BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUMAH SUSUN DI JAKARTA TIMUR

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB IV ANALISA PERENCANAAN


BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 ANALISA PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN


BAB III: DATA DAN ANALISA

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

PENGENALAN OBJEK. SIDANG TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI MODE SURABAYA Tema HAUTE COUTURE Cherry Candsevia Difarissa

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

Transkripsi:

27 BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN 4.1 Analisa Aspek Manusia 4.1.1. Analisa Pelaku Kegiatan Tabel 4.1 Analisa pelaku kegiatan No Pelaku Keterangan 1 Penghuni atau pemilik rumah susun Memiliki unit ataupun menyewa unit kepada pemilik rumah susun Memiliki hak untuk menggunakan segala fasilitas yang ada di kawasan rumah susun 2 Pengunjung Rumah Susun 3 Pengelola Rumah Susun Orang yang berkunjung ke rumah susun Biasanya merupakan sanak saudara ataupun kerabat dari penghuni rumah susun yang datang untuk bertamu maupun menggunakan fasilitas didalam rumah susun tersebut. Kelompok / orang yang menetap di rumah susun dan memiliki tugas yang berhubungan dengan administrasi apra penghuni, kebersihan dan keaman rumah susun. 4.1.2 Analisa Jenis Kegiatan di Rumah Susun Tabel 4.2 Analisa jenis kegiatan di rumah susun No Pelaku Kegiatan Jenis Kegiatan 1 Pribadi Dilakukan oleh penghuni rumah susun dalam rangka 2 Kelompok Kegiatan Bersama memenuhi kebutuhan masing-masing dan biasanya berhubungan dengan kegiatan sehari-hari seperti makan, tidur, mandi, nonton dll Melakukan kegiatan pada fasilitas yang ada bersama-sama antar penghuni, contohnya berolahraga.

28 No Pelaku Kegiatan Jenis Kegiatan 3 Kelompok Kegiatan Kegiatan yang dilakukan sesama penghuni Sosial rumah susun ataupun dengan pengunjung yang membentuk aktifitas sosial 4 Kegiatan pengelola Berhubungan dengan kegiatan administrasi penghuni, pendataan penghuni serta keamanan dan kebersihan lingkungan rumah susun Melakukan maintenance dan pengawasan terhadap rumah susun 4.1.3 Analisa kegiatan penghuni rumah susun Gambar 4.1 Analisa kegiatan penghuni

29 4.1.4 Analisa kegiatan pengunjung rumah susun Gambar 4.2 Analisa kegiatan pengunjung

30 4.1.5 Analisa kegiatan pengelola rumah susun Gambar 4.3 Analisa kegiatan pengelola

Kebutuhan Ruang Sifat Ruang Luas Ruang Jumlah Ruang Total luasan ni -Kamar tidur -Semi private 8 X 4M = 32 m2 252 Unit 8064 m2 jung -Ruang makan -Semi private -Kamar mandi -Private -Ruang keluarga -Semi private -Dapur -Semi private -Ruang keluarga -Semi private -Balkon -Service -Ruang keluarga -Semi private la -Tempat pembuangan sampah permassa bangunan -Private 1.1 X 1.1 m 4 unit 8.8 m2 - Parkir penghuni ni jung la ParkirPengunjung Parkir Pengelola -Public Motor 12.5 m2 Mobil 300 x 2 m2 20 unit 300 unit 250 m2 600 m2 ni, ung -Taman - Semi Public 2800 m2

450 m2 -Lapangan - Semi Public 400 m2 -Ruang serbaguna - Semi Public -Kios - Semi Public 4 x 4 m = 16 m2 72 unit 1152m2 ni, ung - Selasar / koridor, Tangga - Semi Public 160 m2 32 unit 5120 m2 -Tangga - Semi Public 14.4 m2 96 unit 1382.4 m2 -Ruang Komunal - Semi Public 3 x 4.5 m2 = 13.5m2 28 unit 378 m2 la -Ruang Trafo dan genset -Private 4x6 m 1 unit 24 m2 -Ruang Pompa -Private 4x6m 1 unit 24m2 -Ruang Panel -Private 4x6m 1 unit 24m2

la -Kantor pengelola - Semi Public 12 x 4 m 1 unit 48 m2 la -Ruang Janitor -Private 1x2 = 2 m2 32 unit 64 m2 - Tempat pembuangan sampah keseluruhan -Private Total 21.189.2 m2

