HASIL PENYELIDIKAN GEOMAGNIT DAERAH PANAS BUMI SUWAWA KAB.BONE BOLANGO PROPINSI GORONTALO Oleh Alanda Idral Subdit Panas Bumi - Dim

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DAERAH PANAS BUMI SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI SUWAWA KAB. BONE BOLANGO - GORONTALO

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG DI DESA PINCARA KECAMATAN MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

Kata kunci: Bukitbakar, Ulurabau, Solok, geomagnetik, anomali, gamma

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

PENELITIAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI LOMPIO KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH. Oleh : Imanuel Musa Foeh

ANOMALI GAYABERAT DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, P.BACAN KAB. HALMAHERA SELATAN-PROPINSI MALUKU UTARA

Sari. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan

UNIVERSITAS INDONESIA

DISTRIBUSI ANOMALI MAGNETIK DAERAH PANAS BUMI BONGONGOAYU, GORONTALO

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LILLI-MATANGNGA KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

SURVEY GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI KAMPALA KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

Penyelidikan Head On di Daerah Panas Bumi Jaboi Wilayah Kota Sabang - Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LOMPIO, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

3. HASIL PENYELIDIKAN

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DI DAERAH PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

3. HASIL PENYELIDIKAN

PENYELIDIKAN GEOLOGI DAERAH PANAS BUMI SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO GORONTALO

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

Penyelidikan Geolistrik Schlumberger di Daerah Panas Bumi Jaboi Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN. Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBORAN SUMUR LANDAIAN SUHU SWW-1 LAPANGAN PANAS BUMI SUWAWA KABUPATEN BONEBOLANGO - GORONTALO

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh Alanda Idral Kelompok Program Penelitian Bawah Permukaan, Pusat Sumberdaya Geologi

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI MARITAING, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

Manifestasi Panas Bumi Gradien Geothermal Eksplorasi Panas Bumi Analisis Geologi

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PENYELIDIKAN GEOFISIKA TERPADU DAERAH PANAS BUMI MARANDA, KABUPATEN POSO, PROPINSI SULAWESI TENGAH. Dendi Surya K., Bakrun, Ary K.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENAMPANG ANOMALI GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK DAERAH PANAS BUMI BONGONGOAYU, GORONTALO

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI KADIDIA KADIDIA SELATAN, KABUPATEN SIGI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENYELIDIKAN GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI RIA-RIA SIPOHOLON, TARUTUNG, TAPANULI UTARA SUMATRA UTARA Oleh: Timoer Situmorang

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC

PENYELIDIKAN GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI MASSEPE, KAB. SINDENDRENG RAPPANG (SIDRAP), PROV. SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA. Oleh: Pusat Sumber Daya Geologi. Puslitbang Geotek LIPI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah

SURVEI POLARISASI TERIMBAS (IP) DAN GEOMAGNET DAERAH TELUK SANTONG UTARA, KECAMATAN PLAMPANG KABUPATEN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Bab III Geologi Daerah Penelitian

PENENTUAN POSISI SUMBER PROSPEK PANAS BUMI BERDASARKAN DATA ANOMALI MAGNETDI DAERAH AKESAHU, PULAU TIDORE, MALUKU UTARA

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

Identifikasi Sistem Geothermal Menggunakan Metode Magnetotellurik 2-Dimensi di Daerah Suwawa, Gorontalo

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LIMBONG KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN. Oleh: Wiwid Joni 1), Muhammad Kholid 1)

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

GEOLOGI, GEOKIMIA, DAN GEOFISIKA DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

Transkripsi:

HASIL PENYELIDIKAN GEOMAGNIT DAERAH PANAS BUMI SUWAWA KAB.BONE BOLANGO PROPINSI GORONTALO Oleh Alanda Idral Subdit Panas Bumi - Dim SARI Penyelidikan geomagnit didaerah Suwawa Gorontalo merupakan bagian dari penyelidikan terpadu ( geologi, geokimia, dan geofisika ) Panas bumi di daerah tsb diatas. Daerah penyelidikan secara administratif termasuk wilayah kecamatan Suwawa dan Kabila Kabupaten Bone Bolango, Propinsi Gorontalo. Batuan di daerah panas bumi Suwawa terdiri dari batuan vulkanik, batuan Plutonik ( Granit - Diorit ), batuan sedimen (gamping kristalin/kalkarenit) dan batuan endapan permukaan..batuan-batuan vulkanik di daerah penyelidikan tersebut diperkirakan berasal dari satu titik pusat erupsi, yaitu Pinogoe - Balangga. Nilai kerentanan magnit batuan didaerah penyelidikan berkisar antara 0.0 sampai 2.4 x 10-6 cgs. Pola anomali magnit sisa total didaerah penyelidikan dipengaruhi oleh perbedaan nilai kerentanan magnetik batuan dan susunan atau komposisi batuan dibawah permukaan yang erat kaitannya dengan kejadian-kejadian geologi yang pernah terjadi seperti sesar, ubahan, intrusi dan mineralisasi. Mata air panas (MAP) Libungo, Lombongo dan Pangi berlokasi pada daerah transisi antara anomali magnit sedang dan rendah ( antara 100 sampai 250 gamma) yang mengindikasikan telah terjadi proses demagnetisasi akibat proses hidrotermal dibawah permukaan. Struktur sesar yang teridentifikasi oleh metoda geomagnit sebanyak 9 sesar, yang terpenting adalah sesar Libungo, Bilungala dan Lombongo karena mengontrol kenampakan manifestasi air panas Libungo dan lombongo kepermukaan. 1. PENDAHULUAN Penyelidikan geomagnit didaerah Suwawa Gorontalo merupakan bagian dari penyelidikan terpadu ( geologi, geokimia, geomagnit, gayaberat dan geolistrik) Panas bumi didaerah tsb yang dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2005. Daerah penyelidikan secara administratif termasuk wilayah kecamatan Suwawa dan Kabila Kabupaten Bone Bolango, Propinsi Gorontalo. Daerah penyelidikan dapat dicapai dari Bandung dengan menggunakan pesawat udara Jakarta - Gorontalo atau melalui jalan laut Jakarta Bitung Gorontalo Luas daerah penyelidikan lebih kurang 17 x 16 km 2, dengan posisi geografis antara 0 28 13.7-0 36 54.8 lintang utara dan 123 06 00-123 15 00 bujur timur atau 511.000 528.000 mt dan 52.000 68.000 mu pada sistem UTM zone 51 belahan bumi utara pada datum horizontal WGS 84.(Gambar 1). 2. METODA GEOMAGNIT Metoda geomagnit dilakukan untuk mengetahui struktur bawah permukaan yang mengontrol sistem panasbumi dan daerah ubahan akibat proses hidrotermal. Sumber panas bumi dan daerah akumulasi di bawah permukaan menyebabkan terjadinya perbedaan kerentanan magnetik (K) batuan dengan lingkungan sekitarnya. Perbedaan K inilah yang akan menjadi acuan dalam penyelidikan geomagnit Pengambilan data geomagnit dilakukan dengan mengukur setiap titik amat geomagnit berdasarkan pembacaan nilai geomagnit relatif terhadap base station. Pengukuran geomagnit dilakukan secara gridding pada 8 lintasan ukur ( A-B-C-D-E-F-G-H) dengan panjang lintasan 4 8 km, dan lintasan regional yang dilakukan di jalan-jalan raya/setapak secara random. Jarak titik amat pada lintasan berkisar antara 250-500m, sedangkan pada lintasan regional berkisar antara 500 750m. Pengambilan data lapangan dilakukan dengan menggunakan alat Proton Gun Magnetometer tipe G-856 ( 3 set) dan alat pengukur kerentanan magnetik batuan. 3. PENYELIDIK TERDAHULU Beberapa penyelidik terdahulu yang melakukan penelitian geologi didaerah tsb Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 15-1

