BAB V PEMBAHASAN. Pembahasan penelitian ini meliputi hasil analisis univariat yaitu pengetahuan ibu

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN TUNGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG SENAM NIFAS DI BPM NY RUJI AMINAH POJOKSARI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG INTISARI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pantang Makanan Selama Masa Nifas di Bpm Sri Lumintu

BAB V PEMBAHASAN. A. Tingkat Pengetahuan ibu hamil dalam mengatasi emesis gravidarum

GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS PADURESO KABUPATEN KEBUMEN Tri Puspa Kusumaningsih

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang memiliki

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sibela Kota Surakarta yang terletak

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) CAMPAK DENGAN KECEMASAN IBU PASCA IMUNISASI DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

Nisa khoiriah INTISARI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAK

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA KELAS IBU HAMIL TAHUN 2013

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

BAB V PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian dapat kita lihat dibawah ini : eksperimen responden yang paling banyak berumur tahun sebanyak

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerja. Sebagai

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa

BAB IV HASIL PENELITIAN. Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Jayeng Prawiran No. 13 RT 019/04

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Pakualaman merupakan puskesmas yang terletak di jalan jayeng

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Univariat. 1. Karakteristik responden. Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Pasar Kliwon yang berada di wilayah Kota Surakarta.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kasihan II Bantul sekitar km 2, yang meliputi Desa Ngestiharjo

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak mempunyai kelompok umur tahun yaitu sebanyak 37

Fajarina Lathu INTISARI

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

Jurnal Kesehatan Masyarakat. ZAHRATUN NIDA Mahasisiwi Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh. Inti Sari

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER 3 TENTANG SENAM HAMIL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI DI DESA PAGEDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk

BAB V PEMBAHASAN. A. Tingkat Pengetahuan Bidan mengenai Universal Precaution. responden (83%) memiliki nilai pengetahuan baik mengenai universal

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia hamil.

MOTIVASI IBU POSTPARTUM MELAKUKAN SENAM NIFAS SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

FAKTOR DETERMINAN RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

HUBUNGAN SIKAP DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

KEJADIAN KEK DAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KALONGAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Program Studi S-1 STIKes Kusuma Husada Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

METODE MEMPERBANYAK PRODUKSI ASI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DENGAN TEHNIK MARMET DAN BREAST CARE DI RSUD KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

Esty Indarwati. : Tingkat pengetahuan Ibu, cakupan pemberian vitamin A

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Rahayu et al.,persalinan Tindakan...

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Pembahasan penelitian ini meliputi hasil analisis univariat yaitu pengetahuan ibu nifas terhadap senam nifas dengan praktik senam nifas. Analisis bivariat yaitu hubungan antara pengetahuan dengan praktik senam nifas di Puskesmas Gajahan. A. Analisis Univariat 1. Karakteristik Responden Berdasarkan tabel 4.1 tentang usia responden diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 20-35 tahun sebanyak 29 responden (96,7%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian ibu nifas masuk dalam usia reproduksi sehat, yang sesuai dengan teori dari (Depkes RI, 2011) yang mengatakan usia reproduksi sehat adalah yang berusia 20 35 tahun. Menurut Mubarak (2011) umur responden dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang karena semakin cukup umur seseorang maka pola pikir akan semakin matang dan tingkat pengetahuan semakin baik. Dengan demikian responden juga akan semakin mudah memahami pengetahuan tentang senam nifas. Umur yang reproduktif tidak bisa menjamin akan pola pikir yang semakin matang dan tingkat pengetahuan yang tinggi. Tingkat pengetahuan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh umur saja, namun masih banyak faktor yang mempengaruhi seperti pendidikan, pekerjaan, ekonomi, dan sosial budaya (Notoadmojo, 2010). 40

41 Berdasarkan tabel 4.2 tentang pendidikan diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMP-SMA) sebanyak 23 responden (76,7%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Hasil ini sesuai dengan teori Hurlock (2006) dan Santrock (2011) yang menyatakan bahwa pendidikan dan pengalaman orang tua akan menunjang sikap dalam berperilaku pada kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan penelitian yan dilakukan oleh Nur (2011) dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Senam Hamil dengan Minat Ibu Mengikuti Senam Hamil di Desa Keplak Sari Peterongan Jombang dengan hasil menyatakan bahwa Pendidikan salah satu aspek yang berperan dalam meningkatkan kecerdasan dan pola berpikir. Pendidikan menengah merupakan pendidikan yang diberikan dengan kemampuan pola berpikir lebih baik dan lebih mudah menangkap atau menerima informasi bila dibandingkan dengan pendidikan dasar, selain itu pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam memahami dan menelaah suatu informasi. Oleh karena itu, pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula pengetahuan dan pola pikirnya. Pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam memahami dan menelaah suatu informasi.

