BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan Ritel Modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin signifikan dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sektor industri manufaktur maupun jasa. Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Kawasan Asia sangat diperhitungkan saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

Lampiran 1. Gambar Beberapa Produk House Brand Giant

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Trans Retail Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dari toko ritel buka selama 24 jam. Pertumbuhan bisnis ritel ini juga

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru bagi perusahaan yang ada di seluruh dunia. Dengan. konsumen memiliki lebih banyak pilihan dan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel Indonesia, merupakan industri yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya keidupan modern masyarakat khususnya di perkotaan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan dagang yang bergerak pada bidang perdagangan barang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga perlu mengkomunikasikan produk kepada para konsumennya.

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi terutama pada sektor perusahaan jasa. Setiap perusahaan berlomba

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan yang sangat beragam, juga untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: 1 April hypermarket supermarket minimarket

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kotler (2009 ; 215) : Eceran (retailing)

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. (Perpres hukum.unsrat.ac.id/pres/perpres_112_2007.pdf. Diakses Tanggal 25 November 2015

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini permintaan dan kebutuhan konsumen mengalami perubahan dari waktu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG. Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Carrefour, Hero, Superindo, Hypermart, dan lainnya. Dengan adanya berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan sarana dan prasarana berfasilitas teknologi tinggi maupun

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru. Perubahan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. menghasilkan simpulan sebagai berikut : pemasok relatif tinggi, potensi masuknya pendatang baru relatif tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jumlah penduduk Indonesia dengan pendapatan kelas

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah tangga (Ma ruf, 2006:7). Bisnis ritel saat ini perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran.

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas di awal abad 21 membuat. perkembangan lingkungan pemasaran semakin global, persaingan di antara

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel dari tahun ke tahun cukup pesat. Hal ini dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam industri bisnis ritel yang kompetitif, pelaku ritel harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat kita berbelanja di supermarket, hypermarket maupun minimarket,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang baik, dan bisa menciptakan kepercayaan pada pembeli.

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri ritel di Indonesia kini semakin semarak dengan kehadiran peritel modern yang telah memberi warna tersendiri bagi warna tersendiri bagi perkembangan industri ritel tanah air. Dalam jangka waktu yang singkat, beberapa pelaku usaha ritel modern dengan kemampuan kapital yang luar biasa menghadirkan minimarket, supermarket bahkan hypermarket kini bertebaran di setiap kota besar di indonesia. Peningkatan ini terbukti dengan lajunya pertumbuhan pasar modern selama 2006 hingga 2010. Dalam jurnal R. Aisah Asnawi, ( 2009) Pertumbuhan supermarket mencapai 50 % pertahun dan periode yang sama, Hypermarket bahkan mencapai 70% pertahun. Pertumbuhan Supermarket dan Hypermarket yang terkesan ekspansif ini disebabkan karena konsep yang ditawarkan dengan berbagai hal yang berkaitan dengan keamanan, kemudahan lokasi, kenyanmanan, ruangan yang lebih luas, bersih dan menarik, variasi produk yang beragam, kualitas produk yang terus meningkat dan tentu saja harga yang lebih murah. Oleh karena itu peritel membuat strategi dengan berusaha merebut pasar merek-merek yang sudah ada terlebih dahulu. Dalam hal ini perusahaan ritel yang peka akan suatu merek akan menyadari bahwa merek adalah identitas diri dari sebuah perusahaan dan menjadi nilai tambah dalam penjualan produk mereka. Merek (brand) berfungsi mengindentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penyaji dan membedakan dari produk sejenis dari penyaji lain Kotler, (2000:163). Kesadaran Merek (Brand Awareness) Aaker, (1997) merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Kesadaran akan merek bukan hanya satu daya ingat 1