diatas adalah Supramono (1974), S. Bachri, Sukido, N. Ratman (1993), Apandi. T, dkk, (1997), Suwarna, N., Santosa, S. dan Koesoemadinata, S. (1990). Supramono dalam laporannya menyebutkan tentang ditemukannya tiga (3) kelompok manifestasi panas bumi di daerah Libungo, Lombongo dan Hungoyono, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo 4. GEOLOGI RINGKAS DAERAH SUWAWA Batuan di daerah panas bumi Suwawa dapat dibagi dalam 7 satuan batuan yang terdiri dari 4 (empat) batuan vulkanik, 2 (dua) batuan Plutonik (Granit-Diorit), 1 (satu) batuan sedimen dan 1 (satu) batuan endapan permukaan. Batuan-batuan vulkanik di daerah penyelidikan tersebut diperkirakan berasal dari satu titik pusat erupsi, yaitu Pinogoe - Balangga. Batuan sedimen di daerah penyelidikan berupa gamping kristalin (kalkarenit), dan endapan permukaan yang digolongkan ke dalam satuan aluvium. Urut-urutan batuan tsb dari tua ke muda adalah sbb: sedimen/batu gamping, batuan vulkanik tua, batuan non vulkanik/plutonik, batuan vulkanik muda dan endapan permukaan (gambar 2). MAP didaerah Suwawa terdapat di Libungo (75 82 0 C), Lombongo (45 55 0 C), dan Pangi (50 58 0 C). Kenampakan manifestasi panas bumi tsb kepermukaan masing-masing dikontrol oleh sesar Libungo, Lombongo dan Pangi yang berarah barat laut tenggara. 5. HASIL PENYELIDIKAN MAGNIT Gambar 3 memperlihatkan sebaran titik amat magnit, dengan jumlah titik amat 383 titik, yang terseber pada 8 lintasan ukur, dan lintasan regional. Nilai intensitas magnit total daerah Suwawa - Gorontalo berkisar antara 40000-45000 gamma, sedangkan nilai magnit tota lokal (base stasion) berkisar antara 40700-40800 gamma Hasil penyelidikan magnit ditampilkan berupa kerentanan magnit batuan, profil anomali magnit dan peta anomali sisa magnit total. 5.1 Kerentanan Magnit Batuan Didaerah Penyelidikan Kerentanan magnetik batuan merupakan parameter fisis fundamental dalam penyelidikan magnetik, karena merupakan ukuran kemampuan dari suatu batuan untuk menerima magnetisasi sewaktu terjadinya medan magnetik bumi. Untuk mendapat gambaran yang jelas tentang sifat-sifat kemagnitan batuan yang dijumpai di daerah penyelidikan telah dilakukan pengukuran suseptibilitas (kerentanan) magnetik batuan pada 16 contoh batuan yang representatif (tabel 1). Nilai kerentanan magnit batuan didaerah penyelidikan berkisar antara 0.0 sampai 2.4 x 10-6 cgs. Nilai terendah terdapat pada batuan gamping kristalin dan batuan ubahan, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada batuan andesit-dasit Bilungala. Batuan yang memberikan nilai kerentanan magnit 0.0 sampai 0.3 menandakan batuan tsb bersifat non magnetik (misalnya seperti batu gamping, granit) dan atau telah mengalamik demagnitisasi akibat proses alterasi (misalnya batuan ubahan.). Sedangkan batuan yang masih segar dan mengandung mineral magnetik seperti diorit dan lava andesitdasitan Bilungala mempunyai nilai K yang relatih tinggi bila dibandingkan dengan batuan lain yang ada dididaerah penyelidikan. 5.2 Penampang Anomali Magnet Penampang anomali magnit dibuat pada 8 (delapan) lintasan ukur yakni lintasan: A,B,C,D,E,F,G dan H. Profil anomali magnit tsb dapat dilihat pada gambar 4. 5.2.1 Penampang Lintasan A Pada Lintasan A, nilai kemagnitan positif yang berupa tonjolan-tonjolan terdapat pada titik amat: A.2250 A. 2750 dengan besaran nilai kemagnitan positif antara 50-215 gamma. Sedangkan nilai kemagnitan negatif terdapat pada titik amat selain tsb diatas, atau dengan kata lain lintasan A didominasi oleh batuan dengan nilai kemagnitan rendah dengan nilai berkisar antara 13 sampai 139 gamma. Tonjolan anomali posistif pada titik amat A.2250 A.2750 tsb mengindikasikan didaerah tsb terdapat batuan segar yang tak terubahkan/lapuk atau merupakan batuan yang berkomposisi mafik yang mengandung mineral magnetit. Daerah ini dipermukaan ditempati oleh batuan lava andesit dasitan produk Bilungala dan lava andesit produk Pinogu Muda. Anomali negatif yang mendominasi daerah baratlaut lintasan A tsb diatas mengindikasikan geologi daerah tsb ditempati Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 15-2

