BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Universitas udayana. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian sastra, seorang peneliti harus memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada saat karya sastra tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

BAB 3 METODE PENELITIAN. strukturalisme genetik. Dimana cara kerja yang dilakukan adalah mendeskripsikan

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI GEGURITAN NAGA PUSPA KARYA I NYOMAN SUPRAPTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. jawab moral terhadap peneliti yang terdahulu. Penelitian terhadap Babad Buleleng

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BABAD PASEK DUKUH SEBUN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI Putu Edy Hermayasa Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. beberapa penulis dalam meneliti atau mengkaji karya sastra. Beberapa diantaranya adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris.

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Tinjauan pustaka dalam menunjang kajian ini dikelompokkan menjadi dua jenis pustaka. Kajian pertama adalah hasil penelitian yang menggunakan objek karya sastra tradisional Bali-babad dengan analisis atau kajian struktur. Kajian terhadap hasil-hasil penelitian tentang geguritan dengan kajian struktur membantu arah penelitian selanjutnya untuk mengungkap struktur yang membangun karya sastra tersebut. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, sudah banyak terdapat penelitian yang mengkaji tentang babad, yang dilakukan oleh peneliti-peneliti dari Program Studi Sastra Bali, Universitas Udayana. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Program Studi Sastra Bali yang peneliti jadikan kajian antara lain; 1. Candrika (2012) dalam skripinya yang berjudul Siwa Tatwa Dalam Babad Nusa Penida Analisis Semiotik menyajikan penelitian yang mengkaji tentang Babad Nusa Penida, dimana peneliti menggubah struktur yang ada didalamnya, serta mengungkapkan dalam penelitiannya tentang bagaimana tafsir simbolik terhadap Siwa Tattwa yang terdapat di dalam teks Babad Nusa Penida. Babad Nusa Penida menceritakan bagamana awal mula Hyang Siwa turun ke Nusa dan menjelma didampingi sakti beliau. Lalu diceritakan keturunan beliau berdua berada di Nusa. Beberapa insiden terlukiskan dalam babad ini seperti saat dimana Dalem Sawang membunuh banyak manusia dan memakannya hidup-hidup hingga pada

akhirnya Hyang Toh Langkir melakukan perang tanding untuk mengalahkannya. Singkat cerita kini Nusa dipimpin oleh I Mecaling, dimana setelah dianugerahi kanda sanga oleh Ida Dukuh Jumpungan, I mecaling berubah menyeramkan, dimana taring beliau menakutkan seluruh jagat. Hingga pada akhirna Bhatara Indra pun turun tangan untuk memotong taring beliau agar dunia kembali damai. Berdasarkan penjelasan Candrika diatas, peneliti merasa terbantu ritatkala peneliti menambah wawasan bagaimana meneliti kajian struktur pada sebuah naskah babad. Namun yang berbeda dengan tulisan peneliti ialah peneliti tidak membahas kajian semiotika seperti pada tulisan Candrika tadi. Selain itu dalam analisis struktur tulisan Candrika tidak mengangkat tentang episode ataupun kisah-kisah dalam naskah babadnya. 2. Babad Pasek Dukuh Sebun, 2014. "Analisis Struktur dan Fungsi", oleh Putu Edy Hermayasa. Babad Pasek Dukuh Sebun menceritakan tentang kedatangan Pasek Dukuh Sebun, I Pasek Bendesa, dan I Pasek Gelgel untuk menghadap Ida Dalem serta perjalanan beliau ke Bali mengiringi Ida Dalem. Dalam penelitian ini penulis sebagaimana ulasan latar belakang yang telah diungkapkan, penulis ingin meneliti Babad Pasek Dukuh Sebun sebagai sebuah kajian dengan masalah-masalah yang akan dianalisis meliputi struktur yang membangun Babad Pasek Dukuh Sebun serta fungsi Babad Pasek Dukuh Sebun dalam kaitannya dengan aspek historis, aspek religius, dan aspek sosial. Dalam penelitian Babad Pasek Dukuh Sebun disini menjabarkan beberapa konsep yang akan dijadikan acuan antara lain konsep babad yang berdasarkan pendapat dari beberapa

