ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU. Afriyanto 1, Weni Astuti 2 ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

> *\ PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN ^UL^pT)

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA DEPOK

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PADA TAHUN

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KANTOR SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT. Supina Sino,Titin Ruliana,Imam Nazarudin Latif

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diambil adalah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan sesuatu melalui sebuah penelitian (Ulum dan Juanda, 2016).

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil lokasi di Kabupaten Brebes dan Pemalang dengan data yang

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MALANG

ANALISIS REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2014

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA (STUDI KASUS PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BLORA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PENILAIAN KINERJA (Studi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Semarang)

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN dengan menggunakan data. Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA AMBON

PENGARUH RASIO KEMANDIRIAN, EFEKTIFITAS DAN PERTUMBUHAN PADA KABUPATEN SOPPENG

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) DITINJAU DARI RASIO KEUANGAN (Studi Kasus di Kabupaten Sragen Periode )

BAB I PENDAHULUAN. diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan layanan tersebut di masa yang akan datang (Nabila 2014).

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu Vol VI, No 2, Juli Desember 2017

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KAUR

Disusun Oleh B PROGRAM

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA,PENELITIAN TERDAHULU DAN RERANGKA PEMIKIRAN..Sub bab tersebut masing-masing akan diuraiakan sebagai berikut.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

Jurnal Ekonomi Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

JURNAL. Oleh: APRI DIANA EKA RAHAYU NPM: Dibimbing oleh : 1. Dra. Puji Astuti, M.M., M.Si., Ak 2. Sigit Puji Winarko, SE, S.Pd., M.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Pada Bab II telah diuraiakan kondisi riil daerah yang ada di

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU Afriyanto 1, Weni Astuti 2 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pasir Pengaraian Jl. Tuanku tambusai Kumu Desa rambah Kecamatan rambah Hilir ABSTRAK Penelitian ini dilakukan pada Rokan Hulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu selama periode 2007 sampai 2011. Untuk mengetahui kinerja keuangan Rokan Hulu menggunakan analisis rasio keuangan daerah khususnya Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektifitas dan Efisiensi PAD, Rasio Aktivitas dan Rasio Pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemandirian tahun 2007-2011 masih sangat rendah, Rasio efektifitas kinerja keuangan tahun 2007 tidak efektif, tahun 2008 menunjukkan bahwa kinerja keuangan cukup efektif, tahun 2009 dan 2010 menunjukkan kinerja keuangan sangat efektif, dan tahun 2011 menunjukkan bahwa kinerja keuangan sudah efektif. Rasio efisiensi tahun 2007-2011 menunjukkan bahwa kinerja keuangan sangat efisien karena di bawah angka 1%. Rasio aktivitas tahun 2007 dan 2011 menunjukkan bahwa rasio keserasian diprioritaskan untuk belanja rutin. Rasio Pertumbuhan APBD tahun 2007-2011 menunjukkan pertumbuhan yang positif dan negatif. Karena mengalami kenaikan dan penurunan di tahun tertentu. Kata Kunci : Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektifitas dan Efisiensi, Rasio Aktivitas dan Rasio Pertumbuhan. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dilaksanakan melalui otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberi kesempatan bagi daerah dalam penyelenggaraan pemerintah. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional. Oleh karena itu, pemerintah pusat membuat suatu kebijakan tentang Pemerintah Daerah. Kabupaten Rokan Hulu merupakan pemekaran dari Kabupaten Kampar. Sebagai