oleh batuan sedimen yang umumnya tidak mengandung mineral-mineral mafik sehingga memberikan respon rendah (negatif), seperti tampak dari hasil penyelidikan geologi yang menunjukkan daerah tsb ditempati oleh batuan sedimen aluvial. Kontras anomali positif dan negatif yang cukup besar (300 gamma), tampak disekitar titik amat A.2750 dan A.3000, kondisi demikian mengindikasikan adanya sesar/kontak litologi dari batuan yang berbeda. Adanya sesar/kontak litologi tsb juga didukung oleh data geologi yang melaporkan dilokasi tsb diatas terdapat batuan lava andesit-dasitan Bilungala dan lava andesit pinogu muda. 5.2.2 Penampang Lintasan B Pada Lintasan B, nilai kemagnitan pada umumnya didominasi oleh nilai magnetik rendah (negatif), yang bervariasi antara minus 35 sampai minus 350 gamma, kecuali pada titik amat B-6500 mencapai nilai + 22 gamma. Nilai magnetik rendah terutama disekitar titik amat B.1500 B.2500 mencapai nilai magnetik terendah antara minus 150 sampai minus 350 gamma. Secara geologi nilai magnetik rendah/negatif disekitar titik amat B.1500-B4500 ditempati oleh batuan lava andesit dari Pinogu muda yang mungkin telah mengalami proses demagnetisasi akibat proses hidrotermal, hal ini ditandai dengan adanya mata air panas disekitar titik amat B.4000. Nilai magnetik rendah/negatif lainnya dengan nilai minus yang relatif lebih besar, (-100 sampai minus 175 gamma), dari yang disebut sebelumnya tampak disekitar titik amat B.4500 B. 8000, dan ditempati oleh batuan sedimen aluvial Kontras nilai kemagnitan positif dan negatif disekitar titik amat B.3750 B.4500 dan B.6500 B. 7500 yng mencapai nilai 300 gamma mengindikasikan adanya struktur sesar ataupun kontak litologi disekitar titik amat tsb diatas. 5.2.3 Penampang Lintasan C Seperti halnya lintasan B, lintasan C juga didominasi oleh nilai kemganitan rendah/negatif, kecuali disekitar titik amat C.3750-4000, C.5500 dan C.6250 yang mempunyai nilai positf < 50 gamma. Nilai kemagnitan rendah (negatif) yang mendominasi lintasan ini mempunyai besaran berkisar antara minus 22 sampai minus 413. (gambar 3-3). Nilai negatif yang sedikit bergelombang di baratlautr lintasan C merefleksikan batuan sedimen (alluvial) yang mengandung bongkah andesit dari batuan sekitarnya, sedangkan nilai negatif yang relatif datar (smooth) di sebelah tenggara behubungan dengan batuan lava andesit dari produk Pinogu Muda Profil lintasan C mempelihatkan adanya nilai kemagnitan yang berbentuk gergaji dibagian tengah lintasan, kondisi demikian mencerminkan adanya struktur yang cukup komplek yang ditafsirkan berkaitan dengan zona sesar ataupun kontak litologi dari batuan yang berbeda seperti tampak dari hasil penyelidikan geologi dfidaerah tsb.. Lintasan C juga memperlihatkan adanya kontras anomali positf dan negatif yang besarnya mencapai 450 gamma, kondisi demikian mencerminkan adanya kontak litologi ataupun struktur sesar disekitar titik amat C.3500 4500 dan C.6000- C.7000. 5.2.4 Penampang Lintasan D Pada Lintasan D, (gambar 3-3), nilai kemagnitan positif hanya tampak pada titik amat 4250 dengan nilai 24 gamma, sedangkan nilai kemagnitan pada titik amat lainnya didominasi oleh nilai kemagnitan negatif dengan besaran yang bervariasi antara minus 34 sampai minus 450. Nilai kemagnitan yang berbentuk gergaji tampak dibagian tengah lntasan sekitar titik amat D.4000 D.7000. Secara geologi kondisi demikian mengindikasikan adanya zona struktur yang komplek disekitar titik amat tsb diatas, yang diperkirakan berkaitan dengan zona kontak litologi ataupun zona sesar. Nilai magnit magnit yang sedikit bergelombang dibagian tenggara dan barat laut lintasan D masing-masing ditempati oleh batuan piroklastik produk Pinogu tua; dan batuan sedimen/aluvial dan piroklastik produk Pinogu tua. 5.2.5 Penampang Lintasan E Pada Lintasan E nilai kemagnitan negatif juga mendominasi lintasan ini dengan nilai yang bervariasi antara 128 sampai 684 gamma,.sedangkan nilai kemagnitan positif hanya tampak pada titik-titik amat E.4500.- E.5000, dan E.5450-E.5500 dengan nilai antara 21-311 gamma. Kontras anomali positif dan negatif yang sangat besar mencapai 1000 gamma tampak dibagian tengah lintasan antara titik amat E.4000 sampai E 5000, secara geologi kondisi demikian mencerminkan adanya zona struktur sesar disekitar titik amat tsb diatas. Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 15-3