42 Berdasarkan tabel 4.3 tentang pekerjaan menunjukkan bahwa sebagian responden bekerja sebanyak 19 responden (63,3%). Sebagian besar responden bekerja sebagai karyawan swasta. Menurut Irmayanti (2007) pekerjaan dan jenis pekerjaan seseorang sangat berhubungan dengan pergaulan sosial sehingga sangat memungkinkan bagi individu untuk berinteraksi dan memperoleh informasi yang luas. Lingkungan pekerjaan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut (Budiman dan Riyanto, 2013). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nara (2013) yang berjudul Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas di BPM Ruji Aminah Pojoksari Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang yang menyatakan Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari nafkah Lingkungan pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana dalam mendapatkan informasi yaitu dengan bertukar pikir dengan tetangganya. Oleh karena itu status pekerjaan mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang senam nifas. 2. Pengetahuan Ibu Nifas tentang Senam Nifas Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan baik tentang senam nifas sebanyak 8 responden (26,7%), yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (60,0%) sedangkan yang mempunyai pengetahuan cukup 4 responden (13,3%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian responden mempunyai pengetahuan yang cukup tentang senam nifas.

43 Berdasarkan tabel 4.5 hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di wilayah kerja puskesmas gajahan dalam kategori cukup. Ibu nifas yang berpengetahuan baik karena ibu sudah mengerti tentang pengertian senam nifas, tujuan, manfaat dan beberapa senam nifas. Ibu nifas yang berpengetahuan cukup karena ibu telah mengerti tentang pengertian serta tujuan serta mengerti tentang manfaat serta macam-macam tentang senam nifas. Ibu nifas yang memiliki pengetahuan kurang tentang senam nifas bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, kurangnya minat dan rasa ingin tahu ibu nifas terhadap senam nifas. Apabila semakin besar rasa ingin tahu seseorang, maka makin cepat seseorang mencari tahu hal yang ingin diketahuinya tersebut dan sebaliknya semakin sedikit rasa ingin tahu seseorang, maka tidak ada keinginan untuk mencaritahu hal yang baru Ratna (2015). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astri (2014) dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Senam Nifas di RSUD Karanganyar yang telah dilakukan pada 32 responden menunjukkan hasil tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di RSUD Karanganyar tahun 2014 terdapat 3 responden (9,4%) dengan pengetahuan baik, 24 responden (75%) berpengetahuan cukup, dan 5 responden (15,6%) berpengetahuan kurang. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas tentang senam nifas di RSUD Karanganyar mayoritas berpengetahuan cukup, karena kemungkinan dipemgaruhi oleh faktor pengalaman, disini masih banyak ibu yang baru melahirkan

44 pertama kali, sehingga pengalaman setelah melakukan senam nifas serta belum mendapatkan penyuluhan tentang senam nifas. Ibu nifas yang telah mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan maupun dari media massa cetak atau elektronik, tetapi tidak pernah melakukan senam nifas akan menjadi informasi yang sekilas saja. Kurang aktifnya peran serta ibu nifas di masyarakat juga dapat mempengaruhi wawasan mengenai senam nifas, dengan kurangnya bertukar pengalaman dan pikiran kapada masyarakat atau ibu nifas yang lain. Bertukar pengalaman akan menambah wawasan seseorang (Notoadmojo, 2012). 3. Praktik Senam Nifas Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang melakukan senam nifas dengan baik sejumlah 24 responden (80%), sedangkan cukup 3 responden (10%) dan kurang 3 responden (10%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden melakukan senam nifas dengan baik. Praktik merupakan tindakan nyata dari adanya suatu respon (Notoatmodjo, 2012). Sikap dapat terwujud dalam tindakan nyata apabila tersedia fasilitas atau sarana dan prasarana. Tanpa adanya fasilitas, suatu sikap tidak dapat terwujud dalam tindakan nyata (Notoatmodjo, 2005). Faktor-Faktor yang mempengaruhi praktik menurut Notoatmodjo (2010) yaitu faktor prediposisi meliputi tingkat pendidikan, status ekonomi, pendidikan kesehatan, dan hubungan sosial, faktor pendukung

45 meliputi fasilitas kesehatan masyarakat dan fasilitas kesehatan kesehatan, faktor penguat meliputi petugas kesehatan dan tokoh masyarakat. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan (Wawan dan dewi, 2011). Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dari 30 responden sebagian berpendidikan menengah yaitu sejumlah 23 responden (76,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratna (2015) dengan judul Hubungan Postpartum Blues dan Efikasi Diri dengan Pelaksanaan Senam Nifas di Polindes Tunas Bunda Desa Menddelen Kecamatan Lenteng mengatakan bahwa tingkat pendidikan responden menimbulkan dorongan untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu yang dapat mempertahankan status sehat dengan mempercepat pemulihan selama nifas melalui senam nifas. Sebaliknya responden yang berpendidikan rendah kemungkinan akan enggan untuk mencari, mendapatkan maupun melakukan sesuatu yang baru sehingga akan beranggapan bahwa senam nifas tidak bermanfaat untuk kesehatan masa nifas. Berdasarkan tabel 4.5 hasil penelitian dapat diketahui bahwa praktik senam nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan dalam kategori baik. Ibu nifas yang melakukan praktik senam nifas dengan baik karena sudah mendapatkan penyuluhan tentang senam nifas dan pernah diajarkan