pemerintah daerah, tentu memiliki berbagai fenomena dan permasalahan. Fenomenanya adalah memiliki potensi daerah yang sangat besar. Potensi daerah yang dimiliki Kabupaten Rokan Hulu dan saat ini sedang dikembangkan antara lain adalah pertanian, perkebunan, industri, pertambangan, konstruksi, dan perdagangan. Bagi Kabupaten Rokan Hulu, lahirnya otonomi daerah merupakan berkah tersendiri, bagi upaya peningkatan pembangunan yang bertumpu pada potensi daerah. Salah satu permasalahan yang muncul adalah masalah kinerja pemerintah daerah dalam mengelola dan mempertanggungjawabkan kinerja keuangannya. Sebagai kabupaten yang relatif masih baru, Kabupaten Rokan Hulu terus melakukan perbaikan terutama dari segi tata kelola pemerintahan. Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu menyadari bahwa kemajuan yang diciptakan daerah di era desentralisasi ini bergantung pada tata kelola pemerintah daerah. Dengan demikian prinsip-prinsip Good Governance dapat terialisasi dalam Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kabupaten Rokan Hulu yang berkenaan dengan penganalisaan kinerja keuangan pemerintah daerah setempat dengan judul: Analisis Kinerja Keuangan Rokan Hulu. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dalam hal ini penulis merumuskan yang menjadi permasalahan didalam penelitian ini adalah: Bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu selama lima tahun (2007-2011) berdasarkan indikator Rasio Kemandiriaan Keuangan Daerah, Rasio Efektifitas dan Efisiensi, Rasio Aktivitas, dan rasio pertumbuhan. 1.3 Pembatasan Masalah dan Originalitas Permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi pada pengukuran kinerja keuangan Rokan Hulu selama lima tahun (2007-2011) dengan menggunakan indikator analisis rasio keuangan sebagai berikut : 1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah 2. Rasio Efektivitas dan efisiensi 3. Rasio Aktivitas 4. Rasio Pertumbuhan Penelitian ini menggunakan data asli yang bersumber dari Rokan Hulu, sehingga terhindar dari unsur plagiat atau penjiplakan. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan Latar belakang masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu selama empat tahun (2007-2010) dengan menggunakan indikator rasio keuangan.

1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu, sebagai masukan dan gambaran bagi pemerintah daerah dalam membuat kebijakan serta menentukan arah dan strategi dalam perbaikan kinerja keuangan pemerintah dimasa yang akan datang. 2. Bagi peneliti, salah satu upaya untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang berharga dalam bidang yang diteliti. 2. LANDASAN TEORI 2.1 Komponen Laporan Keuangan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintahan, komponen yang terdapat dalam laporan keuangan pokok terdiri dari: a. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. b. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana. c. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. 2.2 Analisis Rasio Keuangan Analisis dari item-item laporan keuangan berperan penting dalam interpretasi data keuangan dan operasi entitas. Karena itu, banyak analisis yang memanfaatkan rasio keuangan untuk membantu melakukan kegiatan analisis dan interpretasi laporan keuangan. Penggunaan laporan keuangan sebagai alat analisis dapat membantu pihak pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan yang rasional dan sesuai dengan tujuan entitas karena analisis rasio dapat membantu dalam mengindentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan entitas. Analisis keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan bardasarkan laporan keuangan yang tersedia. 2.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan Daerah a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kemandirian keuangan derah menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang dikeluarkan daerah. Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daera Bantuan Pemerinta Pusat dan Pinjaman Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksteren. Semakin tinggi rasio

kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya. b. Rasio Efektifitas dan Efesiensi Pendapatan Asli Daerah Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Rasio Efektifitas Realisasi Penerimaan PAD Target Penerimaan PAD Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Apabila pendapatan yang diperoleh lebih dari belenja yang dikeluarkan maka dikatakan belum efisien. Kinerja pemerintah daerah dikatakan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah l00 persen. Rasio Efesiensi Biaya Pemungutan PAD Realisasi Penerimaan PAD c. Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. Rasio Belanja Rutin teradap APBD Total Belanja Rutin Total APBD Rasio Belanja Rutin teradap APBD Total Belanja Rutin Total APBD Belum ada patokan yang pasti berapa besarnya rasio belanja rutin maupun pembangunan terhadap APBD yang ideal, karena sangat dipengaruhi oleh dinamisasi kegiatan pembangunan dan besarnya kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan. d. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan (Growth ratio) mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu mendapat perhatian. Pendapatan Asli Daera (PAD) PADt1 PADt0 PADt0 2.4 Perumusan Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu Diduga bahwa kinerja keuangan Rokan Hulu dalam lima tahun terakhir (2007-2011) ditinjau dari