Nilai kemagnitan negatif yang bergerigi di tenggara lintasan E mengindikasikan adanya struktur minor seperti kontak geologi ataupun sesar lokal. Daerah ini ditempati oleh batuan sedimen dan piroklastik produk dari Pinogu tua. Nilai kemagnitan negatif di bagian baratlaut lintasan E relatif datar dan sedikit bergerigi diujung lintasan, kondisi demikian diperkirakan juga mengindikasikan struktur minor seperti sesar lokal ataupun kontak litologi. Dipermukaan daerah ini ditempati oleh batuan sedimen dan piroklastik Pinogu tua. 5.2. 6 Penampang Lintasan F Pada Lintasan F, nilai kemagnitan negatif mendominasi lintasan ini terutama dibagian tenggara dan baratlaut, sedangkan nilai kemagnitan positif hanya tampak dibagian tengah pada titik amat F.3000 dan F.4250- F.5000. Nilai kemagnitan negatif berkisar antara 5 sampai 662 gamma, sedangkan nilai positif mempunyai besaran antara + 107 sampai + 410 gamma. Nilai kemagnitan negatif yang tampak di bagian tenggara lintasan ini relatif tidak bergerigi (smooth) dengan nilai negatif maksimum mencapai - 600 gamma, sedangkan batuan didaerah ditempati oleh batuan sedimen/aluvial. Kontras anomali negatif dan positif yang cukup besar mencapai hampir 600 gamma mengindikasikan adanya struktur sesar antara titik amat F.2750-F.3250. (gambar 3-4). Di bagian baratlaut nilai kemagnitan tampak sedikit bergerigi dengan nilai negatif mencapai - 662 gamma. Daerah ini ditutupi oleh batuan pirokllastik Pinogu tua, gamping kristalin (meta sedimen) dan diorit Bone. Adanya batuan yang berbeda ini diperkirakan menyebabkan pola anomali yang bergerigi akibat terjadinya kontak dari batuan tsb diatas. 5.2.7 Penampang Lintasan G Bila pada penampang-penampang sebelumnya nilai kemagnitan negatif mendominasi sertiap lintasan, maka pada Lintasan G ini nilai kemagnitan negatif hanya mendominasi dibagian baratlaut sedangkan dibagian tenggara terjadi keseimbangan antara nilai negatif dan positif. Pada lintasan G nilai kemagnitan negatif berkisar antara - 2 sampai 711 gamma dan nilai positif antara + 51 sampai + 243 gamma. Dibagian tenggara lintasan G ini ditutupi oleh batuan piroklastik Pinogu tua yang mengandung boulder diorit Bone, dan lava andesit dasitan Bilungala, kedua batuan tsb menyebabkan terjadinya tonjolan tonjolan nilai magnit positif seperti tampak pada gambar 3-5. Kontras nilai kemagnitan positif dan negatif yang bervariasi ( 400 sampai < 500 gamma) mengindikasikan adanya struktur lokal seperti kontak litologi dan sesar yang dipotong oleh lintasan ini. Dibagian barat laut nilai kemagnitan negatif relatif tidak bergerigi (smooth), kecuali pada titik amat G.6000, secara umum nilai kemagnitan negatif di baratlaut cenderung membesar mencapai nilai 711 gamma. Secara geologi daerah ini ditutupi oleh batuan lava andesit dasitan Bilungala (terubahkan), dan batuan piroklastik Pinogu tua. 5.2.8 Penampang Lintasan H Penampang lintasan H memperlihatkan dominasi nilai kemagnitan negatif dari tenggara sampai baratlaut dengan besaran berkisar antara 4 sampai 505 gamma. Lintasan ini memperlihatkan pola nilai kemagnitan negatif yang bergerigi dari ujung tenggara sampai baratlaut. Pola demikian diperkirakan mengindikasikan adanya struktur geologi seperti sesar, ataupun kontak geologi dari batuan yang berbeda dan ubahan. Dibagian tenggara, struktur geologi seperti kontak geologi/sesar diperkirakan terdapat sekitar titik amat H.3000 H.3750, dengan nilai kemagnitan antara 4 sampai 249 gamma, sedangkan bagian baratlaut sekitar titik amat H.4750 H.5750 diperkirakan juga terdapat struktur geologi seperti sesar/ubahan/kontak geologi. (gambar 4). 5.3 Peta Anomali Sisa Magnet Total Anomali magnet total sisa (gambar 5), didaerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok anomali, yakni : Kelompok anomali rendah (negatif) dengan besaran < minus 250 gamma Kelompok anomali sedang dengan besaran berkisar antara minus 250 sampai + 100 gamma. Kelompok anomali tinggi (positif) dengan besaran > + 100 gamma. Kelompok anomali magnit rendah (negatif) penyebarannya tersebar diutara, tengah dan selatan daerah penyelidikan, meliputi 30% dari total area. Kelompok anomali ini diutara ditempati oleh batuan granit Bone; di bagian tengah ditutupi oleh batuan sedimen (meta sedimen, piroklastik Pinogu tua), andesit dasitan Bilungala, dan diorit Bone; diselatan kelompok ini ditutupi oleh batuan lava andesit dasitan Bilungala, lava andesit Pinogu tua, Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 15-4

