BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh. restoran.restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau minuman dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber - sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran pajak dikenakan tarif pajak dalam proporsi yang sama dari

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

V. PEMBAHASAN. perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, memiliki wilayah (daerah) tertentu, adanya rakyat yang hidup teratur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh penerimaan

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian PAD dan penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam PAD.

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan, maka kajian pustaka yang telah dijadikan pertimbangan adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. (Pendapatan Asli Daerah) pada kabupaten/ kota di Provinsi DIY tahun

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan

ANALISIS JUMLAH WISATAWAN TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI HOTEL DAN RESTORAN KOTA BANDA ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PENELITIAN. Grand theory dalam Penelitian ini adalah menggunakan Stewardship

LAPORAN REALISASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN ANGGARAN 2014 PER SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (dalam rupiah)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia sedang mengembangkan sektor wisata yang terdapat di alam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian suatu daerah sangat tergantung dari Sumber Daya Alam (SDA) dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. untuk membantu proses penyususnan penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB 7. ASPEK EKONOMI & SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang diperoleh suatu daerah yang dipungut sesuai peraturan perundangundangan untuk mengumpulkan dana guna memenuhi kebutuhan daerah dalam membiayai kegiatan daerah yang bersangkutan. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari : a. Pajak Daerah Pajak daerah dapat didefinisikan sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pajak daerah dapat di bedakan menjadi dua kategori yaitu pajak daerah yang ditetapkan oleh peraturan daerah dan pajak negara yang pengeloaan dan penggunaannya diserahkan kepada daerah. Menurut UU.No 34 Tahun 2000 jenis pajak Kabupaten/Kota yaitu : 1) Pajak hotel, yaitu pajak atas pelayanan hotel. Hotel merupakan bangunan yang disediakan oleh orang untuk memberikan 11

12 fasilitas dan pelayanan berupa penginapan dengan dipungut bayaran. 2) Pajak restoran, yaitu pajak atas pelayanan restoran. 3) Pajak hiburan, yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan, Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, dan keramaian yang ditonton oleh banyak orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolahraga. 4) Pajak reklame, yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya dimaksutkan untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan, atau menguji suatu barang, jasa atau orang maupun untuk menarik perhatian umum pada suatu barang, jasa atau dapat dilihat, dibaca, dan didengar oleh umum pada suatu tempat kecuali yang dilakukan oleh pemerintah. 5) Pajak penerangan jalan, yaitu pajak atas penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa diwilayah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. 6) Pajak pengambilan bahan galian golongan c, yaitu pajak atas pengambilan bahan galian golongan c sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

13 7) Pajak parkir, yaitu pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. b. Retribusi Daerah Retribusi daerah dapat didefinisikan sebagai pungutan daerah yang berupa pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Sifat-sifat retribusi daerah yaitu : 1) Adanya timbal balik atau imbalan secara langsung kepada pembayar. Imbalan dari retribusi yang dibayarkan dapat langsung dinikmati oleh pembayar, yaitu berupa pelayanan dari pemerintah daerah yang memungut retribusi. 2) Retribusi dapat dipaksakan. Retribusi dapat dipaksakan bersifat ekonomis, artinya masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan atau prestasi dari pemerintah, maka wajib membayar retribusi. c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang Dipisahkan yaitu penerimaan yang diperoleh dari hasil perusahaan milik daerah dan

14 hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari bagian laba Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), bagian laba lembaga keuangan bank/non bank, bagian laba perusahaan milik daerah lainnya serta bagian laba atas penyertaan modal/investasi kepada pihak ketiga. d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah Pengertian penerimaan lain-lain yang sah pada dasarnya merupakan pendapatan asli daerah yang tidak termasuk kedalam pajak daerah, retribusi daerah, dn hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, sesaui dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah terdiri dari : 1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan 2) Penerimaan jasa giro 3) Pendapatan bunga 4) Pendapatan ganti rugi atas kekayaan daerah (TGR) 5) Komisi, potongan, dan selisisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing 6) Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, denda pajak, denda retribusi 7) Hasil eksekusi atas jaminan 8) Pendapatan dari pengembalian 9) Fasilitas sosial dan fasilitas umum dan lain-lain.

