KAJIAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk BERBASIS LAPORAN KEUANGAN PERIODE Oleh DEVI ARYANI H

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

Gambar 1. Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan.

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PT. PUPUK KUJANG (PERSERO) CIKAMPEK PERIODE Oleh HUSNUL BUDIMAN H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Bank menurut Global Association of Risk Professionals

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan. pengertian laporan keuangan dari beberapa para ahli :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BIMATAMA INDONESIA ESTETIKA, JAKARTA. Oleh IMAN SUSENO H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi dari hasil operasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Alur Pikir. Lampiran 1. Alur Pikir 73. Analisis Trend Analis Forecasting Analisis Common Size Analisis Rasio Analisis Du pont

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi merupakan suatu sistem informasi yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 3 Analisis Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PT. SURYA PUTRA SUMETERA II PASIR PENGARAIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB II BAHAN RUJUKAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat untuk mengetahui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II LANDASAN TEORI. satunya Prof. Dr. Ridwan S. Sundjaja, Drs., M.S.B.A., & Dra. Inge Berlian, Ak,

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

KAJIAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk BERBASIS LAPORAN KEUANGAN PERIODE 2006-2010 Oleh DEVI ARYANI H24097025 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 1

92 RINGKASAN DEVI ARYANI. H24097025. Kajian Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT. Goodyear Indonesia, Tbk Berbasis Laporan Keungan Periode 2006-2010. Dibawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO. PT. Goodyear Indonesia merupakan perusahaan manufaktur, eksportir dan penjualan ban, ban dalam, flap dan produk turunan karet lainnya yang pertama di Indonesia. Perusahaan dituntut untuk meningkatkan kinerja keuangannya dari tahun ke tahun. Hal tersebut mendorong perusahaan untuk meningkatkn kinerja keuangannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi keuangan dan kinerja keuangan dengan menggunakan analisis trend, forecasting, persentase per komponen, rasio dan analisis Du Pont, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan selama periode 2006-2010. Perkembangan keuangan perusahaan selama lima tahun pengamatan menunjukkan bahwa pada kondisi keuangan jangka pendek dilihat dari komponen yang digunakan untuk menilai likuiditas perusahaan yaitu hutang lancar mengalami peningkatan secara fluktuatif. Sementara, pada kondisi keuangan jangka panjang dilihat dari komponen yang digunakan untuk menilai solvabilitas perusahaan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir dengan laju peningkatan terbesar terjadi dalam komponen total hutang diikuiti dengan modal sendiri. Sedangkan pada laporan rugi laba dapat dilihat bahwa komponen pendapatan usaha, harga pokok penjualan, beban usaha dan laba bersih cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dilihat dari analisis trend keuangan perusahaan cenderung akan mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini juga dibuktikan dengan analisis forecasting untuk periode 2 tahun kedepan menunjukkan bahwa keuangan perusahaan akan mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Komponen neraca perusahaan selama lima tahun pengamatan dapat dilihat bahwa proporsi aktiva tetap lebih besar dibandingkan dengan proporsi aktiva lancar dari total aktiva secara keseluruhan. Proporsi hutang lebih besar dibandingkan proporsi modal sendiri dari total passiva secara keseluruhan. Sedangkan pada laporan rugi laba dapat dilihat bahwa nilai proporsi faktor pengurang terbesar terhadap total pendapatan adalah harga pokok penjualan. Dari analisis rasio dapat dilihat bahwa kondisi keuangan perusahaan menunjukkan keadaan yang likuid dan solvabel serta aktivitas perusahaan cukup baik. Analisis Du Pont menunjukkan kondisi yang fluktuatif dengan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2009. Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor yang berasal dari internal perusahaan yaitu harga pokok penjualan dan total hutang perusahaan. Sedangkan perusahaan sejenis (kompetitor) kondisi perekonomian Indonesia, tingkat suku bunga dan selisih kurs merupakan faktor eksternal yang sifatnya sementara dan tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. iii

KAJIAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk BERBASIS LAPORAN KEUANGAN PERIODE 2006-2010 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh : DEVI ARYANI H24097025 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i

Judul Skripsi Nama :Kajian Terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Goodyear Indonesia,Tbk Berbasis Laporan Keuangan Periode 2006-2010 :Devi Aryani NRP :H24097025 Menyetujui Dosen Pembimbing, (Dr. Ir. Abdul Kohar I, M.Sc) NIP. 19491210 197803 1 002 Mengetahui : Ketua Departemen, (Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP. 19610123 198601 1 002 Tanggal Lulus: ii

92 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Devi Aryani dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 30 Juni 1988. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Muslim Ramli E dan ibu Triyani. Penulis memulai pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Taman Siswa di Tebing Tinggi (1993-1994), selanjutnya penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri No. 163092 Tebing Tinggi (1994-2000). Kemudian melanjutkan lagi di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Tebing Tinggi (2000-2003) dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tebing Tinggi (2003-2006). Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di Program Keahlian Akuntansi Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2009. Setelah lulus Pendidikan Diploma III, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1 di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penulis melaksanakan kegiatan penelitian di PT. Goodyear Indonesia, Tbk dan mengambil topik penelitian yang berjudul Kajian Terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Goodyear Indonesia, Tbk Berbasis Laporan Keuangan Periode 2006-2010. iii

92 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian terhadap Kinerja Keuangan Pada PT. Goodyear Indonesia Tbk Berbasis Laporan Keuangan Periode 2006-2010. Tujuan pembuatan skripsi ini untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi yang merupakan salah satu syarat kelulusan bagi setiap mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Manajemen pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Baik dari pengetahuan, tata cara penulisan, pengalaman, pengetahuan maupun isinya, mengingat keterbatasan penulis yang masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis dan para pembaca. Bogor, September 2011 Penulis iv

92 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik itu bimbingan moril maupun materil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1) Kedua orang tua saya yang tercinta yang senantiasa memberikan doa dan dukungannya baik secara moril dan materil. 2) Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar I, M.Sc, selaku pembimbing skripsi yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3) Ibu Lindawati Kartika, SE, M.Si dan ibu Yusrina Permanasari, ME yang telah memberikan saran-saran perbaikan dalam skripsi ini. 4) Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik, membimbing dan mengarahkan penulis selama proses perkuliahan di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut pertanian Bogor. 5) Teman-teman Program Sarjana Alih Jenis Manajemen khususnya Angkatan 7. Terima kasih atas kebersamaan dan kekompakannya. 6) Teman-teman satu bimbingan (Wisty, Retno, Davy, serta Tia) Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan semua pihak. Amin v

92 DAFTAR ISI RINGKASAN RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penelitian... 5 1.4. Manfaat Penelitian... 5 1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA... 7 2.1. Kinerja Keuangan... 7 2.2. Laporan Keuangan... 7 2.2.1. Laporan Neraca... 9 2.2.2. Laporan Rugi Laba... 13 2.3. Analisis Laporan Keuangan... 14 2.3.1. Analisis Trend (Analisis Horizontal)... 17 2.3.2. Analisis Peramalan (Forecasting)... 17 2.3.3. Analisis Persentase Per Komponen (Common Size Percentage atau Analisis Vertikal)... 18 2.3.4. Analisis Rasio... 18 2.3.5. Analisis Du Pont... 23 2.4. Penelitian Terdahulu... 24 III. METODE PENELITIAN... 26 3.1. Kerangka Pemikiran... 26 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 27 3.3. Jenis dan Sumber Data... 28 3.4. Teknik Pengumpulan Data... 28 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 36 4.1. Gambaran Umum Perusahaan... 36 4.1.1. Visi dan Misi Perusahaan... 36 4.1.2. Strategi Perusahaan... 37 4.1.3. Struktur Organisasi... 37 vi

vii 4.2. Perkembangan Keuangan Perusahaan... 38 4.2.1. Perkembangan Neraca... 39 4.2.2. Perkembangan Rugi Laba... 41 4.3. Proyeksi Keuangan Perusahaan... 43 4.3.1. Neraca... 43 4.3.2. Rugi Laba... 47 4.4. Komposisi Keuangan Perusahaan... 51 4.4.1. Komposisi Neraca... 51 4.4.2. Komposisi Rugi Laba... 53 4.5. Kinerja Perusahaan PT. Goodyear Indonesia, Tbk... 54 4.5.1. Rasio Likuiditas... 54 4.5.2. Rasio Solvabilitas... 57 4.5.3. Rasio Profitabilitas... 60 4.5.4. Rasio Aktivitas... 63 4.6. Analisis Du Pont... 66 4.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan... 67 KESIMPULAN DAN SARAN... 68 Kesimpulan... 68 Saran... 69 DAFTAR PUSTAKA... 70 LAMPIRAN... 72 vii

92 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Daftar Perusahaan Ban di Indonesia Tahun 2010..2 2. Perkembangan Rasio Likuiditas Tahun 2006-2010.51 3. Perkembangan Rasio Solvabilitas Tahun 2006-2010..53 4. Perkembangan Rasio Profitabilitas Tahun 2006-2010 57 5. Perkembangan Rasio Aktivitas Tahun 2006-2010..60 viii

ix DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia... 1 2. Kerangka Pemikiran... 27 3. Struktur Organisasi... 38 4. Perkembangan Komponen Likuiditas Terhadap Laporan Neraca PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010... 40 5. Perkembangan Komponen Solvabilitas dan Aktiva Tetap Terhadap Laporan Neraca PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010... 41 6. Perkembangan Terhadap Laporan Rugi Laba PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010... 42 7. Proyeksi Aktiva Lancar Tahun 2011 dan 2012... 44 8. Proyeksi Aktiva Tetap Tahun 2011 dan 2012... 45 9. Proyeksi Hutang Lancar Tahun 2011 dan 2012... 45 10. Proyeksi Hutang Tidak Lancar Tahun 2011 dan 2012... 46 11. Proyeksi Ekuitas Tahun 2011 dan 2012... 47 12. Proyeksi Penjualan Tahun 2011 dan 2012... 48 13. Proyeksi HPP Tahun 2011 dan 2012... 49 14. Proyeksi Biaya Usaha Tahun 2011 dan 2012... 50 15. Proyeksi Laba Bersih Tahun 2011 dan 2012... 50 16. Perkembangan Proporsi Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010... 52 17. Perkembangan Proporsi Komponen Passiva Terhadap Total Passiva PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010... 53 18. Perkembangan Proporsi Komponen Rugi Laba Terhadap Pendapatan Usaha (Penjualan) PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010... 53 19. Perkembangan Rasio Likuiditas PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010... 55 20. Perkembangan Rasio Solvabilitas PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010... 58 21. Perkembangan Rasio Profitabilitas PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010... 61 22. Perkembangan Rasio Aktivitas PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010... 64 23.Perkembangan Nilai ROE dan Komponen yang Mempengaruhinya Pada PT.Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010... 67 ix

92 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1 Alur Pikir... 73 2. Laporan Neraca PT. Goodyear Indonesia, Tbk... 74 3. Laporan Rugi Laba PT. Goodyear Indonesia, Tbk... 76 4. Analisis Trend Terhadap Laporan Neraca... 77 5. Analisis Trend Terhadap Laporan Rugi Laba... 79 6. Hasil Uji Pola Data Komponen Neraca... 80 7. Hasil Uji Pola Data Komponen Rugi Laba... 82 8. Analisis Forecasting terhadap Komponen Neraca... 84 9. Analisis Forecasting Terhadap Komponen Rugi Laba... 86 10. Analisis Persentase Per Komponen Terhadap Laporan Neraca... 88 11. Analisis Persentase Per Komponen Terhadap Rugi Laba... 90 12. Hasil Analisis Rasio... 91 13. Hasil Analisis Du Pont... 92 x

92 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia otomotif semakin lama semakin marak dan mengalami kemajuan, hal ini dapat terlihat dengan bermunculannya inovasi-inovasi baru untuk menarik dan memenuhi kebutuhan konsumen. Di Indonesia sendiri perkembangan dunia otomotif semakin pesat. Banyak produsen otomotif dunia menanamkan investasi besar di Indonesia. Indonesia yang katanya belum bisa pulih kondisi ekonominya pasca krisis 1998 ternyata tidak mengurangi daya beli sehingga pasar negeri ini masih memikat produsen otomotif. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia mencatat peningkatan yang signifikan pada volume penjualan mobil menjadi 763.751 unit di tahun 2010 atau naik 60% dari 480.000 unit pada tahun 2009. Sedangkan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat penjualan sepeda motor pada tahun 2010 mencapai 7,36 juta unit atau naik 25,8% dari tahun 2009. Untuk tahun 2011, Gaikindo memproyeksikan penjualan otomotif hanya akan tumbuh sebesar 10%- 15% karena dipengaruhi oleh faktor kenaikan inflasi, suku bunga Bank Indonesia, kebijakan pajak pemerintah, dan kondisi fundamental perekonomian di tahun 2011 yang diperkirakan masih akan stabil (Pefindo, 2011). Berikut ini adalah data perkembangan penjualan mobil dimulai dari tahun 2005 hingga prediksi tahun 2012: Gambar 1. Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia

2 Industri ban belakangan menunjukkan perkembangan cukup pesat, seiring dengan tumbuhnya industri otomotif. Ban merupakan kebutuhan utama bagi pemilik kendaraan, hal ini dapat dilihat dari peningkatan penjualan ban dari tahun ke tahun sejalan dengan peningkatan penjualan kendaraan. Berdasarkan data dari APBI, realisasi penjualan ban selama tahun 2005-2010 tumbuh dengan rata-rata per tahun sebesar 5,52%. Di Indonesia terdapat 7 perusahaan yang bergerak dalam industri ban, yakni seperti yang tertera pada Tabel 1 berikut: Table 1. Daftar Perusahaan Ban di Indonesia Tahun 2010 No. Nama Perusahaan 1 Bridgestone 2 Sumi Rubber (Dunlop) 3 Gajah Tunggal 4 Goodyear 5 Multistrada 6 Elang Perdana 7 Industri Karet Deli Sumber : Diolah dari Pefindo Valuasi Saham & Indexing Salah satu produsen ban pertama di Indonesia adalah PT. Goodyear Indonesia,Tbk. Goodyear Indonesia merupakan perusahaan manufaktur, eksportir dan penjualan ban, ban dalam, flap dan turunan karet lainnya yang pertama di Indonesia. Rata-rata output produksi ban yang dilakukan Goodyear tahun 2006 hingga tahun 2009 adalah 8000 ban/hari, dan mengalami peningkatan output produksi ban rata-rata per hari adalah sebesar 10.401 unit ban. Perusahaan ban terbesar di dunia ini, selain memproduksi ban dengan merek sendiri, juga memproduksi merek yang tak kalah dengan para pesaingnya dan cukup disegani. Beberapa pesaing Goodyear adalah Bridgestone, Dunlop, dan Gajah Tunggal. Adanya persaingan antara PT. Goodyear dengan pesaing lainnya tidak bisa dihindarkan. Persaingan ini membawa dampak positif dan negatif terhadap perusahaan. Dampak positifnya adalah memotivasi agar perusahaan saling berpacu menjadi yang terbaik. Sedangkan dampak negatifnya adalah kekalahan dalam persaingan dapat menghambat laju perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Kondisi ini akan

3 membawa kerugian yang besar bagi perusahaan, bahkan dapat mengakibatkan gulung tikar. Keinginan setiap perusahaan ialah memperoleh keuntungan atau laba sebesar-besarnya, mengeluarkan biaya seminimum mungkin dan mencapai tingkat penjualan yang maksimum. Perusahaan juga berusaha untuk tetap berada dalam keadaan sehat, artinya perusahaan dapat berkembang dengan baik atau meningkat kondisi keuangannya. Salah satu cara yang dapat ditempuh perusahaan untuk mencapai keinginan tersebut adalah dengan cara meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dari tahun ke tahun demi tercapainya kondisi keuangan perusahaan yang sehat. Tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan rugi-laba, laporan sumber dan penggunaan dana atau yang biasa disebut dengan laporan perubahan modal. Laporan-laporan keuangan lainnya yang sifatnya membantu dalam memberikan penjelasan lebih lanjut juga dapat mendukung dalam menilai kinerja keuangan, seperti laporan arus kas, laporan perubahan modal kerja, laporan biaya produksi dan lain sebagainya. Penilaian kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk adalah salah satu upaya untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengelola keuangannya. Untuk menilai baik atau tidaknya kinerja keuangan suatu perusahaan, diperlukan suatu indikator sebagai tolak ukur dalam membandingkan kondisi keuangan perusahaan setiap tahunnya. Hal ini sangat penting untuk diketahui baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan agar perusahaan dapat tetap bertahan dalam persaingan di masa sekarang dan mendatang. Sehingga PT. Goodyear Indonesia Tbk sebagai salah satu produsen ban terkemuka di dunia dimana banyak menggunakan mata uang asing dalam transaksi pembayarannya dan kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil akan menimbulkan terjadinya selisih kurs yang dapat menimbulkan

4 kerugian bagi perusahaan, sehingga sangat membutuhkan gambaran mengenai kondisi internal perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangannya. Suatu laporan keuangan tidak dapat memberikan informasi apapun sebelum kita menganalisis dan menginterpretasikannya terlebih dahulu. Setelah kita menganalisis dan menginterpretasikan suatu laporan keuangan, barulah laporan keuangan itu memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan baik untuk pihak internal maupun eksternal perusahaan. Berbagai alat analisis atau metode dapat digunakan, diantaranya analisis trend, analisis peramalan, analisis persentase per komponen, analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas), analisis Du Pont dan lainnya. Analisis trend, persentase per komponen dan Du Pont merupakan analisi terpadu bagi analisis rasio. Analisis rasio digunakan karena lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain, lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan dating (Harahap, 2004). Sedangkan menurut Keown (2008), rasio keuangan dapat membantu dalam mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimana kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk selama periode 2006-2010 berdasarkan analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio serta Du Pont? 2. Bagaimanakah proyeksi keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk periode 2011 dan 2012? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk selama periode 2006-2010?

5 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Menganalisis laporan keuangan perusahaan selama periode 2006-2010 menggunakan analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis rasio serta Du Pont. 2. Menganalisis proyeksi keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk periode 2011. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk selama periode 2006-2010. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai kalangan, antara lain : 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan dalam penyusunan strategi untuk mencapai produktivitas yang tinggi dan laba yang tinggi. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan mengenai perkembangan kondisi keuangan dan penilaian kinerja keuangan perusahaan ke depan. 2. Bagi Pihak Lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan pembanding bagi peneliti selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Laporan keuangan yang akan dianalisis difokuskan pada laporan neraca dan laporan laba-rugi, namun tidak menutup kemungkinan penggunaan laporan keuangan perusahaan lainnya yang sifatnya membantu dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan alat analisis atau metode yang digunakan antara lain analisis trend (analisis horizontal), analisis peramalan, analisis persentase per komponen (analisis vertikal), analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas), serta analisis Du Pont. Seluruh analisis di atas

6 digunakan untuk melihat sejauh mana perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2006 sampai tahun 2010 dan meramalkan kinerja keuangan 2 tahun ke depan yaitu periode 2011 dan 2012.

7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Menurut Sawir (2005), kinerja adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan penghasilan atau meraih keuntungan (laba) dan kemampuan dalam mengelola perusahaan secara efisien. Kinerja keuangan merupakan suatu prestasi yang diperlihatkan oleh perusahaan dari hasil usahanya melalui analisa laporan keuangan perusahaan. Menurut Umar (2003), kinerja perusahaan dapat dilihat dari sisi keuangan yang didasarkan pada laporan keuangan. Analisis kinerja perusahaan dari sisi keuangan dapat ditelusuri dari berbagai sisi, salah satunya melalui laporan keuangan perusahaan. 2.2. Laporan Keuangan Menurut Jumingan (2005), laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi dan peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2007). Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil. Menurut Munawir (2007), laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara :

8 1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact), berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, hutang, maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lampau dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. 2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulate), berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan dan untuk keseragaman. 3. Pendapat pribadi (personal judgement), dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan dan sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau manajemen perusahaan yang bersangkutan. Judgement atau pendapat ini tergantung kepada kemampuan atau integritas pembuatan yang dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan serta dalildalil dasar akuntansi telah disetujui akan digunakan dalam beberapa hal. Misalnya, cara-cara atau metode untuk menaksir piutang yang tidak akan dapat ditagih dan penentuan beban penyusutan serta penentuan umur dari suatu aktiva terap akan sangat tergantung pada pendapat pribadi manajemennya dan berdasarkan pengalaman masa lalu. Suatu hal yang penting yaitu bahwa baik prosedur, anggapananggapan, kebiasaan-kebiasaan maupun pendapat pribadi yang telah digunakan harus dipertahankan secara terus-menerus atau secara konsisten dari tahun ke tahun. Namun dalam hal ini tidak berarti bahwa

9 prosedur, kebiasaan, maupun pendapat pribadi yang digunakan tidak boleh diubah. Jika suatu ketika manajemen ingin merubah prosedur, kebiasaan maupun pendapat pribadi yang telah dipakai, harus dijelaskan dalam laporan keuangannya sehingga mereka yang membaca laporan keuangan itu dapat mengetahui dengan jelas dasar mana yang sesungguhnya digunakan dalam laporan keuangan yang bersangkutan. 2.2.1. Laporan Neraca Menurut Harahap (2004), laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat tertentu. Dan menurut Munawir (2007), neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut sebagai balance sheet. Laporan neraca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu aktiva, hutang dan modal (Munawir, 2007). Aktiva merupakan kekayaan perusahaan baik yang berwujud (Tangible Assets) maupun yang tidak berwujud (Intangible Assets). Aktiva dibagi menjadi aktiva lancar dan aktiva tetap. Menurut Munawir (2007), yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah : 1. Kas, uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi sudah ditentukan penggunaannya (misalnya uang kas yang disisihkan untuk tujuan pelunasan hutang obligasi, untuk pembelian aktiva tetap atau untuk tujuan-tujuan lain) tidak dapat dimasukkan dalam pos kas. Termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para langganan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat di ambil kembali

10 (dengan menggunakan cek atau bilyet) setiap saat diperlukan perusahaan. 2. Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable securities), adalah investasi yang sifatnya sementara atau jangka pendek dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. Syarat utama agar dapat dimasukkan dalam investasi jangka pendek adalah bahwa investasi itu harus bersifat marketable, artinya setiap saat perusahaan membutuhkan uang, investasi itu dapat segera dijual dengan harga yang pasti. Yang termasuk dalam investasi jangka pendek adalah deposito di bank, surat-surat berharga yang berwujud saham, obligasi, sertifikat bank dan investasi lain yang mudah diperjualbelikan. 3. Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam Undang-Undang. 4. Piutang dagang, adalah tagihan hutang kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. Pada dasarnya piutang bisa timbul tidak hanya karena penjualan barang dagangan secara kredit, piutang karena adanya penjualan saham secara angsuran, atau adanya uang muka untuk pembelian atau kontrak kerja lainnya. 5. Persediaan, untuk perusahaan perdagangan yang dimaksud dengan persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang atau belum laku dijual. Untuk perusahaan manufaktur, maka persediaan yang dimiliki meliputi persediaan barang mentah, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. 6. Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa atau prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya sehingga merupakan tagihan.

11 7. Persekot atau biaya yang dibayar dimuka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya karena jasa atau prestasi dari pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan peruode berikutnya. Menurut Munawir (2007), yang dimaksud dengan aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang atau mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan. Aktiva tidak lancar ini terdiri dari : 1. Investasi jangka panjang, investasi atau penyertaan ini biasanya merupakan bentuk penanaman dana perusahaan kepada perusahaan lain dalam jangka panjang. Penyertaan dapat dilakukan dalam bentuk saham, obligasi atau surat berharga lain. Meskipun penyertaan ini biasanya dalam bentuk kepemilikan saham atau obligasi, tetapi berbeda dengan surat berharga (efek) pada kelompok aktiva lancar, dalam surat berharga (efek). Saham atau obligasi hanya dipegang untuk jangka pendek (satu tahun kurang), sedangkan investasi atau penyertaan untuk jangka panjang. 2. Aktiva tetap berwujud, adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak atau konkrit. Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap selain aktiva itu dimiliki perusahaan juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aktiva tersebut mempunyai umur kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan). Kelompok aktiva ini meliputi tanah, bangunan, kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya. 3. Aktiva tidak berwujud, adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Yang termasuk aktiva tetap tidak berwujud ini meliputi hak cipta, merk dagang, lisensi dan sebagainya.

12 4. Beban yang ditangguhkan, adalah menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun), atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya. Yang termasuk kelompok ini antara lain adalah biaya pemasaran, biaya pembukaan perusahaan, biaya penelitian dan sebagainya. 5. Aktiva lain-lain, adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka panjang dan sebagainya. Menurut Munawir (2007), hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban dapat dibedakan kedalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang tidak lancar (hutang jangka panjang). Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar meliputi antara lain : 1. Hutang dagang, adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan secara kredit. 2. Hutang wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan Undang-Undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang. 3. Hutang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun Pajak Pendapatan Karyawan yang belum disetorkan ke kas negara. 4. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.

13 5. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek karena harus segera dilakukan pembayarannya. 6. Penghasilan yang diterima dimuka, adalah penerimaan uang untuk penjualan barang atau jasa yang belum direalisir. Sedangkan hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya atau jatuh temponya masih panjang (atau lebih dari satu tahun tanggal neraca) yang meliputi hutang obligasi, hutang hipotok (hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu), dan pinjaman jangka panjang lain (Munawir, 2007). Komponen neraca lainnya adalah modal. Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba ditahan. Atau kelebihan nilai aktivayang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya (Munawir, 2007). 2.2.2. Laporan Rugi Laba Menurut Rahardjo (2003), laporan rugi laba (income statement) merupakan laporan mengenai kemajuan perusahaan. Pada dasarnya laporan rugi laba memberitahu apa yang diperoleh perusahaan tahun ini, apakah laba atau rugi, dan berapa banyak laba atau kerugiannya. Laporan ini menggambarkan kemajuan usaha perusahaan selama satu periode tertentu atau selama satu tahun buku. Menurut Munawir (2007), laporan rugi laba adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan rugi laba bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut : 1. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual sehingga diperoleh laba kotor.

14 2. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum administrasi. 3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi diluar usaha pokok perusahaan. 4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan. 2.3. Analisis Laporan Keuangan Setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi keuangan yang dimaksud adalah diketahuinya berapa jumlah harta (kekayaan), kewajiban (utang) serta modal (ekuitas) dalam neraca yang dimiliki. Kemudian juga akan diketahui jumlah pendapatan yang diterima dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu (Kasmir, 2008). Menurut Harahap (2004), analisis laporan keuangan merupakan suatu kegiatan untuk menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis keuangan diperlukan oleh berbagai pihak, seperti para pemegang saham atau investor, kreditor, dan para manajer karena melalui hasil analisis keuangan mereka akan lebih mengetahui posisi perusahaan yang bersangkutan dari pada perusahaan lainnya dalam satu kelompok industri. Dalam hal ini terdapat tiga macam alat analisis keuangan suatu perusahaan, yakni analisis horizontal, analisis vertikal dan analisis rasio (Moeljadi, 2006).

15 Menurut Munawir (2007), dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi-potensi kemajuan perusahaan, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah : 1. Likuiditas, adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih (jatuh tempo), berarti perusahaan tersebut dalam keadaan ilikuid. Dengan demikian likuiditas, diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Kewajiban keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan (kreditur) dan kewajiban perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi (intern perusahaan). Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar atau kreditur dinamakan likuiditas badan usaha, sedangkan yang berhubungan dengan pihak intern atau proses produksi (seperti membayar upah buruh, membeli bahan baku) dinamakan likuiditas perusahaan. 2. Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan solvabel jika perusahaan tersebut mempunyai kekayaan atau aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva tidak cukup atau

16 lebih kecil daripada jumlah hutangnya, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel. Baik perusahaan yang insolvabel maupun yang likuid menunjukkan keadaan keuangan yang kurang baik karena kedua-duanya pada suatu waktu akan menghadapi kesulitan keuangan. Perusahaan yang ilikuid akan segera mengalami kesulitan keuangan walaupun perusahaan tersebut dalam keadaan solvabel, sebaliknya kalau perusahaan dalam keadaan insolvabel terapi likuid tidak akan segera mengalami kesulitan keuangan dan kesulitan keuangan baru timbul kalau perusahaan itu dibubarkan. 3. Profitabilitas, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. 4. Aktivitas usaha, adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutang-hutang tersebut tepat pada waktunya, serta kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan dan krisis keuangan. Faktor-faktor tersebut dapat diketahui dengan cara menganalisa atau menginterpretasikan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.

