IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB V KESIMPULAN. 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. serta bagian selatan adalah Kabupaten Bantul, Provinsi D.I Yogyakarta.

Lampiran I.34 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH DAN KAWASAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

BAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta Gambaran Umum Wilayah Sleman

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

Bab II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Direktorat Jenderal Pajak DIY

4/12/2009. Water Related Problems?

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

Buletin Edisi Oktober Tahun 2016 KATA PENGANTAR

BAB III TINJAUAN WILAYAH DAN KAWASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Buletin Edisi September Tahun 2016 KATA PENGANTAR

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

Buletin Bulan Mei Tahun 2016 KATA PENGANTAR

KEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

KEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI

Buletin Edisi November Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi Januari Tahun 2017 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata dengan jumlah penduduk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SEKTOR PERIKANAN. 1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Buletin Edisi Juli Tahun 2016 KATA PENGANTAR

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

Buletin Edisi Agustustus Tahun 2016 KATA PENGANTAR

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

KEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Sleman, Februari 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI MLATI. AGUS SUDARYATNO, S.Kom, MM NIP

Buletin Edisi April 2018 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan. Di Indonesia,

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TURI DAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Buletin Bulan Januari Tahun 2016 PENGANTAR

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

Buletin Bulan April Tahun 2016 PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. Youdastyo / Kompleks Wisata Perikanan Kalitirto I- 1

Buletin Bulan Juni Tahun 2016 KATA PENGANTAR

KLASIFIKASI LAHAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB IV. A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Buletin Bulan Maret Tahun 2016 PENGANTAR

Buletin Bulan Februari Tahun 2016 PENGANTAR

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN TENTANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN DAN KAWASAN CA/TWA GUNUNG GAMPING

PROFIL SANITASI SAAT INI

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

HUBUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DENGAN KETERSEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN SLEMAN DAN KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TINJAUAN LOKASI

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

Nama Penerima 1 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Utara 2 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Barat 3 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Timur 4 UPT Pengelola

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan, sedangkan Kabupaten Bantul terletak pada 07 44 04 08 00 27 Lintang Selatan dan 110 12 34 110 31 08 Bujur Timur. Kabupaten Sleman memiliki luas wilayah sebesar 57.482 Ha atau 574,829 Km persegi atau sekitar 18% dari luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 3.185,80 Km persegi dengan jarak terjauh Utara Selatan 32 Km, Timur Barat 35 Km, sedangkan Kabupaten Bantul memiliki luas wilayah lebih kecil dibandingkan Kabupaten Sleman, yaitu sebesar 506,850 Km persegi. Secara administratif pembagian wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1. Peta administratif Daerah Istimewa Yogyakarta

B. Kondisi Penduduk Jumlah penduduk setiap wilayah cenderung meningkat setiap tahun. Jumlah penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 2011 dan 2012 sebesar 1,168 dan 1,136 juta menjadi 1,141 juta jiwa pada tahun 2013. Jumlah penduduk Kabupaten Bantul pada tahun 2011 dan 2012 sebesar 921 ribu dan 927 ribu jiwa menjadi 955 ribu jiwa pada tahun 2013. Laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang tinggi menimbulkan potensi cemaran dan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan kawasan jasa/industri. Pertumbuhan penduduk juga berdampak perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat menjadi kurang terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai dihuni oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai. Secara umum dan lebih lengkap kepadatan penduduk kedua wilayah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1 Sebaran Jumlah penduduk Kabupaten Sleman tahun 2014 No Kecamatan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk per Km persegi 1 Moyudan 31.293 1.133 2 Minggir 29.523 1.083 3 Sayegan 46.452 1.744 4 Godean 68.908 2.567 5 Gamping 102.125 3.491 6 Mlati 106.654 3.740 7 Depok 187.008 5.260 8 Berbah 54.114 2.354 9 Prambanan 48.173 1.165 10 Kalasan 80.681 2.251 11 Ngemplak 62.124 1.740 12 Ngaglik 109.278 2.837 13 Sleman 65.391 2.088 14 Tempel 50.549 1.556 15 Turi 34.048 790 16 Pakem 36.358 829 17 Cangkringan 29.054 605 Total 1.141.733 1.986 Sumber: Proyeksi Penduduk 2010-2020 Kabupaten Sleman Dalam Angka, Badan Pusat Statistik (BPS) 2014 Berdasarkan tabel tersebut diketahui kecamatan di Kabupaten Sleman yang memiliki penduduk terpadat ada di Kecamatan Depok. Kecamatan Depok secara geografis merupakan daerah yang dekat dengan daerah perkotaanyogyakarta sehingga cenderung memiliki penduduk yang padat. Wilayah dengan kepadatan penduduk terendah ada di Kecamatan Turi. Kawasan tersebut merupakan kawasan pinggiran dari Kabupaten Sleman dan sebagian besar lahan digunakan untuk kegiatan pertanian, sehingga ruang tempat tinggal penduduk lebih sedikit dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Sleman.