diorit Bone dan sedimen (piroklastik Pinogu tua). Kelompok anomali magnit sedang mendominasi dari utara sampai selatan, meliputi 65% dari daerah penyelidikan. Anomali magnit sedang ini selain ditutupi oleh batuan seperti yang terdapat pada daerah anomali rendah, (kecuali meta sedimen), juga ditutupi oleh batuan lava andesit Pinogu muda Kelompok anomali magnit tinggi (sekitar 5%) hanya terdapat berupa spot-spot dibagian selatan daerah penyelidikan yakni disekitar: - Di barat lintasan A, sekitar desa Timbuolo dan Loyo - Lintasan A, sekitar, titik amat A 2250-2750 - lintasan E, antara titik amat E.4500 5000 - lintasan F, sekitar titik amat F.4250-5000, dan - lintasan G, antara titik amat G.3250-4500. Anomali tinggi tsb diatas terdapat pada batuan vulkanik seperti : lava andesit dasitan Bilungala (pada lintasan A); dan batuan diorit yang tertutup oleh piroklastik Pinogu tua di lintasan E, F dan G. Secara umum anomali magnet total sisa memperlihatkan adanya kelurusan-kelurusan anomali magnet yang berarah hampit barat timur searah dengan struktur (sesar) utama daerah penyelidikan. Selain kelurusankelurusan juga terjadi pola anomali seperti pembelokan dan kerapatan kontur anomali yang cukup tajam yang disertai pengkutuban positif dan negatif. Kondisi tsb diatas mengindikasikan adanya struktur lokal disekitar pola-pola anomali seperti telah disebutkan diatas. 6. Pembahasan 6.1 Anomali Sisa Magnit Total Anomali magnit rendah ( < - 250 gamma) yang tampak pada lokasi-lokasi seperti telah disebutkan diatas (ad.3.3) berkaitan dengan batuan yang bersifat non magnetik atau batuan yang telah mengalami pelapukan ataupun batuan yang terubahkan kuat oleh proses demagnetisasi akibat larutan panas hidrotermal. Batuan granit merupakan batuan yang bersifat asam dan banyak mengandung mineral kuarsa sehingga memberikan respon magnit yang sangat rendah (batuan nonmagnetik), sedangkan piroklastik Pinogu tua, batu gamping kristalin (meta sediment) dan batuan aluvial (hasil pelapukan/rombakan) merupakan batuan sedimen dan pada umumnya merupakan batuan non magnetik sehingga memberikan respon kemagnitan yang juga sangat rendah. Anomali rendah yang terdapat pada batuan diorit disebabkan batuan tersebut telah terubahkan kuat sehingga memberikan respon kemagnitan yang juga rendah. Kondisi tsb diatas didukung oleh data hasil pengukuran kerentanan magnit pada batuan-batuan tsb yang relatif sangat rendah (0-0.3 x 10-6 cgs), dan data geologi permukaan yang mengidentifikasikan adanya batuan yang telah terubahkan menjadi argilit lanjut pada batuan diorit antara lintasan F dan G. Anomali magnit sedang (- 250 sampai + 100 gamma), mendominasi sebagian besar daerah penyelidikan diperkirakan berkaitan dengan batuan yang relatif bersifat sedikit magnetis seperti batuan lava andesit-dasitan Bilungala (terubahkan sedikit) yang merupakan batuan transisi dari asam ke basa yang nilai kerentanan magnitnya relatif lebih besar dari batuan granit ataupun sedimen. Begitupun dengan batuan diorit yang terubahkan sedikit mempunyai nilai kemagnitan relatif lebih tinggi dari pada batuan granit, dan sedimen (gamping, sedimen vulkanik dan aluvial). Hasil pengukuran kerentanan magnit terhadap andesit dan diorit relatif lebih tinggi nilainya (0.7 1,2 x 10-6 cgs) dibandingkan batuan yang terdapat pada zona anomali magnetik rendah, sehingga mendukung penafsiran tsb diatas. Anomali magnit tinggi ( > + 100 gamma) yang berupa spot-spot diperkirakan berkaitan dengan batuan transisi seperti lava andesitdasitan Bilungala yang masih segar (dan mengandung mineral magnetik) di barat selatan mata air panas Libungo. Anomali tinggi diselatan tenggara pada lintasan. E,F,G diperkirakan berkaitan dengan batuan intrusi diorit (PT.Tropic Endervour, 1972) yang masih segar dan mengandung mineral magnetik. Hasil pengukuran kerentanan magnit terhadap keduaa batuan tsb ( 1.6 2.4 x 10-6 cgs).relatif lebih tinggi dari batuan lainnya (lihat tabel 1). 6.2 Struktur Geologi Seperti telah diuraikan sebelumnya, keberadaan struktur geologi seperti sesar didaerah penyelidikan dicirikan oleh adanya, kontras anomali negatif dan positif yang besar, kelurusan-kelurusan pola anomali, kerapatan kontur dan pembelokan anomali yang tajam, serta pengkutuban anomali positf dan negatif. Secara geologi kondisi tsb diatas mencerminkan keberadaan struktur lokal yang cukup komplek didaerah penyelidikan. Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 15-5

