BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari. masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktif, bebas dari hal-hal yang tidak jelas (gharar), berprinsip keadilan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( Financial Intermediales )

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi umat islam. Rasa terpercaya, amanah dan aman serta

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, serta memberikan jasa

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. nasabahpun juga semakin meningkat. syariah menerapkan sistem bagi hasil berdasarkan prinsip Profit Sharing

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Undang-Undang nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang menerapkan sistem ribawi menjadi goyah. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Gambaran Umum Perkembangan Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia telah muncul pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan prinsip bagi hasil dan menghindari unsur-unsur spekulatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat telah menyebabkan kasus

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. dimulainya industri perbankan syariah di Indonesia. Namun hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal tahun 1990-an dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB II. pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004),

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai berpindah dan mempercayai Perbankan Syariah. Sesuai dengan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH. (Studi Kasus PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. Nama : Sarah Natya

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salahsatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. Dimana bank memiliki beberapa fungsi, salah satunya adalah agent of trust. Agent

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary instution), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pada Desember

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. secara praktik operasionalnya. Dalam beberapa penelitian dan kajian, ekonomi islam

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Pada dasarnya bank syariah sebagaimana bank konvensional juga menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan, hanya saja terdapat perbedaan dalam segi akad. Penentuan akad yang diinginkan dan yang akan diberikan oleh bank syariah kepada nasabahnya didasarkan pada prinsip bagi hasil (profit sharing atau revenue sharing). Di dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian tradisi model Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang telah lazim dilakukan zaman Rasulullah SAW. Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006:51) menyebutkan bahwa: Kesehatan bank sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, penilaian terhadap tingkat kesehatan bank meliputi permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. 1

Dalam usaha memperoleh keuntungan, para pengelola bank selalu dihadapkan pada pilihan, yaitu memenuhi kebutuhan para debitur melalui penyaluran pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian khusus. Pada penelitian ini penulis akan membahas pembiayaan prinsip jual beli yaitu murabahah dan pembiayaan prinsip bagi hasil yaitu musyarakah. Pada praktik pembiayaan dengan prinsip jual beli yaitu murabahah. Murabahah merupakan pembiayaan yang paling banyak digunakan dalam praktik perbankan syariah di Indonesia. Menurut Karim (2013:113) menyatakan bahwa: Murabahah adalah transaksi jual-beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). Sementara itu, nasabah akan mengembalikan hutangnya di kemudian hari secara tunai ataupun dengan mencicil. Sedangkan, Kasmir (2012:171) menyatakan bahwa: Pembiayaan musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dengan melakukan upaya pemberian pembiayaan ini tentu saja mempunyai risiko yang cukup tinggi untuk pihak bank itu sendiri dan berisiko adanya pengembalian pembiayaan yang tidak sesuai dengan jadwal yang telah disepakati sehingga terjadilah pembayaran pembiayaan macet. Pembiayaan bermasalah merupakan rasio keuangan yang menunjukkan total pembiayaan bermasalah dalam suatu bank syariah. Tingkat Non Performing Financing (NPF) yang tinggi pada suatu bank syariah akan menunjukkan kualitas suatu bank yang tidak sehat. 2

Penilaian terhadap kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Berikut ini adalah data yang diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah (SPS) Bank Indonesia mengenai Pembiayaan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) Berdasarkan Kualitas Pembiayaan yang disajikan dalam tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Berdasarkan Kualitas Pembiayaan (dalam Miliar Rupiah) Kolektibilitas Pembiayaan Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Lancar 45.004 66.120 100.067 144.236 179.292 - Lancar 41.931 63.006 95.480 138.483 171.229 - DPK 3.074 3.114 4.587 5.753 8.063 Non Lancar 1.882 2.061 2.588 3.269 4.828 - KL 435 677 1.075 980 1.353 - D 582 332 297 535 739 - M 865 1.052 1.216 1.753 2.735 Total Pembiayaan 46.886 68.181 102.655 147.505 184.120 Persentase NPF 4,01% 3,02% 2,52% 2,22% 2,62% Perkembangan NPF - -32,78% -19,84% -13,51% 15,26% Sumber: Statistik Perbankan Syariah (2014) Dari hasil data pembiayaan - BUS dan UUS berdasarkan kualitas pembiayaan periode 2009 sampai dengan 2013, terlihat bahwa tingkat Non Performing Financing (NPF) mengalami peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahunnya. Peningkatan tersebut terlihat dalam tabel yang mengalami penurunan pembiayaan bermasalah tercatat dari mulai tahun 2009 hingga tahun 2012, hanya saja pada tahun 2013 mengalami kenaikan yaitu sebesar 2,62%. Namun, kenaikan 3

