BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal karena memiliki kekayaan yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

REPORT MONITORING SEAGRASS PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN EKOLOGIS EKOSISTEM SUMBERDAYA LAMUN DAN BIOTA LAUT ASOSIASINYA DI PULAU PRAMUKA, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari pulau dengan luasan km 2 yang terletak antara daratan Asia

STRUKTUR KOMUNITAS, KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI POPULASI LAMUN (SEAGRASS) DI PANTAI PLENGKUNG TAMAN NASIONAL ALAS PURWO KABUPATEN BANYUWANGI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

BAB I PENDAHULUAN. di danau dan lautan, air sungai yang bermuara di lautan akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun 2.2. Faktor Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau

BAB I PENGANTAR 1.1.Latar Belakang

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

SEBARAN DAN BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA MALANG RAPAT DAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN KEPULAUAN RIAU RUTH DIAN LASTRY ULI SIMAMORA

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara.

KOMUNITAS LAMUN DI PERAIRAN PESISIR PULAU YAMDENA, KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT ABSTRACT

Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) di Padang Lamun di Perairan Teluk Awur dan Pantai Prawean Jepara

Lampiran 1. Lokasi pengambilan data

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

Korelasi Kelimpahan Ikan Baronang (Siganus Spp) Dengan Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan Seribu

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN JENIS ECHINODERMATA PADA BERBAGAI MACAM SUBSTRAT PASIR, LAMUN DAN KARANG DI PERAIRAN PANTAI SINDANGKERTACIPATUJAH TASIKMALAYA

JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1), Januari 2018 ISSN:

KERAPATAN DAN DISTRIBUSI LAMUN (SEAGRASS) BERDASARKAN ZONA KEGIATAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

JENIS DAN KANDUNGAN KIMIAWI LAMUN DAN POTENSI PEMANFAATANNYA DI INDONESIA. Rinta Kusumawati ABSTRAK

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

SURVAI EKOLOGI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH KABUPATEN ALOR EKOSISTEM PADANG LAMUN. Pendahuluan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh

KEANEKARAGAMAN JENIS ASTEROIDEA DI ZONA INTERTIDAL PANTAI BAMA TAMAN NASIONAL BALURAN SKRIPSI. Oleh Rahel Desi Anggorowati NIM

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com)

Fluktuasi Biomassa Lamun di Pulau Barranglompo Makassar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

BIOMASSA LAMUN DI PERAIRAN DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, * korespondensi:

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah. Tidak terkecuali dalam hal kelautan. Lautnya yang kaya akan keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega- Biodiversity terbesar di dunia, terkandung di dalamnya sekitar 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut dan 950 spesies biota yang berasosiasi dengan ekosistim terumbu karang (Siregar, 2015). Sekitar 75% dari total luas negara Indonesia merupakan lautan. Hal ini berkaitan dengan Indonesia yang juga dikenal sebagai negara maritim terbesar di dunia yang memiliki perairan seluas 93 ribu km 2. Terumbu karang Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan lebih 18% (85.200 km 2 ) dari 284.300 km 2 total luas terumbu karang yang ada di dunia diperkirakan berada di Indonesia. Sejauh ini telah tercatat lebih dari 750 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga terdapat di Indonesia. Selain itu, lebih dari 2.500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2.500 jenis moluska, dan 1.500 jenis udang-udangan berada diperairan indonesia (Anonim, 2010). Keanekaragam hayati yang melimpah tersebut membentuk suatu ekosistem laut yang kaya, mulai dari area terdangkal atau daerah pesisir 1