Struktur sesar : (gambar 4 dan 5) yang teridentifikasi dari penampang maupun peta anomali magnit total sisa adalah sbb: - Sesar yang berarah timur-barat terdapat di tiga lokasi yakni : sesar Duano yang merupakan sesar utama, terdapat ditengah daerah penyelidikan melalui desa Duano, yang kedua di selatan baratdaya yang merupakan sesar lokal sekitar titik amat regional Y.29 31 selanjutnya disebut sesartimbuolo dan ketiga sesar lokal Kintal sekitar titik amat F.3000. - Sesar yang berarah hampir timurlaut baratdaya, terdapat di utara barat dan selatan tenggara. Yang pertama disebut sesar Ulanta, memanjang dari desa Ratuwangi sampai Oliyedaata, Di selatan tenggara terdapat 3 sesar. Yakni disekitar titik amat H 2250 (sesar dutuna tapa dua); Y.5 (sesar dutuna managgide) dan sesar Libungo yang sejajar sungai Dutule Bone dan memotong MAP Libungo. - Sesar yang berarah baratlaut-tenggara terdapat 2 sesar-, yang pertama berlokasi disekitar mata air panas Libungo, disebut sesar Bilungala; yang kedua disekitar mata air panas Lombongo selanjutnya disebut sesar Lombongo. 7. Kesimpulan Pola anomali magnit total sisa didaerah penyelidikan dipengaruhi oleh perbedaan nilai kerentanan magnetik batuan dan susunan atau komposisi batuan dibawah permukaan yang erat kaitannya dengan kejadian-kejadian geologi yang pernah terjadi seperti sesar, ubahan dan intrusi dan mineralisasi batuan. Mata air panas (MAP) Libungo, Lombongo dan Pangi berlokasi pada daerah transisi antara anomali magnit sedang dan rendah ( antara 100 sampai 250 gamma) yang mengindikasikan telah terjadi proses demagnetisasi akibat proses panas dibawah permukaan (proses hidrotermal). Zona anomali magnit tinggi di barat selatan MAP Libungo dan di selatan MAP Lombongo, masing-masing diperkirakan berkaitan dengan batuan vulkanik Andesitdasitan Bilungala dan intrusi berulang batuan diorit Bone yang mengandung mineral magnetik. Struktur sesar yang teridentifikasi oleh metoda geomagnit sebanyak 9 sesar seperti sesar Duano (sesar utama) dan 7 sesar lokal, yang terpenting antara lain sesar Libungo, Bilungala dan Lombongo. Kenampakan manifestasi air panas Libungo kepermukaan dikontrol oleh sesar Libungo dan Bilungala yang masing-masing berarah timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara; sedangkan kenampakan MAP Lombongo dipermukaan dikontrol oleh sesar Lombongo yang berarah baratlaut tenggara. DAFTAR PUSTAKA 1. Aquila. L.G.,1977: Magnetic and Gravity surveys Suriagao Geothermal Field, The Comvol letter, v.iv, No 5 & 6 2. Bachri. S, Sukido, N. Ratman (1993) Tim Geologi regional/geologi bersistim P 3 G telah melakukan pemetaan Geologi Regional Lembar Tilamuta, Sulawesi, skala 1: 250.000 3 Burger.H.R.,1992: Exploration Geophysics of shallow Sub Surface, Prentice Hall. 4 Dobrin, M.B; 1976: Introduction to Geophysical Prospecting. Mc. Grow Hill, p.357-475. 5 Hochstein, MP;1982: Introduction to Geothermal Prospecting, Geothermal Institute, University of Auckland, New Zealand. 6 Idral.A; 2005: Penyelidikan Terpadu Geologi,Geokimia dan Geofisika Daerah Panas Bumi B.Kili-Solok, Sumbar: Potensi, Pemanfaatan dan kendalanya. Kumpulan Makalah Hasil Kegiatan Lapangan DIM; hal.40-1 40-10 7 Lawless, J., 1995. Guidebook: An Introduction to Geothermal System. Short course. Unocal Ltd. Jakarta. 8 Parasnis, D.S., 1979: Principles of Applied Geophysics, Chapman and Hall,p. 59-96. 9 Sukamto, R., 1975. Geologi Map of Indonesia. Sheet VIII: Ujung Pndang, Scale! :!.000.000. Geol. Surv.Indonesia 10 Supramono (1974) Inventarisasi kenampakan gejala panas bumi di daerah Maluku Utara (P. Makian, P. Tidore, P. Halmahera), daerah Gorontalo dan Kepulauan Sangihe Talaut (Sulawesi Utara) 11 Telford, W.M. et al, 1982. Applied Geophysics. Cambridge University Press. Cambridge. Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 15-6

LokasiPenyelidikan Gambar 1: Lokasi daerah penyelidikan Gambar 2: Geologi daerah Suwawa-Gorontalo Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 15-7