Tabel 2. Sebaran Jumlah penduduk Kabupaten Bantul tahun 2014 No Kecamatan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk per Km persegi 1 Srandakan 28.935 1.579 2 Sanden 29.939 1.293 3 Kretek 29.829 1.114 4 Pundong 32.097 1.355 5 Bambanglipuro 37.921 1.671 6 Pandak 48.558 1.998 7 Bantul 61.344 2.795 8 Jetis 53.592 2.190 9 Imogiri 57.534 1.056 10 Dlingo 36.165 647 11 Pleret 45.316 1.973 12 Piyungan 52.156 1.603 13 Banguntapan 131.584 4.620 14 Sewon 110.355 4.063 15 Kasihan 119.271 3.683 16 Pajangan 34.467 1.037 17 Sedayu 45.952 1.337 Total 955.015 1.884 Sumber: Proyeksi Penduduk 2010-2020 Kabupaten Bantul Dalam Angka, Badan Pusat Statistik (BPS) 2014 Berdasarkan tabel tersebut diketahui kecamatan di Kabupaten Sleman yang memiliki penduduk terpadat ada di Kecamatan banguntapan. Kecamatan Banguntapan termasuk wilayah pusat dari Kabupaten Bantul sehingga cenderung memiliki penduduk yang padat dibandingkan wilayah lain. Selanjutnya wilayah pada kedua terletak di Kecamatan Kasihan. Wilayah tersebut merupakan wilayah urban yang terletak berdampingan dengan Kota Yogyakarta sehingga jumlah penduduknya pun cenderung lebih banyak dibandingkan daerah lainnya di Kabupaten Bantul.

C. Keadaan Tanah Jenis tanah di Kabupaten Sleman dan Bantul terbagi menjadi litosol, regusol, grumosol, kambisol, dan mediteran. Penyebaran tanah regosol terbentang dari utara Kaliurang sampai Kabupaten Bantul meliputi sebagian Kecamatan Kasihan, Kecamatan Sewon, dan sebagian selatan Kecamatan Srandakan dan Kecamatan Sanden. Tanah jenis grumosol terdapat di wilayah Kabupaten Sleman meliputi Kecamatan Moyudan, Kecamatan Godean dan Sebagian Kecamatan Sedayu, Kecamatan Kasihan, dan Kecamatan Srandakan. Tanah Latosol terdapat di sebagian wilayah Kota Yogyakarta bagian utara, Kecamatan Prambanan, dan sebagian wilayah Kabupaten Bantul sebelah timur dan wilayah Kecamatan Srandakan sebelah barat. Tanah Mediteran terdapat di wilayah Kecamatan Gamping dan Kecamatan Dlingo. D. Topografi Topografi dibedakan atas dasar ketinggian tempat dan kemiringan lahan. Ketinggian daerah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul berkisar antara < 100 sampai dengan >1000 m dari permukaan laut. Keadaan tanah semakin ke utara relatif miring dan dibagian utara sekitar lereng merapi relatif terjal serta terdapat sekitar 100 sumber mata air. Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi empat kelas yaitu ketinggian < 100 meter, 100 499 meter, 500 999 meter dan > 1000 meter dari permukaan laut. Lebih lanjut luas daerah berdasarkan ketinggian daerah dari permukaan laut pada daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Luas daerah Kabupaten Sleman menurut ketinggian dari permukaan laut

