III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek Penelitian yang digunakan adalah semen yang didapat dari lima

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah semen kambing yang berasal 5 ekor kambing

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post

BAB III MATERI DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

Inseminasi Buatan (IB)

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Januari-Februari 2014 di

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

BAB II JUDUL PRAKTIKUM : INSEMINASI BUATAN [IB]

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari2015 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dikandangkan secara individu di Kandang Kambing Perah Fakultas Peternakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 055 TAHUN 2014

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

Spermatogenesis dan sperma ternak

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

MATERI DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

III. METODE PENELITIAN

BALAI INSEMINASI BUATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

KAJI BANDING KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN, DAN FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PROSES PEMBEKUAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT PADA PENGENCER SKIM KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BALI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

MATERI DAN METODE. Gambar 7 Metode penampungan semen babi : a) Metode manual (glovehand method); b) Alat penampungan semen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

5 detik dan berada dalam gemngan nitrogen cair (Senger 1980). Waktu. pengambilan sampel semen beku dalam proses pernindahan dari kontainer depo

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

MATERI DAN METODE. Materi

Tatap muka ke 4&5 PENILAIAN ATAU EVALUASI SPERMA

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telahdilakukan dilaboratorium Teknologi Pasca Panen

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

Lampiran 1. Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Transkripsi:

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11--18 April 2014 di Laboratoium Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. B. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu didih dan penangas, timbangan elektrik, termometer, spatula, corong, gelas ukur dan tutupnya, kertas label, kertas whatman, waterbath, object dan cover glass, spektrofotometer, micropipet, beaker glass, mesin filling and sealing, ph meter, boks untuk prefreezing dan freezing, mikroskop, tisu, counter number, stopwatch, hairdryer dan kontainer, serta alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen yang dikoleksi dari satu pejantan Sapi Bali, susu skim bebas lemak, aquabidestilata, penicilin dan streptomicyn, gliserol, kuning telur, glukosa, fruktosa, sukrosa, nitrogen cair, NaCl Fisiologis, pewarna eosin 2% dan air hangat untuk proses thawing.

22 C. Metode Penelitian Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut : P1 : penambahan glukosa 2% P2 : penambahan fruktosa 2% P3 : penambahan sukrosa 2% Data yang diperoleh akan dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan apabila berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie 1993). D. Prosedur Penelitian Penelitian ini menguji pengaruh penggunaan jenis karbohidrat yang berbeda (glukosa, fruktosa dan sukrosa) terhadap kualitas spermatozoa. Gambar 5. Prosedur kerja penelitian

23 1. Penampungan semen Proses penampungan semen segar diawali dengan menyiapkan sapi yang akan menjadi donor dan teaser dalam keadaan bersih dan sehat. Teaser yang akan digunakan harus diikat pada kandang jepit di tempat penampungan agar teaser tidak lari dan tidak memberontak saat proses penampungan semen secara perlahan agar teaser tidak stress. Sapi pejantan yang menjadi donor harus dilakukan false mount/teasing sebanyak 2--3 kali sebelum semen ditampung. Setelah teasing dilakukan semen dapat segera ditampung menggunakan artivicial vagina (AV) pada saat terjadi ejakulasi, penis harus masuk tepat pada AV dan semen jangan sampai tercecer di luar AV. Menurut Toelihere (1985), perubahan suhu dan pengaruh cahaya matahari dapat mempengaruhi pergerakan dari spermatozoa, sehingga semen tersebut secepatnya dibawa ke laboratorium pembuatan semen beku BIBD Lampung untuk diproses lebih lanjut. 2. Evaluasi semen segar Semen segar yang akan diproses menjadi semen beku harus melalui quality control pertama yang terdiri dari berbagai tahapan, diantaranya uji kualitatif semen segar berupa uji secara makroskopis (volume, warna, konsistensi semen segar dan ph semen) dan mikroskopis (motilitas massa, motilitas individu dan konsentrasi sperma).

24 3. Pengenceran semen Ada 4 tahapan proses pembuatan pengencer semen skim kuning telur, yaitu pembuatan buffer skim, pembuatan buffer antibiotik, pembuatan pengencer part A yang terdiri atas 90% buffer skim antibiotik dan kuning telur dengan persentase kuning telur sebanyak 10% dari total pengencer part A, dan pembuatan pengencer part B yang terdiri atas 72% buffer skim antibiotik, 10% kuning telur, 16% gliserol,dan ditambahkan dengan masing-masing perlakuan, yaitu penambahan glukosa 2%, penambahan fruktosa 2%, dan penambahan sukrosa 2%. a. Pembuatan buffer skim Pembuatan buffer skim dilakukan satu hari sebelum penampungan semen. Tahapan proses pembuatan buffer skim yaitu: a. meyiapkan alat (kompor pemanas, labu didih, beaker glass, corong, kertas saring, gelas ukur 100 ml, spatula, termometer, timbangan analitik, tissue) dan bahan (skim bubuk, aqua bidestilata); b. menimbang skim bubuk sebanyak 20,83 g; c. menyiapkan labu didih dan pemanasnya; d. menyiapkan aqua bidestilata sebanyak 200 ml dan memasukkan sebagian dalam labu didih; e. menyalakan pemanas listrik; f. mencairkan skim bubuk dengan sisa bagian aquabides; g. memasukkan dalam labu didih dan aduk rata sampai suhu mencapai 92 o C; h. menyiapkan dua buah gelas ukur 100 ml, corong dan kertas saring; i. mematikan pemanas setelah mencapai suhu 92 o C;