tersebut masih dibawah ketentuan maksimal yang ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Machmud dan Rukmana (2010:166) menyatakan: Profitabilitas dapat diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh bank yang sebagian besar bersumber kepada pembiayaan yang diberikan. Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha serta keuntungan yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Profitabilitas sangat penting karena menggambarkan kinerja manajemen dalam pengelolaan dana. Menurut Gitman (2009:65) menyatakan bahwa metode perhitungan profitabilitas perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: Operating Income Ratio, Operating Ratio, Net Profit Margin, Return On Investment, Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Return On Sales. Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula kinerja keuangannya. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas adalah Return On Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA). ROE merupakan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income, sedangkan ROA adalah kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelola aset yang dimiliki. Namun, dalam penelitian ini hanya rasio Return On Asset (ROA) saja yang akan menjadi bahan untuk diteliti. Berikut ini adalah data profitabilitas bank yang didapat dari Statistik Perbankan Syariah (SPS) periode Desember 2014 mengenai Rasio Keuangan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang tersaji dalam tabel 1.2 sebagai berikut: 4

Tabel 1.2 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun ROA ROE 1) Perkembangan ROA ROE 2009 1,48% 26,09% - - 2010 1,67% 17,58% 11,37% -48,47% 2011 1,79% 15,73% 6,70% -11,76% 2012 2,14% 24,06% 16,35% 34,62% 2013 2,00% 17,24% -7% -39,55% Ket: 1) Hanya data Bank Umum Syariah (BUS). Sumber: Statistik Perbankan Syariah (2014) Berdasarkan data diatas dapat dilihat dari rasio ROA hampir mengalami kenaikan setiap tahunnya yang tercatat mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Perkembangan tersebut sebesar 11,37% yang semula sebesar 1,48% menjadi 1,67% pada tahun 2010. Tahun 2011 meningkat lagi dan mengalami perkembangan sebesar 6,70% yang semula sebesar 1,67% menjadi 1,79%. Kenaikan tersebut berakhir pada tahun 2012 yang mengalami perkembangan sebesar 16,35% yang semula sebesar 1,79% menjadi 2,14%. Hanya saja di tahun 2013 rasio ROA mengalami penurunan sebesar 7% yang menjadi 2,00%. Namun penurunan ini masih berada pada posisi kriteria penilaian peringkat yang sangat sehat. Selanjutnya dilihat dari rasio ROE justu sebaliknya dari rasio ROA yang setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan ini hampir mengalami penurunan setiap tahunnya yang tercatat mulai tahun 2009 sampai dengan 2011. Tetapi sempat mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 24,06% yang semula 15,73%. Kenaikan ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan sebesar 34,62%. 5

Seiring dengan semakin meningkatnya tingkat pembiayaan yang diberikan kalangan perbankan syariah seperti Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) telah dilakukan upaya pendampingan hingga mengedepankan aspek kehati-hatian. Hal tersebut bertujuan untuk menekan angka pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF). Perbankan syariah telah mengupayakan rasio pembiayaan nonlancar bisa di bawah 5 persen. Cara yang dilakukan adalah melakukan pelunasan, hapus buku hingga pemberian pembiayaan baru. Penurunan NPF dikarenakan total pembiayaan yang menjadi penyebut meningkat. Sedangkan total NPF yang menjadi pembilangnya relatif tetap. (http://kompas.com, diunduh pada tanggal 25 Febuari 2015). Salah satu bank umum syariah di Indonesia yang dijadikan objek untuk diteliti yaitu PT. Bank Mega Syariah yang tersaji dalam tabel 1.3 sebagai berikut: Tabel 1.3 Tingkat Non Performing Financing (NPF) dan Profitabilitas Bank PT. Bank Mega Syariah Periode 2009-2013 Perkembangan Tahun NPF ROA ROE NPF ROA ROE 2009 2,08% 2,22% 39,97% - 55,85% 72,32% 2010 3,52% 1,90% 26,81% 40,10% -16,84% -49,08% 2011 3,03% 1,58% 16,89% -16,17% -20,25% -58,73% 2012 2,67% 3,81% 57,98% -13,50% 58,53% 70,86% 2013 2,98% 2,33% 26,23% 10,40% -63,51% -121,04% Sumber: Laporan Keuangan Tahunan PT. Bank Mega Syariah (yang telah diolah oleh penulis, 2015) 6