No Kecamatan Luas Daerah Ketinggian (meter diatas permukaan laut) < 100 100 499 500 999 > 1000 1. Moyudan 24,07 3,55 0 0 2. Minggir 3,57 23,70 0 0 3. Seyegan 0 26,63 0 0 4. Godean 2,09 27,75 0 0 5. Gamping 13,48 15,77 0 0 6. Mlati 0 28,52 0 0 7. Depok 0 35.55 0 0 8. Berbah 14,47 8,52 0 0 9. Prambanan 4,35 37,00 0 0 10. Kalasan 0 35,84 0 0 11. Ngemplak 0 35,71 0 0 12. Ngaglik 0 38,52 0 0 13. Sleman 0 31,32 0 0 14. Tempel 0 31,72 0,77 0 15. Turi 0 20,76 21,55 0,78 16. Pakem 0 16,64 14,98 12,22 17. Cangkringan 0 17,96 28,08 1,95 Total 62,03 432,46 65,38 14,95 Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Sleman Dalam Angka, Badan Pusat Statistik (BPS) 2014 Kemiringan lahan Kabupaten Sleman digolongkan menjadi empat kelas yaitu lereng 0 2%; > 2 15%; > 15 40%; dan > 40%. Kemiringan 0 2 % terdapat di lima belas kecamatan meliputi luas 34.128 Ha atau 59,320% dari seluruh wilayah lereng, > 2 15% terdapat di tiga belas kecamatan dengan luas lereng 18.192 atau 31,650% dari luas total wilayah. Kemiringan lahan > 15 40% terdapat di dua belas kecamatan luas lereng ini sebesar 3.546 Ha atau 6,170%, lereng > 40% terdapat di Kecamatan Godean, Gamping, Berbah, Prambanan, Turi, Pakem dan Cangkringan dengan luas 1.616 Ha atau 2,81 %.

Tabel 4. Luas daerah Kabupaten Bantul menurut ketinggian dari permukaan laut Luas Daerah No Kecamatan Ketinggian (meter diatas permukaan laut) < 100 100 499 500 999 > 1000 1 Srandakan 18,34 0 0 0 2 Sanden 23,27 0 0 0 3 Kretek 24,49 1,01 0 0 4 Pundong 21,77 1,99 0 0 5 Bambanglipuro 22,82 0 0 0 6 Pandak 24,29 0 0 0 7 Bantul 21,99 0 0 0 8 Jetis 25,49 0,11 0 0 9 Imogiri 35,09 22,72 0 0 10 Dlingo 8,15 48,19 0 0 11 Pleret 17,83 3,45 0 0 12 Piyungan 19,65 13,47 0 0 13 Banguntapan 21,54 4,75 0 0 14 Sewon 26,76 0 0 0 15 Kasihan 26,08 6,30 0 0 16 Pajangan 28,67 4,52 0 0 17 Sedayu 32,62 1,49 0 0 Total 398,85 108,00 0 0 Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bantul Dalam Angka, Badan Pusat Statistik (BPS) 2014 Kabupaten Bantul memiliki kemiringan 0 2% terdapat di empat belas kecamatan meliputi luas 31.282,85 Ha atau 61,070% dari seluruh wilayah lereng, 2 8% terdapat di sembilan kecamatan dengan luas lereng 4.971,320 atau 9,700% dari luas lereng. Kemiringan lahan 8 15% terdapat di sebelas kecamatan meliputi luas lereng 5.918, 340 Ha atau 11,550% luas total lereng. Kemiringan lereng 15 25% terdapat di tujuh kecamatan dengan luas lereng 1.012,470 Ha atau 1,980% dari luas total lereng. Kemiringan lereng 25 40% terdapat di empat kecamatan dengan luas lereng 4.632,240 Ha atau 9,040% dari luas total lereng, dan kemringan lereng < 40%