25 j. menyaring larutan skim ke dalam gelas ukur perlahan-lahan; k. mendinginkan larutan skim dan menyimpan di dalam lemari pendingin; l. buffer skim siap digunakan. b. Pembuatan buffer antibiotik Tahapan proses pembuatan buffer antibiotik sebagai berikut: a. menyiapkan alat (gelas ukur bertutup, pembuka tutup botol) dan bahan (penicillin 1 flc, streptomycin 3 flc, aqua bidestilata, larutan buffer skim); b. membuka tutup botol antibiotik; c. mencampur 3 flc streptomicyn dan 1 flc penicillin, kemudian ditambah aquabides sampai volume 30 ml; d. menghomogenkan larutan, kemudian mencampur larutan tersebut dengan buffer skim dengan perbandingan 1 bagian buffer antibiotik dengan 100 bagian buffer skim; e. menghomogenkan larutan; f. buffer skim antibiotik siap digunakan. c. Pembuatan pengencer part A Pengencer part A merupakan pengencer semen yang terdiri atas 90% buffer skim antibiotik dan kuning telur dengan persentase kuning telur sebanyak 10% dari total volume pengencer. Prosedur pembuatan 100 ml pengencer part A sebagai berikut: a. menyiapkan alat (gelas ukur bertutup, beaker glass, kertas saring, tissue, pinset) dan bahan (buffer skim antibiotik, telur ayam ras, alkohol);

26 b. mengukur volume buffer skim antibiotik ke dalam gelas ukur sebanyak 90 ml; c. menyiapkan telur segar dan membersihkan cangkangnya dengan alkohol; d. menyiapkan kuning telur, membersihkan kuning telur dari putih telur menggunakan kertas saring, selaput kuning telur dipecah dan diambil kuning telurnya kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass; e. menuangkan kuning telur ke dalam gelas ukur yang berisi buffer skim antibiotik sebanyak 10 ml perlahan agar tidak terkena dinding tabung; f. menghomogenkan larutan dengan cara dikocok selama 30 menit. d. Pembuatan pengencer part B Pengencer B terdiri atas 72% buffer skim antibiotik, 10% kuning telur, 16% gliserol,dan 2% glukosa/fruktosa/sukrosa. Tahapan proses pembuatan 100 ml pengencer part B sebagai berikut: a. menyiapkan alat (gelas ukur bertutup, timbangan analitik, beaker glass, kertas saring, tissue, pinset) dan bahan (buffer antibiotik, telur ayam ras, glukosa, gliserol, alkohol 70 %); b. mengukur volume buffer skim antibiotik ke dalam gelas ukur sebanyak 72 ml melalui dinding gelas; c. menuangkan gliserol ke dalam gelas ukur sebanyak 16 ml secara perlahan dan jangan sampai mengenai dinding gelas; d. menyiapkan telur segar dan membersihkan cangkangnya dengan alkohol; e. menyiapkan kuning telur, membersihkan kuning telur dari selaputnya putih telur menggunakan kertas saring, selaput kuning telur dipecah dan diambil kuning telurnya kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass;

27 f. menambahkan kuning telur ke dalam gelas ukur yang berisi buffer skim antibiotik sebanyak 10 ml perlahan agar tidak terkena dinding tabung; g. menimbang glukosa/fruktosa/sukrosa sebanyak 2 gr kemudian ditambahkan ke dalam larutan; h. menghomogenkan larutan dengan cara dikocok selama 30 menit. Perbandingan volume pengencer A dan pengencer B yang diberikan yaitu 1 : 1. Pemberian pengencer A dibagi dalam dua kali pemberian, yaitu pengencer A1, pengencer A2, serta pengencer B diberikan kemudian, pemberian ketiga pengencer ini ditentukan dengan rumus berikut: Pengencer A (Part A) = 0,5 pengencer total Pengencer A1 (Part A primer) berkisar 5 10 ml Pengencer A2 (Part A Extra) = pengencer A pengencer A1 Pengencer B (Part B) = 0,5 pengencer total Prosedur pencampuran pengencer semen sebagai berikut: a. mempersiapkan pengencer (volume pengencer sesuai output dari spektrofotometer); b. menghitung kompisisi pengencer sesuai dengan rumus; c. mencampur semen segar dengan pengencer A1; d. memasukkan tabung ke dalam beaker glass yang berisi air bersuhu 27 o C (water jacket); e. memasukkan tabung yang telah dilindungi water jacket ke dalam cooltop; f. melepaskan water jacket setelah 35 menit; g. menuangkan pengencer A2 dalam tabung 50 menit setelah water jacket dilepas, homogenkan;