15 2. Pariwisata a. Pengertian Pariwisata Dalam UU No.10 tentang kepariwisataan, kepariwisataan yaitu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan seseorang atau kelompok orang yang melakukan kegiatan perjalanan disebut sebagai wisatawan (tourist). Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok yang bersifat sementara untuk mencari keseimbangan, kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. (Spillane, 1987, sebagaimana dikutip oleh Riska Arlina, 2013). Menurut Prof. Hunziker dan Kraft (1942), pariwisata merupakan keseluruhan hubungan dengan peristiwa-peristiwa yang timbul dari adanya perjalanannya dimana perjalanan tidak bersifat menetap dan bukan untuk mencari nafkah. Berdasarkan definisi diatas maka pariwisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan tujuan rekreasi, mencari kebahagiaan, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dalam perjalanannya bersifat sementara dan bukan untuk mencari nafkah.

16 Seseorang melakukan perjalanan wisata dengan alasan yang berbeda-beda. Suatu perjalanan dapat dikatakan sebagai perjalanan wisata apabila telah memenuhi syarat yang diperlukan, yaitu : 1) Perjalanan harus bersifat sementara 2) Perjalanan bersifat suka rela tanpa ada pemaksaan 3) Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah atau bayaran. b. Jenis Pariwisata Terdapat banyak pengertian dan jenis pariwisata yang berdasarkan atas motif tujuan perjalanan, namun menurut James J, Spillane (1987) pariwisata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata diantaranya : 1) Pariwisata Untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism) Pariwisata untuk menikmati perjalanan dilakukan untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi keingintahuan, menyegarkan fikiran, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, dan mendapatkan kedamaian. 2) Pariwisata Untuk Rekreasi (Recreation Tourism) Pariwisata untuk rekreasi dilakukan sebagai pemanfaatan waktuluang untuk beristirahat, memulihkan kesegaran jasmani dan rohani dan menyegarkan keletihan. 3) Pariwisata Untuk Kebudayaan (Cultural Tourism) Pariwisata untuk kebudayaan ditandai dengan serangkaian motivasi seperti keinginan belajar di pusat riset, mempelajari

17 adat-istiadat, mengunjungi monumen dan peninggalan bersejarah serta mengikuti festival kesenian. 4) Pariwisata Untuk Olah Raga (Sports Tourism) Pariwisata untuk olahraga dibagi menjadi dua kategori, yakni pariwisata olahraga besar seperti Olimpiade, Asian Games, dan SEA Games serta buat mereka yang ingin berlatih atau mempraktikkan sendiri, seperti mendaki gunung, panjat tebing, berkuda, berburu, rafting, dan memancing. 5) Pariwisata Untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism) Pariwisata untuk urusan usaha dagang umumnya dilakukan para pengusaha atau industrialis antara lain mencakup kunjungan ke pameran dan instalasi teknis. 6) Pariwisata Untuk Berkonvensi (Convention Tourism) Pariwisata untuk berkonvensi berhubungan dengan konferensi, simposium, sidang dan seminar internasional. 3. Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Penerimaan sektor pariwisata terdiri dari pungutan pajak daerah dan retribusi daerah yang berkaitan dengan usaha-usaha pariwisata yang bergerak dibidang pariwisata atau yang berhubungan dengan pariwisata. Penerimaan sektor pariwisata terdiri dari : 1) Hasil pajak daerah yang menjadi kontribusi untuk pendapatan asli daerah yang dapat diperoleh dari pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan yang berdiri disekitar daerah wisata.

18 2) Hasil Retribusi Daerah dari sektor pariwisata dapat diperoleh dari retribusi parkir, retribusi bea masuk, retribusi penginapan, retribusi perijinan di bidang pariwisata, dan sebagainya. Pendapatan Asli Daerah dapat meningkat dan berkembang dengan baik apabila sektor pariwisata dapat dimanfaatkan secara maksimal sesuai potensi daerah wisata yang akan mendukung perolehan jumlah retribusi suatu daerah. 4. Obyek Wisata Menurut Mursid (2003), obyek wisata merupakan daerah atau kawasan yang menjadi tujuan pariwisata yang didalamnya terdapat keindahan dan keunikan yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah wisata. Untuk memberikan kepuasan yang tinggi terhadap wisatawan, maka obyek wisata harus dirancang dan dibangun secara profesional berdasarkan potensi daerah wisata tersebut. Obyek wisata umumnya berdasarkan pada : a. Terdapat sumber daya yang mampu menimbulkan rasa senang, nyaman, indah dan bersih. b. Terdapat akesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. c. Terdapat ciri khusus yang bersifat langka/unik. d. Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam yang dimiliki seperti pantai, pegunungan, hutan dan sebagainya.

