BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

2002), Erizal, Instrumen Musik Chordophone Minangkabau (Padangpanjang: Sekolah Tinggi. Seni Indonesia,2000), 21.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab kelima ini akan disajikan dua hal, yaitu (1) simpulan, dan (2)

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa memungkinkan

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlahnya beratus-ratus di seluruh Indonesia. Bahasa-bahasa daerah yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. ungkapannya (Sudjiman, 1990:71). Sastra juga dapat digunakan oleh semua yang

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Asmat adalah salah satu suku yang mendiami kabupaten Agats yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. disebut bentuk dan cara pendekatan terhadap karya sastra dan gejala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lisan yang telah lama ada,lahir dan muncul dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif, memperlihatkan orsinilitas penciptaan. Apabila karyanya tidak memenuhi hakikat fungsinya, maka akan dinilai tidak bermutu. Jadi karya sastra dapat menyenangkan karena estetika yang direalisasikan melalui bahasa, dan berguna karena isi yang terkandung di dalamnya berguna bagi pembaca. Pemahaman demikian berangkat dari anggapan bahwa karya sastra merupakan penggunaan bahasa yang mengandung unsur kepuitisan sekaligus makna. Dengan begitu, karya sastra menjadi unsur yang sangat kompleks (Pradopo, 1987: 120). Oleh karena itu, karya tersebut harus dipelajari dalam kaitannya dengan makna yang terkandung di dalam karya sastra tersebut. Cerita rakyat, salah satu kategori dalam folklor, menjadi bagian dari fenomena budaya tiap bangsa yang kebertahanannya terus dibuktikan melalui kehadirannya melintasi peradaban jaman terbaru. Transformasi di dalamnya pun menjadi wujud nyata bahwa cerita rakyat menempati fungsinya secara nyata. Namun demikian, adakalanya anggota kolektif cerita rakyat tertentu merasa bahwa cerita yang diwariskan oleh nenek moyangnya dan 1

ditumbuhkembangkan ke generasi yang lebih muda merupakan cerita milik bangsanya. Di sisi lain, masyarakat tertentu terus menelusuri asal-usul cerita yang dirasakan sudah menjadi miliknya namun kenyataan lain menunjukkan bahwa di wilayah lain yang dipisahkan oleh lautan luas dan benua, cerita yang nyaris serupa tumbuh dan berkembang pula dengan pengakuan kepemilikannya. Penelitian yang akan dianalisis adalah Perbandingan Sastra dan analisis Motif Anak Durhaka dengan analisis kasus atas cerita rakyat Malin Kundang Anak Durhaka dari Padang Sumatera barat yang dibandingkan dengan cerita rakyat Regen Boncel dari Jawa Barat. Cerita yang telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu ini sudah berulang kali ditampilkan kembali dalam berbagai versi dan gaya. Daya tarik serupa itu tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja. Penelitian ini pun akan menganalisis bagaimana motif anak durhaka yang terkandung dalam dua cerita yakni cerita Malin Kundang dengan Regen Boncel. Seperti apa yang telah diketahui motif di sini memperoleh fungsi sintaksis. Dibedakan antara motif dinamis, dan statis. Yang pertama berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dalam cerita dan juga disebut motif cerita atau motif intrigue. Yang kedua bekaitan berkaitan dengan situasi dan menentukan pelukisan suasana atau watak. Bila dibaca lalu direfleksi, maka para pembaca akan melihat motif-motif tadi secara keseluruhan dan dapat menyimpulkan satu motif dasar. Apabila motif dasar tersebut dirumuskan kembali secara metabahasa, maka dapat ditemukan tema dalam sebuah karya sastra, (Hasanuddin, 2007: 521-522). Inilah yang 2