Pendahuluan 2 saja namun juga suatu proses pembelajaran bagi konsumen terhadap suatu merek yang pada akhirnya daya ingat tersebut dapat menjadi suatu pertimbangan bagi konsumen dalam membeli suatu merek Aaker, (1997). Ada empat tingkatan kesadaran merek, yaitu unware brand (tidak menyadari merek), brand recognition (pengenalan merek), brand recall (pengingatan kembali), top of mind (puncak pikiran). Tujuan utama perusahaan untuk meningkatkan kesadaran merek yaitu untuk menjadikan mereknya top of mind pada kategori produk tertentu. Perusahaan ritel harus bisa menjaga kesadaran terhadap merek karena merek bukan hanya identitas untuk membedakan dengan para pesaingnya tetapi merek juga merupakan faktor yang menentukan sukses tidaknya suatu perusahaan. Sekarang ini keberadaan merek menjadi semakin penting, merek bukanlah sekedar nama dan simbol saja. Merek menjadi suatu pembeda antara produk satu dengan produk lainnya diantara komoditas yang ada. Seseorang membeli suatu produk karena pengaruh sebuah merek. Perspektif baru terhadap industri ritel kini justru muncul dari mata produsen karena ritel dianggap menjadi tempat yang strategis untuk memasarakan barangnya secara tepat waktu, lokasi dan konsumen. dengan dimensi tersebut maka kini para pelaku usaha ritel mencoba membangun keunggulan bersaing dengan model seperti itu. Bisnis ritel itu sendiri adalah penjualan barang secara eceran pada berbagai tipe gerai seperti kios, pasar, department store, butik dan lain-lain (termasuk juga penjualan dengan system delivery service) yang umumnya dipergunakan langsung oleh pembeli yang bersangkutan, Marina L.Pandin, (2009: 1). Bisnis ritel di Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu ritel tradisional dan ritel modern. Bisnis Ritel yang pertama kali hadir di Indonesia yaitu Toserba Sarinah yang didirikan pada tahun 1962. Ritel modern berkembang seiring perkembangan perekonomian, teknologi dan gaya hidup masyarakat yang membuat masyarakat menuntut kenyamanan yang lebih dalam berbelanja. Ritel modern di Indonesia meliputi Pasar (Pasar Swalayan), Department Store, Specialty Store, Trade Centre, dan Mall/Supermall/ plaza. Pasar adalah tempat penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari) dimana penjualan dilakukan secara eceran dan dengan

Pendahuluan 3 cara swalayan (konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan membayar ke kasir Media Data, Peta persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, 2009 : 91-92 dalam Marina L. Pandin, ( 2009 : 2). Jenis Pasar modern di Indonesia adalah Minimarket, Supermarket dan Hypermarket. Ritel modern di Indonesia, khususnya Pasar selama 5 tahun terakhir 2006-2010 selalu mengalami peningkatan omset maupun market sharenya di bisnis ritel nasional. Pasar bahkan menguasai lebih dari 70% total omset Ritel di Indonesia, sehingga dapat dikatakan sangat berperan dalam mengembangkan bisnis ritel modern. Secara lengkap omset dan market share dari ritel nasional, ritel modern dan pasar modern dapat dilihat tabel 1.1 Tabel 1.1 Omset dan Presentase Perbandingan Omset Ritel Nasional, Ritel dan Pasar di Indonesia Tahun 2006-2010 Tahun Omset Penjualan (Rp Triliun) Prosentase Perbandingan Omset Ritel Nasional Ritel Pasar modern Ritel thdp Ritel Nasional Pasar thdp Ritel Nasional Pasar thdp Ritel 2006 146,9 38,2 26,95 26,00% 18,35% 70,55% 2007 161,4 45,2 31,86 28,00 19,74% 70,49% 2008 183,4 53,2 38,87 29,01% 21,19% 73,06% 2009 198 59,4 44,85 30,00% 22,65% 75,51% 2010 227,4 70,5 55,45 31,00% 24,38% 78,65% Sumber : AC Nielsen, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, dalam Marina L.Pandin, (2009:3) Berdasarkan tabel 1.1 Pasar memang merupakan penggerak utama perkembangan ritel modern di Indonesia dalam 5 tahun terakhir. Namun kedepan industri ini menghadapi tantangan yang cukup besar seperti potensi penurunan laju pertumbuhan akibat krisis global, isu-isu sosial seperti dugaan pelanggaran terhadap peraturan zona, melakukan praktek monopoli pasar, serta isu-isu lainnya yang isu-isu tersebut tentu berdampak buruk bagi Pasar Marina L. Pandin, (2009: 12). Oleh karena itu, Pasar perlu segera