46 senam nifas oleh tenaga kesehatan. Sedangkan ibu nifas yang mempunyai praktik senam nifas kurang dikarenakan responden kurang informasi, dan belum pernah mendapatakan penyuluhan tentang senam nifas sebelumnya (Nor, 2012). B. Analisis Bivariat Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji statistik dengan menggunakan uji somers d menunjukkan nilai p = 0,022 (p<0,05) membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan praktik senam nifas. Nilai korelasi r = 0,444 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sedang. Hasil dari penelitian pengetahuan dan praktik senam nifas responden menunjukkan variabilitas yang cukup. Hal ini dipengaruhi oleh faktor usia,tingkat pendidikan dan pekerjaan responden yang berbeda-beda. Sebagian besar responden berumur 20-35 hal ini menunjukkan bahwa sebagian ibu nifas masuk dalam usia reproduksi sehat, yang sesuai dengan teori dari (Depkes RI, 2011) yang mengatakan usia reproduksi sehat adalah yang berusia 20 35 tahun. Umur mempunyai peran penting dalam memperoleh pengetahuan karena daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Menurut pendapat Mubarak (2011) dan Notoatmodjo (2012) Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik.. Pendidikan responden sebagian besar menengah (SMP-SMA) dimana lulusan ini dinilai mudah menerima informasi. Pekerjaan responden merupakan

47 karkateristik ekonomi yang didasarkan pada kajian sosiodemografi. responden dengan status pekerjaan sektor non formal lebih sulit mempertahankan dan mengembangkan perilaku sehat akibat kondisi penuh tekanan. Pengabaian kesehatan membentuk rutinitas ketidakmampuan responden menyelesaikan masalah kesehatan selama nifas dengan ketidakmampuan responden melakukan senam nifas (Widyastuti, 2005). Sebagian besar pekerjaan responden adalah karyawan swasta yang dapat bertukar informasi dengan rekan kerjanya mengenai senam nifas, sedangkan ibu yang tidak bekerja menyebabkan ibu nifas tidak dapat bertukar informasi tentang senam nifas dengan rekan kerja atau atasan yang mempunyai pengetahuan berbeda tentang senam nifas. Ibu nifas yang bekerja akan mempunyai banyak kesempatan untuk mengembangkan pemahamannya tentang senam nifas. Orang akan berperilaku dan cara menimbang pengalaman sebelumnya (Notoatmodjo, 2003). Hal ini sejalan dengan teori yang di sebutkan oleh Notoadmojo (2010) Pengetahuan adalah kebiasaan, keahlian, ketrampilan pemahaman atau pengertian yang diperoleh dari pengalaman,latihan atau melalui proses belajar, dari pengalaman penelitian telah terbukti bahwa perilaku seseorang yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Senam nifas merupakan aktualisasi dari konsep menjadi perilaku sehat yang dilakukan oleh responden selama nifas. Sebagai bentuk perilaku, senam nifas harus dapat menjadi kebiasaan yang merepresentasikan aktifitas harian

48 responden selama nifas. Senam nifas tidak hanya berfungsi untuk kesehatan reproduksi responden tetapi juga untuk estetika atau keindahan bentuk tubuh ideal responden. Fungsi kesehatan senam nifas untuk mengembalikan kondisi kesehatan, mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi pada responden. Sedangkan fungsi estetika untuk memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung dan dasar panggul responden (Widiantati dan Proverawati, 2010). Senam nifas dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan perilaku, menurut Green (2000), dalam notoadmodjo (2003) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor pendukung, faktor penguat, faktor prediposisi terwujud dalam pengetahuan dana perilaku. Kesimpulannya bahwa untuk membentuk perilaku baru diperlukan pengetahuan terlebih dahulu. Pada penelitian ini di dapatkan hasil bahwa 18% responden mempunyai pengetahuan yang cukup dan 24% responden mempunyai praktik yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliasari (2010) dengan judul Hubungan Pengetauan dan Sikap dengan Pelaksanaan Senam Hamil penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat hubungan anatara pengetahuan dengan pelaksanaan senam hamil, ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi cenderung melakukan senam hamil dengan nilai significancy p=0,037. C. Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah penggunaan desain penelitian cross sectional yang tidak dapat memantau apakah ibu nifas melakukan senam nifas setiap harinya karena pengamatan hanya dilakukan

49 satu kali saja. Selain itu peneliti tidak dapat mengendalikan faktor luar yang mempengaruhi pengetahuan dan praktik seperti sosial budaya dan status ekonomi.