19 e. Obyek wisata budaya memiliki daya tarik tinggi karena terdapat nilai khusus yang mampu memberikan pengetahuan mengenai budaya pada masing-masing daerah seperti upacara adat, dan kesenian daerah. Menurut Cooper yang dikutip oleh I Nyoman Widiarta (2016), untuk memenuhi kebutuhan dan pelayanan terhadap wisatawan, daerah tujuan wisata harus didukung oleh empat komponen utama atau yang biasa dikenal dengan istilah 4A, yaitu : a) atraksi/attraction, b) akesebilitas/accessibility, c) fasilitas/amenities, dan d) organisasi kepariwisataan/ancillary. 5. PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan penjumlahan dari nilai tambah dalam suatu periode tertentu di wilayah tertentu. PDRB terbagi menjadi dua jenis yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. (BPS, 2015). PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam yang dimiliki daerah tersebut. Dengan demikian PDRB yang dihasilkan oleh suatu daerah sangat bergantung terhadap potensi sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut. Terdapatnya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor

20 tersebut menyebabkan besaran PDRB yang bervariasi pada setiap daerah. PDRB dapat dibagi menjadi beberapa macam pendekatan perhitungan diantaranya adalah : a. Pendekatan Produksi (Production Approach) Pendekatan produksi menghitung nilai tambah seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masingmasing nilai total produksi (output) tiap-tiap sektor. b. Pendekatan Pengeluaran (Pengeluaran/Expenditure Approach) PDRB diperoleh dari penjumlahan semua balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi. Perhitungan dalam pendekatan pengeluaran dapat menggunakan rumus : PDRB = C + I + G + (E-Im) Keterangan: C I G = Pengeluaran konsumsi rumah tangga = Investasi (pembentukan modal) = Pengeluaran konsumsi pemerintah E-Im = Eskpor neto (ekspor dikurangi impor) c. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) PDRB diperoleh dari hasil penjumlahan semua komponen permintaan akhir. PDRB dihitung sebagai jumlah atas balas jasa yang diterima oleh faktor produksi. Balas jasa tersebut terdiri dari :

21 1) Upah dan gaji, balas jasa atas tenaga kerja 2) Sewa tanah, balas jasa tanah 3) Bunga modal, sebagai balas jasa modal 4) Keuntungan, sebagai balas jasa keterampilan. 6. Hotel Hotel merupakan suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus untuk setiap orang dapat menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran. Adapun Jenis-jenis hotel adalah sebagai berikut: 1. City Hotel Hotel yang berlokasi di pekotaan, biasanya di peruntukkan bagi masyarakat yang hanya tinggal sementara atau dalam jangka wakt pendek. City Hotel juga disebut sebagai transit hotel karena biasanya ditempati oleh orang-orang yang melakukan kegiatan bisnis dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh hotel tersebut. 2. Residential Hotel Residential hotel yaitu hotel yang berlokasi didaerah pinggiran kota besar dan jauh dari keramaian kota, tetapi mudah dalam mencapai tempat-tempat kegiatan usaha. Hotel ini biasanya diperuntukkan oleg orang-orang yang ingin tinggal dalam jangka waktu yang lama.

22 3. Resort Hotel Resort hotel yaitu hotel yang berlokasi didaerah pegunungan atau tepi pantai, tepi danau, atau tepi aliran sungai. Hotel ini biasanya diperuntukkan bagi masayarakat yang ingin beristirahat pada waktu libur atau bagi masyarakat yang ingin berekreasi. 4. Motel (Motor Hotel) Motel yaitu hotel yang berlokasi di sepanjang jalan raya yang menghubungkan satu kota dengan kota besar lainnya. Hotel ini diperuntukkan bagi masyarakat sebagi tempat istirahat sementara dalam melakukan perjalanan yang dalam perjalannanya menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi. Menurut (Tarmoezi, 2000) jumlah hotel dapat dibedakan menjadi: a. Small Hotel Kamar yang tersedia maksimal sebanyak 28 kamar. b. Medium Hotel Jumlah yang disediakan berjumlah antara 28-299 kamar. c. Large Hotel Jumlah kamar yang disediakan lebih dari 300 kamar.