mendorong penulis untuk turut serta membangun kerangka teori tentang perbandingan sastra serta motif anak durhaka yang terkandung dalam cerita Malin Kundang dengan Regen Boncel. Berbicara tentang folklor memang sangat unik. Ketika berbagai aspek masyarakat yang tradisional sifatnya menjadi sebuah kenangan belaka. Ketika aspek-aspek folklor yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat penggunanya. Seperti permainan rakyat, cerita rakyat, dan yang lainnya. Sehingga sangat jarang informasi yang didapat tentang folklor, karena terputusnya rangkaian generasi folklor. Diantara folklor ini salahsatunya adalah cerita rakyat. Setiap daerah di Nusantara ini mempunyai cerita rakyat masing-masing. Beruntung masih ada lembaga yang masih peduli terhadap cerita rakyat. Sehingga cerita rakyat nusantara pada umumnya masih ada teks dokumentasinya walau terdiri dari berbagai versi. Seperti cerita rakyat Malin Kundang Anak Durhaka dari Padang Sumatera Barat yang masih ada dokumentasi teksnya. Sehingga diharapkan adanya hikmah-hikmah yang dapat diambil dari cerita rakyat. Ada juga sebuah pemda yang mempunyai situs resmi tentang folklor daerah mereka. Sehingga cerita rakyat di sana dapat terdokumentasikan oleh pemda. Begitu pula di daerah Sunda banyak cerita rakyat. Salahsatunya adalah Regen Boncel yang juga masih ada dokumentasi teksnya. Malin Kundang adalah cerita seorang anak durhaka yang lupa terhadap ibu kandungnya sendiri. Dia tidak mengakui Ibu kandungnya sendiri setelah dia menjadi kaya raya dan menikah dengan perempuan seorang 3

bangsawan yang menjadikannya kaya raya. Karena perbuatannya itu lantas dia dikutuk menjadi batu oleh Ibu kandungnya sendiri yakni Mande Rubayah. Sementara cerita Regen Boncel adalah cerita tentang seorang anak laki-laki yang bernama Boncel yang pergi melarikan diri dan menjadi seorang Bupati lalu kemudian melupakan Ibu kandungnya sendiri, setelah Ibunya mendengar kabar kalau anaknya menjadi seorang Bupati Ibunya menemui anaknya, akan tetapi tindakan si Boncel yang memperlakukan Ibunya secara kasar lalu Ibunya mengutuk si Boncel hingga sakit dan meninggal. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa cerita rakyat sudah sangat mendarah daging dalam jiwa masyarakat Indonesia. Cerita turun-temurun yang diberikan oleh nenek moyang tidak akan pernah hilang begitu saja seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya sastra modern. Lahirnya cerita-cerita modern dan menampilkan latar yang bukan lagi di zaman yang kuno lebih menarik perhatian yang besar di zaman ini. Walaupun memang tidak akan secara instan menggantikan cerita rakyat yang begitu lekat di jiwa masyarakat Indonesia tetapi cerita-cerita sekarang sedikit demi sedikit akan menghilangkan ingatan masyarakat Indonesia terhadap ceirta rakyat. Cerita-cerita tersebut semakin lama semakin menghilang dan pada gilirannya hanya merupakan bagian sejarah yang tidak pernah diketahui oleh generasi mendatang. Adakalanya seorang pengarang justru menceritakan atau menulis suatu cerita dengan topik yang sama dengan suatu cerita yang sebelumnya pernah ada. Di sini penulis ini menelaah sejauh mana seorang pengarang 4