35 Perhitungan sampah: 1 KK = 2.5 liter / hari 1 KK = 7.5 liter / 3 hari Total unit = 276 unit Perhari = 2.5 liter/unit x 276 unit = 690 liter = 0.6 m3 Per 3 hari = 7.5 liter/unit x 276 unit = 2070 liter = 2 m3 Tempat sampah per-massa: 48 unit x 2.5 liter/unit = 120 liter = 0.12 m3 Perhitungan air: - Perhitungan air bersih Luas lantai rumah susun: 396 m2 x 6 blok x 8 lantai = 19.008 m2 Kebutuhan air bersih rumah susun sebesar 20 liter / hari / m2 Sehingga kebutuhan air unit rumah susun perhari: 19.008 m2 / liter x 20 liter = 286.720 liter - Total kebutuhan air unit kebakaran -Bangunan rumah susun termasuk bangunan kelas D -Dibutuhkan 2 buah hydrant tiap 800 m2 bangunan -Jumlah hidran yang dibutuhkan perlantai perblok: = 2 x LB/800 = 2 x 396 m2/800 = 0.99 => 1 buah yang dipasang di koridor -Jumlah hidran pada rumah susun = 1 x 6 blok x 8 lantai = 48 unit -Kebutuhan air untuk hidran = 48 x 400 x 30 = 576.000 liter - Menghitung kebutuhan tangki Jumlah air yang dibutuhkan= 380.160 lt + 576.000 = 956.160 lt

36 -Volume tangki bawah = 40% x 956.160 lt = 382.464 lt = 382.464 dm3 = 382.4 m3 => D (12x8x4) -Volume tangki atas = 15% x 956.160 lt = 143.424 lt = 143.424 dm3 = 143 m3 => dibagi menjadi 3 bagian dengan dimensi (6x6x1.5) per 50m2 Perhitungan lift: Jumlah lantai : 8 lantai Luas lantai : 396 m2 / lantai Tinggi lantai : 3.2m Standar -PHC = 5-13% -Bangunan umum = 6-8m2 -Kecepatan kereta 60-150 m/menit -Kapasitas penumpang =9 orang L = PHC (a-c)n B = PHC (a-1.5 np)n B = 5% (396-1.5N. 9) 8 6 = 5%. 396. 8 5%. 1,5N.9. 8 6 = 158.4 5.4 N 6 = 26.4 0.9 N

37 Daya angkut kereta dalam 5 menit: H: 5 x 60 x p RT H: 300P RT Round Trip lift -Pintu lift membuka di lantai dasar -Penumpang masuk x kapasitas kereta -Pintu lift menutup kembali -Pintu lift membuka di setiap lantai -Penumpang keluar x kapasitas kereta -Pintu lift menutup di setiap lantai -Perjalanan kereta pergi pulang -Pintu kereta membuka dilantai dasar Total Round Trip Time = 2 detik = 1.5 detik x 9 orang = 13.5 detik = 2 detik = (n-1) x 2 detik = (8-1) x 2 detik = 14 detik = 1.5 detik x 9 orang = 13.5 detik = (n-1) x 2 detik = (8-1) x 2 detik = 14 detik = 2 (8-1) 3,2 m =17.92 detik 2.5 = 2 detik =78.92 detik Daya angkut kereta dalam 5 menit Hn = 300. P.N RT = 300.9.N 78.92

38 Sehingga = 26.4-0.9 N = 34.2 N N = 0.74 => 1 (jumlah lift yang dibutuhkan permassa) 4.1.8 Hubungan antar ruang - Matriks Hubungan antar ruang merupakan keterkaitan antara satu ruangan dengan ruangan yang lainnya. Hubungan antar ruang diukur dengan skala 5 yang menunjukan hubungan antar ruang sangat berkaitan, skala 3 menunjukan bahwa ruangan tersebut berkaitan, dan skala 1 menunjukan bahwa tidak ada kaitan antar ruangan. Gambar 4.4 Matriks hubungan antar ruang

39 Gambar 4.5 Matriks hubungan antar ruang keseluruhan - Bubble diagram Bubble diagram menunjukan keterkaitan antara ruangan yang ada pada rumah susun dan di tunjukan keterkaitan tersebut melalui diagram. Dengan keterangan garis berwarna kuning menyatakan ruang tersebut tidak berkaitan, garis warna hijau menunjukan bahwa ruangan tersebut berkaitan, dan garis berwarna merah menunjukan bahwa ruangan tersebut sangat berkaitan erat.