rasio-rasio keuangan daerah sudah baik. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitan Objek penelitian adalah Rokan Hulu. Penelitian ini dilakukan pada Rokan Hulu tepatnya di Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset, di bagian Akuntansi yang beralamat di Jl. Tuanku Tambusai, Kecamatan Rambah. 3.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian berbentuk deskriptif, dimana penelitian ini akan menggambarkan fenomena atau karakteristik data yang berlangsung selama lima tahun (2007-2011). 3.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu. Sementara kriteria penarikan sampel diambil dari populasi yang ada, yaitu Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu selama lima tahun (2007-2011). 3.4 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang berupa angka-angka yang termuat dalan Laporan Realisasi Anggaran Rokan Hulu 2007-2011. Sedangkan sumber datanya diperoleh dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, yaitu dengan melakukan pengambilan data pada bagian Akuntansi Dinas Pengolaan Keuangan dan Aset secara langsung yaitu berupa Laporan Realisasi Anggaran, Gambaran Umum Kabupaten Rokan Hulu, serta Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset. 3.6 Teknik Analisis Data Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Deskriptif yaitu menganalisis data sedemikian rupa sesuai dengan teori yang relevan dengan permasalahan kemudian dibuat kesimpulan. 2. Kuantitatif yaitu perhitungan analisis kinerja keuangan Rokan Hulu dengan menggunakan rasio keuangan daerah. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan Dalam pembahasan hasil penelitian ini akan dibahas mengenai bagaimana kinerja pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh Rokan Hulu dengan menggunakan Analisis Rasio Keuangan terhadap APBD pada Tahun Anggaran 2007-2011. Aspek-aspek tersebut dapat diketahui dengan melakukan analisis rasio sebagai berikut:

1. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Tabel IV.1 Skala Interval Kemampuan Keuangan Daerah Persentase PAD Kemampuan Keuangan Daerah 0,00 10,00 Sangat Kurang 10,00-20,00 Kurang 20,01 30,00 Sedang 30,01 40,00 Cukup 40,01 50,00 Baik >50,00 Sangat Baik Sumber : Tim Litbag Depdagri Fisipol UGM dalam Yumardi Tabel IV.2 Tingkat Kemandirian Kabupaten Rokan Hulu Tahun Anggaran 2007-2011 Tahun Realisasi PAD Pendapatan Transfer Rasio Anggaran Kemandirian 2007 22,599,453,448.45 665,764,362,811.00 3.39% 2008 22,841,571,662.43 857,189,528,479.42 2.66% 2009 30,273,406,142.17 728,734,252,648.77 4.15% 2010 27,862,342,362.34 846,257,097,258.00 3.29% 2011 34,234,130,535.98 1,064,749,113,109.00 3.22% Sumber : Data APBD Kabupaten Rokan Hulu Dari perhitungan diatas terlihat bahwa selama periode 2007-2011 dapat diketahui bahwa kemandirian keuangan daerah Kabupaten Rokan Hulu masih sangat rendah bahkan mengalami naik turun dari tahun ketahun. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Rokan Hulu yang paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 4,15%, sedangkan yang paling rendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 2,66%. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian daerah dalam mencukupi kebutuhan pembiayaan untuk melakukan tugastugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat masih sangat rendah. 2. Rasio Efektifitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah a. Efektifitas Pendapatan Asli Daerah Tabel IV.3 Kriteria Keuangan Daerah Persentase Kinerja Keuangan Kriteria Diatas 100% Sangat Efektif 90% - 100% Efektif 80% - 90% Cukup Efektif 60% - 80% Kurang Efektif Kurang dari 60% Tidak Efektif Sumber : Dasril Munir dalam Yumardi

Tabel IV.4 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Rokan Hulu Tahun Anggaran 2007-2011 Tahun Realisasi PAD Target PAD Rasio Anggaran Efektifitas 2007 22,599,453,448.45 52,624,158,664.00 42.95% 2008 22,841,571,662.43 27,799,510,000.00 82.17% 2009 30,273,406,142.17 23,638,846,870.00 128.07% 2010 27,862,342,362.34 26,810,000,000.00 103.93% 2011 34,243,130,535.98 34,661,025,788.00 98.79% Sumber : Data APBD Kabupaten Rokan Hulu Dari tabel 1.4 diatas dapat diketahui bahwa rasio efektifitas Kabupaten Rokan Hulu dalam melakukan pemungutan pajak dan retribusi daerah yang merupakan sumber pendapatan asli daerah pada tahun 2007 adalah sebesar 42,95%, tahun 2008 sebesar 82,17%, tahun 2009 sebesar 128,07, tahun 2010 sebesar 103,93% dan tahun 2011 sebasar 98,79%. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu dalam merealisasikan sumber pendapatan asli daerah pada tahun 2007 tidak efektif dan pada tahun 2008 cukup efektif. Pada tahun 2009 dan 2010 sangat efektif, sementara pada tahun 2011 sudah efektif. b. Efisiensi Pendapatan Asli Daerah Tabel IV.5 Kriteria Kinerja Keuangan Persentase Kinerja Kriteria Keuangan Diatas 100% Tidak Efisien 90% - 100% Kurang Efisien 80% - 90% Cukup Efisien 60% - 80% Efisien Kurang dari 60% Sangat Efisien Sumber : Dasril Munir dalam Yumardi Tahun Anggaran Tabel IV.6 Biaya Pemungutan dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Rokan Hulu Tahun Anggaran 2007-2011 Biaya Pemungutan PAD Realisasi PAD Rasio Efesiensi 2007 192,020,000.00 22,599,453,448.45 0.85% 2008 192,020,000.00 22,841,571,662.43 0.84% 2009 192,020,000.00 30,237,406,142.17 0.64% 2010 230,230,000.00 27,862,342,362.34 0.83% 2011 243,230,000.00 34,243,130,535.98 0.71% Sumber : Data APBD Kabupaten Rokan Hulu