T.17 R36 T.20 R35 R26 R.13 Kintali Alumbango R34 Asamjawa R33 Ilomata R22 Oluhuta T.16 R32 Luwohu R.12 Bambua Dudepo Molontiopo Alumbango R27 T.15 T.21 T.19 Ratuwangi R25 Iloluneta Padengo Y.29 T.18 R23 T.14 T.12 R20 Timbuolo Y.28 Y.27 T.13 Kaumu R28 R19 Y.21 Tutumoto R24 bintalahe R-9 A-6500 R29 A-6250 Y.26 R-1 Loyo Y.17 Y.14 Y.16 A-6000 T.23 Y.23 R.8 R-10 A-5750 Manawa R18 T.22 Bonggoime R-2 B.8000 Y.24 Y.20 A-5500 Y.18 Y.15 B.7750 A-5250 R-3 B.7500 A-5000 Lonuo C-8000 R17 Y.25 Y.19 R-4 B.7250 Moutong Peypata T.7 T.6 Oliyedaata Kintali B.7000 Huntongo C-6500 Bubebaru Tibawa B.6250 Podudupa B.6000 A-4750 Kiki R.7 C-7750 A-4500 T.8 C-7500 B.6750 A-4250 C-7250 B.6500 T.9 C-7000 T.11 T.10 D.9000 D.8750 C-6750 A-4000 Kopi A-3750 A-3500 D.8500 D.8250 Helumo D.8000 C-6250 B.5750 Yilantala B.5500 A-3250 Y.31 Y.32 C-6000 Pangimba Potiwumbua B.5250 A-3000 Y.33 R.5 T.1 C-5750 B.5000 Potanga A-2750 Biluango R.6 Boidu Perintis D.7250 Bilududu D.7000 Bulobulanto C-5500 Batuwonggubo C-5250 B.4750 A-2500 T.2 D.7750 D.7500 B.4500 A-2250 T.3 E-9000 C-5000 Mootindapo C-4500 Lumbaya C-4250 B.4250 A-2000 E-8750 C-4750 B.4000 A-1750 T.4 E-8500 D.6750 B.3750 A-1500 E-8250 D.6500 B.3500 T.5 K.1 E-8050 D.6250 E-7800 C-4000 Limehu Airpnanas B.3250 K.2 Ulanta D.6000 Potiwunduwa D.5750 C-3750 B.3000 E-7550 C-3500 B.2750 F.8500 E-7300 Bulano Perintis D.5500 Potabohengo D.5250 C-3250 B.2500 K.3 F.8250 E-7050 C-3000 B.2250 F.8000 E-6800 D.5000 Binggele C-2750 E-6550 Lotu C-2500 Sandawule C-2250 B.2000 K.4 F.7750 D.4750 E-6300 D.4500 B.1750 F.7500 F.7250 E-6000 Duano Tengah D.4250 C-2000 B.1500 F.7000 E-5750 D.4000 C-1750 F.6750 E-5500 D.3750 C-1500 G.8000 F.6500 E-5250 K.5 E-5000 Alale E-4750 D.3500 C-1250 G.7750 F.6250 D.3250 C-1000 G.7500 F.6000 D.3000 G.7250 F.5750 Potona F.5500 Buhaa E-4500 D.2750 G.7000 E-4250 Baleya E-4000 D.2500 G.6750 F.5250 Bendung Alala F.4250 E-3750 Talnggila E-3500 D.2250 G.6500 F.5000 D.2000 G.6250 K.9 D.1750 G.6000 Bali F.4750 K.7 F.4500 E-3250 G.5750 E-3000 D.1500 Batunobutao D.1250 G.5500 F.4000 E-2750 D.1000 G.5250 F.3750 E-2500 H.6000 G.5000 G.4750 Tapadaa G.4500 F.3500 E-2250 H.5750 F.3250 E-2000 H.5500 F.3000 E-1750 H.5250 G.4250 F.2750 E-1500 H.5000 G.4000 Kintal F.2500 M.1 E-1250 H.4750 G.3750 F.2250 E-1000 H.4500 G.3500 F.2000 M.2 H.4250 G.3250 F.1750 H.4000 G.3000 Y.13 F.1500 H.3750 G.2750 Dauto F.1250 H.3500 G.2500 F.1000 M.3 H.3250 Y.12 G.2250 H.3000 Dutuna Tapa Dua H.2750 G.2000 BoludawaG.1750 M.4 Tinaloga H.2500 G.1500 Y.11 G.1250 Y.10 Dumaya H.2250 H.2000 G.1000 M.5 Tilemba Y.9 Tandaa Y.8 Buwoto Y.7 Y.6 Y.5 Bibito Totopo Y.4 Y.3 Botuduanga Y.2 Panggulo Pangi Y.1 68000 66000 Huidu Pohuloto Huidu Totuwoto PETA LOKASI TITIK AMAT GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO PRPOPINSI GORONTALO Buido Lompotoo 64000 62000 60000 58000 56000 Huidu Mandulangi Huidu Panggutobulontala APBL - 2 APLB - 1 Huidu Mogi Dutuna Lombongo APLMB-1 APLMB-2 Dutuna Wulo Dutuna Mananggide Buido Payango Dutuna Dehuwa Dutuna Bibito APPNG Keterangan A 2250 0 1000 2000 3000 4000 SKALA = 1: 25.000 Jalan Raya Sungai Anak sungai Titik Pengamatan Air Panas 54000 Dutula Tamboo Huidu Balangga 52000 512000 514000 516000 518000 520000 522000 524000 526000 Gambar 3: Peta lokasi titik amat geomagnetik Tabel 1. Hasil pengukuran kerentanan (suseptibilitas) magnetik batuan di daerah Suwawa, Gorontalo. No No. Conto X Lokasi Y Nama batuan K -Batuan (10-6 cgs) 1 SW-02 519082 58642 Piroklastik Pinogu tua 0.7-0.9 2 SW-03 516732 57605 Lava Andesit Pinogu muda 0.2-0.3 3 SW-06 520178 60638 Andesit-dasitan Bilungala 1.7-2.4 4 SW-07 521833 61778 Diorit Bone 1.0-1.4 5 SW-10 519585 59443 Bat. ubahan 0.0 0.1 6 SW-14 521708 60929 Diorit bone 1.2 1.7 7 SW-16 522276 58831 Piroklastik Pinogu tua 0.1 8 SW-17 522575 59017 Diorit Bone 0.9 1.1 9 SW-21 527705 55963 Diorit Bone 1.1-1.6 10 SW-22 526752 57223 Diorit Bone 1.7-1.8 11 SW-24 518722 60130 Gamping 0.0-0.1 12 SW-25 516898 62533 Andesit-dasitan Bilungala 0.8-0.9 13 SW-26 517147 62667 Piroklastik Pinogu tua 0.1 14 SW-30 520719 55784 Piroklastik Pinogu tua 0.1 15 SW-36 513970 66095 Granit Bone 0 16 SW-38 516267 64024 Andesit-dasitan Bilungala 0.7-1.8 Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 15-8

tenggara baratlaut 200 100 0-100 Penampang Lintasan - A 1500 1750 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 Penampang Lintasan - B 0-100 -200-300 1500 1750 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 6750 7000 7250 7500 7750 8000 Penampang Lintasan - C 0-200 -400 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 6750 7000 7250 7500 7750 8000 0 Penampang Lintasan - D -200-400 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 6750 7000 7250 7500 7750 8000 8250 8500 8750 9000 Penampang Lintasan - E -100-300 -500 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 6750 7000 7250 7500 7750 8000 8250 8500 8750 9000 Penampang Lintasan - F -100-300 -500 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 6750 7000 7250 7500 7750 8000 8250 8500 Penampang Lintasan - G 0-100 -200-300 -400-500 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 6750 7000 7250 7500 7750 8000 Penampang Lintasan - H -200-300 -400 2000 2250 2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750 6000 Gambar 4: Struktur geologi diperkirakan daerah Suwawa Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 15-9