40 Gambar 4.6 Bubble Diagram

41 4.2 Analisa Aspek Lingkungan 4.2.1 Bentuk dan peraturan Tapak Data Kondisi tapak Gambar 4.7 Kondisi tapak - Luasan tapak kurang lebih 1.4 ha (74m x 190m) - Bentuk tapak memanjang diantara perumahan dan pemukiman warga, dengan lintasan terpanjangnya menghadap ke arah barat dan ke timur - Regulasi tapak: - GSB 3m dari pada bagian utara,barat dan selatan tapak - KDB 55% - KLB 3 x 14.000 m² = 42.000 m² - Ketinggian maksimum adalah 8 lantai

42 Lokasi dan Peraturan Tapak Gambar 4.8 Peraturan tapak Lokasi tapak berada di jalan Kompleks Pulo Gebang Permai Blok H16 No.18, Cakung Jakarta Timur. Analisis Gambar 4.9 Analisa Kondisi tapak - KDB = (luas keseluruhan lantai dasar ) X 100% Total luas keseluruhan lantai dasar yang diijinkan adalah 14.000 m² x 55% = 7.700 m²

43 - KLB= Luas keseluruhan tapak Total Luas keseluruhan tapak yang diijinkan adalah 3 x 14.000 m² = 42.000 m² - Pengolahan lahan akan lebih optimal apabila menggunakan peraturan tinggi lantai sebagai dasar pengolahan tapak, karena dengan pembangunan vertikal dapat memperluas lahan hijau berupa taman dan area terbuka. Dengan mengikuti peraturan 8 lantai sebagai dasar, maka koefisien dasar bangunan yang diperbolehkan pada lantai dasar hanya 35%. - GSB yang ada pada peraturan tapak sebesar 3 meter pada bagian utara, barat dan selatan tapak, sehingga luasan tapak dapat digunakan lebih maksimal untuk area rumah susun. Tanggapan Rancangan Gambar 4.10 Analisa tangapan rancangan terhadap tapak - Garis sepadan bangunan pada bagian utara, selatan dan barat tapak dijadikan sebagai area sirkulasi kendaraan, agar area rumah susun yang dibangun dapat lebih optimal. Area yang berwarna kuning pada gambar merupakan area sirkulasi kendaraan yang menggunakan area GSB.

44 4.2.2 Kondisi Sekitar Tapak Data Kondisi tapak Gambar 4.11 Kondisi sekitar tapak Tapak ini memiliki lokasi di Kompleks Pulo Gebang Permai Blok H16 No.18, Cakung Jakarta Timur. - Batas Tapak : o Utara: Gambar 4.12 Kondisi sekitar tapak

45 Pada bagian utara tapak terdapat lahan kosong yang memiliki peruntukan berupa wisma susun sekitar 8 lantai dan berbatasan langsung dengan perumahan warga sekitar 1-2 lantai. o Selatan : Gambar 4.13 Kondisi sekitar tapak Pada bagian selatan tapak terdapat terdapat lahan kosong yang memiliki peruntukan berupa wisma susun sekitar 8 lantai dan sebuah jalan berukuran 6 meter yang berbatasan dengan perumahan warga 1 lantai dan masjid. o Timur: Gambar 4.14 Kondisi sekitar tapak

46 Pada bagian timur tapak terdapat lahan kosong yang memiliki banyak vegetasi yang memiliki peruntukan sebagai sarana pendidikan dengan ketinggian 4 lantai dan perumahan warga sekitar 1 lantai serta terdapat masjid. o Barat: Gambar 4.15 Kondisi sekitar tapak Pada bagian barat tapak terdapat sebuah lahan kosong yang memiliki peruntukan sebagai ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau tersebut akan diolah sebagai sarana pedestrian untuk penghuni rumah susun menuju sarana transportasi angkutan umum yang berada di jalan utama. Lahan kosong dengan peruntukan ruang terbuka hijau tersebut berbatasan langsung dengan jalan raya dengan lebar 15 meter (2 arah) dan saluran air yang letaknya berada di belakang pabrik yang berhubungan langsung dengan jalan utama di pinggir tol Cakung.