2 seperti hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang hingga area palung yang dihuni oleh hewan predator serta hewan yang memancarkan cahaya karena bioluminecence yang terkandung dalam tubuhnya. Sejenis kelompok rerumputan yang teradaptasi di laut sehingga lebih di kenal dengan sebutan rumput laut (seagrass). Tumbuhan ini hidup di perairan dangkal yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari dengan substrat berlumpur, pasir, batu karang atau sedimen dasar laut lainnya. Dalam ekosistem laut, tumbuhan ini berperan sebagai tempat berkembangbiaknya ikan- ikan kecil dan udang, penyedia bahan makanan bagi biota laut serta perangkap sedimen sehingga terhindar dari erosi. Berkenaan dengan salah satu substrat hidupnya pada sedimen dasar laut serta manfaatnya sebagai perangkap sedimen guna menghindari erosi pantai, maka perlu diadakannya studi tentang adanya hubungan timbal balik antara kedua hal tersebut. Selain manfaat tersebut, studi ini dapat dijadikan sebagai acuan kegiatan preventif serta kegiatan inventarisir kekayan laut suatu daerah. Terdahulu, penelitian mengenai hubungan sedimen dasar perairan dengan penyebaran lamun (seagrass) yang dilakukan di teluk Pare Pare-Sulawesi Selatan oleh Mahatma Lanuru dan Deasy Ferayanti pada tahun 2011 menujukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara substrat (sedimen) dengan penyebaran lamun di lokasi penelitian. Thalassia hempricii, Cymodocea rotundata dan Cymodocea serrulata banyak ditemukan pada substrat pasir sangat kasar dan Syringodium isoetifolium, Enhalus

3 acoroides, dan Halophila minor ditemukan pada pasir halus. Sedangkan jenis Halophila ovalis hanya ditemukan pada substrat berpasir kasar. Sejauh ini penelitian serupa masih jarang ditemukan mengingat manfaatnya yang begitu diperlukan, termasuk di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti bermaksud mengadakan penelitian mengenai KORELASI SEDIMEN DASAR DENGAN STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI PANTAI SINDANGKERTA KABUPATEN TASIKMALAYA. Diharapkan penelitian ini mampu membantu memberi informasi inventaris kekayaan pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Lamun memiliki peran penting dalam ekosistem laut. 2. Belum adanya informasi mengenai struktur komunitas lamun di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya. 3. Belum adanya data atau informasi mengenai korelasi sedimen dasar dengan struktur komunitas lamun di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya. 4. Penelitian mengenai korelasi sedimen dasar dengan struktur komunitas lamun di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya belum pernah dilakukan.

4 5. Perlu diadakannya penelitian mengeni korelasi sedimen dasar dengan struktur komunitas lamun di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana korelasi sedimen dasar dengan struktur komunitas lamun di Pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya?. 2. Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Jenis lamun apa saja yang ditemukan di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya? b. Hasil seperti apakah dari kelimpahan tumbuhan lamun (Thalassia hemprichii) di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya? c. Korelasi seperti apakah yang ditunjukkan antara sedimen dasar laut terhadap kelimpahan tumbuhan lamun (Thalassia hemprichii) di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya? d. Hasil seperti apakah yang ditunjukkan dari pengaruh kelimpahan tumbuhan lamun (Thalassia hemprichii) terhadap sedimentasi di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya?

5 e. Pengaruh seperti apakah yang dikontribusikan oleh faktor klimatik air laut terhadap kelimpahan tumbuhan lamun (Thalassia hemprichii) di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya? D. Batasan Masalah Agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, maka perlu adanya pembatasana dalam perumusan masalah penelitian. Adapun batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut: a. Lokasi penelitian dilakukan di zona litoral pantai Sindangkerta kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. b. Penelitian dilakukan pada bulan April 2016. c. Untuk mengetahui ukuran pertikel dilakukan penyaringan menggunakan Sieve Shaker. Sedangkan jenis partikel ditentukan berdasarkan skala Wentworth dan jenis sedimen ditentukan berdasarkan piramida kelas tanah (Michael, 1995). d. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 30-31 Januari 2016, klasifikasi Lamun yang berada di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya hanya meliputi jenis Thalassia hemprichii. e. Struktur komunitas lamun yang dianalisis hanya meliputi jumlah/kelimpahan. f. Faktor klimatik yang diukur meliputi parameter oseanografi yaitu suhu, ph air, salinitas, kadar O 2 (DO), materi organik sedimen dasar,

6 kedalaman sedimen yang berpengaruh terhadap sedimentasi laut dan kehidupan lamun. g. Metode yang digunakan dalam penelitian ialah metode deskriptif korelasional. h. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode Belt Transect Quadrat dan handsorting. E. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk mengetahui korelasi sedimen dasar dengan struktur komunitas Lamun di Pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua kalangan, khususnya bagi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini, di antaranya: 1. Bagi peneliti Menambah informasi tentang korelasi sedimen dasar dengan kelimpahan lamun di Pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi pemerintah kabupaten Tasikmalaya Menambah data inventaris kekayaan alam ekosistem pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya dan meningkatkan kepekaan dalam pencegahan abrasi.