23 7. Restoran dan Rumah Makan Restoran dan rumah makan merupakan suatu bangunan yang diorganisasi secara komersial untuk memberikan pelayanan kepada konsumen berupa makanan dan minuman. Restoran dan rumah makan dapat berlokasi dalam suatu hotel, kantor atau pabrik, dan dapat juga berdiri diluar bangunan itu. Tujuan berdirinya dari sebuah restoran dan rumah makan adalah untuk berbisnis atau mencari untung. Secara umum, restoran dan rumah makan merupakan tempat yang dikunjungi orang untuk mencari berbagai makanan dan minuman. Restoran dan rumah makan biasanya juga sering menyuguhkan keunikan tersendiri untuk menarik perhatian konsumen melalui menu masakan yang disediakan, hiburan maupun tampilan dari segi bangunan restoran tersebut. Menurut Mary B. Gregoire (2010), restoran dapat dibedakan menjadi beberapa macam diantaranya : a. Limited Service, limited menu restaurant Limited Service, limited menu restaurant atau yang biasa disebut dengan fast-dood/quick-service merupakan restoran yang menyediakan menu makanan dan minuman secara terbatas kepada konsumen. Dalam jenis restoran seperti ini sering kali konsumen memesan makanan dan membayar langsung sebelum makan. Jenis retoran ini juga menargetkan konsumen yang

24 menginginkan makan dengan cepat dengan harga yang terjangkau. b. Full-service restaurant Full-service restaurant merupakan restoran yang menyediakan meja untuk makan dengan pelayanan. Konsumen disapa dan dipersilahkan duduk oleh host/hostess dan melayani pemesanan makanan. Sedangkan pembayaran dilakukan setelah makan selesai. c. Casual dining restaurant Casual dining restaurant merupakan retoran yang disediakan untuk menarik konsumen dari ekonomi menengah yang menyukai makan diluar dan tidak menginginkan suasana yang formal dan harga yang mahal. Dalam jenis restoran ini terdapat susasana yang sederhana, santai, dan harga yang terjangkau. d. Fine dining restaurant Fine dining restaurant merupakan restoran yang di dekorasi dengan suasana elegan/mewah yang dapat memberikan pengalaman makan yang mengesankan. 8. Hubungan Antar Variabel Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dari sektor pariwisata: 1) Hubungan antara Jumlah Obyek Wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata

25 Obyek wisata merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki daya tarik terhadap masyarakat. Semakin banyak jumlah obyek wisata maka seharusnya akan menarik para wisatawan untuk berkunjung ke daerah wisata khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta yang selanjutnya akan berdampak positif terhadap pendapatan sektor pariwisata. 2) Hubungan antara PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) merupakan salah satu indikator yang mampu memberikan gambaran mengenai kondisi ekonomi suatu wilayah pada periode tertentu yang ditunjukkan dengan PDRB atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga berlaku. Semakin besar PDRB yang diperoleh suatu daerah maka semakin besar pula pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Dengan kata lain semakin tinggi PDRB disuatu daerah maka semakin tinggi pula sumber penerimaan daerah tersebut. 3) Hubungan antara Jumlah Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Hotel merupakan fasilitas yang yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat penginapan, namun juga dapat berfungsi untuk tujuan lain seperti menjalankan kegiatan bisnis,

26 mengadakan seminar, atau sekedar untuk mendapatkan ketenangan. Penentuan jenis hotel tidak terlepas dari kebutuhan pelanggan dan ciri atau sifat khas yang dimiliki wisatawan. Dengan demikian maka banyaknya pendirian hotel- hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta apabila hotel dapat di kelola dengan baik dan mampu menarik pengunjung untuk menginap di hotel maka akan memberikan dampak yang positif terhadap pendapatan daerah melalui pajak penghasilan. 4) Hubungan antara Jumlah Restoran dan Rumah Makan terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Jumlah restoran dan rumah makan merupakan banyaknya restoran maupun rumah makan yang dibangun dan disediakan sebagai sarana pendukung pariwisata. Restoran dan rumah makan menyajikan hidangan kepada masyarakat serta menyediakan tempat guna menikmati hidangan, dan juga menetapkan biaya tertentu untuk makanan dan pelayanannya. Dengan berdirinya restoran dan rumah makan di daerah wisata maka akan memenuhi kebutuhan para wisatawan yang datang di daerah tersebut, sehingga akan memberikan keuntungan bagi pengelola restoran maupun para wisatawan. Bagi pengelola trestoran dan rumah makan keuntungan dapat diperoleh dari hasil penjualan, sedangakan bagi wisatawan keuntungan dapat