47 4.2.3 Analisa Pencapaian ke Tapak Data Kondisi tapak Gambar 4.16 Pencapaian ke tapak - Terdapat sarana transportasi berupa terminal yang jaraknya sekitar 800-900m. Sarana angkutan umum tersebut dapat dicapai dengan berjalan kaki ke arah jalan utama. garis yang berwarna orange pada gamabr merupakan jalur untuk mencapai sarana transportasi umum. - Terdapat sarana transportasi berupa stasiuan kereta api yang jaraknya berkisar 1,2 km dari lokasi tapak.

48 4.2.4 Analisa Matahari Data Kondisi tapak Gambar 4.17 Arah matahari pada tapak - Pada bagian barat tapak terdapat pepohonan yang dapat mereduksi panas dari matahari - Bentuk tapak memanjang sesuai dengan arah lintasan matahari Tanggapan Rancangan - Pada sisi bagian Utara dan Selatan tapak saat ini merupakan lahan kosong, akan tetapi peruntukan lahan kosong tersebut diperuntukan untuk hunian bertingkat sekitar 8 lantai, sehingga perlu di waspadai untuk desain yang akan datang apabila lahan tersebut dibangun hunian bertingkat dan membuat pembayangan pada bangunan rumah susun ini.

49 Gambar 4.18 Pembayangan matahari bangunan sekitar terhadap tapak 4.2.5 Analisa Kebisingan Data Kondisi tapak Gambar 4.19 Kebisingan pada tapak Kebisingan utama berasal dari jalan yang terletak pada nomor 2, karena merupakan jalan menuju perumahan warga. Pada nomor 4 kebisingan begitu berpengaruh karena masih banyak pepohonan dan lahan kosong. Pada nomor 1 berpotensi memiliki kebisingan yang cukup tinggi karena memiliki peruntukan

50 sebagai hunian bertingkat dan hanya memiliki jarak sekitar 6 meter yang berupa jalan raya. 4.2.6 Analisa sirkulasi pejalan kaki Data Kondisi tapak Gambar 4.20 Sirkulasi pejalan kaki pada tapak - Belum terdapat pedestrian untuk pejalan kaki pada sekitar tapak. - Area yang berwarna merah merupakan entrance bagi pejalan kaki. Pada rumah susun ini lebih diutamakn untuk pejalan kaki karena sesuai dengan target utama yaitu warga kampung pulo yang pada hunian sebelumnya memiliki kebiasaan dengan berjalan kaki karena lebih sering menggunakan kendaraan umum. - Area yang berwarna ungu merupakan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai sarana pedestrian untuk akses ke rumah susun.

51 4.2.7 Analisa sirkulasi kendaraan menuju transportasi umum Gambar 4.21 Sirkulasi kendaraan menuju tapak Garis berwarna orange menunjukan sirkulasi kendaraan menuju terminal Pulogebang. Pencapaian ke terminal Pulogebang menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dan berjarak sekitar 900 meter. 4.3 Analisa Aspek Bangunan - Zoning Horisontal Gambar 4.18 merupakan zoning ruang secara horisontal dan memiliki urutan dari publik hingga ke service. Zoning horisontal ini merupakan hasil analisis karena mengikuti kondisi tapak yang ada. Area yang berwarna ungu bersifat publik karena letaknya berada di bagian entrance utama dan memiliki ruang-ruang yang dapat digunakan secara publik untuk kegiatan sosial.

52 Gambar 4.22 Zoning Horizontal Area yang berwarna merah bersifat semi publik karena lebih banyak terdapat hunian dan fasilitas yang lebih spesifik ditujukan untuk para penghuni. Area yang berwarna kuning bersifat service yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan maintenance yang dilakukan oleh pengelola rumah susun. Area yang berwarna biru merupakn sirkulasi kendaraan ayng menggunakan area GSB, hal ini tujuan agar bangunan rumah susun yang ada nantinya tidak terganggu dengan pembayangan bangunan lain, dan terbebas dari kebisingan dari sekitar tapak. Pada sisi barat tapak berbatasan langsung dengan jalan dan area penghijauan. - Zoning Vertikal Pengelompokan area secara vertikal diperlukan untuk mengetahui hubungan antar ruang secara vertikal. Hubungan ruang yang berdekatan terhubung dengan baik secara horisontal akan membuat kualitas ruang menjadi lebih baik.