17 2.3.1. Analisis Trend (Analisis Horizontal) Menurut Munawir (2007), analisis trend adalah analisis yang membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk beberapa periode akuntansi dengan menggunakan tahun dasar. Analisis trend mempelajari pergerakan pos-pos tertentu dari suatu laporan keuangan perusahaan selama beberapa tahun atau periode akuntansi berturut-turut. Dari analisis ini akan tampak pos-pos yang mengalami kecenderungan arah yang meningkat, menurun atau tetap. Analisis ini menggunakan angka indeks berupa persentase sehingga analisis ini sering juga disebut analisis indeks. Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam persentase dibutuhkan satu tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar. Tahun dasar ini diperlukan sebagai dasar perhitungan yang akan dibuat dalam bentuk persentase. Biasanya data laporan keuangan dari tahun yang paling awal dari deretan laporan keuangan yang dianalisa dianggap sebagai tahun dasar. Tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka indeks 100, sedangkan pos-pos yang sama dari periode yang dianalisa dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar. Jadi trend yang dimaksud adalah menunjukkan hubungan antara masing-masing pos satu tahun dengan tahun dasarnya (Munawir, 2007). 2.3.2. Analisis Peramalan (Forecasting) Meramalkan dalam manajemen keuangan digunakan untuk memperkirakan kebutuhan keuangan dimasa yang akan datang. Hal ini dilakukan untuk mengantsipasi kebutuhan pembiayaan masa depan perusahaan (Keown, et al, 2008). Peramalan atau forecasting adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian dimasa depan (Heizer dan Render, 2006). Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan

18 menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Bisa juga merupakan prediksi intusisi yang bersifat subjektif atau bisa juga menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer. 2.3.3. Analisis Persentase Per Komponen (Common Size Percentage atau Analisis Vertikal) Menurut Munawir (2007), analisis persentase per komponen adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan penjualannya. Analisis ini merupakan pelengkap bagi analisis rasio dan dapat memberikan gambaran tentang perubahan yang terjadi dalam masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungannya dengan total aktiva atau total hutang atau total penjualan dan analisis ini dilakukan secara vertikal dengan membandingkan pospos laporan keuangan dalam satu periode yang sama. Menurut Munawir (2007), metode untuk merubah jumlah-jumlah rupiah dalam suatu laporan keuangan menjadi persentase-persentase dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto masingmasing dengan 100% 2. Hitunglah rasio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan tersebut dengan cara membagi jumlah rupiah dari masing-masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah masing-masing pos pasiva dengan total pasivanya dan masing-masing pos rugi laba dengan total penjualan nettonya dikalikan 100%. 2.3.4. Analisis Rasio Menurut Sawir (2005), untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, diperlukan tolak ukur berupa rasio atau indeks yang menghubungkan antara data yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interpretasi dari bermacam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik mengenai kinerja keuangan dan prestasi perusahaan.

19 Rasio keuangan dapat membantu dalam mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan (Keown, et al, 2008). Rasio keuangan memberikan dua cara untuk membuat perbandingan dari data keuangan perusahaan menjadi lebih berarti yakni pertama, dapat meneliti rasio antar waktu untuk mengetahui arah pergerakannya; kedua, dapat memperbandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain. Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas (Munawir, 2007). Alat analisis rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar. a. Rasio Likuiditas Menurut Munawir (2007), likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo. Jadi, analisis likuiditas menunjukkan apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya yang akan jatuh tempo. Analisis rasio ini dapat digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, serta membantu manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dibayar tepat pada waktunya, memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi normal, membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan dan memelihara tingkat kredit yang menguntungkan. Analisis likuiditas pada umumnya diukur dengan menggunakan rasio berikut : 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Rasio lancar yang rendah menunjukkan bahwa dalam perusahaan terdapat masalah

20 likuiditas. Namun rasio lancar yang tinggi menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aktiva yang ada untuk menghasilkan laba (Sawir, 2005). 2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan. Menurut Sawir (2005), persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu yang singkat. Jadi rasio ini dinilai lebih baik dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. b. Analisis Solvabilitas Analisis solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang (Munawir, 2007). Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. Rasio-rasio yang umum digunakan dalam analisis solvabilitas antara lain (Munawir, 2007): 1. Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva (Debt to Total Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan dengan total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi nilai persentase rasio utang maka semakin tinggi pula resiko perusahaan yang harus ditanggung perusahaan (Sawir, 2005). 2. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang dan ekuitas (modal) yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sawir, 2005).

21 3. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Long Term Debt to Equity Ratio) Rasio ini menunjukkan proporsi hutang jangka panjang dan modal sendiri dalam pembiayaan aktiva, dan juga merupakan jaminan terhadap hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001). 4. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio maka semakin kecil jumlah pinjaman perusahaan yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan (Riyanto, 2001). c. Analisis Aktivitas Analisis aktivitas menunjukkan bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas perusahaan didalam mengelola dan menggunakan asset untuk memperoleh keuntungan (profit) dari penjualan. Analisis aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut : 1. Rasio Perputaran Total Aktiva (total Asset turn Over Ratio) Rasio ini menunjukkan sejumlah mana tingkat efektivitas penggunaan seluruh aset perubahan dalam rangka menghasilkan penjualan dan memperoleh laba (profit) (Riyanto, 2001). Nilai rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan bersih yang dapat dilakukan untuk setiap rupiah total aktiva yang dimiliki perusahaan. 2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio) Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan penjualan. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. 3. Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over Ratio) Rasio perputaran piutang merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi angka rasio ini berarti semakin cepat perputaran piutang dalam satu periode, maka modal kerja yang tertanam dalam piutang

22 semakin turun karena semakin cepat pencairan piutang menjadi bentuk kas (Riyanto, 2001). Sedangkan Periode Pengumpulan Piutang (Collection Periode) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menagih atau mengumpulkan piutangnya. Semakin lama waktu pengumpulan piutang (penagihan), maka semakin besar resiko piutang tersebut menjadi tak tertagih (Riyanto, 2001). d. Analisis Profitabilitas Analisis profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) dalam periode tertentu. Profitabilitas perusahaan diukur dari kemampuannya dalam menggunakan aktiva secara produktif.dengan demikian profitabilitas perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau modal yang dimiliki perusahaan dalam periode yang sama (Munawir, 2007). Rasio-rasio yang umumnya digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah : 1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio marjin laba kotor merupakan rasio antara laba kotor yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Rasio ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari setiap rupiah penjualan. Semakin besar nilai rasio maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor (Munawir, 2007). 2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) Rasio marjin laba bersih merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Selain itu rasio ini digunakan untuk menghitung tingkat keuntungan bersih yang diperoleh (Munawir, 2007). 3. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return of Investment) Rasio ini menunjukkan hasil yang dicapai dari investasi-investasi yang ditanam dalam perusahaan oleh para investor. Selain itu rasio juga

23 mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan dari operasi tersebut (Munawir, 2007). Manajemen dapat menggunakan ROI sebagai peringatan dini atas tindakan yang perlu diambil agar perusahaan dapat tetap berjalan lancar dan terus menghasilkan keuntungan (profit). 4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return of Equity) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba atas modal yang ditanam oleh pemilik modal. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan keberhasilan dari manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang ditanam oleh pemilik perusahaan, dimana laba yang diperoleh tinggi (Munawir, 2007). 2.3.5. Analisis Du Pont Analisis ini merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio keuangan dimana analisis ini dirancang untuk mengevaluasi profitabilitas dan mencari tingkatpengembalian ekuitas. Analisis ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa. Semakin tinggi nilai ROE suatu perusahaan maka semakin baik perusahaan dalam pengelolaan manajemen keuangannya (Keown, et al, 2008). Manfaat lain dari analisis Du Pont adalah (Keown, et al, 2008) : 1. Untuk menganalisis cara meningkatkan prestasi perusahaan 2. Untuk melihat efektivitas pengelolaan sumber daya guna memaksimalkan tingkat pengembalian para pemilik saham. Analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas dan profit marjin dan menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitasnya aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan serta tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yang dihasilkan. Analisis ini memfokuskan pada ROE perusahaan karena dalam analisis Du Pont menganggap bahwa keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari perkembangan ROE yang dimiliki, semakin tinggi ROE suatu perusahaan

24 maka semakin baik perusahaan dalam mengelola manajemennya (Sawir, 2005). 2.4. Penelitian Terdahulu Setiati (2004) melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan PT. Jaya Teknik Indonesia periode 1999-2003 dengan menggunakan analisa trend, analisa persentase per komponen, analisa rasio dan analisa Du pont. Analisa trend terhadap neraca menunjukkan bahwa jumlah aktiva lancar mengalami penurunan pada tahun 2000 dan peningkatan pada tahun 2001-2003. Peningkatan terbesar dicapai pada tahun 2003 berkaitan dengan meningkatnya jumlah kas dan bank serta uang muka. Analisa trend terhadap laporan rugi laba menunjukkan adanya trend yang meningkat pada pendapatan kontrak selama lima tahun pengamatan. Peningkatan terbesar dicapai pada tahun 2003, berkaitan dengan adanya kenaikan alat-alat listrik dan mekanik sehingga mengakibatkan naiknya harga jual dari jasa konstruksi dan perdagangan. Peningkatan pendapatan juga diikuti dengan trend yang meningkat pada biaya kontrak. Laba bersih perusahaan meningkat jika dibandingkan tahun dasar, kecuali tahun 2000, karena pada tahun tersebut kenaikan beban usaha melebihi kenaikan pendapatan kontrak. Analisa persentase per komponen terhadap neraca menunjukkan bahwa aktiva lancar memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva tetap dan hutang lancar cenderung menurun. Proporsi hutang lancar lebih besar dari hutang jangka panjangnya. Analisa persentase per komponen terhadap laporan rugi laba menunjukkan bahwa nilai proporsi faktor pengurang yang terbesar terhadap total pendapatan kontrak adalah biaya kontrak. Proporsi beban usaha berfluktuasi yang menyebabkan komponen laba usaha maupun laba bersih berfluktuasi. Berdasarkan analisa rasio menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan yang cukup likuid, kurang solvabel dan kurang aman posisi kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajiban keuangannya, aktivitas perusahaan yang sudah baik namun kebijakan kredit yang diberikan terlalu lunak, dan profitabilitas perusahaan yang

25 mampu menghasilkan keuntungan yang cukup baik. Sedangkan analisa Du Pont menunjukkan bahwa kinerja perusahaan selama lima tahun cenderung berfluktuasi. Nilai ROE tertinggi terjadi pada tahun 2001 sebesar 49,25 persen, hal ini menunjukkan produktivitas modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan meningkat. Suseno (2010) melakukan penelitian kinerja keuangan PT. Bimatama Indonesia Estetika, Jakarta periode 2004-2008 dengan menggunakan analisa trend, analisa persentase per komponen, analisa rasio dan analisa Du pont. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perkembangan keuangan perusahaan selama lima tahun menunjukkan bahwa keuangan jangka pendek dilihat dari komponen yang digunakan untuk menilai likuiditas perusahaan yaitu hutang lancar dan aktiva lancar mengalami peningkatan secara fluktuatif. Sementara kondisi keuangan jangka panjang dilihat dari komponen yang digunakan untuk menilai solvabilitas perusahaan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir dengan laju peningkatan terbesar terjadi dalam komponen total hutang dan diikuti oleh total aktiva dan modal sendiri. Sedangkan pada laporan rugi laba dapat dilihat bahwa komponen pendapatan usaha, harga pokok penjualan, beban usaha, dan laba bersih cenderung meningkat setiap tahunnya.

26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang tercermin dari laporan keuangannya dari tahun ke tahun. Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan seberapa berhasil suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Gambaran mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diperoleh dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangannya, sehingga laporan keuangan tersebut bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan untuk periode 2006-2010. Laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan rugi laba. Laporan neraca menunjukkan posisi finansial suatu perusahaan pada suatu saat, sedangkan laporan rugi laba menunjukkan hasil operasi selama periode tertentu. Melalui analisis laporan keuangan biasa diantaranya analisis Trend,analisis peramalan, analisis per komponen, analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas) serta analisis Du Pont dapat diketahui informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara ringkas kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.