27 diperoleh melalui kepuasan wisatawan terhadap kebutuhan mereka. Selain itu apabila jumlah restoran meningkat maka juga akan memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan pendapatan asli daerah sektor pariwisata melalui pajak penghasilan. 9. Dampak Pariwisata Pengembangan sektor pariwisata pada dasarnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat daerah. Manfaat tersebut dapat diperoleh masyarakat lokal melalui adanya kontak antara orang-orang dari berbagai belahan dunia, dengan beraneka ragam budaya. Pariwisata juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk memperkenalkan budaya-budaya daerah kepada para wisatawan yang datang di daerah wisata, selain itu dengan adanya pariwisata maka akan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat maupun masyarakat luar daerah yang pada akhirnya mampu menurunkan tingkat pengangguran. Hotel/penginapan dan usaha jasa perjalanan merupakan sarana dan prasarana dalam pariwisata yang tergolong usaha padat karya sehingga membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan usaha yang lain. Manfaat lain yang dapat diperoleh dari adanya pariwisata yaitu parwisata dapat menyumbang kepada neraca pembayaran, karena para wisatawan membelanjakan uangnya di negara yang dikunjunginya. Dengan demikian penerimaan dari wisatawan mancanegara

28 merupakan salah satu faktor yang menguntungkan untuk neraca pembayaran, karena pemasukan akan lebih besar daripada pengeluaran. Menurut Spillane (1987) belanja wisatawan di daerah tujuan wisata akan memberikan kontribusi terhadap pendapatan dan pemerataan kepada masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui dampak berganda (multplier effect). Dimana di daerah tujuan pariwisata akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dengan penjualan barang dan jasa, seperti penginapan/hotel, restoran, pramuwisata, dan barang-barang souvenir. Dengan demikian maka pariwisata harus dijadikan sebagai alternatif untuk mendatangkan keuntungan di daerah tersebut. 10. Peran Pemerintah Dalam Kebijakan Pariwisata Menurut UN-WTO, Peran pemerintah dalam menentukan kebijakan strategis dan bertanggungjawab terhadap beberapa hal berikut: a. Membangun kerangka operasional dimana sektor publik dan wisata terlibat dalam menggerakkan berdirinya pariwisata. b. Menyediakan fasilitas kebutuhan legislasi, regulasi, dan kontrol yang diterapkan dalam pariwisata, perlindungan, dan pelestarian budaya serta warisan budaya. c. Menyediakan dan membangun infrastuktur transportasi darat, laut dan udara dengan kelengkapan prasarana komunikasinya.

29 d. Membangun dan memberikan fasilitas terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan menjamin pendidikan dan pelatihan yang profesional untuk menyuplai kebutuhan tenaga kerja dalam sektor pariwisata. e. Menerjemahkan kebijakan pariwisata yang disusun dalam rencana kongkret yang mungkin termasuk didalamnya: evaluasi kekayaan aset pariwisata alam dan budaya serta mekanisme perlindungan dan pelestariannya, identifikasi dan kategorikan produk pariwisata yang mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif, menentukan persyaratan dan ketentuan penyediaan infrastruktur dan suprastruktur yang dibutuhkan yang berdampak pada keragaan (perfomance) pariwisata menglaborasi program untuk pembiayaan dalam aktivitas pariwisata baik untuk sektor publik maupun swasta. B. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini antara lain: Murti Handayani (2013), menganalisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel dan Pendapatan Perkapita Terhadap Retribusi Obyek Pariwisata di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan retribusi obyek pariwisata di Jawa Tengah. Dalam penelitian ini model analisis yang digunakan adalah analisis regresi

30 linear berganda dengan menggunakan data time series selama lima tahun (2007-2011) dan data cross section sebanyak 30 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan, dan pendapatan perkapita berpengaruh signifikan terhadap retribusi obyek wisata, sedangkan variabel tingkat hunian hotel tidak berpengaruh signifikan terhadap retribusi obyek pariwisata di kabupaten/kota Jawa Tengah. Riska Arlina (2013), menganalisis Peneriman Daerah dari Industri Pariwisata di Provinsi DKI Jakarta dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara, investasi di industri pariwisata, nilai kurs USD, dan faktor keamanan terhadap peneriman daerah sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI jakarta, Dinas Pariwisata Jakarta, dan Badan literatur-literatur lainnya dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini yaitu variabel jumlah wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara serta nilai kurs USD berpengaruh signifikan, sedangkan variabel investasi dan faktor keamanan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata di Provinsi DKI Jakarta. Ferry Pleanggara (2012), menganalisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan dan Pendapatan Perkapita Terhadap