sarjana dapat disimpulkan bahwa babad adalah bentuk karya sastra yang sumbernya diambil dari peristiwa-peristiwa sejarah yang dikaitkan dengan silsilah suatu warga (kelompok keturunan), reruntuhan suatu daerah atau kerajaan. Disamping itu juga, sebagai sumber penelitian sejarah, babad juga dapat dijadikan sumber ilmu-ilmu sastra. Kemudian konsep struktur, dimana dalam konsep struktur ini Babad Pasek Dukuh Sebun diteliti dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik. Dimana unsur intrinsik meliputi analisis alur, insiden, penokohan, latar, tema dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik meliputi aspek historis, aspek religius, aspek sosial dalam kaitannya dengan fungsi Babad Pasek Dukuh Sebun. Berikutnya ada konsep fungsi, disini peneliti mengangkat tiga pendapat mengenai fungsi sastra, antara lain menurut Teeuw dimana bahwa fungsi sastra dalam masyarakat sering lebih wajar dan langsung terbuka untuk penelitian ilmiah. Khususnya untuk hubungan antara fungsi estetik dan fungsi lain dalam variasi dan keragamannya dapat kita amati dari dekat dengan dominan tidaknya fungsi estetik. Pendapat Suastika menyebutkan bahwa teori fungsi berkaitan dengan manfaat atau guna. Sedangkan Robson menyatakan bahwa fungsi atau kegunaan karya sastra tradisional erat kaitannya dengan bidang; a) agama, filsafat dan mitologi; b) ajaran yang bertalian dengan sejarah estetika; c) keindahan atau alam hiburan. Landasan teori dalam penelitian Babad Pasek Dukuh Sebun antara lain teori struktural, dimana yang digunakan sebagai acuan peneliti adalah teori struktural yang dikemukakan oleh Teeuw yang menyatakan bahwa analisis struktur pada prinsipnya bertujuan untuk membongkar dan memaparkan

secermat, seteliti, semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Sedangkan konsep teori fungsi yang digunakan adalah teori fungsi yang dikemukakan oleh Robson. Metode dan Teknik Penelitian Babad Pasek Dukuh Sebun terdiri dari beberapa tahap, antara lain tahap penyediaan data dimana disini menggunakan metode simak dalam tahap penyediaan data. Kemudian ada tahap analisis data, dalam tahapan ini peneliti menggunakan metode kualitatif dikarenakan metode kualitatif secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan dalam bentuk deskripsi. Sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik teknik deskriptif, tujuan dari teori deskriptif disini bertujuan membuat deskripsi mengenai gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Selain itu penelitian ini juga menggunakan teknik terjemahan, dimana dalam Babad Pasek Dukuh Sebun ini menggunakan Bahasa Bali bercampur dengan bahasa Kawi. Teknik terjemahan ini digunakan agar mempermudah peneliti memahami isi dari Babad Pasek Dukuh Sebun itu sendiri. Selanjutnya ada tahap penyajian hasil penelitian, dimana dalam penelitian ini peneliti menyajikan dengan metode informal yang didukung dengan teknik deduktif dan teknik induktif. Sumber data dalam penelitian disini adalah naskah babad yang dikarang oleh Ida Madhe Ageng, Desa Buddha Kling. Berdasarkan penjelasan dari Hermayasa mengenai kajian struktur dan fungsi ini, penulis merasa terbantu dalam menganalisis babad

khususnya dari segi analisis struktur, namun yang berbeda pada tulisan ini adalah peneliti tidak akan membahas mengenai fungsi apa yang terkandung dalam Babad Pasek Kayu Selem. Kajian pustaka yang kedua merupakan buku buku/literatur yang mengulas mengenai babad sebagai karya sastra Bali, yaitu: 1. Suarka (1989) dalam makalahnya yang memaparkan bahwa babad di Bali dibedakan atas dua macam, yaitu babad yang meliputi masa yang cukup panjang dan wilayahnya yang luas; artinya babad jenis ini menguraikan peristiwa-peristiwa yang berlangsung berpuluh-puluh tahun bahkan berabad-abad, meliputi generasi beruntun dalam lingkungan wilayah yang luas. Kemudian jenis babad yang mempunyai jangkauan waktu dan wilayah berlangsungnya peristiwa itu yang dipersempit, artinya pusat cerita hanya peristiwa-peristiwa dalam satu babakan waktu tertentu dan lebih menitik beratkan kepada hal ikhwal dalam suatu daerah. Selanjutnya juga menjelaskan bahwa pada umumnya, istilah babad terdapat di Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Sedangkan di daerah-daerah lain seperti Sulawesi Selatan disebut Lontara, di Sumatera Barat dikenal dengan Tambo, di Kalimantan, Sumatera, dan Malaysia dikenal dengan istilah hikayat, silsilah, sejarah, sedangkan di Burma dan Thailand dikenal dengan sebutan kronikel. Pustaka ketiga merupakan buku buku yang membicarakan teori sastra, yang langsung mengacu pada kajian struktur, diantaranya : 1. Teeuw (1984): Sastra dan Ilmu Sastra yang menyatakan pada prinsipnya kajian struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara lebih