menulis karya sastra dengan topik yang sebelumnya pernah ditulis oleh pengarang lainnya. Hal ini menunjukkan keberkasaraan masyarakat telah semakin maju. Akan tetapi, di sisi lain inventarisasi sastra lisan dalam bentuk tulis dapat mengabaikan sebuah tradisi yang sangat penting, yaitu tradisi bertutur cerita atau pertunjukkan sastra lisan. Akhirnya pada suatu saat kita hanya dapat membaca transkripsi atau alih bentuk. Pada umumya orang menganggap cerita rakyat yang sudah tua dilihat dari segi isi, yaitu tentang peristiwa, latar, dan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tergesernya kedudukan cerita rakyat pada zaman sekarang banyak pengarang yang menceritakan cerita rakyat dalam model yang baru dan lebih modern sehingga pembaca tidak akan lupa dan selalu ingat bahwa cerita itu pernah ada. Untuk memperkaya khazanah kesusastraan Indonesia, beberapa cara telah dilakukan oleh para sastrawan antara lain dengan menerjemahkan atau menampilkan kembali karya dari khazanah kesusastraan daerah. Diantara sekian banyak sastrawan yang menulis dan memperkenalkan karya sastra daerah dalam bahasa Indonesia, nama Ajip Rosidi telah dicatat kehadirannya. Ajip Rosidi adalah seorang sastrawan sekaligus seorang penelaah sastra yang memberikan perhatian pada bidang sejarah dan kritik sastra. Dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa penulisan cerita rakyat dalam beberapa versi 5

dimaksudkan untuk menarik perhatian para pembaca agar tidak pernah lupa pada cerita aslinya dan untuk mengambil segala hikmah yang terkandung dalam cerita yang bertopik sama tersebut. Kemungkinan yang lain dapat terjadi karena cerita dengan topik tersebut banyak digemari masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, banyak ditulis dalam beberapa versi. Hal ini merupakan tujuan utama penulis untuk menganalisis sejauh mana perbedaan dan persaamaan cerita rakyat Malin Kundang Anak Durhaka dari Padang Sumatera barat dengan cerita rakyat Regen Boncel dari Jawa Barat. Alasan lain yang menjadikan penelitian terhadap perbandingan kedua cerita ini adalah karena sampai saat ini belum ada penelitian yang mendalam khusus membahas perbandingan dan menganalisis Motif yang terkandung dalam kedua cerita rakyat dengan tema yang sama jadi penelitian ini difokuskan terbadap perbandingan struktur dan persamaan motif anak durhaka yang terkandung dalam dua cerita tersebut. Kedua cerita tersebut mempunyai tema dan motif yang sama yakni motif anak durhaka. Berbicara tentang motif sebuah unsur yang penuh arti dan yang diulangi dalam sejumlah karya sastra. Sama halnya dengan motif yang terkandung dalam kedua cerita tersebut yakni cerita Malin Kundang dengan Regen Boncel. Penelitian yang mengarahkan perhatiannya kepada upaya mengungkap perbedaan antara dua cerita. Cerita Malin Kundang dengan Regen Boncel, merupakan kegiatan yang penting dalam terus mengupayakan pemahaman yang memadai menyangkut hakekat manusia yang memiliki perbedaan dan persamaan dalam menyingkapi masalah motif durhaka. 6

Pemahaman tersebut perlu ditopang oleh praktik pemahaman yang telah difasilitasi oleh studi pustaka. Oleh karena itu, menelusuri motif cerita dalam cerita Malin Kundang dengan Regen Boncel merupakan salah satu bagian dari upaya memahami kedua cerita rakyat yang berbeda. Membandingkan struktur kedua cerita (Malin Kundang dengan Regen Boncel) pada hakikatnya adalah mengkomunikasikan dua budaya melalui praktik pemaknaan di dalamnya. Disadari atau tidak, cerita-cerita rakyat yang merupakan salah satu elemen dari budaya bangsa Indonesia semakin tersisihkan keberadaannya. Tentu kita tidak ingin generasi penerus kita tidak mengenal kisah-kisah yang diceritakan sejak ratusan tahun yang lalu. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban kita semua, sebagai bangsa Indonesia yang menghargai kebudayaannya, untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat tersebut. 1.2 Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu analisis perbandingan struktur cerita Malin Kundang Anak Durhaka dari Padang Sumatera barat dengan cerita rakyat Regen Boncel dari Jawa Barat, dan bagaimana Motif Anak Durhaka tersebut serta makna persamaan dan perbandingan yang terkandung dalam kedua cerita tersebut. 1.3 Perumusan Masalah Setelah membaca cerita rakyat Malin Kundang Anak Durhaka dari Padang Sumatera barat dengan cerita rakyat Regen Boncel dari Jawa Barat 7