27 Aktivitas PT. Goodyear Indonesia Tbk Laporan Keuangan Neraca Rugi/Laba Analisis Kinerja Keuangan Analisis Trend Analisis Per Komponen Analisis Rasio - Likuiditas - Solvabilitas - Profitabilitas - Aktivitas Analisis Du Pont Proyeksi (Analisis Peramalan) Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan perusahaan Gambar 2. Kerangka Pemikiran 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di mulai dengan pengumpulan data sekunder mengenai PT. Goodyear Indonesia Tbk. Data tersebut diolah dan dianalisis untuk memperoleh gambaran mengenai kinerja keuangan yang dapat menghasilkan suatu kesimpulan dan saran bagi kinerja keuangan

28 PT. Goodyear. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan dari bulan Mei hingga bulan Juli 2011. 3.3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang meliputi laporan neraca dan rugi laba kurun waktu lima tahun terakhir (2006-2010), profil perusahaan serta literatur-literatur perusahaan yang terkait dalam kebutuhan data penelitian. 3.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kinerja keuangan ini terdiri dari teknik pengumpulan data sekunder. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelusuran literaturliteratur dan teknik kepustakaan dengan mencari data laporan keuangan PT. Goodyear Tbk. Penelusuran literatur dilakukan melalui pencarian data di Internet dan laporan. Adapun data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut : a) Profil Perusahaan : Sejarah pendirian PT. Goodyear, tujuan penirian, visi misi PT. Goodyear dan perkembangan PT. Goodyear hingga sekarang b) Kondisi Keuangan : Perkembangan laporan keuangan 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian diolah secara manual maupun dengan menggunakan komputer berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun. Selanjutnya data yang telah diolah akan ditampilkan dalam bentuk tabel agar mudah dibaca. Metode analisis data yang digunakan adalah : 1. Analisis Trend Metode analisis ini digunakan untuk melihat gambaran mengenai perkembangan kondisi keuangan perusahaan dari tahun ke tahun. Dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui kecenderungan atau trend dari hasil-hasil yang

29 telah di capai perusahaan, apakah tetap, meningkat atau menurun (Munawir, 2007). Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan perusahaan melalui rentang perjalanan waktu yang telah lau dan memproyeksikan situasi di masa yang akan datang. Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio, dimana hasil dari analisis trend akan dijadikan dasar dalam melakukan interpretasi hasil analisis rasio. Dalam analisis trend dibutuhkan satu tahun dasar. Dalam penelitian ini yang dijadikan tahun dasar adalah tahun 2006 karena merupakan tahun yang paling awal dari periode yang dianalisis. Setiap pos yang terdapat dalam laporan keuanganyang dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka indeks 100, sedangkan pos-pos yang sama dari periode yang dianalisis dihubungkan dengan pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar dengan cara membagi jumlah rupiah tiap-tiap pos dalam periode yang dianalisis dengan jumlah rupiah dari pos yang sama dalam laporan keuangan tahun dasar, sehingga dapat dilihat kenaikan atau penurunan nilai persentase tiap pos. Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio karena hasil dari analisis ini akan membantu didalam menginterpretasikan hasil analisis rasio. Analisis trend dapat dirumuskan sebagai berikut : Pxt Rx t = 100%...(1) Px o Dimana : Rx t = nilai presentase untuk tahun ke-t Px Px t o = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar 2. Analisis Peramalan Pada penelitian model peramalan yang dipakai adalah model peramalan Double Exponential Smoothing menggunakan data historis dalam bentuk time series tahunan dengan menggunakan Software Minitab 15. Metode ini dipakai karena data yang akan diramalkan berbentuk trend (tidak stasioner) yang ditandai adanya kecenderungan arah data bergerak menaik (growth) atau menurun (decline) pada

30 jkangka panjang. Menurut Santoso (2009), metode Forecasting yang tepat pada data non stasioner adalah metode double exponential smoothing. Metode ini akan menyesuaikan faktor trend yang ada pada pola data, dengan rumus sebagai berikut : Untuk komponen level estimate t t ( 1- )( L T ) L = α Y + α +...(2) t-1 t-1 Untuk komponen trend estimate T t ( L t - L t-1 ) ( 1- β ) Tt- 1 = β +...(3) Sehingga untuk forecast periode ke p dengan rumus : ^ t+ p Y = L + pt...(4) t Dimana : L= level estimate T = trend estimate t ^ Y = nilai forecast untuk periode mendatang α =Parameter pertama perataan antara 0 dan 1 β =Parameter kedua untuk pemulusan trend p =Periode ke depan yang akan diramalkan 3. Analisis Persentase Per Komponen (Common Size Statement) Metode analisis ini digunakan untuk melihat gambaran mengenai perubahan-perubahan dalam masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungannya dengan total aktiva atau dengan total penjualan (Munawir, 2007). Analisis ini dilakukan dengan menghitung persentase dari setiap pos dalam aktiva dengan total aktivanya, dan setiap pos dalam pasiva dengan total pasivanya, serta setiap pos dalam laba-rugi dengan total penjualannya. Analisis persentase per komponen dapat dirumuskan sebagai berikut : Pyt Ry t = 100%...(5) Py o Dimana : Ry t = nilai persentase pos yang dibandingkan Pyt = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t Pyo = pos dasar sebagai pembanding

31 4. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik mengenai kondisi keuangan perusahaan dan prestasi perusahaan dibandingkan analisis yang hanya didasarkan pada data keuangan yang tidak berbentuk rasio (Sawir, 2005). Analisis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis likuiditas, analisis aktivitas, analisis leverage, analisis profitabilitas dan analisis nilai pasar. a) Analisis Likuiditas, rasio ini mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang akan segera jatuh tempo dan juga mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian yang mungkin terjadi yang terdiri dari : Rasio Lancar (Current Ratio) adalah rasio yang dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Aktiva Lancar Rasio Lancar =...(6) Hutang Lancar Rasio Cepat (Quick Ratio) adalah rasio yang dihitung dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan dibagi dengan kewajiban lancar. Rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Aktiva Lancar - Persediaan Rasio Cepat =...(7) Hutang Lancar b) Rasio solvabilitas, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang serta

32 untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang, yang terdiri dari : Rasio Hutang (Debt to Total Asset Ratio) mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Total Hutang Rasio Hutang =...(8) Total Aktiva Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara hutang dan ekuitas (modal) yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio hutang terhadap ekuitas dapat dirumuskan sebagai berikut : Total Hutang Rasio Hutang terhadap Ekuitas =...(9) Total Ekuitas Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Long Term Debt to Equity Ratio) adalah rasio yang menunjukkan proporsi hutang jangka panjang dan modal sendiri dalam pembiayaan aktiva, dan juga merupakan jaminan terhadap hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Hutang Jk Panjang Rasio Hutang Jk Panjang thp Ekuitas =..(10) Total Ekuitas Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio) adalah rasio yang menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rasio ekuitas terhadap total aktiva dirumuskan sebagai berikut : Ekuitas Rasio Ekuitas thp Total Aktiva =...(11) Total Aktiva

33 c) Rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan perusahaan, yang terdiri dari: Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) adalah rasio keuntungan yang menunjukkan kemampuan dari penjualan untuk mendapatkan laba kotor dan berguna untuk memberikan indikasi mengenai efisiensi operasi perusahaan dan penetapan harga jual. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Laba Kotor Rasio Marjin Laba Kotor =...(12) Penjualan Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) adalah rasio keuntungan yang menunjukkan kesanggupan perusahaan dalam melakukan penjualan untuk memperoleh laba bersih dan memberikan gambaran relatif mengenai efisiensi perusahaan setelah memperhatikan semua pengeluaran biaya maupun pajak. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Laba Bersih Rasio Marjin Laba Bersih =...(13) Penjualan Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return of Investment) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dari seluruh dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih pada tahun berjalan, yaitu laba bersih setelah dikurangi bunga dan pajak. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Laba Bersih Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (ROI) =.(14) Total Aktiva Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return of Equity) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba atas modal yang ditanam oleh para pemiliknya. Angka rasio yang tinggi menunjukkan keberhasilan dari manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang ditanamkan oleh

34 pemilik perusahaan, dimana laba yang diperoleh tinggi. Rumus ini dirumuskan sebagai berikut : Laba Bersih Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas =.....(15) Ekuitas d) Rasio Aktivitas, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya, yang terdiri dari : Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio) memberikan gambaran relatif mengenai efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang ada dalam perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Semakin cepat perputarannya yang ditunujukkan dengan angka rasio yang lebih besar adalah semakin baik karena perusahaan dapat memanfaatkan total aktivanya dengan efisien untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Penjualan Rasio Perputaran Total Aktiva =...(16) Total Aktiva Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio) berguna untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktiva tetapnya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Penjualan Rasio Perputaran Aktiva Tetap =...(17) Aktiva Tetap Rasio Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over Ratio) merupakan kemampuan dana tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi angka rasio berarti semakin cepat perputaran piutang dalam satu periode, maka modal kerja yang tertanam dalam piutang semakin turun karena semakin cepat pencairan piutang menjadi bentuk kas. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Penjualan Rasio Perputaran Piutang =...(18) Piutang

35 Sedangkan untuk mengetahui efektifitas dari penagihan piutang dapat dilihat dari rata-rata periode penagihan piutang yang dirumuskan sebagai berikut : 360 hari Periode Pengumpulan Piutang =...(19) Penjualan 5. Analisis Du Pont Persamaan Du Pont menunjukkan bahwa tingkat pengembalian atas aktiva dapat diperoleh dari perkalian marjin laba dengan perputaran total aktiva, yang dapat dirumuskan sebagai berikut : ROA = Margin laba Perputaran total aktiva Laba bersih Penjualan...(20) = Penjualan Total aktiva Pengembalian atas ekuitas (ROE) perusahaan tergantung pada penggunaan kewajiban. ROA harus dibagi dengan 1-rasio hutang untuk mendapatkan ROE, adapun rumus ROE yaitu : ROA ROE =...(21) 1- Rasio Hutang

92 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Goodyear Indonesia Tbk semula didirikan dengan nama NV The Goodyear Tire & Rubber Company Limited pada tanggal 26 Januari 1917 berdasarkan Akta Notaris Benjamin ter Kuile No.199, yang kemudian berubaha nama menjadi PT. Goodyear Indonesia berdasarkan Akta Notaris Eliza Pondang No. 73 tanggal 31 Oktober 1977 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/250/7 tanggal 25 Juli 1978. Anggaran dasar perubahan telah mengalami beberapa kali perubahan dan yang terakhir adalah pada tanggal 16 Juni 1997 berdasarkan Akta Notaris No. 48 Mudofir Hadi, SH, dalam rangka memenuhi ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas No.1/1995 dan Peraturan Pasar Modal. Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-1511.HT.01.04.Th.98 tanggal 9 Maret 1998. Perusahaan bergerak dalam bidang industri ban untuk kendaraan bermotor, penyaluran dan ekspor ban. Perusahaan mulai beroperasi dalam bidang usaha perdagangan ban pada tahun 1917. Pabrik perusahaan dibangun pada tahun 1935 di Bogor sebagai pabrik ban pertama di Indonesia. Kantor pusat perusahaan berdomisili di Bogor. Pada tanggal 10 November 1980, perusahaan menawarkan 6.150.000 lembar sahamnya dengan nilai nominal sebesar Rp.1000,- per lembar saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pada tanggal 20 Desember 2000 perusahaan mendaftarkan 34.850.000 lembar sahamnya yang dimiliki oleh The Goodyear tire & Rubber Company (GTRC) ke BEJ. Sejak tanggal 2 Januari 2001, seluruh saham perusahaan telah tercatat secara resmi di BEJ. 4.1.1. Visi dan Misi Perusahaan Visi PT. Goodyear Indonesia, Tbk adalah menjadi perusahaan yang terbaik di bidang industri ban dan karet di seluruh dunia. Misi PT. Goodyear Indonesia, Tbk adalah Menjadi pemimpin di bidang industri ban dan

37 pemasarannya. Sedangkan untuk menjadi bagian yang terbaik di dunia, nilai-nilai Goodyear secara keseluruhan dirangkum dalam satu kalimat Protect Our Good Name. 4.1.2. Strategi Perusahaan Strategi yang dijalankan PT. Goodyear Indonesia, Tbk dalam menjalankan aktivitasnya dibidang produsen ban terkemuka yaitu fokus pada strategi jangka panjang. Strategi jangka panjang tersebut adalah Fokus pada ciri keunggulan inovasi dalam setiap produk, Peningkatan kompetensi perseroan dalam penciptaan produk yang berwawasan lingkungan, pengembangan keahlian dan teknologi untuk penetrasi usaha pada pasar produk turunan karet lainnya, perluasan pangsa pasar diversifikasi target konsumen, peningkatan pembukaan Goodyear branded outlet baru, peningkatan penerapan Continous Improvement System di seluruh lini produksi, memastikan penerapan tata kelola perusahaan yang baik dan komitmen pada standar keselamatan kerja dan konsistensi peningkatan kompetensi sumberdaya manusia. Strategi tersebut dijalankan untuk meningkatkan kapasitas produksi perusahaan. Dengan meningkatnya kapasitas produksi dengan kualitas yang baik diharapkan mampu meningkatkan penjualan ekspor ke berbagai negara. 4.1.3. Struktur Organisasi Organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari kelompok individu (orang), yang saling berinteraksi menurut suatu pola yang terstuktur dengan cara tertentu sehingga setiap anggota organisasi mempunyai tujuan tertentu, dan juga mempunyai batasan-batasan yang jelas, sehingga dapat dipisahkan secara tegas dari lingkungannya. Struktur organisasi PT. Goodyear Indonesia Tbk. bersifat fleksibel, karena hampir setiap tahun susunan organisasinya mengalami perubahan, maksudnya untuk menyesuaikan dengan keadaan, seperti kemajuan atau kemunduran yang telah dialami atau dicapai perusahaan didalam menjalankan usahanya. Adapun bentuk struktur organisasinya PT. Goodyear Indonesia Tbk. berbentuk Line and Staff Organization (Gambar 3) dan uraian mengenai struktur organisasi PT.

38 Goodyear Indonesia Tbk. menurut tanggung jawab masing-masing departemen sebagai berikut : Gambar 3. Struktur Organisasi 4.2. Perkembangan Keuangan Perusahaan Untuk menilai perkembangan usaha perusahaan dari tahun ke tahun digunakan analisis trend, dengan melihat kecenderungan pergerakan pos-pos dalam laporan keuangan jika dibandingkan dengan pos yang sama pada tahun dasar. Periode pengamatan adalah lima tahun, yaitu tahun 2006-2010. Tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2006 yang merupakan tahun pertama periode pengamatan analisa perkembangan perusahaan. Dalam penelitian ini, analisis trend merupakan alat analisa pendukung yang dijadikan dasar dalam mengintrepetasikan hasil dari analisis kinerja yang dihasilkan dalam analisis rasio, baik analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas maupun aktivitas.