Dari tabel IV.6 diketahui hasil perhitungan rasio efisiensi pemerintah daerah Kabupaten Rokan Hulu pada tahun anggaran 2007 sampai dengan tahun anggaran 2011 seluruh rasio efisiensi berada di bawah angka 1 (satu) persen. Ini menggambarkan kinerja pemerintah daerah dalam pemungutan PAD sudah efisien yang ditandai dengan trend rasio yang kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100 persen dari tahun ketahun. Artinya, dengan mengeluarkan biaya yang relatif sedikit, pemerintah daerah dapat menghasilkan output (hasil) yang optimal dan memberikan penggambaran kinerja pemerintahan daerah yang sangat baik. 3. Rasio Aktivitas (Rasio Keserasian) Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut: Rasio Belanja Rutin teradap APBD Total Belanja Rutin Total APBD Rasio Belanja Pembangunan teradap APBD Total Belanja Pembangunan Total APBD Tabel IV.7 Realisasi APBD Kabupaten Rokan Hulu Kondisi Rasio Aktivitas Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan Tahun Anggaran 2007-2011 Tahun Rasio Belanja Rasio belanja Anggaran Rutin Pembangunan Prioritas 2007 61.99% 37.96% Belanja Rutin 2008 66.19% 33.72% Belanja Rutin 2009 68.63% 30.94% Belanja Rutin 2010 70.21% 29.69% Belanja Rutin 2011 81.77% 18.11% Belanja Rutin Sumber : Data APBD Kabupaten Rokan Hulu Dari Tabel IV.7 di atas dapat dilihat bahwa kondisi Rasio Aktivitas`Kabupaten Rokan Hulu dilihat dari Rasio keserasian pada Belanja Rutin yang paling tinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 81,77% dan yang paling rendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebasar 61,99%. Sedangkan Rasio Keserasian pada Belanja Pembangunan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 37,96% dan yang paling rendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebasar 18,11%. Hal ini menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir Rasio Keserasian Kabupaten Rokan Hulu diprioritaskan untuk Belanja Rutin.