cermat, teliti, mendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra, yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh. Analisis struktur merupakan suatu langkah atau alat dalam proses pemberian makna dalam kajian ilmiah. Langkah tersebut tidak boleh dihilangkan dan tidak boleh ditiadakan atau dilampaui. Teori struktural dimaksudkan untuk meninjau karya sastra sebagai kesatuan yang bulat, secara utuh, setiap karya sastra terdiri dari bagian bagian yang memainkan peranan penting dan sebaliknya bagian bagian itu mendapat makna sepenuhnya dari keseluruhannya, 2. Marsono (1996) mengenai struktur forma yang meliputi : kode bahasa (yaitu gaya bahasa, dan ragam bahasa), dan kode sastra. Kedua teori mengenai struktur tersebut sangat menunjang dalam pengkajian struktur yang terdapat dalam Babad Pasek Kayu Selem, baik mengenai struktur forma maupun naratifnya. 3. Sutrisno Sulastin (1983) : Hikayat Hang Tuah: Analisa Struktur dan Fungsi yang menyatakan berdasarkan hasil kajian struktur akan tampak bahwa unsur yang beraneka ragam serta kait mengkait yang terdapat dalam suatu karya sastra diberi fungsi dalam rangka suatu cerita sebagai keseluruhan, sehingga kesatuan dan kebulatan karya sastra tersebut menjadi jelas.

2.2 Konsep Konsep merupakan unsur-unsur pokok dari suatu pengertian, definisi, batasan secara singkat dari sekelompok fakta, gejala, atau merupakan definisi dari apa yang perlu diamati dalam proses penelitian. Dalam penelitian ini, akan dipaparkan beberapa konsep yang bermanfaat bagi penelitian Babad Pasek Kayuselem, yang dibagi menjadi tiga yaitu : teks, konsep struktur dan konsep episode. 2.2.1 Teks Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan teks ialah naskah yang berupa (a) kata-kata asli dari pengarang; (b) kutipan dari kitap suci untuk pangkal ajaran atau alasan; (c) bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dan sebagainya. Ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, dan pragmatik merupakan suatu kesatuan (Luxemburg, 1984 : 86). Dalam praktek ilmu sastra, kita membatasi diri pada teks-teks tertulis. Alasannya semata-mata praktis saja: secara teori ungkapan bahasa lisanpun, asal merupakan suatu kesatuan, termasuk teks. Pragmatik, bagaimana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks sosial tertentu; teks merupakan suatu kesatuan bilamana ungkapan bahasa oleh para peserta komunikasi dialami sebagai suatu kesatuan yang bulat (Luxemburg, 1984 : 87). Secara sintaksis sebuah teks harus memperlihatkan kebertautan, kebertautan itu antara lain nampak bila unsur-unsur penunjuk secara konsisten dipergunakan. Kesatuan semantik yang dituntut sebuah teks ialah tema global yang melingkupi semua unsur. Bila kita mempelajari tentang teks-teks maka kita dapat membatasi diri pada sifat-sifat teks itu sendiri.

Sedangkan wacana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, artikel, pidato, atau khotbah. Satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tulis (Tarigan dalam Djajasudarma, 2010 : 4). Wacana dibentuk dalam serangkaian kata yang memiliki makna mengenai hal yang terjadi, sudah terjadi, dan akan terjadi dan jika kita gambarkan wujudnya dengan keseluruhan tutur yang menggambarkan muatan makna (semantik) yang didukung wacana. Dari kedua pengertian teks dan wacana diatas, peneliti memandang kedudukan teks dan wacana itu sama karena berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia dapat kita lihat pengertian teks dan wacana tersebut memiliki kedudukan yang sama. O Grady dan Dobrovolsky (1993: 455) menyatakan bahwa adanya hubungan antara teks dan wacana The field that deals with the organization of texts, ways in which parts of texts are connected, and the devices used for achieving textual structure is discourse analysis. Analisis wacana digunakan untuk menghasilkan atau menjelaskan teks secara tersusun dan saling berhubungan. Wacana merupakan suatu teks yang saling berkaitan dan memiliki makna antar kalimatnya secara utuh dan keseluruhan. Swan (1995 : 151) mendefinisikan wacana sebagai berikut "discourse means 'pieces of language longer than a sentence'. Some words and expressions are used to show how discourse is constructed. They can show the connection between what a speaker is saying and what has already been said or what is going to be said; they can help to make clear the structure of what is being said; they can indicate