T.17 R36 T.20 R35 R26 R.13 Kintali Alumbango R34 Asamjawa R33 Ilomata R22 Oluhuta T.16 R32 Luwohu R.12 Bambua Dudepo Molontiopo Alumbango R27 T.15 T.21 T.19 Ratuwangi R25 Iloluneta Padengo Y.29 T.18 R23 T.14 T.12 R20 Timbuolo Y.28 Y.27 T.13 Kaumu R28 R19 Y.21 Tutumoto R24 bintalahe R-9 A-6500 R29 A-6250 Y.26 R-1 Loyo Y.17 Y.14 Y.16 A-6000 T.23 Y.23 R.8 R-10 A-5750 Manawa R18 T.22 Y.20 Bonggoime R-2 B.8000 A-5500 Y.24 Y.18 B.7750 Y.15 A-5250 R-3 B.7500 A-5000 R17 Y.25 Lonuo Y.19 R-4 C-8000 B.7250 Moutong Peypata T.7 T.6 Oliyedaata Kintali B.7000Huntongo C-6500 Bubebaru Tibawa B.6250 Podudupa B.6000 A-4750 Kiki R.7 C-7750 A-4500 T.8 C-7500 B.6750 A-4250 C-7250 B.6500 T.9 C-7000 T.11 T.10 D.9000 D.8750 C-6750 A-4000 Kopi A-3750 A-3500 D.8500 D.8250 Helumo D.8000 C-6250 B.5750 Yilantala B.5500 A-3250 Y.31 Y.32 C-6000 Pangimba Potiwumbua B.5250 A-3000 Y.33 R.5 T.1 C-5750 B.5000 Potanga A-2750 Biluango R.6 Boidu Perintis D.7250 Bilududu D.7000 Bulobulanto C-5500 Batuwonggubo C-5250 B.4750 A-2500 T.2 D.7750 D.7500 A-2250 Mootindapo C-4500 Lumbaya C-4250 B.4500 T.3 E-9000 C-5000 B.4250 A-2000 E-8750 C-4750 B.4000 A-1750 T.4 E-8500 D.6750 B.3750 A-1500 E-8250 D.6500 B.3500 T.5 K.1 E-8050 D.6250 E-7800 C-4000 Limehu Airpnanas B.3250 K.2 Ulanta D.6000 Potiwunduwa D.5750 C-3750 B.3000 E-7550 C-3500 B.2750 F.8500 E-7300 Bulano Perintis D.5500 Potabohengo D.5250 C-3250 B.2500 K.3 F.8250 E-7050 C-3000 B.2250 F.8000 E-6800 D.5000 Binggele C-2750 E-6550 Lotu C-2500 Sandawule C-2250 B.2000 K.4 F.7750 D.4750 E-6300 D.4500 B.1750 F.7500 F.7250 E-6000 Duano Tengah D.4250 C-2000 B.1500 F.7000 E-5750 D.4000 C-1750 F.6750 E-5500 D.3750 C-1500 G.8000 F.6500 E-5250 K.5 E-5000 Alale E-4750 D.3500 C-1250 G.7750 F.6250 D.3250 C-1000 G.7500 F.6000 D.3000 G.7250 F.5750 Potona F.5500 Buhaa E-4500 D.2750 G.7000 E-4250 Baleya E-4000 D.2500 G.6750 F.5250 Bendung Alala F.4250 E-3750 Talnggila E-3500 D.2250 G.6500 F.5000 D.2000 G.6250 K.9 D.1750 G.6000 Bali F.4750 K.7 F.4500 E-3250 G.5750 E-3000 D.1500 Batunobutao D.1250 G.5500 F.4000 E-2750 D.1000 G.5250 F.3750 E-2500 H.6000 G.5000 G.4750 Tapadaa G.4500 F.3500 E-2250 H.5750 F.3250 E-2000 H.5500 F.3000 E-1750 H.5250 G.4250 F.2750 E-1500 H.5000 G.4000 Kintal F.2500 M.1 E-1250 H.4750 G.3750 F.2250 E-1000 H.4500 G.3500 F.2000 M.2 H.4250 G.3250 F.1750 H.4000 G.3000 Y.13 F.1500 H.3750 G.2750 Dauto F.1250 H.3500 G.2500 F.1000 M.3 H.3250 Y.12 G.2250 H.3000 Dutuna Tapa Dua H.2750 G.2000 BoludawaG.1750 M.4 Tinaloga H.2500 G.1500 Y.11 G.1250 Y.10 Dumaya H.2250 H.2000 G.1000 M.5 Tilemba Y.9 Tandaa Y.8 Buwoto Y.7 Y.6 Y.5 Bibito Totopo Y.4 Y.3 Botuduanga Y.2 Panggulo Pangi Y.1 68000 66000 Huidu Pohuloto Huidu Totuwoto PETA ANOMALI MAGNET TOTAL SISA DAERAH PANAS BUMI SUWAWA KABUPATEN BONE BULANGO PRPOPINSI GORONTALO Buido Lompotoo 64000 62000 60000 58000 56000 Huidu Mandulangi Huidu Panggutobulontala APBL - 2 APLB - 1 Huidu Mogi Dutuna Lombongo APLMB-1 APLMB-2 Dutuna Wulo Dutuna Mananggide Buido Payango Dutuna Dehuwa Dutuna Bibito APPNG 0 1000 2000 3000 4000 SKALA = 1: 25.000 Keterangan > -250 Gama -250 s/d 100 Gama > 100 Gama Kontur interval 25 m Jalan Raya Sungai Anak sungai 54000 Dutula Tamboo Huidu Balangga A 2250 Titik Pengamatan Sesar iprtkirakan Air Panas 52000 512000 514000 516000 518000 520000 522000 524000 526000 Gambar 5: Peta anomali sisa magnit total daerah Suwawa-Gorontalo Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 15-10