53 Gambar 4.23 Zoning Vertikal Area yang berpengaruh pada zoning vertikal hanya area private yang merupakan daerah unit hunian karena pada kawasan rumah susun ini area service, semi public dan public tidak memiliki lapis lebih dari 1. Unit hunian rumah susun ini peletakannya disesuaikan agar pencahayaan alami optimal pada unit hunian dan dimulai dari lantai kedua hingga lantai ke 8, karena lantai pertama digunakan sebagai kios / retail. Gubahan massa yang akan terbentuk hasil dari analisa ini adalah bangunan yang memiliki beberapa blok dalam tapak dan memiliki tinggi sekitar 8 lapis di setiap bloknya. Gubahan massa bertipe single loaded agar cahaya yang masuk dapat lebih optimal.

54 4.4 Analisa Orientasi Bangunan Gubahan massa rumah susun ini menggunakan bentukan standar rumah susun dan akan disimulasikan dengan menggunakan software archicad dan ecotect untuk mendapatkan tingkat optimalisasi pencahayaan alami pada rumah susun ini. Gubahan massa tersebut akan disimulasikan ke delapan arah mata angin berdasarkan sisi yang memiliki bukaaan dan 4 waktu dalam 1 tahun sesuai dengan pergerakan matahari serta 3 waktu dalam 1 hari yaitu pada jam 9 jam 12 siang dan jam 16 sore. Gambar 4.24 Arah simulasi gubahan massa pada software Archicad JAKARTa Gambar 4.25 Pergerakan matahari terhadap kota Jakarta

55 Gambar 4.26 Hasil simulasi archicad (1) Gambar 4.27 Hasil simulasi archicad (2)

56 Simulasi dilakukan dengan menggunakan bukaan dengan standar nasional indonesia untuk hunian sehat yaitu sekitar 15-20% dari luas lantai, dan menggunakan titik koordinat dari tapak yang akan dibangun rumah susun. Berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan program archicad, bukaan ke arah barat merupakan yang paling optimal dibandingkan dengan arah lainnya karena tidak terdapat radiasi. Pencahayaan masuk mulai dari jam 12 hingga jam 6 sore dan stabil sepanjang tahun. Arah bukaan ke barat laut merupakan arah yang paling optimal setelah bukaan arah barat karena pencahayaan yang masuk mulai dari jam 10 pagi hingga jam 6 sore, akan tetapi hanya dalam jangka waktu saat pertengahan tahun. Hunian yang mengarah ke barat laut kurang cocok diterapkan pada tapak, hal ini disebabkan karena bentuk tapak yang memanjang dari timur ke barat (keterbatasan lahan). Sehingga pada desain nantinya akan menggunakan kombinasi dari arah barat dan barat laut agar pencahayaan dapat masuk seoptimal mungkin dan lahan yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. 4.5 Analisa Dimensi Bukaan pada Unit Ukuran jendela pada hunian memiliki standar minimal 15-20% dari luas lantai yang ada (SNI). Ukuran hunian pada rumah susun ini adalah 36 m² (9m x 4m). Berdasarkan peraturan ini maka ukuran jendela pada unit hunian rumah susun menjadi: Ukuran jendela minimal = 15%x 36 m² = 5.4 m² (80 x 110 cm) = 20% x 36 m² = 7.2 m² (80 x 150 cm) = 25% x 36 m² = 9 m² (100 x 180 cm)

57 Gambar 4.28 Daerah simulasi terhadap denah unit Standar pencahayaan No Nama Ruang Tabel 4.7 Program ruang unit Kebutuhan Cahaya Standar Ruang Luasan Luas total 1 Kamar tidur 1 150 lux 6 m2 3 x 2 m2 6 m2 2 Kamar tidur 2 150 lux 6 m2 3 x 2 m2 6 m2 3 R Keluarga 300 lux 9 m2 3 x 3 m2 9 m2 4 Kamar mandi 250 lux 3 m2 1.5 x 2 m2 3 m2 5 Dapur 300 lux 9 m2 4 x 4 m2 9 m2 6 R service 250 lux 1.5 x 2 m2 3 m2 Total Luasan Sumber: Illuminating Engineering Society 36 m2

58 - Arah Barat Tabel 4.8 Hasil simulasi interior bulan maret dan september Bukaan 15 % Maret Jam 9 Jam 12 Jam 16 Bukaan 20 % Maret Bukaan 25 % Maret Berdasarkan hasil simulasi pada bulan maret, bukaan 25% pada pagi hari mendapatkan intensitas cahaya rata-rata sebesar 175 lux, kemudian pada siang hari meningkat dengan rata-rata intensitas 375 lux, lalu jam 16 sore memiliki tingkat intensitas pencahayaan hingga diatas 1000 lux, Hal ini dapat dikatakan menganggu kenyamanan visual karena silau. Pada bukaan 20% saat pagi hari mendapatkan intensitas cahaya rata-rata sebesar 175 lux, kemudian pada siang hari meningkat dengan rata-rata intensitas 275 lux, lalu jam 16 sore memiliki tingkat intensitas pencahayaan hingga 950