what speakers think about what they are saying or what others have said." Wacana dibentuk dalam serangkaian kata yang memiliki makna mengenai hal yang terjadi, sudah terjadi, dan akan terjadi. Teks digunakan untuk menunjukkan bagaimana sebuah wacana terbentuk, wacana dapat menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dibicarakan dan apa yang sudah dibicarakan. Sehingga memberikan pemahaman yang jelas mengenai isi dan topik dalam wacana tersebut. Mencermati hal di atas peneliti menggunakan istilah teks dalam penelitian ini, karena teks dan wacana memiliki kedudukan yang sama dari segi isi atau semantik berdasarkan penjelasan di atas. 2.2.2 Konsep Struktur Analisis struktur merupakan suatu langkah atau alat dalam proses pemberian makna dalam kajian ilmiah. Langkah tersebut tidak boleh dihilangkan dan tidak boleh ditiadakan atau dilampaui. Teori struktural dimaksudkan untuk meninjau karya sastra sebagai kesatuan yang bulat, secara utuh, setiap karya sastra terdiri dari bagian bagian yang memainkan peranan penting dan sebaliknya bagian-bagian itu mendapat makna sepenuhnya dari keseluruhannya (Teeuw, 1984:154). Konsep struktur disini dibagi menjadi dua, yaitu struktur forma dan struktur naratif. 2.2.3 Konsep Episode Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, episode memiliki arti bagian, riwayat atau peristiwa yg seakan-akan berdiri sendiri. Disini peneliti menyajikan kerangka cerita demi memudahkan dalam pemahaman terhadap isi cerita Babad Pasek Kayu Selem, terdapat enam kisah pokok yang menjadi kerangka utama dalam Babad Pasek Kayu Selem antara lain; Kisah Bhatara Hyang Pasupati, Kisah

Bhatara Hyang Ghnijaya, Kisah Mpu Mahameru, Kisah Desari Kuning, Kisah Mpu Kamareka, dan Kisah Mpu Ghnijaya Mahireng. 2.3 Landasan Teori Landasan teori dalam suatu penelitian adalah landasan yang penting artinya, karena pada nantinya dapat dijadikan pijakan dan tolak ukur untuk menyelesaikan permasalahan yang hendak diselesaikan. Teori berfungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah penelitian. Oleh karena itu, haruslah dipilih teori yang relevan dengan tujuan penelitian (Triyono, 1994: 38). Dalam hal ini peneliti menggunakan teori yang sesuai dengan judul penelitian yaitu teori struktural. 2.3.1 Teori Struktural Secara etimologi, struktur berasal dari kata struktura, Bahasa Latin, yang berarti bentuk atau bangunan. Kehadiran strukturalisme dalam penelitian sastra, sering dipandang sebagai teori atau pendekatan. Hal inipun tidak salah, karena baik pendekatan maupunteori saling melengkapi dalam penelitian sastra (Ratna, 2004 : 88). Pada prinsipnya kajian struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara lebih cermat, teliti, mendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra, yang bersamasama menghasilkan makna yang menyeluruh (Teeuw, 1984 : 135). Analisis struktur merupakan suatu langkah atau alat dalam proses pemberian makna dalam kajian ilmiah. Langkah tersebut tidak boleh dihilangkan dan tidak boleh ditiadakan atau dilampaui. Teori struktural dimaksudkan untuk meninjau karya sastra sebagai kesatuan yang bulat, secara utuh, setiap karya sastra terdiri dari

bagian bagian yang memainkan peranan penting dan sebaliknya bagian bagian itu mendapat makna sepenuhnya dari keseluruhannya (Teeuw, 1984 : 154). Luxemburg (1984 : 38 ) menyebutkan bahwa struktur adalah kaitan kaitan tetap antara kelompok kelompok gejala. Kaitan tersebut ditiadakan oleh seorang peneliti berdasarkan observasinya lebih lanjut, pengertian tersebut pada pokoknya berarti bahwa sebuah karya sastra atau peristiwa di dalam masyarakat menjadi satu keseluruhan karena ada relasi timbal balik antara bagian bagiannya dan antara bagian dan keseluruhan. Hubungan itu tidak hanya bersifat positif, seperti kemiripan dan keselarasan, melainkan juga negatif seperti pertentangan dan konfliks. Kesatuan struktural mencakup setiap bagian dan sebaliknya bahwa setiap bagian menunjukkan keseluruhan dan bukan yang lain. Menurut Endraswara (2008 : 50) strukturalisme mengandung tiga hal pokok. Pertama, gagasan keseluruhan (wholness), dalam arti bahwa bagian-bagian atau unsurnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. Kedua, gagasan transformasi yang terus menerus memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru. Ketiga, gagasan keteraturan yang mandiri (self regulation) yaitu tidak memerlukan hal-hal diluar dirinya untuk mempertahankan prosedur transformasinya, struktur itu otonom terhadap rujukan sistem lain. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, teori yang akan dijadikan acuan dalam mengkaji struktur Babad Pasek Kayu Selem adalah teori menurut Teeuw, yang menyatakan bahwa analisis struktur pada prinsipnya bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan semendalam

mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.