39 Sehingga komponen-komponen yang dilihat dalam analisis trend adalah komponen yang digunakan dalam analisis rasio. Hasil analisis trend terhadap laporan neraca dan laporan rugi laba dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. 4.2.1. Perkembangan Neraca Struktur permodalan PT. Goodyear Indonesia,Tbk didanai oleh hutang dan modal sendiri. Dilihat dari laporan neraca perusahaan, pendanaan banyak dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri (ekuitas). Komponen hutang yang ada pada perushaan meliputi hutang lancar dan hutang tidak lancar. Komponen hutang lancar meliputi hutang usaha, uang muka dari pihak hubungan istimewa, hutang lain-lain, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, hutang dividen, pinjaman jangka panjang yang akan jatuh tempo, kewajiban diestimasi produk dan penyisihan imbalan kerja. Sedangkan komponen hutang tidak lancar meliputi hutang lain-lain dari pihak hubungan istimewa, pinjaman jangka panjang dan penyisihan imbalan kerja. Dan komponen modal sendiri pada perusahaan terdiri dari modal disetor yang berbentuk lembaran saham dan saldo laba. Analisis trend terhadap laporan neraca dilakukan terhadap komponenkomponen yang digunakan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka pendek dilihat dari komponen yang digunakan untuk menilai likuiditas perusahaan, yaitu hutang lancar dan aktiva lancar. Sementara, kondisi keuangan jangka panjang dilihat dari komponen yang digunakan untuk menilai solvabilitas perusahaan, yaitu hutang, aktiva dan modal. Pada Gambar 4, terlihat bahwa analisa trend dengan menggunakan tahun dasar terhadap komponen-komponen laporan neraca yang digunakan untuk melihat likuiditas perusahaan, aktiva lancar cenderung mengalami peningkatan, namun tidak begitu signifikan. Peningkatan yang paling besar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 169,31 persen, dimana peningkatan ini disebabkan karena kas dan setara kas, piutang usaha, piutang lain-lain, tagihan restitusi pajak serta persediaan. Pada tahun 2010 dapat dilihat bahwa jumlah kenaikan yang terbesar terjadi pada tagihan restitusi pajak, piutang

40 usaha dan piutang lain-lain serta persediaan perusahaan yang mengalami peningkatan 2 kali lipat, hal ini disebabkan karena penjualan barang. Gambar 4. Perkembangan Komponen Likuiditas Terhadap Laporan Neraca PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010 Selama tahun 2006-2010, hutang lancar cenderung mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun selama 5 tahun terakhir. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2009 dan 2010 yaitu masing-masing sebesar 306,20 sebesar 421,60 persen. Peningkatan ini terjadi karena hutang usaha hutang lain-lain perusahaan yang mengalami peningkatan masingmasing 2 kali lipat dan 3 kali lipat dari tahun dasarnya. Hal ini disebabkan karena pembelian suku cadang mesin sehubungan dengan perluasan kapasitas produksi perusahaan. Hutang pajak perusahaan mengalami peningkatan yang begitu besar terjadi pada tahun 2009. Dalam jangka waktu lima tahun (2006-2010), perusahaan terus mengalami pertambahan investasi dalam aktiva tetap yang didanai oleh pinjaman (hutang). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 bahwa dengan analisis trend jumlah aktiva tetap mengalami kecenderungan meningkat, terutama pada tahun 2009 dan 2010 yang disebabkan investasi yang dilakukan perusahaan berupa gedung dan mesin dalam rangka perluasan kapasitas produksi dan mendukung kelancaran kegiatan operasional perusahaan.

41 Aktiva Tetap Total Hutang Modal Sendiri Total Aktiva Trend (%) 550,00 500,00 450,00 400,00 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00-501,93 397,13 417,93 410,25 431,08 422,70 224,76 247,91 252,90 172,77 161,35 147,69 148,07 100,00 106,50 127,44 105,51 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 5. Perkembangan Komponen Solvabilitas dan Aktiva Tetap Terhadap Laporan Neraca PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010 Berdasarkan analisis trend dengan menggunkan tahun dasar terhadap komponen-komponen laporan neraca yang mencerminkan solvabilitas perusahaan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir dengan laju peningkatan terbesar terjadi dalam komponen aktiva tetap, total hutang, total aktiva dan modal sendiri. Dalam Gambar 5, terlihat peningkatan terbesar terjadi pada komponen aktiva tetap tahun 2009 dan 2010 yang meningkat masing-masing sebesar 501,93 persen dan 431,08 persen dari tahun dasarnya. Untuk total hutang peningkatan terbesar terjadi dari tahun 2008-2010 yaitu sebesar 4 kali lipat dari tahun dasarnya. Kenaikan yang besar ini dikarenakan perusahaan mempunyai hutang kepada pihak hubungan istimewa. Selanjutnya peningkatan total aktiva terbesar terjadi pada tahun 2009 dan 2010 masing-masing sebesar 247,91 persen dan 252,90 persen dari tahun dasarnya yang dikarenakan karena kenaikan kas dan setara kas dan aktiva tetap. Sedangkan peningkatan komponen modal sendiri lebih disebabkan karena peningkatan saldo laba. 4.2.2. Perkembangan Rugi Laba Analisis trend terhadap laporan rugi laba perusahaan dilakukan pada komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Komponen-komponen tersebut adalah nilai pendapatan usaha, harga pokok penjualan, beban usaha dan laba bersih.

42 Penjualan Beban Usaha Harga Pokok Penjualan Laba Bersih Trend (%) 500,00 450,00 400,00 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00-476,78 263,06 166,95 177,36 177,32 174,59 110,83 126,68 131,59 108,66 127,97 111,30 105,87 122,44 133,39 100,00 3,20 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 6. Perkembangan Terhadap Laporan Rugi Laba PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010 Pada Gambar 6 terlihat bahwa penjualan cenderung mengalami peningkatan, namun peningkatan penjualan tidak terlalu besar dari tahun dasar. Peningkatan penjualani juga diikuti dengan peningkatan harga pokok penjualan yang hampir sama besar dengan penjualan. Berbeda dengan penjualan dan harga pokok penjualan yang mengalami peningkatan, beban usaha mengalami perubahan yang fluktuatif peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2010, hal ini disebabkan karena peningkatan beban umum dan administrasi perusahan masing-masing sebesar 186,72 persen dan 166,97 persen dari tahun dasarnya. Peningkatan beban usaha tersebut disebabkan meningkatnya biaya iklan dan promosi yang dilakukan untuk meningkatan penjualan. Terlihat pada Gambar 6, bahwa peningkatan laba bersih juga mengalami perubahan yang fluktuatif. Dapat terlihat bahwa pada tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan laba bersih dan hanya memperoleh laba bersih sebesar 3,20 persen. Hal ini disebabkan karena peningkatan penjualan yang dilakukan perusahaan juga diikuti oleh peningkatan harga pokok penjualan dan beban usaha perusahaan. Selain itu pada tahun 2008 perusahaan mengalami kerugian selisih kurs yang sangat besar. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2008 Indonesia mengalami krisis ekonomi hingga melemahnya Rupiah (Rp) terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) dan kurs yang berlaku pada tahun 2008 adalah 1$ = Rp 11.050. Pada tahun 2009 kembali memperoleh laba

43 bersih masing-masing sebesar 476,78 persen. Pada tahun ini perusahaan memperoleh keuntungan selisih kurs yang sangat besar dengan kurs yang berlaku 1$ = Rp 9.400,-. 4.3. Proyeksi Keuangan Perusahaan Analisis peramalan digunakan dalam menentukan proyeksi keuangan perusahaan untuk tahun 2011. Dilihat dari uji pola data yang dilakukan dengan Time Series Out untuk komponen neraca dan rugi laba menunjukkan bahwa pola data untuk komponen neraca dan rugi laba tidak stasioner. Diketahui bahwa adanya trend pada data, maka penggunaan peramalan yang tepat untuk data yang tidak stasioner akan lebih tepat jika menggunakan metode Double Exponential Smoothing. Hasil uji pola data neraca dan rugi laba dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Sedangkan untuk peramalan kebutuhan keuangan yang digunakan dengan metode double exponential smoothing untuk neraca dan rugi laba tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9. 4.3.1. Neraca Analisis forecasting atau peramalan terhadap komponen neraca dilakukan untuk melihat kondisi keuangan di masa yang akan datang, yaitu untuk periode 2011 dan 2012. Komponen tersebut adalah aktiva lancar, aktiva tetap, hutang lancar, hutang tidak lancar dan ekuitas perusahaan. Analisis terhadap komponen neraca ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dana untuk masing-masing komponen. 1. Aktiva Lancar Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3 untuk memprediksi aktiva lancar di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi yang dihasilkan sebagai berikut :

44 Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi aktiva lancar untuk tahun 2011 adalah Rp 550.950.000.000 dan untuk tahun 2012 sebesar Rp 600.878.000.000. Berikut ini adalah grafik peningkatan aktiva lancar periode 2011 dan 2012: Gambar 7. Proyeksi Aktiva Lancar Tahun 2011 dan 2012 2. Aktiva Tetap Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3 untuk memprediksi aktiva tetap di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi yang dihasilkan sebagai berikut : Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi aktiva tetap untuk tahun 2011 adalah Rp 898.759.000.000 dan untuk tahun 2012

45 sebesar Rp 1.042.491.000.000. Berikut ini adalah grafik peningkatan aktiva tetap tahun 2011 dan 2012: Gambar 8. Proyeksi Aktiva Tetap Tahun 2011 dan 2012 3. Hutang Lancar Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3 untuk memprediksi hutang lancar di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi yang dihasilkan sebagai berikut : Gambar 9. Proyeksi Hutang Lancar Tahun 2011 dan 2012 Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan

46 dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi hutang lancar untuk tahun 2011 adalah Rp 683.180.000.000 dan untuk tahun 2012 sebesar Rp 795.567.000.000. 4. Hutang Tidak Lancar Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3 untuk memprediksi hutang tidak lancar di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi yang dihasilkan sebagai berikut : Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi hutang tidak lancar untuk tahun 2011 adalah Rp 308.920.000.000 dan untuk tahun 2012 sebesar Rp 351.527.000.000. Gambar 10. Proyeksi Hutang Tidak Lancar Tahun 2011 dan 2012

47 5. Ekuitas Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3 untuk memprediksi ekuitas di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi yang dihasilkan sebagai berikut : Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi ekuitas untuk tahun 2011 adalah Rp 457.609.000.000 dan untuk tahun 2012 sebesar Rp 496.275.000.000. Gambar 11. Proyeksi Ekuitas Tahun 2011 dan 2012 4.3.2. Rugi Laba Analisis forecasting atau peramalan terhadap komponen rugi laba dilakukan untuk mengetahui komponen rugi laba periode 2011 dan 2012. Adapun komponen yang akan di ramal adalah penjualan, harga pokok penjualan, biaya usaha serta laba bersih. Analisis terhadap komponen neraca

48 ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dana untuk masing-masing komponen. 1. Penjualan Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3 untuk memprediksi penjualan di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi yang dihasilkan sebagai berikut : Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi penjualan untuk tahun 2011 adalah Rp 1.785.990.000.000 dan untuk tahun 2012 sebesar Rp 1.958.563.000.000. Gambar 12. Proyeksi Penjualan Tahun 2011 dan 2012 2. Harga Pokok Penjualan Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3 untuk memprediksi harga pokok penjualan di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi yang dihasilkan sebagai berikut :

49 Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi harga pokok penjualan tahun 2011 adalah Rp 1.577.028.000.000 dan untuk tahun 2012 sebesar Rp 1.723.699.000.000. Gambar 13. Proyeksi HPP Tahun 2011 dan 2012 3. Biaya Usaha Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3 untuk memprediksi biaya usaha di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi yang dihasilkan sebagai berikut : Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling

50 kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi biaya usaha tahun 2011 adalah Rp 86.228.000.000 dan untuk tahun 2012 sebesar Rp 94.793.000.000. Gambar 14. Proyeksi Biaya Usaha Tahun 2011 dan 2012 4. Laba Bersih Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3 untuk memprediksi laba bersih di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi yang dihasilkan sebagai berikut : Gambar 15. Proyeksi Laba Bersih Tahun 2011 dan 2012

51 Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi laba bersih tahun 2011 adalah Rp 99.766.000.000 dan untuk tahun 2012 sebesar Rp 115.931.000.000. 4.4. Komposisi Keuangan Perusahaan Analisis persentase per komponen atau analisis vertikal adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui proporsi investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya. Selain itu, untuk mengetahui struktur permodalan dan komposisi biaya yang terjadi dihubungkan dengan jumlah pendapatan perusahaan. Dalam penelitian ini, analisis persentase per komponen juga merupakan analisis pendukung dari analisis rasio yang digunakan dalam mengintrepetasikan hasil analisis rasio. Hasil analisis persentase per komponen terhadap laporan neraca dan rugi laba dilihat pada lampiran 10 dan 11. 4.4.1. Komposisi Neraca Analisis persentase per komponen terhadap laporan neraca dilakukan terhadap komponen-komponen yang digunakan dalam analisis rasio untuk melihat kondisi likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Komponen tersebut adalah total aktiva, total hutang dan modal sendiri. Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana perubahan yang terjadi pada tiaptiap pos dalam laporan neraca dan juga untuk melihat struktur permodalan perusahaan serta proporsi investasi pada aktiva perusahaan. Berdasarkan hasil analisis persentase per komponen terhadap laporan neraca menunjukkan bahwa pada sisi aktiva, komponen aktiva tetap memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar untuk periode 2008-2010. Hal ini disebabkan karena menurunnya persediaan yang dimiliki perusahaan dan piutang. Berbeda dengan aktiva lancar, aktiva tetap terus mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2008-2010. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan

52 selama periode 2008-2010 lebih banyak mengalokasikan dananya untuk melakukan investasi jangka panjang, dalam hal ini adalah gedung dan mesin untuk perluasan produksi. Perkembangan dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 16. Proporsi Terhadap Total Aktiva (%) 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 - Aktiva Lancar Aktiva Tetap 68,07 64,65 56,71 56,42 43,29 43,58 31,93 35,35 54,43 45,57 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 16. Perkembangan Proporsi Komponen Aktiva Terhadap Total Aktiva PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010 Sedangkan untuk komponen passiva selama lima tahun terakhir (2006-2010), sumber dana untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan berasal dari hutang, baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang serta modal. Proporsi hutang rata-rata adalah sebesar 56,89 persen, sedangkan rata-rata untuk modal adalah sebesar 43,11 persen, sedikit lebih kecil dari hutangnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam 3 tahun terakhir perusahaan lebih banyak menggunakan hutang untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan dibandingkan dengan modal sendiri perusahaan. Perkembangan proporsi passiva dapat dilihat pada Gambar 17.