Pendahuluan 4 mengantisipasi meluasnya dampak buruk tersebut. Kebutuhan ini semakin mendesak bagi Pasar jenis Minimarket yang memiliki gerai paling banyak dibanding Supermarket dan Hypermarket tabel 1.2. Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah gerai Pasar di Indonesia Berdasarkan Jenisnya, Tahun 2006-2010 Tahun Minimarket Supermarket Hypermarket Total Gerai Pasar Unit % Unit % Unit % Unit 2006 5.604 84,99% 956 14,50% 34 0,52% 6.594 2007 6.465 84,44% 1.141 14,90% 50 0,65% 7.656 2008 7.356 84,07% 1.379 13,30% 83 0,95% 10.367 2009 8.889 85,74% 1.379 13,30% 99 0.95% 10.367 2010 10.289 86,71% 1.447 12,19% 130 1,10% 11,866 Sumber : Asosiasi Pengusaha ritel Indonesia, Media Data (diolah) dalam Marina Pandin, ( 2009 : 6) Tabel 1.2 dijelaskan bahwa tahun 2006-2010 jumlah gerai minimarket melampaui 80% total gerai Pasar. Berdasarkan sebaran geografisnya, gerai-gerai tersebut terkonsentrasi di pulau Jawa. Pada tahun 2010 dari 11.866 gerai pasar modern, sekitar 83% (9.822 gerai) berlokasi di Jawa. Banyak peritel besar yang menyadari bahwa kelangsungan keunggulan kompetitif dapat mereka capai melalui pengembangan private label brands atau barang yang diberi merek oleh peritel produk dengan merek milik peritel dikenal sebagai private label atau home brands atau store brand. secara umum private label dapat didefinisikan sebagai serangkaian produk yang dikemas khusus dalam kemasan yang memiliki identitas tempat yang menjualnya dan hanya bisa diperoleh ditempat itu. Menurut laporan dari Asia Pacific Ritel & Shopper Trends, Acnielsen (2006:14) di negara-negara Pasifik, sekitar 80 hingga 90 persen dari pembeli mengaku pernah membeli produk private label dan memiliki kesadaran yang cukup tentang produk tersebut. Di negara-negara Asia, penjualan private label

Pendahuluan 5 sudah berkembang dan hampir 50 persen dari pembeli pernah menggunakan produk tersebut namun tingkat kesadaran berupa pengenalan dan pengingatan tentang produk-produk private label masih kurang. Hal ini merupakan peluang bagi peritel untuk lebih bisa mengkomunikasikan dan memasarkan produk private label mereka. Perusahaan ritel sekarang ini tidak hanya sebagai perusahaan jasa distibutor yang menghubungkan para produsen kepada konsumen akhir tetapi juga menciptakan produk sendiri dengan menggunakan nama produk pribadi. Contohnya dapat kita lihat bagaimana Perusahaan Ritel mencoba mengeluarkan merek produk sendiri atau dapat kita sebut dengan private label. Menurut Sudhir & Taluktar, (2004) dalam pengukuran private label ditentukan oleh enam faktor yaitu: 1.Harga 2.Kualitas 3.Keterlibatan 4.Loyalitas 5.Familiaritas dan 6.Resiko. Fenomena seperti ini merupakan salah satu contoh dari strategi perusahaan ritel dalam menciptakan produk untuk memenuhi keinginan konsumen. Menurut Kotler, Philip (2002:34) dalam meningkatkan persaingan masing-masing perusahaan harus dapat memenangkan persaingan tersebut dengan menampilkan produk yang terbaik dan dapat memenuhi selera konsumen yang selalu berkembang dan berubah-ubah sesuai dengan perilaku pembelian. Konsumen cenderung membeli merek yang sudah dikenal karena mereka merasa aman dengan sesuatu yang dikenal. Dengan kata lain, sebuah merek yang dikenal mempunyai kemungkinan bisa diandalkan dalam hal kualitas itu sendiri dan kemantapan dalam bisnis. Semua hal tersebut dilakukan perusahaan agar terjadinya kenaikan dari tingkat pembelian konsumen. Dan karena terdapat macam produk sejenis yang ditawarkan oleh berbagai macam perusahaan ritel.

Pendahuluan 6 Tabel 1.3 Produk Private Label di Indonesia Tipe Gerai Merek Gerai Perusahaan Ritel Merek Produk Private Label Hypermarket Carrefour PT. Carrefour Indonesia Carrefour, Harmonie, Blue sky, First Line, Paling Murah Hypermart PT. Matahari Putra Value Plus Prima Hypermarket & Supermarket Giant PT. Hero Supermarket Tbk. Giant, First Choice Supermarket Superindo PT. Lion Superindo 365 Hero PT. Hero Supermarket Tbk. Hero save, Nature Choice, Reliance Minimarket Alfamart PT. Sumber Alfaria Pasti Trijaya Indomaret PT. Indomarco Indomaret Prismatama Pusat Grosir Makro PT. Makro Indonesia Aro, save pack Sumber : Rangkuman dari berbagai sumber Berikut adalah data mengenai omset dalam industri Minimarket yang melatarbelakangi penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.3. Tabel 1.4 Omset Peritel Minimarket di Indonesia, Tahun 2010 No. Gerai Omset (Rp. Milyar) Market Share (%) 1 Indomaret 7.682 43,16 2 Alfamart 7.253 40,75