7 3. Bagi Masyarakat Meningkatkan wawasan mengenai manfaat lamun dan korelasinya dengan sedimen dasar laut sehingga menambah kepekaan untuk menjaga kelestarian komunitas lamun di area pesisir pantai khususnya pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya. 4. Bagi Pendidik dan Peserta Didik Dapat dijadikan sumber wisata edukasi bahari untuk meningkatkan wawasan dalam pembelajran konsep ekologi, lingkungan atau pun dunia tumbuhan khusunya tumbuhan angiospermae monokotil.

8 G. Kerangka Pemikiran Pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya memiliki Padang Lamun Padang lamun meiliki manfaat besar bagi ekosistem Belum ada penelitian tentang struktur komunitas padang lamun di Pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya Belum ada penelitian tentang korelasi sedimen dasar dengan struktur komunitas lamun di Pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya Penelitian korelasi sedimen dasar dengan struktur komunitas lamun di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya Tersedia data struktur komunitas lamun di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya Tersedia data korelasi dengan struktur komunitas lamun di pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya H. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesimpangsiuran atau keluasan makna yang berlebih terhadap tema penelitian ini, maka dibutuhkan batasan-batasan mengenai definisi judul sebagai berikut.

9 1. Penelitian korelasional antara sedimen dasar dengan struktur komunitas lamun yang dimaksud adalah kajian deskriptif bagaimana mengukur hubungan antara keduanya secara korelasional. 2. Sedimen dasar yang dimaksud adalah sedimen dasar laut di zona litoral pantai Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya yang tercuplik dalam transek kuadrat secara handsorting. 3. Struktur komunitas lamun yang dimaksud adalah kelimpahan tumbuhan lamun yang tercuplik secara handsorting dalam transek kuadrat di zona littoral Sindangkerta kabupaten Tasikmalaya. I. Struktur Organisasi Skripsi Dalam pelaporannya, hasil penelitian ini dilaporkan dalam bentuk tulisan berupa skripsi dengan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab. Adapun uraian dari bab-bab tersebut adalah sebagai berikut. 1. Bab I Pendahuluan Pada bab I dijelaskan beberapa hal dasar yang mendorong dilaksanakannya penelitian ini, meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian yang bersifat khusus, hal-hal yang membatasi penelitian dirumuskan dalam suatu batasan masalah, tujuan serta manfaat penelitian. Selain itu, kerangka pemikiran, definisi operasional, dan struktur organisasi skripsi juga dibentuk dalam bab ini sebagai bentuk penggambaran bagaimana penelitian ini berjalan sebagai mana mestinya.

10 2. Bab II Kajian Teoritis Bab ini mengemukakan teori-teori dari para ahli yang bersangkutan dan memperkuat bahasan dalam penelitian ini, meliputi teori kelimpahan, komunitas, ekosistem, ekosistem pantai, lokasi penelitian yaitu pantai Sindangkerta, zona littoral, serta objek penelitian yaitu sedimen dasar laut serta komunitas lamun (karakteristik lamun, morfologi lamun, klasifikasi lamun, ekosistem padang lamun, peran lamun dalam ekosistem). Dalam bab ini juga dijelaskan bagaimana hasil penelitian ini berkontribusi dalam pembelajaran biologi sehingga dicantumkan pula hasil analisis kompetensi dasar dan rancangan pembelajaran yang tepat terkait hasil penelitian ini. 3. Bab III Metode Penelitian Metode serta prosedur yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam bab III. Hal tersebut diuraikan dalam bentuk desain penelitian, rancangan pengumpulan data, instrumen penelitian meliputi lembar observasi, alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, serta bagaimana data yang telah diperoleh dianalasis menggunakan rumusrumus tertentu dituangkan dalam sebuah rancangan analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini membahas bagaimana data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dan dijelaskan secara ilmiah sehingga memperoleh hasil yang dapat dismpulkan sebagai suatu temuan baru.

11 5. Bab V Simpulan dan Saran Temuan yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasan dalam bab IV dismpulkan dalam bab V. Dalam bab ini juga penulis menyarankan hal-hal yang dianggap perlu sebagai bentuk evaluasi demi kelangsungan penelitian selanjutnya yang serupa agar terlaksana lebih baik dan optimal.