53 Total Hutang Total Modal Sendiri Proporsi Terhadap Total Aktiva (%) 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00-61,83 70,98 63,17 63,80 48,33 51,67 38,17 29,02 36,83 36,20 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 17. Perkembangan Proporsi Komponen Passiva Terhadap Total Passiva PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010 4.4.2. Komposisi Rugi Laba Dalam analisis persentase per komponen terhadap laporan rugi laba, komponen yang dilihat adalah komponen yang digunakan untuk menilai kondisi profitabilitas perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk melihat proporsi biaya yang terjadi dihubungkan dengan nilai pendapatan (penjualan) perusahaan. Beban Usaha laba Kotor Pendapatan/Beban Lain-lain Harga Pokok Penjualan Laba Bersih Proporsi Terhadap Pendapatan (%) 100 80 60 40 20 0 91,47 89,68 92,4 85,1 90,06 4,92 8,53 4,94 10,32 14,9 2,59 3,89 4,11 7,6 4,99 9,37 0,12 0,23 0,07 3,19 4,92 9,94 3,84 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 18. Perkembangan Proporsi Komponen Rugi Laba Terhadap Pendapatan Usaha (Penjualan) PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010 Pada Gambar 18, dapat dilihat bahwa komponen harga pokok penjualan merupakan komponen dengan proporsi pengurang terbesar terhadap total penjualan. Terlihat bahwa proporsi harga pokok penjualan

54 terhadap penjualan yang rata-ratanya sebesar 89,74 persen. Hal ini menunjukkan besarnya proporsi penjualan yang terserap ke dalam komponen harga pokok penjualan. Hal itu tentu akan menyebabkan proporsi laba kotor mengikuti arah yang berlawanan. Selain komponen harga pokok penjualan, komponen biaya yang memiliki proporsi terbesar kedua terhadap penjualan adalah beban usaha dengan nilai rata-rata sebesar 4,77 persen. Pada pos beban usaha menunjukkan proporsi yang cenderung sama, walaupun di tahun 2008 perusahaan mampu menekan beban usaha perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan berupaya untuk terus menjaga dan melakukan efisiensi biaya dalam kegiatan operasionalnya. Proporsi laba bersih cenderung mengalami peningkatan walaupun tidak begitu besar. Perusahaan mengalami penurunan laba bersih pada tahun 2008 yaitu sebesar 0,07 persen, hal ini disebabkan karena tingginya harga pokok penjualan dan terjadi kerugian atas selisih kurs. Laba bersih kembali mengalami peningkatan terbesar yaitu pada tahun 2009 yaitu sebesar 9,37 persen. Peningkatan ini lebih disebabkan karena rendahnya proporsi beban usaha dan harga pokok penjualan di tahun tersebut. Sedangkan di tahun 2010 laba bersih yang diperoleh perusahaan kembali menurun yaitu sebesar 3,84 persen. 4.5. Kinerja Perusahaan PT. Goodyear Indonesia, Tbk Analisis rasio digunakan untuk menilai tingkat likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas PT. Goodyear Indonesia Tbk. Melalui hasil analisis ini aka diperoleh gambaran mengenai kondisi keuangan dan perkembangan perusahaan pada tahun 2006-2010. Dalam mengintrepetasikan angka rasio, dipergunakan hasil yang diperoleh dari analisis trend dan analisis persentase per komponen. Hasil analisis rasio terhadap laporan neraca dan rugi laba dapat dilihat pada lampiran 12. 4.5.1. Rasio Likuiditas Analisis rasio likuiditas akan menunjukkan posisi keuangan jangka pendek perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk

55 memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih atau jatuh tempo. Hubungan antara pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar dalam neraca merupalkan komponen yang penting dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Perkembangan rasio likuiditas aktual perusahaan dengan standard yang ditetapkan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2: Tabel 2. Perkembangan Rasio Likuiditas Tahun 2006-2010 Kondisi Rasio Tahun Ratarata 2006 2007 2008 2009 2010 Aktual Lancar 215,19 135,24 148,79 90,48 86,42 135,22 Cepat 144,71 84,45 98,38 49,55 51,32 85,68 Standard Lancar 201,00 123,00 110,00 77,00 86,00 119,40 Cepat - - - - - - Dilihat dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa perkembangan rasio likuiditas perusahaan semakin menurun. Hal ini juga terlihat pada Grafik trend perkembangan nilai rasio likuiditas pada Gambar 19. Current ratio Quick ratio Persentase (%) 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 215,19 144,71 135,24 84,45 148,79 98,38 90,48 86,42 49,55 51,32-2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 19. Perkembangan Rasio Likuiditas PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010 Bila dilihat perkembangannya, secara umum rasio likuiditas PT. Goodyear Indonesia Tbk mengalami perubahan secara fluktuatif setiap tahunnya. Analisis likuiditas dengan menggunakan rasio diatas menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan sedikit kurang

56 baik dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini dapat dilihat perkembangan yang cenderung menurun. a. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban jangka pendeknya. Dilihat dari lima tahun terakhir (2006-2010), rasio lancar perusahaan menunjukkan perkembangan yang semakin menurun. Rata-rata rasio lancar PT. Goodyear Indonesia Tbk adalah 135,22 persen. Angka ini berada diatas standar rata-rata rasio lancar yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 119,40 persen. Angka ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00,- hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 1,35,-. Dapat dikatakan bahwa kemampuan perusahaan cukup baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dibandingkan dengan rata-rata standar perusahaan sebesar Rp. 1,19,-. Perkembangan nilai rasio ini dipengaruhi oleh perkembangan aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan. Jumlah hutang lancar selama lima tahun pengamatan menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai aktiva lancar perusahaan. Pada periode 2010, nilai hutang lancar mendekati nilai aktiva lancarnya sehingga didapatkan nilai rasio lancarnya paling kecil daripada tahun-tahun lainnya yaitu sebesar 86,42 persen. b. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan. Dalam rasio ini persediaan tidak diperhitungkan dengan anggapan bahwa persediaan merupakan aktiva lancar yang iliquid atau lambat untuk dicairkan menjadi uang kas. Dapat dilihat bahwa rasio cepat mengalami kecenderungan yang semakin menurun. Penurunan ini terjadi karena perusahaan mengalami kenaikan total kewajiban lancar perusahaan yang disebabkan hutang usaha, hutang lain-lain dan hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dan harus segera dipenuhi perusahaan. Begitu juga dengan aktiva lancar

57 tanpa persediaan yang mengalami peningkatan sebanding dengan kenaikan hutang lancar. Sehingga rasio ini cenderung mengalami penurunan karena peningkatan aktiva juga diikuti dengan peningkatan hutang lancar perusahaan. Dari hasil analisis rasio ini, rata-rata rasio cepat PT. Goodyear Indonesia Tbk adalah 85,68 persen yang berarti bahwa setiap Rp. 1,00,- hutang lancar dijamin dengan Rp. 0,85,- aktiva lancar tanpa persediaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang mampu mendanai hutang lancar nya kepada kreditur. 4.5.2. Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas dilakukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau memenuhi kewajibankewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Tabel 3. Perkembangan Rasio Solvabilitas Tahun 2006-2010 Tahun Ratarata Kondisi Rasio 2006 2007 2008 2009 2010 Aktual Standard Hutang 38,17 48,33 70,98 63,17 63,80 56,89 Hutang thp Ekuitas 61,73 93,53 244,53 171,49 176,23 149,50 Hutang Jk Panjang thp 10,57 12,37 143,62 65,42 30,57 52,51 Ekuitas Ekuitas thp Total Aktiva 61,83 51,67 29,02 36,83 36,20 43,11 Hutang 38,00 48,00 71,00 66,00 64,00 57,40 Hutang thp Ekuitas 62,00 94,00 245,00 191,00 176,00 153,60 Hutang Jk Panjang thp - - 112,00 66,00 45,00 44,60 Ekuitas Ekuitas thp Total - - - - - - Aktiva Bagi para pemegang saham dan kreditur, tingkat solvabilitas ini sangat penting karena akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menanggung seluruh beban hutang dan jaminan untuk para pemegang

58 saham jika perusahaan dilikuidasi. Data-data pada pos aktiva, hutang serta ekuitas digunakan untuk mengetahui tingkat stabilitas keuangan untuk jangka panjang. Penilaian tingkat solvabilitas PT. Goodyear Indonesia, Tbk dilakukan dengan menggunakan rasio hutang, rasio hutang terhadap ekuitas, rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas dan rasio ekuitas terhadap total aktiva. Data perkembangan rasio solvabilitas dapat dilihat pada Tabel 3 diatas. Sedangkan trend grafik perkembangan rasio solvabilitas PT. Goodyear Indonesia Tbk dapat dilihat pada Gambar 20. Rasio Hutang Rasio Hutang Jk Panjang thp Ekuitas Rasio Hutang thp Ekuitas Rasio Ekuitas thp Total Aktiva Persentase (%) 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00-244,53 171,49 176,23 143,62 93,53 61,73 61,83 70,98 63,17 65,42 63,80 38,17 48,33 51,67 29,02 36,83 36,20 30,57 10,57 12,37 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 20. Perkembangan Rasio Solvabilitas PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010 a. Rasio Hutang (Debt Ratio) Rasio hutang digunakan untuk menunjukkan banyaknya jumlah aktiva yang dibiayai dengan menggunakan pinjaman (hutang). Selama periode 2006-2010 nilai rata-rata rasio ini sebesar 56,89 persen. Yang artinya aktiva yang dibiayai oleh pinjaman adalah sebesar 56,89 persen sedangkan 43,11 persen dibiayai oleh modal. Rasio ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata standar rasio hutang yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 57,40 persen. Kondisi ini menunjukkan resiko yang tidak terlalu besar ditanggung perusahaan. Karena perbedaan

59 aktiva yang dibiayai hutang dan aktiva yang dibiayai modal tidak terlalu jauh bedanya. Dilihat dari Gambar 20, terlihat adanya fluktuasi dengan kecenderungan yang meningkat di tahun 2007-2008. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan berani mengambil resiko dengan melakukan pinjaman yang lebih besar untuk membiayai aktivanya karena adanya perluasan kapasitas produksi, sedangkan di tahun 2009-2010 relatif menurun dan stabil. b. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt/Equity ratio) Rasio hutang terhadap ekuitas menunjukkan proporsi hutang yang dapat dijamin dengan modal sendiri. Perkembangan rasio ini menunjukkan trend yang berfluktuatif setiap tahunnya. Nilai rata-rata untuk rasio ini selama lima tahun terakhir adalah 149,50 persen, yang artinya setiap Rp. 1,00,- modal perusahaan digunakan untuk menjamin Rp. 1,49,-. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk menjamin kewajiban perusahaan dengan modal sendiri apabila perusahaan dilikuidasi, walaupun rata-rata rasio ini berada dibawah standard yang ditetapkan oleh perusahaan. Dilihat dari Gambar 20, rasio ini terus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena komponen hutang mengalami peningkatan yang dikarenakan adanya pinjaman jangka panjang yang dilakukan perusahaan untuk membiayai perluasan kapasitas produksi. c. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas menunjukkan proporsi hutang jangka panjang dan modal sendiri dalam pembiayaan aktiva dan juga merupakan jaminan modal sendiri terhadap hutang jangka panjang. Nilai rata-rata rasio ini selama periode 2006-2010 adalah sebesar 52,51 persen, yang berarti bahwa perusahaan mampu menjamin Rp. 0,52,- hutang jangka panjangnya dengan Rp. 1.00,- modal sendiri.

60 Rasio ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar 143,62 persen jauh diatas standar rasio perusahaan yaitu sebesar 112 persen. Kenaikan ini terjadi karena hutang jangka panjang perusahaan mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan modal. Peningkatan hutang jangka panjang perusahaan disebabkan karena adanya pinjaman jangka panjang yang dilakukan perusahaan yang sebagian besarnya digunakan untuk membiayai pengembangan kapasitas produksi perusahaan. d. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva Rasio perbandingan antara modal sendiri dengan total aktiva mencerminkan besarnya proporsi jumlah aktiva yang dibiayai dari pinjaman dan modal sendiri, disamping menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur. Nilai rasio modal sendiri terhadap total aktiva perusahaan menunjukkan penurunan selama lima periode analisa. Rata-rata nilai rasio ini adalah 43,11 persen. Angka ini berarti bahwa selama lima tahun pengamatan 43,11 persen aktiva dibiayai dari modal sendiri, sedangkan 56,89 persen dibiayai dari pinjaman. 4.5.3. Rasio Profitabilitas Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Selain itu juga dapat mengetahui efisiensi perusahaan dalam penggunaan atau pengelolaan modal yang dimiliki. Profitabilitas yang baik akan dapat meningkatkan posisi perusahaan serta memperkecil kemungkinan kebangkrutan. Analisis profitabilitas PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan menggunakan rasio marjin laba kotor, marjin laba bersih, rasio tingkat pengembalian investasi dan rasio tingkat pengembalian ekuitas. Perkembangan rasio profitabilitas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:

61 Tabel 4. Perkembangan Rasio Profitabilitas Tahun 2006-2010 Tahun Ratarata Kondisi Rasio 2006 2007 2008 2009 2010 Aktual Gross Profit 8,53 10,32 7,60 14,90 9,94 10,26 Net Profit 2,59 3,89 0,07 9,37 3,84 3,95 ROE 9,03 14,16 0,27 29,15 16,04 13,73 Standard ROI 5,58 7,31 0,08 10,74 5,81 5,90 Gross Profit 9,00 10,00 8,00 16,00 10,00 10,60 Net Profit 3,00 4,00-9,00 4,00 4,00 ROE 9,00 14,00-29,00 16,00 13,60 ROI - - - - - - Sedangkan Grafik trend perkembangan nilai rasio profitabilitas dapat dilihat pada Gambar 21. Rasio Marjin Laba Kotor Rasio Marjin Laba Bersih Persentase (%) 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - ROE ROI 29,15 14,16 14,90 16,04 9,03 8,53 10,32 9,94 7,60 9,37 10,74 5,58 7,31 2,59 3,89 5,81 3,84 0,27 0,08 0,07 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 21. Perkembangan Rasio Profitabilitas PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010 a. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin Ratio) Rasio marjin laba kotor (Gross Profit Margin Ratio) memberikan informasi mengenai laba kotor yang dapat dicapai dari setiap rupiah penjualan yang dilakukan. Perkembangan rasio marjin laba kotor PT. Goodyear Indonesia Tbk menunjukkan nilai yang berfluktuatif. Dilihat dari Gambar 21 tren rasio menunjukkan kecenderungan meningkat. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun

62 2009 yaitu sebesar 14,90 persen. Sedangkan rata-rata rasio marjin laba kotor PT. Goodyear Indonesia Tbk adalah 10,26 persen, yang artinya setiap Rp. 1,00,- penjualan yang dilakukan perusahaan akan menghasilkan laba kotor sebanyak Rp. 0,1026,-. Rata-rata rasio marjin laba kotor yang diperoleh perusahaan periode 2006-2010 sedikit lebih rendah dari standar rasio yang ditetapkan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan terus melakukan efisiensi operasi perusahaan dan penetapan harga jual untuk mendapatkan laba kotor. b. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin Ratio) Rasio marjin laba bersih (net profit margin ratio) menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan perusahaan. Selama lima tahun pengamatan, nilai rasio ini menunjukkan nilai yang berbeda-beda. Rata-rata rasio ini selama lima tahun pengamatan adalah sebesar 3,95 persen, artinya setiap Rp. 1,00,- penjualan perusahaan akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 0,0395,-. Pada tahun 2008, rasio ini menunjukkan nilai yang sangat jauh dibawah nilai rata-rata yaitu sebesar 0,07 persen. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut pereusahaan mengalami kerugian selisih kurs dalam kegiatan operasional perusahaan. Pada tahun 2009, rasio ini mengalami peningkatan yang paling besar, yaitu sebesar 9,37 persen. Kondisi peningkatan tersebut menunjukkan meningkatnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Peningkatan yang terjadi pada nilai penjualan belum tentu dapat meningkatkan marjin laba bersih karena harus memperhitungkan faktor-faktor pengurang yang biasanya turut mengalami kenaikan seiring dengan naiknya nilai penjualan. Bila efisiensi dalam harga pokok penjualan maupun beban usaha tidak ditingkatkan, maka kenaikan pendapatan justru akan memperbesar beban atau biaya yang timbul.

63 c. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) Rasio tingkat pengembalian ekuitas mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan atas modal sendiri yang ditanamkan untuk pembiayaan usaha. Dalam lima tahun pengamatan, nilai rasio ini berfluktuasi dengan nilai rata-rata 13,73 berada diatas standar perusahaan yang hanya 13,60 persen. Yang artinya dalam setiap Rp. 1,00,- modal sendiri yang ditanamkan, perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,136,-. Pada rasio ini peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 29,15 persen. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya kemampuan modal sendiri perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sehingga pendapatan yang diterima pemilik perusahaan meningkat. Peningkatan nilai rasio ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang lebih besar dibandingkan peningkatan modal sendiri. d. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (ROI) Rasio tingkat pengembalian investasi menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas investasi yang ditanamkan ke dalam perusahaan dan juga untuk melihat bagaimana efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Nilai rasio ini berfluktuasi dengan nilai rata-rata 5,90 persen, yang berarti dalam setiap Rp. 1,00,- aktiva yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,0590,-. Rasio ini mengalami peningkatan terbesar pada tahun 2009 yaitu sebesar 10,74 persen, hal ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang berkaitan dengan nilai pendapatan usaha dan pendapatan lainnlain. ROI merupakan rasio yang umumnya ingin diketahui oleh para investor sehingga besar kecilnya nilai ROI merupakan daya tarik bagi investor untuk menanam investasi dalam usaha. 4.5.4. Rasio Aktivitas Analisis rasio aktivitas dilakukan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran tingkat

64 aktivitas perusahaan dilakukan dengan menilai tingkat perputaran total aktiva, perputaran aktiva tetap, rasio perputaran piutang dan periode pengumpulan piutang. Perkembangan rasio aktivitas dapat dilihat pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Perkembangan Rasio Aktivitas Tahun 2006-2010 Tahun Kondisi Rasio 2006 2007 2008 2009 2010 Aktual Standard Perputaran Total Aktiva Perputaran Aktiva Tetap Perputaran Piutang Periode PengplnPiutang Perputaran Total Aktiva Perputaran Aktiva Tetap Perputaran Piutang Periode Pengumpulan Piutang Ratarata 2,16 1,88 1,22 1,15 1,51 1,58 6,76 4,34 2,16 1,77 2,78 3,56 7,60 8,22 11,80 11,54 10,16 9,86 47,35 43,82 30,51 31,20 35,42 37,66 2,16 1,88 1,22 1,09 1,51 1,57 - - - - - - - - - - - - - - - - - - Sedangkan grafik trend perkembangan nilai rasio aktivitas ini dapat dilihat pada Gambar 22. Pada gambar 22 menunjukkan kondisi rasio aktivitas perusahaan berdasarkan data aktual. Rasio Perputaran Total Aktiva Rasio Perputaran Piutang Rasio Perputaran Aktiva Tetap Periode Pengumpulan Piutang Persentase (%) 60 50 40 30 20 10 0 47,35 43,82 30,51 31,2 35,42 11,8 11,54 7,6 6,76 8,22 10,16 2,16 4,34 1,88 2,16 1,22 1,77 1,15 2,78 1,51 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 22. Perkembangan Rasio Aktivitas PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010

65 a. Rasio Perputaran Total Aktiva Rasio perputaran total aktiva menunjukkan tingkat efektivitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk menciptakan penjualan (pendapatan) dan memperoleh laba. Rasio perputaran total aktiva dapat menunjukkan apakah suatu perusahaan sudah dapat menghasilkan nilai penjualan sesuai dengan total aktiva yang dimilikinya. Perkembangan nilai perputaran total aktiva selama lima tahun pengamatan menunjukkan perubahan secara fluktuatif setiap tahunnya. Nilai rata-rata perputaran total aktiva selama lima tahun periode pengamatan adalah sebesar 1,58 kali, artinya setiap Rp. 1,00,- total aktiva yang dimanfaatkan akan menghasilkan penjualan sebesar Rp. 1,58,-. Nilai ini sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan standar yang ditetapkan perusahaan yaitu sebanyak 1,57 kali. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah memanfaatkan aktivanya dengan baik dalam rangka menghasilkan pendapatan. b. Rasio Perputaran Aktiva Tetap Rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam usaha memperoleh penjualan. Selama lima tahun pengamatan (2006-2010), nilai rasio ini mengalami kecenderungan yang menurun dengan nilai rata-rata sebesar 3,56 kali. Artinya dana yang tertanam dalam aktiva tetap selama satu periode (1 tahun) berputar 3,56 kali atau setiap Rp. 1,00,- aktiva tetap yang dimanfaatkan perusahaan menghasilkan Rp. 3,56,- pendapatan usaha. c. Rasio Perputaran Piutang Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali perusahaan melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam satu periode. PT. Goodyear Indonesia Tbk mengeluarkan kebijakan penjualan kepada pihak ketiga dengan jaminan termin pembayaran antara 15 hari sampai 4 bulan. Sedangkan untuk pihak hubungan istimewa dengan termin 30 hari sampai 180 hari. Secara umum, nilai rata-rapa periode pengumpulan piutang ini adalah 9,86 kali atau sebanding dengan periode pengumpulan piutang 37,66 hari. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu

66 melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 9 kali. Keadaan tersebut masih dapat dikatakan baik karena pembayaran piutang masih berada pada batas waktu yang ditentukan perusahaan. 4.6. Analisis Du Pont Analisis Du Pont menunjukkan bagaimana rasio aktivitas dan profit marjin berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan serta tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yang dihasilkan. ROE digunakan untuk menganalisis cara meningkatkan prestasi perusahaan dan untuk melihat efektifitas pengelolaan sumber daya untuk memaksimumkan tingkat pengembalian yang diharapkan bagi pemegang saham. Hasil analisis Du Pont PT. Goodyear Indonesia Tbk periode 2006-2010 dapat dilihat pada Lampiran 13. Grafik trend perkembangan nilai ROE dan komponen yang mempengaruhinya dapat dilihat pada Gambar 23. Pada Gambar 23 terlihat bahwa perkembangan nilai ROE selama lima Tahun pengamatan pada PT. Goodyear Indonesia Tbk cenderung berfluktuasi dengan nilai rata-rata 13,73 persen. Pada tahun 2009 nilai ROE mengalami peningkatan terbesar, ini menunjukkan kinerja perusahaan yang meningkat. Hal ini disebabkan karena ROA mengalami peningkatan sebesar 10,74 persen dan proporsi hutang yang digunakan (rasio hutang) juga meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap ROE dan proporsi hutang juga memberikan pengaruh positif terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan. Keadaan ROA yang meningkat pada tahun 2009 ini disebabkan karena peningkatan marjin laba bersih 9,37 persen dan perputaran total aktiva sebesar 1,15. Peningkatan laba bersih yang lebih besar dari pada peningkatan pendapatan ini meyebabkan marjin laba bersih meningkat. Peningkatan laba bersih disebabkan karena perusahaan melakukan efisiensi dalam penekanan biaya harga pokok penjualan dan beban-beban usaha.

67 Return On Equity (ROE) Return On Asset (ROA) 1- Rasio Hutang Persentase (%) 35 30 25 20 15 10 5 0 29,15 14,16 16,04 9,03 10,74 5,58 7,31 5,81 0,62 0,52 0,29 0,27 0,08 0,37 0,36 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 23.Perkembangan Nilai ROE dan Komponen yang Mempengaruhinya Pada PT.Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010 4.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Berdasarkan analisis trend, persentase per komponen, analisis rasio, serta analisis Du Pont selama lima periode pengamatan (2006-2010) menunjukkan bahwa kinerja perusahaan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu biaya harga pokok penjualan dan total hutang perusahaan. Selain itu ketergantungan perusahaan terhadap kreditur juga tinggi menyebabkan aktiva banyak dibiayai dari pinjaman. Selain itu kurs mata uang asing juga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan karena dalam kegiatan operasionalnya perusahaan lebih banyak menggunakan kurs mata uang asing khususnya dollar.

68 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a. Perkembangan keuangan perusahaan selama lima tahun pengamatan menunjukkan bahwa pada kondisi keuangan jangka pendek dilihat dari komponen yang digunakan untuk menilai likuiditas perusahaan yaitu hutang lancar mengalami peningkatan secara fluktuatif. Sementara, pada kondisi keuangan jangka panjang dilihat dari komponen yang digunakan untuk menilai solvabilitas perusahaan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun terakhir dengan laju peningkatan terbesar terjadi dalam komponen total hutang diikuiti dengan modal sendiri. Sedangkan pada laporan rugi laba dapat dilihat bahwa komponen pendapatan usaha, harga pokok penjualan, beban usaha dan laba bersih cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Komponen keuangan perusahaan selama lima tahun pengamatan dapat dilihat bahwa proporsi aktiva tetap lebih besar dibandingkan dengan proporsi aktiva lancar dari total aktiva secara keseluruhan. Proporsi hutang lebih besar dibandingkan proporsi modal sendiri dari total passiva secara keseluruhan. Sedangkan pada laporan rugi laba dapat dilihat bahwa nilai proporsi faktor pengurang terbesar terhadap total pendapatan adalah harga pokok penjualan. b. Proyeksi kebutuhan dana perusahaan secara umum untuk periode 2011-2012 akan mengalami peningkatan dari tahun 2010. Untuk komponen neraca aktiva lancar akan mengalami peningkatan sebesar sebesar 5,10% dan 14,63%. Aktiva tetap meningkat sebesar 43,55% dan 66,50% dari tahun 2010, hutang lancar meningkat 12,63% dan 31,15%, hutang tidak lancar akan meningkat sebesar 42,69% dan 76,16%. Serta ekuitas akan meningkat sebesar 9,89% dan 19,17% dari tahun 2010. c. Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor yang berasal dari internal perusahaan yaitu harga pokok penjualan dan total hutang perusahaan. Sedangkan perusahaan sejenis (kompetitor) kondisi perekonomian Indonesia, tingkat suku bunga dan selisih kurs

69 merupakan faktor eksternal yang sifatnya sementara dan tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. Saran a. Secara umum kondisi keuangan perusahaan cukup baik. Perusahaan diharapkan mampu meningkatkan kinerja keuangan untuk kedepannya.