4. Rasio Pertumbuhan Tabel IV.8 Rasio Pertumbuhan APBD Kabupaten Rokan Hulu Tahun Anggaran 2007-2011 Keterangan 2007 2008 2009 2010 2011 P AD 22.599.453.488,45 22.841.571.662,43 30.273.406.142,17 27.862.342.362,34 34.243.130.535,98 Total Pendapatan 714.195.807.298,40 891.425.278.741,85 769.748.633.790,94 874.119.439.620,34 1.099.910.243.644,98 Belanja Rutin 532.979.421.167,00 547.780.839.226,00 549.739.640.228,00 677.983.832.761,00 786.695.569.134,00 B. Pembangunan 326.337.863.972,00 279.042.288.516,00 247.857.006.776,00 286.666.744.784,00 174.203.379.057,00 Sumber : Data APBD kabupaten Rokan Hulu Keterangan % Pertumbuhan 2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011 Pendapatan Asli Daerah 1,07 % 32,54 % -7,96 % 22,90 % Total Pendapatan 24,82 % -13,65 % 13,56 % 25,83% Belanja Rutin 2,78 % 0,36 % 23,33 % 16,03 % Belanja Pembangunan -14.49% -11,18 % 15,66 % -39,23 % Sumber : Data APBD kabupaten Rokan Hulu Dari Tabel IV.8 diatas dapat dilihat Rasio Pertumbuhan Asli Daerah pada tahun 2007-2008 sebesar 1,07% mengalami kenaikan pada tahun 2008-2009 menjadi 32,54%, pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan menjadi - 7,96% dan pada tahun 2010-2011 mengalami kenaikan menjadi 22,90%. Rasio Pertumbuhan Total Pendapatan 2007-2008 mengalami penurunan di tahun 2008-2009 yaitu dari 24,82% menjadi 13,65%, mengalami kenaikan pada tahun 2009-2010 menjadi 13,56% dan mengalami kenaikan ditahun 2010-2011 menjadi 25,83%. Rasio pertumbuhan belanja rutin pada tahun 2007-2008 yaitu sebesar 2,78% mengalami penurunan di tahun 2008-2009 menjadi 0,36%, pada tahun 2009-2010 mengalami kenaikan menjadi 23,33% dan mengalami penurunan di tahun 2010-2011 menjadi 16,03%. Dan Rasio pertumbuhan belanja pembangunan pada tahun 2007-2008 yaitu sebesar - 14,49% mengalami penurunan pada tahun 2008-2009 menjadi -11,18%, pada 2009-2010 mengalami kenaikan menjadi 15,66% dan di tahun 2010-2011 mengalami penurunan menjadi -39,23%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari perhitungan rasio-rasio keuangan pemerintah daerah Kabupaten Rokan Hulu diatas, maka dapat diketahui bahwa kinerja keuangan Kabupaten Rokan Hulu sudah baik. 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut: 1. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Rokan Hulu

masih sangat rendah bahkan mengalami naik turun dari tahun ketahun. 2. Rasio efektifitas Kabupaten Rokan Hulu menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu dalam merealisasikan sumber pendapatan asli daerah pada tahun 2007 tidak efektif dan pada tahun 2008 cukup efektif. Pada tahun 2009 dan 2010 sangat efektif, sementara pada tahun 2011 sudah efektif. 3. Rasio efisiensi pemerintah daerah Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2007 tahun 2011 dengan mengeluarkan biaya yang relatif sedikit, pemerintah daerah dapat menghasilkan output (hasil) yang optimal dan memberikan penggambaran kinerja pemerintahan daerah yang sangat baik. 4. Sebagian besar yang dimiliki Rokan Hulu diprioritaskan untuk mencukupi kebutuhan belanja rutin daripada belanja pembangunan. 5. Pertumbuhan APBD Kabupaten Rokan Hulu dari Tahun Anggaran 2007-2011 menunjukkan pertumbuhan yang positif dan negatif. Karena mengalami kenaikan dan penurunan di tahun tertentu. 5.2 Saran Saran yang dapat diberikan penulis utuk pengembangan selanjutnya: 1. Rokan Hulu harus terus meningkatkan dan pengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun ke tahun dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber dana ekstern atau bantuan pemerintah pusat dan provinsi dengan cara mengelola sumber daya yang belum diolah selama ini. 2. Rokan Hulu sebaiknya memprioritaskan lagi pengalokasian dana yang dimiliki untuk belanja pembangunan sehingga semakin bertambahnya sarana dan prasarana yang diharapkanakan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. 3. Rokan Hulu sebaiknya menunjukkan biaya pemungutan Pendapatan Asli Daerah secara spesifik, yaitu cara memberikan penjelasan mengenai biayabiaya yang dikeluarkan untuk memungut Pendapatan Asli Daerah sehingga tidak menyulitkan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai efisiensi keuangan daerah. 4. Rokan Hulu sebaiknya perlu mengamati / mengawasi Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah, Jumlah Pendapatan, Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan Daerahnya, dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masingmasing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, sehingga nantinya dapat digunakan untuk mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu mendapat perhatian.

DAFTAR PUSTAKA Halim, Abdul, 2012. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Empat, Salemba Empat, Jakarta. Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu, 2010. Menuju Kabupaten Terbaik di Provinsi Riau, Konsep dan Implementasi Good Governance Serta Pemberdayaan Masyarakat di Rokan Hulu. Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu. Yumardi, Febrina, 2010. Analisis Kinerja Keuangan pemerintah Daerah Kabupaten Kuantan Singingi, Mahasiswa fakultas ekonomi, Universitas Riau, Riau.