Pendahuluan 7 3 OMI 731 4,11 4 Ceriamart 426 2,39 5 Circle K 386 2,17 6 Yomart 284 1,60 7 Starmart 223 1,25 8 AM/PM 122 0,69 9 Markaz 102 0,57 10 Lainnya 591 3.32 TOTAL 17.800 100 Sumber : Media Data Februari 2010, dalam Marina L. Pandin No. Produk Tabel 1.5 Produk Indomaret 1 Minyak 2 Tissu 3 Beras 4 Aqua 5 Gula 6 Dll Berdasarkan Tabel 1.4 diketahui bahwa dari 10 macam gerai minimarket, hanya dua minimarket yang mendominasi penjualan. Kecuali omset penjualannya yang tinggi, Indomaret dan Alfamart ternyata juga memiliki jumlah gerai yang lebih banyak. Pada tahun 2008, gerai Indomaret 3.116 unit (30,3%) dan Alfamart 2.755 unit (26,8%) dari total gerai Minimarket di Indonesia sebanyak 10.289 unit. Marina L.Pandin, (2009:8). Dengan kata lain gerai Indomaret dan Alfamart mencapai 57,1 %, sedangkan selebihnya sebanyak 42,9% gerai Minimarket dimiliki oleh 8 peritel Minimarket yang lain. Apabila dirata-rata masing hanya memiliki sekitar 5%.

Pendahuluan 8 Beberapa penelitian menunjukkan faktor yang mempengaruhi kesadaran merek antara Penelitian yang dilakukan oleh Reza Ryandi Aditya dan Santoso, (2011) yang berjudulkan Analisis Pengaruh Kesadaran Merek, Keragaman Menu, Promosi Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Konsumen Untuk Membeli Di Pizza Hut Dp Mall Semarang menyatakan bahwa kesadaran merek berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen. Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh R.A. Aisyah Asnawi, (2009) yang berjudul Analisis Literatur Hubungan Private Label Kesadaran Merek dan Citra Merek dan Penerapannya pada Industri Hypermarket menyatakan Private Label merupakan strategi yang berkontribusi positif pada keputusan pembelian. Kehadiran private label tampaknya tak bisa dihindari karena dalam persaingan yang semakin ketat, tiap peritel ingin unggul terutama dalam hal harga yang lebih murah. Dan hal itu bisa dilakukan dengan menawarkan produk berlabel sendiri. Menurut Hendrik Adrianto, (2012) Head of External Communications & CSR Carrefour Indonesia kehadiran produk private label ini sangat menguntungkan konsumen karena mereka bisa mendapatkan barang dengan harga murah hingga 30% dibanding produk berlabel nasional. (http://swa.co.id/corporate/hypermarket-dan-minimarket-makin-kepincutprivate-label). Adanya kondisi tersebut maka sangatlah beralasan apabila pelanggan Indomaret dipilih dan dianggap mampu mewakili pelanggan industri Minimarket dalam penelitian ini dan dari berbagai fakta di atas maka penulis memberi nama penelitian ini yang berjudul Pengaruh Kesadaran Merek Produk dan Private Label ( Label Pribadi) Produk Indomaret Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Indomaret Mahasiswa Universitas Widyatama Bandung

Pendahuluan 9 1.2 Identifikasi Masalah 1. Bagaimana tanggapan responden tentang variabel kesadaran merek dan private label produk indomaret pada Universitas Widyatama? 2. Seberapa besar pengaruh kesadaran merek dan private label produk indomaret terhadap keputusan pembelian pada Universitas Widyatama? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis bagaimana tanggapan responden tentang variable kesadaran merek dan private label produk indomaret berpengaruh terhadap keputusan pembelian. 2. Menganalisis seberapa besar pengaruh kesadaran merek dan private label produk indomaret terhadap keputusan pembelian. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti Penerapan dari ilmu yang telah diperoleh peneliti selama perkuliahan, serta memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti untuk berpikir secara kritis dan sistematis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi. 2. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan sumbangan pemikiran bagi pemimpin perusahaan untuk lebih meningkatkan strategi merek produk pribadinya. 3. Bagi Universitas Hasil ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sejauh mana mampu memenuhi tuntutan perkembangan dunia perkembangan dunia perekonomian global pada saat ini.