70 DAFTAR PUSTAKA Bursa Efek Jakarta. 2011. Laporan Keuangan PT. Goodyear Indonesia, Tbk 2006-2010. www.idx.co.id (18 April 2011) Harahap, S. 2004. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Heizer dan Barry Render. 2006. Manajemen Operasi. Edisi 7. Salemba Empat. Jakarta. Jumingan. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta. Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Keown, A. J. et al. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid I. Salemba Empat. Jakarta. Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan, Jilid 1. Bayumedia Publishing. Malang. Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta. Pefindo. 2011. Daftar Perusahaan Ban di Indonesia Tahun 2010. www.idx.co.id (04 October 2011) Rahardjo, B. 2003. Laporan Keuangan Perusahaan, Membaca, Memahami, dan Menganalisis. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4. BPFE. Yogyakarta. Sawir, A. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Setiati, M. 2004. Analisis Kinerja Keuangan PT. Jaya Teknik Indonesia Periode 1999-2003. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Suseno, I. 2010. Analisis Kinerja Keuangan PT. Bimatama Indonesia Estetika Jakarta. Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Umar, H. 2003. Strategic Management In Action. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 71

LAMPIRAN 72

73 Faktor-faktor internal yg berpengaruh Dapat dikendalikan : HPP, Hutang perusahaan Existing Problem Kinerja keuangan yang fluktuatif Faktor-faktor eksternal yg berpengaruh & tidak dpt dikendalikan : Kompetitor Tingkat suku bunga Kebijakan Pemerintah Kurs mata uang asing Pengumpulan Data Data/Informasi Alur Pikir Laporan keuangan PT.Goodyear Indonesia Tbk 2006-2010 Profil perusahaan Impact Input Produktivitas Laba Dividen Harga saham Proses Analisis Trend Analis Forecasting Analisis Common Size Analisis Rasio Analisis Du pont Parameter Kontrol Standard Rasio Keuangan Perusahaan Feedback Outcome Output Rasio keuangan : Likuiditas Solvabilitas Profitabilitas Aktivitas Meminimumkan biaya kegiatan produksi & non produksi Menambah modal disetor Mengurangi pinjaman jangka panjang Lampiran 1. Alur Pikir 73

74 NERACA PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk Tahun 2006-2010 Dalam (000) URAIAN 2006 (Rp) 2007 (Rp) 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 75.212.328 63.260.400 161.867.147 90.833.120 112.736.378 Piutang Usaha i. Pihak ketiga 23.860.684 22.356.052 20.653.186 9.266.000 13.019.982 ii. Pihak hubungan istimewa 93.434.743 98.530.730 75.890.854 98.605.938 140.704.703 Piutang lain-lain 8.759.721 9.731.642 4.478.842 1.607.600 17.669.198 Persediaan 101.405.171 123.441.087 150.949.721 180.333.384 212.890.523 Tagihan restitusi pajak 5.457.757 10.298.729 30.985.910 12.667.976 25.719.793 Biaya dibayar di muka 1.478.694 1.105.921 708.256 5.301.862 1.467.847 Jumlah aktiva lancar 309.609.098 328.724.561 445.533.916 398.615.880 524.208.423 AKTIVA TIDAK LANCAR Piutang lain-lain dari hubungan istimewa 3.167.592 1.920.108 4.460.505 2.553.960 Aktiva pajak tangguhan 18.138.765 19.034.554 16.325.639 16.919.862 24.956.550 Aktiva tetap 115.195.592 221.634.067 548.290.052 695.737.001 587.528.613 Beban ditangguhkan 2.388.201 2.172.913 1.957.626 7.184.074 6.089.000 Biaya dibayar dimuka 14.815 191.150 391.528 - Aktiva lain-lain 6.336.904 5.983.986 5.369.939 6.619.029 7.533.495 Jumlah aktiva tidak lancar 145.241.869 250.936.778 576.795.289 729.013.926 626.107.658 JUMLAH AKTIVA 454.850.967 579.661.339 1.022.329.205 1.127.629.806 1.150.316.081 Lampiran 2. Laporan Neraca PT. Goodyear Indonesia, Tbk 74

75 KEWAJIBAN LANCAR Hutang Usaha i. Pihak ketiga 78.900.792 143.610.984 96.681.133 114.881.134 198.879.613 ii. Pihak hub istimewa 17.245.623 27.303.239 34.435.297 11.895.724 8.655.541 Uang muka dari pihak hub. Istimewa - - 2.164.873 139.188.219 211.349.793 Hutang lain-lain 14.282.575 30.262.469 108.983.378 43.231.566 81.611.775 Biaya yang masih harus dibayar 18.041.351 25.318.615 23.899.374 32.456.418 29.576.703 Hutang pajak 6.925.516 7.461.370 2.521.548 20.786.420 1.757.991 Hutang dividen 720.329 756.657 794.637 794.637 794.640 Pinjaman jk. panjang yg akan jatuh tempo - - 20.718.750 70.500.017 67.567.568 Kewajiban diestimasi garansi produk 2.912.551 2.223.966 2.223.957 2.223.957 886.748 Penyisihan imbalan kerja 4.850.417 6.134.213 7.006.344 4.603.903 5.512.072 Jumlah kewajiban lancar 143.879.154 243.071.513 299.429.291 440.561.995 606.592.441 KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Hutang lain-lain dari pihak hub.istimewa 14.735.743 24.039.610 104.516.008 82.512.954 Pinjaman jangka panjang - - 310.781.250 176.250.042 118.243.243 Penyisihan imbalan kerja 15.002.989 13.025.961 10.874.348 12.950.758 9.049.045 Jumlah kewajiban tidak lancar 29.738.732 37.065.571 426.171.606 271.713.754 127.292.288 JUMLAH KEWAJIBAN 173.617.886 280.137.084 725.600.897 712.275.749 733.884.730 EKUITAS Modal saham 41.000.000 41.000.000 41.000.000 41.000.000 41.000.000 Saldo laba i. Telah ditentukan penggunaanya 450.000 450.000 450.000 500.000 500.000 ii. Belum ditentukan penggunaannya 239.783.081 258.074.255 255.278.308 373.854.057 374.931.351 Jumlah ekuitas 281.233.081 299.524.255 296.728.308 415.354.057 416.431.351 JUMLAH KEWAJIBAN & EKUITAS 454.850.967 579.661.339 1.022.329.205 1.127.629.806 1.150.316.081 Lanjutan Lampiran 2. 75

76 LAPORAN RUGI/LABA PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk Tahun 2006-2010 URAIAN 2006 (Rp) 2007 (Rp) 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) Penjualan bersih 982.428.331.000 1.088.862.056.000 1.244.519.327.000 1.292.819.431.000 1.742.084.198.198 Harga pokok penjualan (898.626.212.000) (976.475.019.000) (1.149.962.296.000) (1.100.244.222.000) (1.568.922.954.955) Laba Kotor 83.802.119.000 112.387.037.000 94.557.031.000 192.575.209.000 173.161.243.243 Beban Usaha Beban penjualan (25.427.310.000) (31.021.671.000) (26.339.794.000) (31.219.757.000) (47.477.945.946) Beban umum dan administrasi (22.893.684.000) (22.758.182.000) (24.818.524.000) (33.237.958.000) (38.224.441.441) Jumlah beban usaha (48.320.994.000) (53.779.853.000) (51.158.318.000) (64.457.715.000) (85.702.387.387) (Rugi)/Laba usaha 35.481.125.000 58.607.184.000 43.398.713.000 128.117.494.000 87.458.855.856 Penghasila/beban lain-lain Pendapatan bunga 3.276.392.000 2.760.438.000 1.045.120.000 611.536.000 835.990.991 Laba/(rugi) selisih kurs, bersih 11.956.000 (2.162.084.000) (34.312.396.000) 55.548.232.000 (112.648.649) Keuntungan/(kerugian) penjualan aset tetap 450.729.000 1.137.027.000 1.434.806.000 68.067.000 806.189.189 Beban bunga dan keuangan (385.176.000) (247.122.000) (4.959.119.000) (15.863.863.000) (11.335.207.207) Lain-lain, bersih (2.192.266.000) 1.067.002.000 3.762.000 837.131.000 8.324.324 1.161.635.000 2.555.261.000 (36.787.827.000) 41.201.103.000 (9.797.351.351) (Rugi)/Laba sebelum pajak penghasilan 36.642.760.000 61.162.445.000 6.610.886.000 169.318.597.000 77.661.504.505 Beban pajak penghasilan (11.246.011.000) (18.763.271.000) (5.798.833.000) (48.232.848.000) (10.851.882.883) Laba bersih 25.396.749.000 42.399.174.000 812.053.000 121.085.749.000 66.809.621.622 Lampiran 3. Laporan Rugi Laba PT. Goodyear Indonesia, Tbk 76

77 Lampiran 4. Analisis Trend Terhadap Laporan Neraca Analisis Trend Terhadap Komponen Laporan Neraca PT. Goodyear indonesia Tbk 2006-2010 URAIAN Tahun Rata-rata 2006 2007 2008 2009 2010 AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 100,00 84,11 215,21 120,77 149,89 134,00 Piutang Usaha i. Pihak ketiga 100,00 93,69 86,56 38,83 54,57 74,73 ii. Pihak hubungan istimewa 100,00 105,45 81,22 105,53 150,59 108,56 Piutang lain-lain 100,00 111,10 51,13 18,35 201,71 96,46 Persediaan 100,00 121,73 148,86 177,83 209,94 151,67 Tagihan restitusi pajak 100,00 188,70 567,74 232,11 471,25 311,96 Biaya dibayar di muka 100,00 74,79 47,90 358,55 99,27 136,10 Jumlah aktiva lancar 100,00 106,17 143,90 128,75 169,31 129,63 AKTIVA TIDAK LANCAR Piutang lain-lain dari hubungan istimewa 100,00 60,62 140,82 80,63-76,41 Aktiva pajak tangguhan 100,00 104,94 90,00 93,28 137,59 105,16 Aktiva tetap 100,00 192,40 475,96 603,96 510,03 376,47 Beban ditangguhkan 100,00 90,99 81,97 300,82 254,96 165,75 Biaya dibayar dimuka 100,00 1.290,25 2.642,78 - - 806,61 Aktiva lain-lain 100,00 94,43 84,74 104,45 118,88 100,50 Jumlah aktiva tidak lancar 100,00 172,77 397,13 501,93 431,08 320,58 JUMLAH AKTIVA 100,00 127,44 224,76 247,91 252,90 190,60 KEWAJIBAN LANCAR Hutang usaha i. Pihak ketiga 100,00 182,01 122,54 145,60 252,06 160,44 ii. Pihak hubungan istimewa 100,00 158,32 199,68 68,98 50,19 115,43 Uang muka dari pihak hub. Istimewa 100,00 - - - - 20,00 Hutang lain-lain 100,00 211,88 763,05 302,69 571,41 389,81 Biaya yang masih harus dibayar 100,00 140,34 132,47 179,90 163,94 143,33 Hutang pajak 100,00 107,74 36,41 300,14 25,38 113,93 Hutang dividen 100,00 105,04 110,32 110,32 110,32 107,20 Pinjaman jk. panjang yg akan jatuh 100,00 - - - - 20,00 tempo Kewajiban diestimasi garansi produk 100,00 76,36 76,36 76,36 30,45 71,90 Penyisihan imbalan kerja 100,00 126,47 144,45 94,92 113,64 115,89 Jumlah kewajiban lancar 100,00 168,94 208,11 306,20 421,60 240,97

78 Lanjutan Lampiran 4. KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Hutang lain-lain dari pihak hub.istimewa 100,00 163,14 709,27 559,95-306,47 Pinjaman jangka panjang 100,00 - - - - 20,00 Penyisihan imbalan kerja 100,00 86,82 72,48 86,32 60,31 81,19 Jumlah kewajiban tidak lancar 100,00 124,64 1.433,05 913,67 428,04 599,88 JUMLAH KEWAJIBAN 100,00 161,35 417,93 410,25 422,70 302,45 Komponen Tahun Rata-rata 2006 2007 2008 2009 2010 EKUITAS Modal saham 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Saldo laba i. Telah ditentukan penggunaanya 100,00 100,00 100,00 111,11 111,11 104,44 ii. Belum ditentukan penggunaannya 100,00 107,63 106,46 155,91 156,36 125,27 Jumlah ekuitas 100,00 106,50 105,51 147,69 148,07 121,56 JUMLAH KEWAJIBAN & EKUITAS 100,00 127,44 224,76 247,91 252,90 190,60

79 Analisis Trend Terhadap Komponen Laporan Laba Rugi PT. Goodyear Indonesia Tbk 2006-2010 Komponen Tahun Rata -rata 2006 2007 2008 2009 2010 Penjualan bersih 100,00 110,83 126,68 131,59 177,32 129,29 Harga pokok penjualan 100,00 108,66 127,97 122,44 174,59 126,73 Laba Kotor 100,00 134,11 112,83 229,80 206,63 156,67 Beban Usaha Beban penjualan 100,00 122,00 103,59 122,78 186,72 127,02 Beban umum dan administrasi 100,00 99,41 108,41 145,18 166,97 123,99 Jumlah beban usaha 100,00 111,30 105,87 133,39 177,36 125,58 (Rugi)/Laba usaha 100,00 165,18 122,31 361,09 246,49 199,01 Penghasila/beban lain-lain Pendapatan bunga 100,00 84,25 31,90 18,66 25,52 52,07 Laba/(rugi) selisih kurs, bersih 100,00 18083,67 286988,93 464605,49 942,19 31738,14 Keuntungan/(kerugian) penjualan aset tetap 100,00 252,26 318,33 15,10 178,86 172,91 Beban bunga dan keuangan 100,00 64,16 1287,49 4118,60 2942,86 1702,62 Lain-lain, bersih 100,00 48,67 0,17 38,19 0,38 2,52 100,00 219,97 3166,90 3546,82 843,41 28,70 (Rugi)/Laba sebelum pajak penghasilan 100,00 166,92 18,04 462,08 211,94 191,80 Beban pajak penghasilan 100,00 166,84 51,56 428,89 96,50 168,76 Laba bersih 100,00 166,95 3,20 476,78 263,06 202,00 Lampiran 5. Analisis Trend Terhadap Laporan Rugi Laba 79

80 Lampiran 6. Hasil Uji Pola Data Komponen Neraca 1. Aktiva Lancar 2. Aktiva Tetap 3. Hutang Lancar

81 Lanjutan Lampiran 6. 4. Hutang Tidak Lancar 5. Ekuitas

82 Lampiran 7. Hasil Uji Pola Data Komponen Rugi Laba 1. Penjualan 2. Harga Pokok Penjualan 3. Biaya Usaha

83 Lanjutan Lampiran 7. 4. Ekuitas

84 Lampiran 8. Analisis Forecasting terhadap Komponen Neraca 1. Forecasting Aktiva Lancar 2. Forecasting Aktiva Tetap 3. Forecasting Hutang Lancar

85 Lanjutan Lampiran 8. 4. Forecasting Hutang Tidak Lancar 5. Forecasting Ekuitas

86 Lampiran 9. Analisis Forecasting Terhadap Komponen Rugi Laba 1. Forecasting Penjualan 2. Forecasting HPP 3. Forecasting Biaya Usaha