59 lux. Pada bukaan 15% saat pagi hari mendapatkan intensitas cahaya rata-rata sebesar 75 lux yang dapat katakan kurang memenuhi standar pencahayaan, kemudian pada siang hari meningkat dengan rata-rata intensitas 175 lux, lalu jam 16 sore memiliki tingkat intensitas pencahayaan hingga 475 lux. Hasil simulasi pada bulan maret mewakili simulasi pada bulan september karena memiliki letak posisi matahari yang sama. Bukaan yang paling optimal berdasarkan simulasi adalah 20% karena saat pagi hari mendapatkan intensitas cahaya yang cukup dibandingkan dengan bukaan 15%, akan tetapi saat sore hari intensitas cahaya yang didapat tidak sebesar bukaan 25%. Karena pada dasarnya kegiatan yang ada pada rumah susun membutuhkan intensitas cahaya paling besar sekitar 300 lux. Tabel 4.9 Hasil simulasi interior bulan Juni Bukaan 15 % Juni Jam 9 Jam 12 Jam 16 Bukaan 20 % Juni Bukaan 25 % Juni

60 Pada bulan juni, posisi matahari berada di titik terjauh pada bagian utara. Sehingga terdapat perbedaan dengan bulan maret yang memiliki letak posisi matahari di sepanjang garis khatulistiwa. Intensitas cahaya yang didapat lebih sedikit didapat pada bulan juni. Saat pagi hari dengan bukaan 25% menerima intensitas rata-rata sebesar 125 lux akan tetapi pada bagian sudut ruangan hanya berkisar 25-75 lux. Pada siang hari intensitas yang didapat meningkat dengan rata-rata sekitar 225 lux dan saat sore hari intensitas rata-rata yang didapat sebesar 550 lux. Dengan bukaan 20% saat pagi hari menerima intensitas rata-rata sebesar 75 lux, kemudian meningkat pada siang hari dengan intensitas rata-rata sebesar 125 lux dan pada saat sore hari memiliki intensitas rata-rata sekitar 450 lux. Pada bukaan 15%, tidak berbeda jauh dengan bukaan 20%,perbedaanya terlaetak pada kontur kedalaman intensitas pada ruangan. Intensitas rata-rata yang didapat saat pagi hari sekitar 75 lux kemudian meningkat pada siang hari dengan intensitas rata-rata sebesar 125 lux dan pada saat sore hari meningkat menjadi 375 lux. Dari ketiga opsi lebar bukaan, yang paling optimal pada bulan juni adalah bukaan 25%, karena cahaya saat pagi hari paling mendekati standar kebutuhan cahaya. Tabel 4.10 Hasil simulasi interior bulan Desember Bukaan 15 % Desember Jam 9 Jam 12 Jam 16

61 Bukaan 20 % Desember Bukaan 25 % Desember Pada bulan desember, posisi matahari berada di titik terjauh pada bagian selatan tapak. bukaan 25% pada pagi hari mendapatkan intensitas cahaya rata-rata sebesar 125 lux, kemudian pada siang hari meningkat dengan rata-rata intensitas 225 lux, lalu jam 16 sore memiliki tingkat intensitas pencahayaan hingga diatas 650 lux. Pada bukaan 20% saat pagi hari mendapatkan intensitas cahaya rata-rata sebesar 125 lux, kemudian pada siang hari meningkat dengan rata-rata intensitas 225 lux, lalu jam 16 sore memiliki tingkat intensitas pencahayaan hingga 650 lux. Pada bukaan 15% saat pagi hari mendapatkan intensitas cahaya rata-rata sebesar 75 lux yang dapat katakan kurang memenuhi standar pencahayaan, kemudian pada siang hari meningkat dengan rata-rata intensitas 125 lux, lalu jam 16 sore memiliki tingkat intensitas pencahayaan rata-rata sebesar 425 lux. Bukaan yang paling optimal pada bulan desember adalah bukaan 20%, karena intensitas yang didapat tidak berbeda jauh dengan bukaan 25%, perbedaannya hanya terletak pada luasan kontur intensitas yang didapat pada ruangan dan bukaan 15% memiliki intensitas yang jauh dari standar pada pagi hari.