terdapat di empat kecamatan dengan luas lereng 3.408,33 ha atau 6,650% dari luas total lereng. E. Kondisi Sumber Daya Air dan Irigasi Sumber daya air di Kabupaten Sleman dan Bantul terdiri dari air tanah (akuifer) termasuk mata air dan air permukaan. Ditinjau dari geohidrologi dan meteorologi, daerah endapan vulkanik Merapi mulai dari puncak gunung Merapi Kabupaten Sleman dan Bantul merupakan satu sistem cekungan air bawah tanah yang disebut cekungan Yogyakarta. Karakteristik curah hujan relatif tinggi yaitu lebih besar dari 2.000 mm/tahun. Semakin tinggi tempat semakin tinggi pula curah hujannya, sehingga di daerah atas merupakan daerah tangkapan hujan (catchment area) akan meresap menjadi air bawah tanah yang sangat potensial bagi daerah di bawahnya. Kabupaten Sleman dan Bantul secara umum memiliki nilai kedalaman muka air tanah yang relatif sama dengan kedalaman muka air tanah berkisar antara 0-5 meter hingga 5-10 meter. Saluran irigasi Kabupaten Sleman (2009) telah dibangun 346,8 Km saluran primer, 421,400 saluran sekunder, 1.960,900 Km saluran tersier, 6,38 K saluran pembuangan/suplesi, dan 1.579 buah pintu air. Saluran irigasi Kabupaten Bantul (2013) dalam kondisi baik (jaringan utama) sebesar 83,250%. Persentase luasan daerah irigasi yang terlayani air irigasi sebesar 82%. Luas daerah yang dialiri air irigasi pada kedua daerah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Luas penggunaan lahan sawah menurut jenis irigasi dan frekuensi penanaman padi di Kabupaten Bantul tahun 2013 (Ha) Frekuensi Penanaman Padi No 1 Daerah Kabupaten Sleman Penggunaa Lahan Sawah Dua Kali atau Lebih Satu Kali Tidak Ditanami Padi Sementara Tidak Diusahakan Jumlah Irigasi 21,293 654 93-22,040 Tadah Hujan 550 33 - - 583 Irigasi 10,509 1,840 812 0,320 13,193 Kabupaten 2 Bantul Tadah 104 2,082 92-2,278 Hujan Sumber: Data sekunder terolah Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui sebagian besar padi yang ditanami lebih dari dua kali setahun mengandalkan air irigasi untuk menunjang kegiatan usahataninya. Tanaman padi daerah Kabupaten Bantul sebagai daerah hilir dengan penanaman satu kali setahun lebih cenderung menggunakan air tadah hujan untuk memenuhi kebutuhan air kegiatan usahataninya. Luasan tersebut relatif konstan dari tahun ke tahun, di Kabupaten Sleman, secara berurutan tahun 2011, 2012, 2013 yaitu sebesar 22,786 Ha, 22,642 Ha, 22,623 Ha, sedangkan di Kabupaten Bantul yaitu sebesar 15,453 Ha, 15,482 Ha, 15,471 Ha. Selain itu, saluran irigasi yang terbentang dari daerah hulu dan hilir tidak lepas dari aktivitas masyarakat dan kegiatan industri. Industri besar dan sedang tahun 2012 di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat sebanyak 391 unit industri. Sebanyak 15,860% terdiri dari industri furnitur, 13,810% industri barang galian bukan logam, dan industri kayu, bambu, rotan, dan lainnya.

Secara umum kendala-kendala yang dihadapi dalam penanganan irigasi antara lain menurunnya perhatian pengelola pembangunan bidang drainase khususnya mengenai masalah operasi dan pemeliharaan, pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kelestarian jaringan irigasi ditunjukkan dengan perilaku membuang sampah di saluran sehingga membebani operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, lemahnya institusi pengelola prasarana dan sarana drainase dan ketidakmampuan untuk menyusun program yang dibutuhkan. Penanganan drainase perlu memerhatikan berbagai faktor yang dapat menimbulkan permasalahan, salah satunya berupa masalah genangan air. Pada saat ini banyak terjadi masalah genangan air yang pada umumnya disebabkan antara lain karena prioritas penanganan drainase kurang mendapat perhatian, kurangnya kesadaran bahwa pemecahan masalah genangan harus melihat pada sistem jaringan saluran secara keseluruhan yang mengakibatkan hambatan (back-water) dan beban saluran dari hulunya, tidak menyadari bahwa sistem drainase kawasan harus terpadu dengan sistem badan air regionalnya (system flood control), kurang menyadari bahwa pemeliharaan (pembersihan dan perbaikan) saluran merupakan pekerjaan rutin yang sangat penting untuk menurunkan resiko genangan, belum optimalnya koordinasi antara pihak terkait agar sistem pengaliran air hujan dapat berjalan dengan baik. Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) terutama bagian hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan dari segi fungsi tata air terhadap keseluruhan bagian DAS. Segala bentuk aktivitas perubahan pemanfaatan lahan dan/atau pembuatan bangunan konservasi yang dilakukan di daerah hulu akan

memberikan dampak terhadap daerah hilir dalam bentuk fluktuasi air dan transportasi sedimen maupun material terlarut lainnya (non-point pollution). Wilayah Kabupaten Bantul dilihat dari sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) berada pada bagian hilir menyebabkan konsekuensi logis pada musim penghujan banyak menerima suplai air yang sering menyebabkan banjir, dan pada musim kemarau akan sulit memperoleh air untuk irigasi karena sudah banyak dipergunakan di hulu.