serta membaca buku tentang sastra bandingan dari beberapa pengarang dan sastrawan juga membandingkan kedua cerita rakyat tersebut maka timbul beberapa masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana perbandingan struktur cerita Malin Kundang Anak Durhaka dengan Regen Boncel? 2) Bagaimana Motif Anak Durhaka yang terdapat dalam cerita Malin Kundang Anak Durhaka dengan cerita Regen Boncel? 3) Apa amanat yang terkandung dari persamaan dan perbedaan antara cerita Malin Kundang Anak Durhaka dengan cerita Regen Boncel? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh : 1) Perbandingan struktur cerita Malin Kundang Anak Durhaka dengan cerita Regen Boncel. 2) Motif Anak Durhaka terdapat dalam cerita Malin Kundang Anak Durhaka dengan cerita Regen Boncel. 3) Amanat yang terkandung dari persamaan dan perbedaan antara cerita Malin Kundang Anak Durhaka dengan cerita Regen Boncel. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat : 8

1) Bagi peneliti, untuk Menambah wawasan serta gambaran tentang perbandingan struktur mengenai dua cerita rakyat yang berbeda serta mempunyai motif yang sama khususnya cerita yang ada dalam cerita Malin Kundang Anak Durhaka dengan cerita Regen Boncel. 2) Bagi bidang sastra, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengajaran sastra, terutama bagaimana menganalisis mengenai pengajaran motif yang ada dalam cerita rakyat. 3) Bagi peneliti lanjutan, dapat menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya. Penelitian ini di harapkan memberikan motivasi dalam mendalami struktur-struktur cerita terutama dalam cerita rakyat. 1.6 Definisi Operasional Ada beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yang perlu mendapatkan penjelasan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran. Beberapa istilah penulis definisikan sebagai berikut. 1) Cerita rakyat merupakan bagian dari khazanah sastra nusantara. Oleh karena itu, sebagai bagian dari sastra nusantara, cerita rakyat merupakan bagian dari komunitas sastra yang memiliki sifat multikultural dari segi bahasa (bahasa-bahasa daerah), perkembangan (lama-baru), media (lisan-tertulis), kontak agama (Buddha, Hindu, Nasrani, dan Islam), dan kontak budaya (India, Cina, Eropa, dan Arab ) yang berakibat adanya keragaman dan kesamaan (Rusyana, 1999). 9

2) Strukturalisme adalah pendekatan yang digunakan untuk mengetahui struktur-struktur yang terdapat dalam karya sastra. 3) Teori sastra bandingan adalah teori yang digunakan untuk membandingkan dua karya sastra yaitu cerita Malin Kundang Anak Durhaka dengan cerita Regen Boncel. 4) Malin Kundang adalah cerita seorang anak durhaka yang lupa terhadap ibu kandungnya sendiri. Dia tidak mengakui ibu kandungnya sendiri setelah dia menjadi kaya raya dan menikah dengan perempuan seorang bangsawan yang menjadikannya kaya raya. Karena perbuatannya itu lantas dia dikutuk menjadi batu oleh Ibu kandungnya sendiri yakni Mande Rubayah. 5) Regen Boncel adalah cerita tentang seorang anak laki-laki yang bernama Boncel yang pergi melarikan diri dan menjadi seorang Bupati lalu kemudian melupakan Ibu kandungnya sendiri, setelah Ibunya mendengar kabar kalau anaknya menjadi seorang Bupati Ibunya menemui anaknya, akan tetapi tindakan si Boncel yang memperlakukan Ibunya secara kasar lalu Ibunya mengutuk si Boncel hingga sakit dan meninggal. 6) Motif adalah gagasan yang dominan dalam karya sastra, yang seolaholah menjiwai semua unsurnya. Motif dapat berupa tema, citra, atau pokok yang berulang dalam suatu karya. 10

11