62 Tabel 4.11 Hasil simulasi arah barat Kesimpulan: Pada arah barat, bukaan paling optimal untuk diterapkan adalah bukaan 20%. - Arah Barat Laut Tabel 4.12 Hasil simulasi interior bulan Maret dan september Bukaan 15 % Maret Jam 9 Jam 12 Jam 16

63 Bukaan 20 % Maret Bukaan 25 % Maret Tabel 4.13 Hasil simulasi interior bulan Juni Bukaan 15 % Juni Jam 9 Jam 12 Jam 16 Bukaan 20 % Juni Bukaan 25 % Juni

64 Tabel 4.14 Hasil simulasi interior bulan Desember Bukaan 15 % Desember Jam 9 Jam 12 Jam 16 Bukaan 20 % Desember Bukaan 25 % Desember

65 Tabel 4.15 Hasil simulasi arah barat laut Pada arah barat laut memiliki intensitas yang hampir sama dengan arah barat, perbedaan yang paling signifikan terdapat pada sore hari, yaitu intensitas yang didapat lebih kecil dibandingkan dengan arah barat dan arah pencahayaan pada bulan desember lebih mengarah ke 1 bidang. Dapat disimpulkan bahwa bukaan yang optimal untuk hunian ke arah barat laut adalah bukaan 20%.

66 4.6 Analisa Sistem Struktur Bangunan Sistem struktur dapat mempengaruhi ketahanan dan lamanya massa bangunan terhadap elemen-elemen perusak bangunan seperti gempa bumi, bencana, binatang pengrusak dan sebagainya. Sistem struktur bangunan dapat dibagi menjadi dua bagian: Sub Structure Merupakan bagian struktur bawah yang menahan beban yang bekerja dari atas kebawah. Upper Structure Upper structure merupakan struktur utama yang bertugas untuk menerima seluruh beban hidup yang diterimanya dan diteruskan pada pondasi. Tabel 4.16 Kelebihan dan kekurangan jenis struktur Jenis Struktur Kelebihan Kekurangan Pondasi Tiang Pancang Waktu Pelaksanaan cepat Cocok untuk menahan beban vertikal Memerlukan banyak sambungan Relatif mahal Panjang tiang bervariasi Kolom dan Balok Kekakuan cukup Fleksibel dalam penataan interior Struktur sederhana dan ringan Dimensi relatif besar untuk bentang lebar Trafe kolom relatif kecil

67 4.7 Analisa Sistem Utilitas Bangunan - Penghawaan Analisa penghawaan merupakan salah satu perancangan bangunan yang tanggap akan iklim. Terdapat 2 jenis penghawaan yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan. Penghawaan alami dapat diterapkan dengan cross ventilation pada bangunan sedangkan penghawaan alami buatan dengan menggunakan kipas angin ataupun air conditioner (ac). - Pencahayaan Terdapat 2 jenis pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami merupakan pencahayaan yang didapat dari sinar matahari.penempatan bukaan dan lebar bukaan harus disesuaikan denganstandar yang ada agar diperoleh kualitas ruang yang baik dari segi kesehatan dan kenyamanan visual. Pencahayaan buatan dapat digunakan dengan menggunakan lampu. - Proteksi Kebakaran Sarana exit merupakan bagian dari sebuah jalan Sarana exit merupakan bagian dari sebuah sarana jalan keluar yang dipisahkan dari tempat lainnya dalam bangunan gedung oleh konstruksi atau peralatan untuk menyediakan lintasan jalan yang diproteksi menuju eksit pelepasan. Disisi lain sistem proteksi kebakaran berfungsi sebagai daerah atau tempat perlindungan yang di manfaatkan oleh penghuni gedung apabila terjadi kebakaran atau situasi darurat. Daerah ini seharusnya mampu bertahan hingga2 jam. Jarak radius untuk mencapai tangga darurat adalah 30 meter dan 12 meter dari koridor buntu. Proteksi aktif contohnya adalah hydrant dan sprinkler. Sprinkler dan hydrant membutuhkan cadangan air yang diperhitungkan untuk

68 jangka waktu selama 30 menit. Sprinkler disediakan setiap lantai dan adanya tangga darurat diharapkan mampu menanggulangi apabila terjadi kebakaran.