28 h. memberikan pengencer B setelah 15 menit secara bertahap sebanyak 4 kali, selang waktu 15 menit; i. melakukan proses ekulibrasi selama 4 jam di dalam cool top. (BIB Ungaran, 2011) 4. Equilibrasi Semen yang telah diencerkan akan melewati proses equlibrasi selama 4 jam di dalam cooltop. Menurut Toelihere (1985), waktu equlibrasi adalah waktu yang diperlukan spermatozoa sebelum pembekuan untuk menyesuaikan diri dengan pengencer supaya sewaktu pembekuan kematian sperma yang berlebih-lebihan dapat dicegah. Semen harus berada di dalam pengencer dengan atau tanpa glycerol selama kurang lebih 4 jam pada suhu 5 o C (Roberts, 1971 dalam Toelihere, 1985). 5. Evaluasi setelah equilibrasi Evaluasi setelah equilibrasi merupakan quality control kedua yang dilakukan setelah selesai proses equilibrasi dan dilakukan untuk melihat kemampuan progresif sperma setelah proses equilibrasi. Evaluasi setelah equilibrasi dilakukan dengan cara mengambil sampel semen yang telah melewati proses equilibrasi selama 4 jam dan mengamati motilitas massa dan motilitas individu dari sampel tersebut. Aminasari (2009) menyatakan bahwa motilitas semen yang telah didinginkan pada suhu 5 C tidak boleh berada di bawah 55%.

29 6. Filling dan sealing Proses filling dan sealing merupakan proses memasukkan semen yang sudah diencerkan ke dalam straw dan lolos evaluasi pasca equilibrasi, selain itu pada proses ini straw akan diberi label dan straw yang telah terisi semen cair akan disegel dengan sumbat lab. Satu dosis IB berisi 0,25 ml semen dengan konsentrasi sperma 25x10 6 sel/dosis. 7. Proses prefreezing Proses prefreezing semen dilakukan di dalam boks yang lengkap dengan rak yang digunakan untuk meletakkan straw. Boks yang disediakan diisi dengan nitrogen cair dengan ketinggian nitrogen cair 10 cm. Jarak antara permukaan nitrogen cair dengan straw adalah 4 cm. Proses prefreezing yaitu mendiamkan straw 4 cm di atas nitrogen cair selama 9 menit, suhu saat proses prefreezing ini berkisar antara -110 o C -- -120 o C dan selama proses freezing berlangsung boks ditutup untuk mengurangi penguapan nitrogen cair di dalamnya. 8. Evaluasi setelah prefreezing Evaluasi setelah prefreezing merupakan quality control ketiga dalam proses pembuatan semen beku. Pada evaluasi ini dilihat motilitas massa dan motilitas individu serta ketahanan hidup sperma setelah adanya proses prefreezing. 9. Proses freezing Proses freezing dilakukan setelah proses prefreezing, straw dimasukkan ke dalam nitrogen cair bersuhu -196 o C secara perlahan dan dimasukkan ke dalam goblet

30 dengan posisi sumbat laboratorium di atas. Setelah proses ini selesai semen beku dapat disimpan di dalam kontainer. 10. Evaluasi setelah thawing Pemeriksaan semen beku dilakukan dengan cara evaluasi setelah thawing sebagai quality control terakhir, tes ini dilakukan untuk melihat motilitas massa sperma dan persentase sperma progresif setelah proses pembekuan. Berdasarkan SNI01.4869.1-2005, pemeriksaan semen beku segera sesudah dicairkan kembali (post thawing) pada suhu 37 o C selama 30 detik harus menunjukkan spermatozoa hidup dan bergerak maju (motil spermatozoa) minimal 40 (empat puluh) persen dan gerakan individu spermatozoa minimal 2 (dua) (Dirjenak, 2000). E. Peubah yang Diamati 1. Motilitas spermatozoa Motilitas spermatozoa dilihat dengan cara membuat preparat di atas object glass dan meletakkan preparat dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10, melihat gerakan individu sperma dan melakukan penilaian terhadap pergerakan sperma. Motilitas semen sapi yang baik berkisar antara 40--75% (Garner dan Hafez, 2000). 2. Persentase spermatozoa hidup Persentase spermatozoa hidup dilihat pada preparat ulas yang dibuat dengan cara meneteskan satu tetes eosin 2% pada ujung object glass, meneteskan semen dengan ukuran yang sama pada object glass tersebut, tempelkan ujung cover glass

31 pada kedua cairan sehingga cairan tersebut tercampur, kemudian dorong ke ujung object glass sehingga terbentuk lapisan tipis, keringkan menggunakan hairdryer, setelah kering periksa spermatozoa hidup di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40. Spermatozoa hidup akan terlihat tidak berwarna dan untuk spermatozoa mati akan berwarna merah muda atau merah. Spermatozoa dihitung dengan cara berurutan atau zik-zak sampai sepuluh lapang pandang. Persentase spermatozoa hidup dapat ditentukan dengan rumus : Spermatozoa hidup (%) = X Y x 100% X Keterangan : X = jumlah sel spermatozoa keseluruhan Y = jumlah sel spermatozoa mati (Hartono, dkk. 2008)