Berdasarkan pada tabel 1.3 dapat dilihat Non Performing Financing (NPF) PT. Bank Mega Syariah mengalami perkembangan yang fluktuatif setiap tahunannya. Kenaikan ini terjadi pada tahun 2010 dan 2013. Namun, kenaikan yang paling tinggi didapat pada tahun 2010. Seperti yang terlihat pada tabel, tingkat NPF pada tahun 2010 mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar 3,52% yang semula 2,08% pada tahun 2009. Meskipun terjadi penurunan kualitas sebesar 1,44% namun pengelolaan pembiayaan bermasalah masih dibawah ketentuan maksimal yang ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Penurunan NPF ini disebabkan oleh adanya perubahan bisnis di tahun 2008 yang telah melahirkan konsekuensi terhadap risikobisnis yang semakin tinggi. Hal tersebut sangat terasa di tahun 2010 yang merupakan tahun ketiga beroperasinya Mega Mitra Syariah (M2S) dan Gadai Syariah. Sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan M2S, terjadi peningkatan terhadap risiko pembiayaan. Peningkatan NPF tersebut dipicu karena beberapa faktor. Pertama, ketatnya persaingan antar bank di sektor usaha mikro mendorong terjadinya persaingan untuk mendapatkan debitur bagus. Kedua, terjadinya perpindahan SDM ke bank lain juga membawa dampak pada penurunan kualitas pembiayaan. Sebab, banyak diantara SDM yang berpindah memiliki posisi kunci dan kualitas yang bagus. Ketiga, desentralisasi terhadap M2S dan Gadai Syariah kurang bagus terhadap pembangunan budaya kerja dan karakter perusahaan. Selanjutnya, pada tahun 2011 dan tahun 2012 tingkat NPF pada PT. Bank Mega Syariah terus mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel, yang semula pada tahun 2010 sebesar 3,52% menjadi 3,03% pada tahun 2011. Penurunan pembiayaan bermasalah terus berangsur membaik yang 7

terlihat pada tahun 2012 sebesar 2,67%. Hasilnya, produktivitas pembiayaan meningkat diiringi dengan rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) yang menurun. Peningkatan NPF ini karena adanya pengelolaan dari tim manajemen bank yang semakin baik. Di tahun 2010 manajemen juga melakukan pembenahan terhadap sistem dan prosedur di mikro dan gadai. Desentralisasi juga ditiadakan dan kembali dilakukan secara terpusat. Rekrutmen dan pengelolaan SDM serta Teknologi Informasi yang semula dilakukan sendiri, kini langsung dibawah kendali manajemen kantor pusat. Hal ini dilakukan untuk menciptakan sinergi bisnis antar unit usaha dan memaksimalkan setiap peluang bisnis yang ada. Perubahan sistem di mikro dan gadai itu juga dimaksudkan untuk menciptakan budaya dan karakter perusahaan bagi seluruh karyawan BMS. Dengan begitu setiap karyawan dan unit usaha mendapat perlakuan yang sama. Sebab, mereka telah memberikan kontribusi yang sama terhadap setiap pertumbuhan yang diraih oleh perusahaan. Selain itu juga adanya perbaikan di bidang penjualan dengan menerapkan booking quality system. Melalui sistem tersebut, pemberian insentif kepada pegawai di bidang penjualan tak hanya memperhitungkan kuantitas, tetapi juga kualitas. Sementara itu, dilihat perkembangan dari sisi profitabilitas bank dapat dilihat perkembangan yang fluktuatif. Penurunan ROA dan ROE dapat dilihat pada tahun 2010, 2011 dan tahun 2013. Jika dilihat dari sisi ROA pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar -16,84% yang semula sebesar 2,22% menjadi 1,90%. Sementara pada tahun 2012 ROA sempat mengalami kenaikan sebesar 58,53% yang semula 1,58% menjadi 3,81%. Namun, pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar -63,51% yang semula sebesar 3,81% menjadi 2,33%. 8