31 Pendapatan Retribusi Obyek Pariwisata 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pendapatan retribusi obyek wisata dan menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan retribusi obyek wisata di 35 Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data panel dengan menggunakan pendekatan Fixed Effect Model (FEM) atau Least Square Dummy Varriable (LSDV) model. Data yang digunakan berupa data time series selama lima tahun (2006-2010) dan data cross section sebanyak 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel yaitu jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan, dan pendapatan perkapita berpengaruh signifikan terhadap pendapatan retribusi obyek pariwisata di 35 Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Putu Lia Perdana Sari (2013), menganalisis Variabel-variabel yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, tingkat investasi, dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Bali periode 1991-2009 dan prospek perkembangan Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Bali pada tahun 2010-2014. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda, dimana prospek perkembangan PAD dijawab melalui model analisis RIMA (Autoregresive Integrated Moving

32 Average). Berdasarkan hasil penelitian dengan uji analisis yang dilakukan maka dapat didapatkan bahwa variabel-variabel dari sektor pariwisata yaitu pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan, tingkat investasi, PDRB sektor perdagangan, hotel dan restoran berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Bali periode 1991-2009. Dan prospek perkembangan PAD terus mengalami peningkatan pada periode 2010-1014. Febrian Sari Anastasia, Rokhedi Priyo Santoso (2015), menganalisis Efisiensi Penerimaan Pendapatan Aset Daerah (PAD) Sub Sektor Pariwisata Kabupaten/Kota Yogyakarta 2008-2012. Penelitian ini bertjuan untuk menghitung tingkat efisiensi dan sumber-sumber efisiensi penerimaan Pendapatan Aset Daerah (PAD) sub sektor pariwisata di lima wilayah kota dan kabupaten di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode teknik Data Envelopment Analisys (DEA) dengan pendapatan aset daerah sektor pariwisata sebagai variabel dependen dan lima variabel independen yaitu jumlah wisatawan, jumlah hotel, jumlah usaha perjalanan wisata, jumlah rumah makan dan restaurant, serta jumlah sarana pendukung yang tersedia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua daerah di Yogyakarta yaitu Kota Yogyakarta dan Kabupeten Sleman yang mencapai nilai efisiensi, sedangkan Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunungkidul belum mencapai nilai efisiensi. Nilai efisiensi didominasi oleh variabel independen jumlah

33 jasa perjalanan wisata sedangkan jumlah sarana pendukung menjadi sumber inefisiensi penerimaan PAD sub sektor pariwisata. Denny Cessario Sutrisno (2013), menganalisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Hotel, dan PDRB Terhadap Retribusi Pariwisata Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis pengaruh jumlah obyek wisata, jumlah hotel, PDRB, dan pengaruh jumlah obyek wisata, jumlah hotel, PDRB secara bersama-sama terhadap pendapatan retribusi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007-2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka dari instansi-instansi terkait, jurnal, dan buku referensi. Metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan data panel dengan pendekatan common effect model. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua variabel independen yang meliputi jumlah obyek wisata, jumlah hotel, dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan retribusi di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Zelvian Shella et al. (2014), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan daerah sektor pariwisata Kota Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel jumlah wisatawan, jumlah obyek wisata, jumlah hotel, dan lama tinggal wisatawan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata di Kota Banda Aceh. Dalam penelitian ini data yang digunakan berupa data sekunder dalam periode waktu 16 tahun dari tahun 1997-2012 dengan

34 menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa jumlah wisatawan, jumlah hotel, dan lama tinggal wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan daerah sektor daerah sektor pariwisata di Kota Banda Aceh, sedangkan variabel jumlah obyek wisata tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata di Kota Banda Aceh pad tahun 1997-2012. C. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah antara lain : 1. Variabel Jumlah Obyek Wisata diduga memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pariwisata di DIY. 2. Variabel PDRB diduga memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pariwisata di DIY. 3. Variabel Jumlah Hotel diduga memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pariwisata di DIY. 4. Variabel Jumlah Restoran dan rumah makan diduga memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah dari Sektor Pariwisata di DIY.

35 D. Model Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam pemikiran penelitian ini antara lain variabel Jumlah Obyek Wisata, PDRB, variabel Jumlah Hotel, dan variabel Jumlah Restoran dan Rumah Makan yang dapat digambarkan sebagai berikut: Jumlah Obyek Wisata PDRB Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Jumlah Hotel Jumlah Restoran dan Rumah Makan Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran