah Dasar menyimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi kemajuan anak di sekolah adalah tingkat perhatian orang tua pada anak di rumah. Begitu pula Komisi Bullock (1975) menyimpulkan penelitiannya 30 Jurnal Lensa, Volume 5 Jilid I Mei 2015

bahwa peranan orang tua sangat menentukan dalam pendidikan anak, terutama pada tingkat prasekolah dan SD, khususnya dalam membaca dan perkembangan bahasa. Pengaruh dan peranan orang tua dapat dilakukan dengan: a) Mendorong perkembangan bahasa anak. b) Menjadi teladan dalam membaca. c) Membaca dan bercerita. d) Bermain dengan bacaan dan tulisan. e) Memanfaatkan sarana-sarana lingkungan Mendorong perkembangan bahasa anak dapat dilakukan terutama melalui percakapan-percakapan dengan anak. Cara mendorong perkembangan bahasa anak yaitu melalui peniruan, penyempurnaan, pengomentaran, dan responsi dorongan. Orang tua harus menjadi teladan bukan hanya dalam kehidupan keluarga dan masyarakat umumnya, tetapi juga dalam membaca. Bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak. Bermain-main dengan bacaan dan tulisan menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca dan menulis dalam diri anak-anak. Selain dari kegiatan-kegiatan di rumah dengan memanfaatkan sarana-sarana yang ada, orang tua juga perlu memanfaatkan berbagai sarana yang terdapat dalam lingkungan seperti toko buku, perpustakaan, kantor pos, televisi (TV), plaza, dan toko swalayan, dan lain-lain. 2) Membaca Dini Membaca dini ialah membaca yang diajarkan secara terprogram (secara formal) kepada anak prasekolah. DP. Tampubolon mengemukakan ada empat keuntungan mengajar anak membaca dini dilihat dari segi proses belajar mengajar: a) Belajar membaca dini memenuhi rasa ingin tahu anak. b) Situasi akrab dan informal di rumah dan di kelompok bermain (KB) atau taman kanak-kanak (TK) merupakan faktor yang kondusif bagi anak untuk belajar. c) Anak-anak yang berusia dini pada umumnya perasa dan mudah terkesan, serta dapat diatur. d) Anak-anak yang berusia dini dapat mempelajari sesuatu dengan mudah dan cepat. Bertitik tolak dari pengertian bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, dan membaca dini merupakan usaha mempersiapkan anak memasuki pendidikan dasar, DP. Tampubolon menyebutkan lima prinsip pokok membaca dini, yaitu: a) Materi bacaan harus terdiri dari kata-kata, frase-frase, dan kalimat-kalimat. Ini berarti bahwa bacaan itu harus mempunyai makna yang dapat dipahami oleh anak. b) Membaca terutama didasarkan pada kemampuan memahami bahasa lisan, dan bukan pada kemampuan berbicara. c) Mengajarkan membaca bukan mengajarkan aspek-aspek kebahasaan seperti tata bahasa, kosa kata, dan lain-lain, dan bukan mengajarkan logika atau cara berpikir (walaupun membaca tidak terlepas dari proses berpikir). Bahan-bahan pelajaran membaca dini haruslah yang berada dalam ruang lingkup kemampuan bahasa dan berpikir anak. Jurnal Lensa, Volume 5 Jilid I Mei 2015 31

d) Membaca tidak harus bergantung pada pengajaran menulis. Ini berarti bahwa anak dapat diajar membaca, walaupun dia belum dapat menulis. e) Pengajaran membaca harus menyenangkan bagi anak. Dari penjelasan di atas kiranya dapat dilihat bahwa pengajaran membaca adalah bersifat individual. Program dan metode harus disesuaikan dengan perkembangan setiap anak. Dengan demikian, pada dasarnya orang tua atau guru KB atau TK dapat juga menyusun dan mengembangkan program (bahan-bahan pelajaran) nya sendiri dan juga metode mengajar sesuai dengan perkembangan anak atau anak-anak yang bersangkutan. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui nilai r hitung adalah 0,754 sedangkan r tabel adalah 0,279 pada taraf signifikasi 5%. Dengan demikian hipotesis nol (H 0 ) dinyatakan ditolak, sedangkan hipotesis penelitian (H 1 ) dinyatakan diterima, artinya bahwa terdapat korelasi yang positif antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca. 2. Kebiasaan membaca siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ambunten memiliki rata-rata yang cukup tinggi. 3. Kemampuan membaca pemahamannya juga dapat dikatakan mencapai pada taraf rata-rata yang cukup tinggi. b. Saran 1. Hendaknya siswa memiliki kebiasaan membaca yang tinggi, agar kemampuan membaca pemahaman dapat dicapai. 2. Hendaknya guru dapat meningkatkan kebiasaan membaca siswa dengan menambah jam wajib kunjung ke perpustakaan. 3. Hendaknya pihak sekolah mendukung usaha tersebut dengan memperhatikan fasilitas yang dapat menunjang, seperti menambah jumlah koleksi buku di perpustakaan. Hal ini penting dilakukan agar dapat memicu semangat dan motivasi siswa untuk membaca. 4. Hendaknya orang tua dapat memberikan contoh kepada anak dalam hal kebiasaan membaca agar dapat membentuk budaya baca. DAFTAR PUSTAKA Akhmad, S.H. 1996. Membaca 2. Jakarta: Cipta Karya. Arikunto, Surhasimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta. Burhan, Jazir. 1971. Problema Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: GanatoNV. Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Harimurti Kridalaksana. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia. Heryanto, Yusuf. 2002. Pengantar Linguistik. STKIP Muhammadiyah Bogor. Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Cetakan XI. Nusa Indah. Ende-Flores. Mulyati, Yet. 1997, Membaca. Jakarta: Cipta Karya. Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV. Sinar Baru. Rita. 1996. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga. Rosidi, Ajib. 1983. Pembinaan Minat Baca Bahasa dan Sastra. Bina Ilmu. Surabaya. Soedarso. 1989. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT. Gramedia. Sudjana. 1989. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. 32 Jurnal Lensa, Volume 5 Jilid I Mei 2015

Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Suhendar, ME. dan Pien Supinah. 1992. Pengajaran dan Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis. Bandung: Pionir Jaya. Sukardi, Dewa Ketut. 1987. Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak. Jakarta: Ghalia Indonesia. Tampulonon, DP. 1987. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Walija. 1996. Komposisi Mengolah Gagasan Menjadi Karangan. Jakarta: Penebar Aksara. Jurnal Lensa, Volume 5 Jilid I Mei 2015 33

34 Jurnal Lensa, Volume 5 Jilid I Mei 2015