Selanjutnya, dilihat dari sisi ROE pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar -49,08% yang semula sebesar 39,97 menjadi 26,81%. Sementara pada tahun 2012 ROE juga sempat mengalami kenaikan sebesar 70,86% yang semula sebesar 16,89% menjadi 57,98%. Penelitian mengenai kinerja bank di Indonesia khususnya mengenai Non Performing Financing (NPF) telah dilakukan oleh beberapa peneliti namun hasilnya tidak konsisten. Non Performing Financing (NPF) yang diteliti oleh Fahrul (2012) yang berjudul Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Musyarakah dan Pembiayaan Murabahah Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank (Studi Pada Bank Aceh Syariah Cabang Banda Aceh). Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh terhadap tingkat profitabilitas bank syariah Banda Aceh. Penelitian yang dilakukan oleh Rafelia dan Ardiyanto (2013) dengan judul Pengaruh CAR, FDR, NPF, dan BOPO Terhadap ROE Bank Syariah Mandiri Periode Desember 2008 - Agustus 2012. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa NPF mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas bank. Namun penelitian tersebut belum dapat digeneralisir karena hanya meneliti satu bank saja yaitu Bank Mandiri Syariah (BSM). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Syaichu (2013) dengan judul Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, dan NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariahmenunjukan bahwa NPF tidak memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap profitabilitas bank (ROA). Berdasarkan hasil penelitianpenelitian sebelumnya menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan. 9

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali sejauh mana pengaruh Non Performing Financing (NPF) Murabahah dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank. Bank syariah yang akan penulis jadikan objek penelitian adalah PT. Bank Mega Syariah. Maka dari itu penulis akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut dengan judul: Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Murabahah dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank (Studi Kasus pada PT. Bank Mega Syariah). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini. Masalah tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan Non Performing Financing (NPF) Murabahah, Musyarakah dan perkembangan Profitabilitas Bank pada PT. Bank Mega Syariah. 2. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF) Murabahah dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank pada PT. Bank Mega Syariah. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 10

1. Untuk mengetahui perkembangan Non Performing Financing (NPF) Murabahah, Musyarakah dan perkembangan Profitabilitas Bank pada PT. Bank Mega Syariah. 2. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Financing (NPF) Murabahah dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank pada PT. Bank Mega Syariah. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan dampak positif dalam perkembangan ilmu manajemen perbankan syariah khususnya mengenai Non Performing Financing (NPF) dan menambah ilmu pengetahuan teori yang telah didapat selama duduk di bangku perkuliahan dan teori yang didapat saat penelitian mengenai Non Performing Financing (NPF) Murabahah dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank ini. 2. Manfaat Praktis: a. Memberikan pengalaman secara langsung bagi penulis. b. Diharapkan bagi PT. Bank Mega Syariah dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengatasi masalah yang berkenaan dengan Non Performing Financing (NPF)Murabahah dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank pada PT. Bank Mega Syariah sehingga dapat diambil suatu kebijakan yang akan dipakai dalam 11

melaksanakan kegiatan usahanya serta dapat meningkatkan kinerja dan tingkat laba bank. 1.5 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Tempat yang dijadikan lokasi penelitian ini adalah PT. Bank Mega Syariah dan data yang digunakan merupakan laporan keuangan tahunan bank pada periode 2009-2013. Sedangkan waktu penelitian yaitu dimulai pada tanggal Febuari 2015 - April 2015. 12